PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI
MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR
DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA
HUKUM DI MASYARAKAT
(Studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah
Oleh
USWATUN HASANAH
NIM 21209006
FAKULTAS
SYARI’AH
PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH (AHS)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )Drs. Mubasirun, M.Ag.
Dosen IAIN Salatiga
NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 (tiga) Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Sdr. Uswatun Hasanah
Kepada
Yth. Rektor IAIN Salatiga
Di Salatiga.
Assalamu‟alaikum wr. wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skipsi saudara:
Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 21209006
Jurusan : Syariah / Ahwal Al-Syakhsiyyah
Judul : PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT
(FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM
PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT (studi kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)
Bersama ini kami mohon agar naskah skipsi saudara tersebut di atas segera di munaqosyahkan.
Demikian harap menjadi perhatian.
Wassalamu‟alaikum wr. Wb.
Salatiga, 8 januari 2015
Pembimbing
Drs.Mubasirun,M.Ag.
SKRIPSI
PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT(FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA
HUKUM DI MASYARAKAT
(studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota salatiga)
DISUSUN OLEH USWATUN HASANAH
NIM : 21209006
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 23 Febuari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1
Hukum Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag ---
Sekertaris : Drs. Mubasirun, M.Ag ---
Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag ---
Penguji II : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag ---
Salatiga, 6 Maret 2015
Rektor IAIN Salatiga
Dr. H, Rahmat Hariyadi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 21209006
Jurusan : syariah
Program Stu di : Al Ahwal Al Syakhsiyyah
Mengatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik
ilmiah.
Yang bertanda tangan
Uswatun Hasanah
MOTTO
“Belajar itu butuh proses, proses butuh berjuang, dan
berjuang butuh kesabaran, karena kesabaran yang disertai
dengan keihklasan adalah kunci kesuksesan”
PERSEMBAHAN Karya ini, penulis persembahkan untuk :
Yang telah bersusah-payah, berjuang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ikhlas tanpa mengharap apapun dari kami, kecuali ridha dari Allah SWT dalam membesarkan kami
seorang diri,
Umi-ku Adawiyah
Ya Allah tempatkanlah ayahku di surgamu yang kekal dan abadi, do’a kami akan selalu menyertaimu,
Abi-ku DAmami
Jazzakumullah khairon katsiron
Motivasi dan do’a darimu kakakku, sehingga adikmu bisa menyelesiakan pendidikan ini jazzakumullah khairon katsiron
Teman hidupku Sutarso Abdullah,
Do’a, semangat, dan kasih sayangmu serta tempat curhatku jazzakumullah khairon katsiron
Anak-anakku tercinta,
Kalian motivasi terbesar dalam hidupku
ABSTRAKS
Hasanah, Uswatun. 2015. Peran Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-perkara Hukum di Masyarakat. Program Studi Ahwal AL-Syakhsiyyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Drs. H. Mubasirun, M.Ag.
Kata Kunci : Mediator, FKPM dan Penyelesaian Perkara
Ditahun 2012 berbagai media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka, kasus prita, kasus randu dan lain-laian, yang diproses hingga pengadilan,sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas peradilan di Indonesia yang kurang memenuhi keadilan masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat kecil. Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian perkara-perkara hukum di msyarakat, bagaimana peran FKPM dalam program Kepolisian dan apa kendala yang dihadapi dan bagai mana cara mengatasinya.
Untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah diatas dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang mengarah pada jenis penelitian studi kasus.
KATA PENGANTAR
Segala piji bagi Alloh. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan serta ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Alloh dari kejelekan diri dan amal perbuatan. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tiada yang mampu untuk menyesatkanya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Alloh maka tidak akan ada yang bisa memberikan hidayah kepadanya.
Saya bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Alloh yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaa beragama Islam.” (QS. Ali Imron (3) : 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar.”(QS. Al-Ahzab (33) : 70 – 71)
Semoga Allah menerima amal-amal kita dan menggantinya dengan pahala yang besar disisi-Nya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari ada berbagai kekurangan dan juga karya ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan tulisan ini :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Beny Ridwan, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Syariah IAIN Salatiga.
3. Bapak Sukron Makmun, M. Si, selaku ketua Prodi Al-Ahwal al-Syakhsiyyah STAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. H. Mubasirun, M. Ag, selaku dosen pembimbing dalam skripsi ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAKS ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1
B. Rumusan masalah... 5
C. Tujuan penelitian... 5
D. Manfaat penelitian... 6
E. Penegasan istilah... 7
F. Tela‟ah pustaka... 7
G. Metodologi penelitian... 9
H. Sistematika penulisan... 16
B. Perkara hukum di masyarakat... 24
C. Penyelesaian perkara dalam islam dan penyelesaian perkara menurut
teori konflik... 33
BAB III : HASIL PENELITIAN
A. Peran FKPM sebagai mediator dalam menyelesaiakan
perkara-perkara hukum di masyarakat... 41
B. Peran FKPM dalam program Kepolisian... 57
C. Kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan... 74
BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR
A. Peran FKPM dalam pandangan hukum Islam... 78
B. FKPM dan penyelesaian perkara-perkara hukum... 82
C. Kendala penyelesaian perkara-perkara hukum di Kelurahan
Pulutan... 86
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan... 90
B. Saran... 92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan pancasila. Inti
dari negara hukum pancasila adalah penegakan keadilan dan kebenaran,
bukan semata-mata penegakan hukum dalam arti formal.”(Mahfud MD,
1999 : 141) Lebih lanjut Mahfud MD menjelaskan bahwa “menegakan
hukum itu tidak dengan sendirinya menegakkan keadilan, banyak sekali
orang menegakkan hukum dengan membangun kebenaran formal tetapi
subtansinya sangat bertentangan dengan rasa keadilan karena yang
dibangun disana adalah hukum untuk hukum bukan hukum untuk
keadilan.” (Mahfud MD, 1999 : 140)
Wajah lain dari hukum dan proses hukum yang formal tadi adalah
terdapatnya fakta bahwa keadilan formal tersebut sekurang-kurang nya di
indonesia, ternyata mahal, berkepanjangan, melelahkan, tidak
menyelesaikan masalah. Sebagaimana kita tahu, di tahun 2012 berbagai
media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka,
kasus prita, kasus randu, kasus minah, dan lain-lain yang di proses hingga
pengadilan, sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas
sistem peradilan Indonesia yang kurang memenuhi rasa keadialan
masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat
kecil.(http://umk.ac.ad/index.php/beranda/857) Berbeda halnya dengan
terkenal yang memiliki nama, jabatan dan kekuasaa. Proses hukum yang
dijalankan terkesan ditunda-tunda. Seakan-akan masyarakat selalu
disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh negara tersebut. Contohnya saja
kasus Gayus Tambunan, pegawai dierjen pajak Golongan III yang
diperkirakan korupsi sebesar 28 miliyar, tetapi hanya dikenai 6 tahun
penjara, kasus Bank Century yang belum jelas ujungya hingga sekarang,
dan kasus Ketua Makamah Konstitusi (MK), Akil Muhtar yang ditangkap
dalam Operasi Tangkap Tangan. Dalam operaasi itu, KPK telah menyita
uang dolar singapura sebesar 3 miliyar yang menunjukkan penegakan
hukum di Indonesia dalam kondisi awas, hampir semua kasus diatas
prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas. Padahal
semua kasus tersebut begitu merugikan negara dan masyarakat kita.”
(http://randyrinaldi.blogspot.com)
Sebagai seorang muslim penulis teringat akan firman Allah
Subhanahuwata‟ala yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri, terhadap ibu bapak atau kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslakhatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa : 135)
Bagi para penegak hukum seharusnya firman Allah diatas menjadi
peringatan baginya untuk benar-benar menegakkan hukum dengan adil
Dan juga Sabda Rosulullah SAW telah memperingatkan kita akan
kehancuran umat-umat terdahulu dikarenakan mereka menyimpang dari
kebenaran. Disebutkan dalam riwayat Bukhori dan Muslim bahwa
Rasulullah SAW Bersabda yang artinya:
Wahai manusia sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum kalian adalah sikap mereka yang bila yang melakukan kejahatan mencuri adalah orang yang terpandang mereka membiarkanya (tidak menghukumnya). Namun bila yang mencuri di tengah mereka adalah orang yang lemah, maka mereka menegakkan hukum atasnya. Demi Allah SWT seandainya fatimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotongtangannya.”(HR.Bukhori)
(http://mimbarjumat.com/arcive/1087)
Polisi merupakan salah satu alat negara untuk menegakkan hukum
dan sekaligus bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari
gangguan keamanan. Berdasarkan Skep Kapolri No: 373/X/2005
tertanggal 13 Oktober 2005 yang memerintahkan agar diberbagai tingkat
organisasi polri di bentuk Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)
tujuan pembentukan FKPM ini untuk katimbas yang kondusif di wilayah
desa dengan cara memberi pendapat dan saran kepada polri secara timbal
balik. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum secara aktif
membantu mencegah dan mengatasi tejadinya pelanggaran di wilayah
kelurahan atau desa. Inti dari pembentukan FKPM ini adalah untuk
membantu tugas polri melalui polmas dalam membangun katibmas.
Sehingga hal-hal yang muncul dan tergolong kecil bisa diselesaikan
dengan kekeluargaan oleh FKPM, tidak harus dibawa ke mapolsek.
Surat Keputusan Kapolri No: 373/X/2005 ini telah direspon
Kelurahan di Kota salatiga telah di bentuk Forum Kemitraan Polisi
Masuarakat (FKPM) yang salah satunya adalah Kelurahan Pulutan.
Menurut salah satu Kasad BINMAS, Kelurahan Pulutan adalah salah satu
kelurahan yang mempunyai keanggotaan FKPM yang aktif dan telah
menyelesaikan beberapa perkara hukum, baik tindak pedana ringan
maupun problem solving, sehingga mempunyai banyak catatan yang bisa
dijadikan data oleh peneliti. FKPM pulutan merupakan bentuk kerjasama
antara polisi dengan masyarakat yang dijadikan percontohan karena
keberhasilanya, sehingga dapat dijadikan pelajaran bagi FKPM di tempat
lain. Menurut Aibtu. Darsono selaku bhabinkamtibmas kelurahan pulutan,
ditahun 20012 FKPM Pulutan berhasil menyelesaikan beberapa kasus
tindak pidana ringan, dan pada saat ini baru menangani problem solving.
Bisakah FKPM ini menjadi solusi untuk mengatasi ketidak percayaaan
masyarakat terhadap sebuah sistem peradilan yang selama ini telah
berlaku di negeri ini, sehingga di dapat keadilan yang mudah, murah dan
cepat. Karena dengan kepercayaanlah kesadaran hukum masyarakat akan
terbangun, yang dapat mendorong timbulnya kepatuhan hukum dalam diri
seseorang. Kelurahan Pulutan adalah salah satu Kelurahan di Salatiga yang
dilalui oleh jalan baru lingkar salatiga, yang dalam pengamatan penulis
telah terjadi berbagai aktivitas yang pasti akan menimbulkan berbagai
pengaruh bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Pulutan.
Dalam pandangan penulis hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
menyelesaikan hal-hal yang tidak diingiankan sesuai dengan tujuan
dibentuknya FKPM menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan masalah.
Untuk itu peneliti ingin memfokuskan penelitian ini di Kelurahan Pulutan,
karena dalam kaca mata penulis telah mengalami perubahan yang
signifikan sejak di bukanya jalan baru lingkar salatiga.
Dengan berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menulis
skripsi dengan judul “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM
PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM
DIMASYARAKAT”.
B. Rumusan Masalah
Dengan berdasarkan latarbelakang di atas, dan untuk memperjelas
pembahasan masalah, penulis telah menetapkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian
perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan?
2. Bagaimanakah peran FKPM dalam program Kepolisian?
3. Apa kendala yang dihadapi FKPM dan bagaimana mengatasinya?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setia penelitian pasti memiliki tujuan, adapun tujuan penulis
dalam penelitian ini sebagaiberikut:
1. Untuk mengetahui peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian
perkara-perkara hukum di masyarakat Kelurahan Pulutan.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi FKPM dan cara
mengatasinya.
D. Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat
yang positif baik bagi penulis maupun pihak lain. Terdapat dua manfaat
dalam penelitian ini yaitu manfaaat secara teoritis dan praktis, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a. Menghasikan suatu penjelasan tentang proses penyelesaian
perkara-perkara hukum di masyarakat melalui FKPM sebagai
mediator.
b. Menghasilkan suatu penjelasan mengenai kendala- kendala yang
ada dan cara mengatasinya.
2. Secara praktis
a. Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi
penulis
b. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
E. Penegasan Istilahi
Untuk memudahkan memahami isi skipsi ini, berikut penulis
sampaikan beberapa pengertian dan singkatan yang terkandung dalam
PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI
MASYARAKAT”.
1. Peran : adalah pemain, tukang lawak, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat.(Fajri dan Senja, tth : 641)
2. Perkara adalah persoalan, masalah; urusan yang harus diselesaikan;
tindak pidana; tentang sesuatu hal, mengenai, berkenaan; karena.(Fajri
dan Senja, tth :646)
3. Mediator adalah orang atau pihak yang jadi penengah
perselisiahan.(Fajri dan Senja, tth : 557)
4. FKPM merupakan singkatan dari “Forum Kemitraan Polisi
Masyarakat”.
5. Hukum adalah peraturan resmi yang menjadi pengatur dan dikuatkan
oleh pemerintah; UU, perturan; patokan (kaidah-kaidah, ketentuan)
mengenai peristiwa alam yang tertentu; keputusan yang dijatuhkan
hakim. (fajri dan senja, tth : 365)
F. Telaah Pustaka
Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara
Hukum Dimasyarakat (studi Kasus di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga),
belum pernah diangkat sebagai skipsi. Meskipun demikian penulis
menemukan beberapa penelitian tenteng FKPM sebagai berikut:
Dr. Hidayatullah, SH Mhum Staf Pengajar Fakultas Hukum
yang berjudul “Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Melalui
Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)” (studi kasus FKPM di
Polres Salatiga, dengan fokus penelitian bagaimana jalannya penyelesaian
tindak pidana ringan di polres salatiga dan prospek FKPM sebagai
alternatif penyelesaiannya. Dengan hasil temuan menunjukan ada ktriteria
kasus tindak pidana ringan yang dapat diselesaikan melalui FKPM yang
masih mempertimbangkan situasi dan kondisi peleku. FKPM juga
memiliki prospek sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana ringan
yang dapat di dayagunakan di daerah-daerah lain. Hal ini didasarkan pada
sikap ketidak percayaan masyarakat terhadap lembaga, aparatur peradilan
dan sistem peradilan formal untuk menyelesaikan taindak pidana ringan
dengan asas, adil, manusiawi, sederhana, cepat dan biaya murah.
(Hidayatullah, 2012) Penelitian ini ber beda dengan penelitian penulis,
dimana penulis memfokuskan penelitianya pada basis kewilayahan yaitu
kelurahan pulutan. Dalam penelitian yang dilakukan penulis FKPM
merupakan mediator karena hasil dari penyelesaiannya berupa
kesepakatan-kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak memaksa.
Ary Wahyono peneliti pulsit. Kemasyarakatan dan kebudayaan-LIPI,
Widia graha dengan judul” Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
(FKPM): Sebuah Pendekatan Perpolisian Masyarakat Untuk Membangun
Citra Polisi.” Hasil dari penelitian ini adalah FKPM tidak dapat
diseragamkan di seluruh indonesia, analisis dokumen-dokumen
FKPM sangat bervariasi, terutama dalam penempatan unsur polri dalam
kepengurusan FKPM. Dan juga basis sosial FKPM tidak seragam ada yang
berbentuk kewilayahan seperti RT, RW, Kelurahan /Desa, Kecamatan, dan
Kabupaten, adapun yang berbentuk kawasan seperti, pertokoan, Mall,
perkantoran, dan kawasan industri. Program perpolisian Masyarakat
menjadi momentum untuk memperbaiki citra polisi yang selama ini
dianggap kurang baik, disisi lain program perpolisian masyarakat
berdampak pada pemeritah yang harus menata kembali pranata sosial di
masyarakat yang di hancurkan pada masa orde baru.
(http://library.um.ac.id/../39544.html) Dilihat dari hasil temuan penelitian
ini jelas berbeda dari penelitian yang dilakukan penulis.
G. Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan skipsi tenteng “PERAN FKPM SEBAGAI
MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA
HUKUM DIMASYARAKAT” di Kelurahan Pulutan kecamatan Sidorejo
kota salatiga, penyusunan menggunakan cara atau metode sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Untuk memperoleh data di lapangan dalam penelitian ini penulis
memilih pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang
digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti untuk menemukan jawaban dari permasalah tersebut.
Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena ini berkaitan
kasus yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan
memperoleh pemahaman dari individu, organisasi atau situasi.( Emzir,
2011 : 20).
2. Sifat Penelitian
Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskripsi, yaitu penelitian yang berusaha untuk
memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan,
atau gejala-gejala lainya. Maksudnya adalah untuk mempertegas
hipotesa-hipotesa agar memperkuat teori-teori lama, atau didalam
menyusun teori-teori baru. Didalam penelitian ini dideskrisikan peran
FKPM sebagai mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum
di masyarakat, peran kepolisian dalam FKPM, dan kendala-kendala
yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib datang lansung di
lapangan untuk memperoleh data yang valit (langsung dari
sumbernya) mengadakan dan meminta dokumen-dokumen yang di
butuhkan dalam penelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini di
ketahui oleh pihak-pihak terkait, dan memperoleh ijin untuk
mengadakan penealitian di Kelurahan Pulutan.
4. Lokasi Penelitian
Untuk melengkapi data penelitian penulis mengambil lokasi
kelurahan pulutan, karena memperoleh arahan dari kasad binmas
sebagai kelurahan yang memiliki keanggotaan yang aktif dan
merupakan FKPM yang terdapat kasus tentang perkara hukum yang
saat ini sedang diteliti oleh penulis.
5. Sumber Data
Menurut lofland dan lofland (1984 : 47) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2009 :
157) Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data sebagai
berikut:
a. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di
wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman.(Moleong,
2009 : 157) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kedua
metode yang ada yaitu pencatatan dan perekaman dalam
pengumpulan data di lapangan, mengigat ada sebagian orang
menolak untuk di rekam perkataanya pada saat wawancara
berlangsung.
Dalam hal ini pihak-pihak yang terkait dengan FKPM
kelurahan pulutan adalah sebagai berikut:
1) Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan Bapak AIBTU Darsono
b. Sumber data tertulis
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata-kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa
diabaikan, karena sumber data tertulis berkaitan erat dengan
sumber data utama, yang dapat membantu memahami dan
menganalisis sumper data utama. Dalam hal ini terdiri atas:
1) Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :
041/FKPM/VIII/2012
2) Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :
056/FKPM/VIII/2013
3) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/433/VII/2006 Tentang
“PANDUAN PEMBENTUKAN DAN
OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT
(POLMAS)”
4) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/507/X/2009 Tentang “
NASKAH SEMENTARA BUKU PEDOMAN
PELAKSANAAN STANDAR PENERAPAN POLMAS
BAGI PELAKSANA POLMAS”
5) Buku Pedoman Implementasi Polmas Tahun 2009
6) Buku Mediasi
6. Tenik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang falid dan objektif, maka dalam
a. Interview (wawancara)
Teknik yang diarahkan untuk menghimpun informasi dari
para informan yang kompeten dan oleh karenanya dianggap
mengetahui kondisi dari obyek dari proses penyelesaian perkara
oleh FKPM.
Wawancara kepada Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan
dilakukan pada senin, 10 febuari 2014 pada pukul 11.00 sampai
dengan pukul 11.50 di Kantor Kelurahan Pulutan. Kemudian
wawancara kepada Bp. Syafi‟i selaku Ketua FKPM Pulutan
dilakukan dirumah beliau pada sabtu, 17 mei 2014 pada pukul
16.30 sampai dengan pukul 17.45 dan di lanjutkan pada senin, 19
mei 2014 pukul 13.30 sampai dengan pukul 02.45 di tempat yang
sama.
b. Studi dokumen atau bahan pustaka
Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan
membaca, mempelajari, mengkaji, membuat catatan yang di
perlukan diantaranya, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :
041/FKPM/VIII/2012, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :
056/FKPM/VIII/2013, Skep NO. Pol. : Skep/433/VII/2006
Tentang “PANDUAN PEMBENTUKAN DAN
OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT”, Skep
No. Pol.: Skep/507/X/2009 Tentang “NASKAH SEMENTARA
PENERAPAN POLMAS BAGI PELAKSANA POLMAS”, Buku
Implemenasi Polmas Tahun 2009 dan buku mediasi.
c. Observasi (pengamatan)
Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan
pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini
pengamatan dilakukan di Balai Kemitraan Polisi Masyarakat
(BKPM).
7. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif. Yang
mengumpulkan data kualitatif, kemudian dilakukan penguraian untuk
mengambil suatu kesimpulan. Sedangkan metode interaktif mengacu
pada empat tahapan yang dijelaskan oleh miles dan huberman(analisis
data) yaitu sebagai berikut:
a. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap informan yang
telah ditentukan, sebagai orang yang mengetahui tentang FKPM,
kemudian dilakukan studi dokumen-dokumen baik yang di dapat
langsung dari Polres Kota Salatiga maupun langsung dari
lapangan.
b. Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul saat
c. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberikan kemungkinan untuk memberikan kesimpulan
dan tindakan.
d. Penarikan kesimpulan yang dimulai sejak awal pengumpulan
data, seoran yang menganalisis data kualitatif mencari keteraturan
benda-benda, pola-pola, penjelasan konsfigurasi, berbagai
kemungkinan, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpula akan
ditangani secara longga, tetap terbuka dan skeptis, tetapi
kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat
lebih rinci, dan mengakar pada pokok.
8. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian.
Sehingga diperlukan suatu tenknik untuk memeriksa keabsahan suatu
data.
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik trianggu lasi sumber, menurut patton berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif.(Meleong, 2009 : 331)
9. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menentukan terlebih dahulu tema
ke polres salatiga dan kelurahan pulutan. Di kelurahan pulutan peneliti
bertanya lansung kepada Bhabinkamtibmas kelurahan pulutan bpk
Aibtu. Darsono, mengenai proses penyelesaian perkara-perkara
hukum, peran kepolisian dalam FKPM dan kendala-kendala yang
dihadapi FKPM kelurahan pulutan.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikit:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan
sistematika penulusan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan kerangka teori berupa tinjauan
mediator, tinjauan tentang perkara-perkara hukum di
masyarakat, dan penyelesaian perkara dalam Islam dan
pemyelesaian perkara menurut teori konflik.
BAB III : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan berisi berbagai temuan dilapangan
berdasarkan rumusan masalah, yaitu peran FKPM sebagai
dimasyarakat, peran FKPM dalam Program Kepolisian, dan
kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.
BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR
Dalam bab ini akan dibahas pokok-pokok permasalahan yang
ingin di ungkap berdasarkan rumusan masalah yaitu, peran
FKPM dalam pandangan hukum Islam, FKPM dan penyelesaian
perkara-perkara hukum dimasyarakat, dan kendala penyelesaian
perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan akhir dari penelitian yang berisikan
kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan dari hasil
penelitian, dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari
kesimpulan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Mediator
1. Pengertian Mediator
Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian
senggketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi
terhadap pengambilan keputusan (Abbas, 2011 : 59).
Pengertian mediator menurut Peraturan Makamah Agung No.1
tahun 2008 mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak
dalam proses perundingan guna mencari kemungkinan penyelesaian
sengaketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan
sebuah penyelesaian (PERMA NO. 1 TAHUN 2008).
2. Tipologi Mediator
Mediator dalam menjalankan proses mediasi memperlihatkan
sejumlah sikap yang mencerminkan tipe mediator. Mediator
melakukan Tindakan semata-mata ingin membantu dan mempercepat
proses penyelesaian sengketa. Berikut tipe-tipe mediator menurut
Prof. DR. Syahrizal Abbas:
a. Tipe mediator otoritatif
Tipe mediator dimana dalam proses mediasi dia memiliki
kewenangan yang besar dalam mengontrol dan memimpin
pertemuan antara para pihak, jika dirasa pertemuan tersebut tidak
efektif.
Dalam proses mediasi, mediator dengan tipe otoritatif libih
banyak mengajukan pertanyaan kepada para pihak seputas akar
persoalan utama yang menjadi sumber sengketa. Mediator
otoritatif tidak banyak mendengarkan cerita dari para pihak. Pada
sisi ini para pihak terlihat agak pasif dalam mengemukakan
persoalannya, sehingga lebih banyak bergantung pada mediator.
b. Tipe mediator social network
Mediator dengan tipe sosial network adalah tipe mediator
dimana ia memiliki jaringan sosial yang luas untuk mendukung
kegiatanya dalam menyelesaikan sengketa. Mediator ini memiliki
hubungan dengan sejumlah kelompok sosial yang ada dalam
masyarakat. kelompok sosial dimaksud bertugas membantu
masyarakat dalam menyelesaiakan sengketa. Mediator yang
bertipe sosial network dalam menjalankan proses mediasi lebih
menekankan bagaimana para pihak menyelesaikan sengketa
melalui jaringan sosial yang ada.Mediator social network
mengarahkan sengketa yang ia tangani kepada pola-pola
penyelesaian sengketa yang ia peroleh ketika ia bergabung dalam
c. Tipe mediator independen
Mediator independen adalah tipe mediator dimana ia tidak
terikat dengan lembaga sosial dan institusi apapun dalam
menyelesaikan sengketa para pihak. Mediator jenis ini berasal
dari masyarakat yang dipilih oleh para pihak untuk menyelesaikan
sengketa mereka. Ia betul-betul bebas dari pengaruh manapun,
sehingga ia leluasa menjalankan mediasi. Mediator jenis ini
sengaja diminta oleh para pihak, karena memiliki kapasitas dan
skill dalam menyelesaiakan sengketa. Umumnya tipe mediator ini
berasal dari tokoh masyarakat, tokoh adat, ulama, yang cukup
berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa.
Independensi mediator tidak hanya dari sisi lembaga dan
keberadaannya dalam masyarakat, tetapi juga independen dalam
menjembatani, menegosiasi, dan mencari opsi bagi penyelesaian
sengketa para pihak. Ia menjaga imparsialitas dan netralitas dari
pengaruh manapun termasuk dari para pihak. Mediator jenis ini
semata-mata memfokuskan diri pada upaya strategis yang dapat
diambil untuk mengakhiri sengketa para pihak. Mediator
independen sangat bebas menciptakan kreasi untuk menciptakan
sejumlah opsi, tanpa tergantung pada pihak manapun. (Abas,
3. Fungsi Mediator
Mediator sebagai penengah dalam suatu proses mediasi
mempunyai fungsi tersendiri sebagai seorang mediator. Fungsi yang
di maksud adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki kelayakan komunikasi antara para pihak yang
biasanya ada hambatan dan sekat-sekat psikologis.
b. Mendorong trciptanya suasana yang kondusif untuk memulai
negosiasi yang fair.
c. Secara tidak langsung mendidik para pihak atau memberi
wawasan tentang proses dan substansi negosiasi yang sedang
berlangsung.
d. Mengklarifikasi masalah subtansial dan kepentingan
masing-masing pihak.
4. Posisi Mediator
Sebagai seorang mediator haruslah memiliki posisi, dalam hal
ini khusus menangani mediasi. Adapun posisi mediator dalam hal ini
adalah sebagai berikut :
a. Mediator tidak boleh memberikan penilaian tentang siapa yang
benar dan siapa yang salah, diantara para pihak yang sedang
berselisih atau bersengketa.
b. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam
penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelasaian.
c. Mediator tidak boleh mengampil suatu keputusan atas
persengketaan atau konflik yang sedang berlansung antara kedua
belah pihak.
d. Mediator hanya berposisi sebagai fasilitator yang memperlancar
jalanya suatu proses negosiasi yang belangsung antara para pihak
atau para negosiator yang mewakili kepentingan para pihak.
(http://Maulidindarma.blogspot.com/2014/02, 31 januari 2015)
5. Peran Mediator
Berbagai peran mediator dalam proses mediasi secara deskripsi
sebagai berikut :
a. Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan diantara para
pihak.
b. Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal
komunikasi dan menguatkan suasana yang baik.
c. Membantu para pihak untuk menghadapi situasi dan kenyataan.
d. Mengajar para pihak dalam proses dan ketkrampilan
tawar-menawar.
e. Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan
menciptakan pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian
6. Kewenangan dan tugas mediator
Mediator memiliki sejumlah kewenangan dan tugas dalam
menjalankan mediasi. Kewenangan dan tugas di peroleh dari para
pihak, dimana mereka „mengijinkan dan setuju‟ adanya pihak ke tiga
menyelesaikan sengketa mereka. Kewenangan dan tugas mediator
terfokus pada upaya menjaga dan mempertahankan proses mediasi.
Kewenangan mediator terdiri atas :
a. Mengontrol proses dan menegaskan aturan dasar
b. Mempertahankan struktur dan momentum dalam negosiasi.
c. Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak produktif lagi. (Abbas,
2011 : 83-84)
Adapun tugas seorang mediator adalah sebagai berikut :
a. Melakukan diagnosis konflik.
b. Mengidentifikasikan masalah serta kepentingan-kepentingan
kritis para pihak.
c. Menyusun agenda.
d. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi.
e. Mediator harus menyusun dan merangkaikan kembali tuntutan
(positional claim) para pihak, menjadi kepentingan sesungguhnya
para pihak.
f. Mediator bertugas mengubah pandangan egosentris masing-masing
g. Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial
(berkutat definisi tertentu) para pihak mengenai suatu
permasalahan ke pandangan yang lebih baik universal (umum)
sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
h. Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefinisian
permasalahan.
i. Mediator bertugas menyusun proposisi mengenai permasalahan
para pihak dalam bahasa dan kalimat yang tidak menonjolkan
unsur emosional.
j. Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap
berada dalam kepentingan yang sesungguhnya. (Abbas, 2011 :
86-90)
B. Perkara Hukum di Masyarakat 1. Definisi Hukum
a. Definisi hukum menurut para ahli hukum
Beberapa Sarjana Hukum indonesia juga turut berusaha
merumuskan hukum sebagai berikut:
1) S.M. Amin,SH
Dalam buku beliau yang berjudul “bertamasya ke Alam
Hukum,” hukum dirumuskan sebagai berikut: “Kumpulan
-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga
keamanan dan ketertiban terpelihara”.
2) J.C.T. Simorangkir,S.H dan Woerjono Sastropranoto,S.H
Dalam buku yang disusun bersama berjudul “pelajaran
hukum indonesia” telah diberikan definisi hukum sebagai
berikut: “hukum itu ialah peraturan-peratuan yang bersifat
memeksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan-badan resmi
yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukum tertentu.”
3) M.H. Tirtaamidjaja,S.H
Dalam buku beliau “pokok-pokok Hukum Perniagaan”
ditegaskan “Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus
diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam
pergaulan hidup dengan ancaman meski mengganti kerugian
– jika melanggar aturan-aturan itu – akan membahayakan diri
sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaanya, didenda, dan sebagainya.”(Kansil, 1999)
b. Unsur , ciri-ciri dan sifat hukum
Adapun hukum itu memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
2) Peraturan itu diadakan badan-badan resmi yang berwajib.
3) Peraturan itu bersifat memaksa
4) Sanksi terhadap pelanggar hukum adalah tegas
Selanjutnya agar hukum itu dapat dikenal dengan baik,
haruslah mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut C.T.S. Kansil,
S.H., ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut :
1) Terdapat perintah dan/atau larangan.
2) Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.
Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam
masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarakat itu tetap
terpelihara sebaik-baiknya. Oleh karena itu hukum meliputi
berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan
orang yang satu dengan orang lainya, yaitu peraturan-peraturan
hidup bermasyarakat yang dinamakan “Kaedah Hukum”.
Barang siapa yang dengan sengaja melanggar suatu “Kaedah
hukum” akan dikenakan sanksi (sebagai akibat dari pelanggaran
“Kaedah Hukum”) yang berupa „hukuman‟.
Bentuk hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Bab II (PIDANA) pasal 10 adalah sebagai
1) Pidana pokok
a) Pidana mati;
b) Pidana penjara;
c) Pidana kurungan;
d) Pidana denda;
e) Pidana tutupan;
2) Pidana tambahan
a) Pencabutan hak-hak tertentu;
b) Perampasan barang-barang tertentu;
c) Pengumuman putusan hakim.
Sedangkan sifat bagi hukum adalah sifat mengatur dan
memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mematuhi
tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang
tegas (berupa hukuman) kepada siapa saja yang tidak
mematuhinya. Ini harus diadakan bagi sebuah hukum agar
kaedah-kaedah hukum itu dapat ditaati, karena tidak semua
orang mau mentaati kaedah-kaedah hukum itu.(Kansil, 1999 :
40)
c. Fungsi danTujuan Hukum
Hukum itu selalu melekat pada manusia yang
bermasyarakat. Dengan berbagai peran hukum, maka hukum
masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul”. Lebih rincinya funsi hukum dalam perkembangan
masyarakat terdiri dari :
1) Sebagai alat mengatur tata-tertib hubungan masyarakat;
dalam arti, hukum berfungsi menunjukkan manusia mana
yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala sesuatu
dapat berjalan dengan tertib dan teratur.
2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan
batin; dikarenakan hukum memiliki sifat dan ciri-ciri yang
telah disebutkan, maka hukum dapat memberi keadilan,
dalam arti dapat menentukan siapa yang salah dan siapa
yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati
dengan ancaman saksi bagi pelanggarnya.
3) Sebagai sarana penggerak hubungan: daya memaksa dan
mengikat dari hukm dapat digunakan atau didayagunakan
untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum
digerakkan untuk membawa masyarakat kearah yang lebih
maju.
4) Sebagai penentuan aplikasi wewenang secara terperinci
siapa yang boleh melakukan pelaksanaan (penegak) hukum
, siapa yang harus mentaatinya, siapa yang memilih sanksi
yang tepat dan adil, seperti konsep hukum konstitusi
5) Sebagai alat penyelesaian sengketa: sebagai contoh
penyelesaian sengketa harta waris dapat segera selesai
dengan ketetepan hukum waris yang telah diatur dalam
hukum perdata.
6) Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan
diri dengan kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan
merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial antara
anggota-anggota masyarakat. (http://akitiano.blogspot.com,
30 januari 2015)
Dari deretan pengertian, unsur, ciri-ciri, sifat dan funsi
hukum, maka tujuan dari perwujudtan hukum itu harus ada,
dimana terdapat berbagai pendapat mengenai tujuan hukum
dari para ahli hukum, berikut diantaranya :
1) Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum jilit 1, karangan Drs.
C.T.S. Kansil, S.H. disebutkan hukum itu bertujuan
menjamin adanya kepastian hukum masyarakat dan hukum
itu pula harus bersendikan pada keadilan, yaitu keadilan
pada masyarakat itu. ( Kansil, 1999 : 14)
2) Tujuan hukum menurut S.M. Amin, S.H sebagai mana teleh
tertulis diatas adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan hidup manusia, sehingga keamanan dan
3) Apeldoorn dalam bukunya disebutkan tujuan hukum adalah
mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian.(Apeldoorn, 1993 : 10)
Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum
dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang
tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa harta benda dsb.
Terhadap yang merugikannya.
Kepentingan dari perseorangan dan kepentingan dari
golongan-golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain.
Pertentangan ini selalu akan menyebabkan pertikaian, bahkan
peperangan antar semua orang melawan semua orang, jika
hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan
perdamaian. Dan hukum mempertahankan perdamaian dengan
menimbang kepentingan yang bertentangan secara telitindan
mengadakan keseimbangan di antara keduanya, karena hukum
hanya dapat mencapai tujuan (mengatur pergaulan hidup secara
damai) ijka ia menuju peraturan yang adil.(Apeldoorn, 1993 :
11)
2. Perkara Hukum di Masyarakat
Sebagai mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup
sendiri untuk memenuhi kebutuhanya, sebagaimana
diungkapkan Bapak Farkhani dalam bukunya sebagai berikut :
Secara kodrati (sunatullah), manusia diciptakan
interdependensi antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup menyendiri dan dapat hidup bertahan lama, apalagi sampai dapat
menciptakan sebuah peradapan. Oleh karena
kehidupannya yang memiliki kecenderungan
berkelompok, Aristoteles (384-322 SM) menyebut manusia sebagai zoo politicon atau de men is een social wezen, artinya manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya. (Farkhani, 2009 : 1)
Sebagai individu yang hidup bermasyarakat manusia
memiliki berbagai kepentingan yang berbeda-beda dengan yang
lain. Kepentingan pribadi dapat diupayakan pemenuhanya
masing-masing tanpa saling bertentangan. Namun seringkali
kepentingan antar pribadi bertemu dan saling berbenturan satu
sama lain. Prof. Dr. Dirjosisworo mencontohkan sebagai
berikut:
Misalnya “A” yang bertetangga dengan “B” , suatu hari karena baru saja hujan lebat banyak kotoran yang menyumbat saluran pembuangan kotoran yang
berbatasan dengan rumah “B”, maka demi
Gambaran diatas menjadi salah satu contoh perbedaan
kepentingan antar pribadi. Padahal dalam kehidupan
bermasyarakat banyak sekali perkara-perkara yang dianggap
sepele, apabila tidak tepat dalam penanganannya dapat
menimbulkan pertikaian antar warga, sehingga mengurangi
keharmonisan dalam masyarakat itu.
Demikianlah gambaran singkat perkara-perkara hukum
yang muncul dimasyarakat sebagai akibat dari perbedaan
kepintingan, perbedaab kepentingan itu bisa antar pindividu,
individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan
kelompok. Jika kasus-kasus yang muncul tidak tepat
penyelesaiannya akan berakibat pada ketidaknyamanan di
masyarakat.
Dalam KUHP telah ditulis terperinci mengenai bentuk
perkara hukum yang dibagi menjadi dua (2), yaitu kejahatan
dalam BAB II dan pelanggaran dalam BAB III.
Kejahatan adalah Rechtdelicht, yaitu perbuatan yang
bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu
diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak.
Sekalipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam
undang-undang, perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat
Pelanggaran adalah Westdelicht, yaitu
perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai suatu
tindak pidana, karena undang-undang merumuskanya sebagai
suatu delik. Perbuatan-perbuatan ini baru disadari sebagai
tindak pidana oleh masyarakat oleh karena undang-undang
mengancamnya dengan sanksi pidana.
(www.tenagasosial.com/2013/08)
C. Penyelesaian Perkara Dalam Islam dan Penyelesaian Perkara Menurut Teori Konflik
1. Penyelesaian Perkara Dalam Islam
“Perdamaian dalam syariat islam sangat dianjurkan. sebab
dengan perdamaian akan terhindarlah kehancuran silaturahmi
(hubungan kasih sayang) sekaligus permusuhan diantara
pihak-pihak yang bersengketa akan dapat diakhiri”
(http://alawiyahtuti18.blogspot.com/2011/04, 2 Januari 2015)
Perdamaian dalam Islam dikenal dengan istilah sulh, yang
artinya “suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak
bersepakat untuk mengakhiri perkara mereka dengan
damai.”(Abbas, 2011:156) Di dalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi
Muhammad menganjurkan pihak yang bersengkete menempuh
jalur sulh dalam menyelesaikan sengketa, baik di depan pengadilan
maupun di luar pengadilan. Sulh memberikan kesempatan para
mereka tidak lagi terpaku secara ketat pada pengajuan alat bukti.
Para pihak memiliki kebebasan mencari jalan keluar agar sengketa
mereka dapat di akhiri. (Abbas, 2011)
Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman dalam surat an-Nisa : 114 yang artinya :
tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh memberikan sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.(QS. an-Nisa‟ : 114)
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan kita untuk
mendamaikan saudara kita sesama mukmin yang berperang atau
bersengketa, Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujurut (49) :
9-10 yang artinya :
Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah lembali (kepada perintah Allah), maka damaikanllah antara keduanya dan berlaku adilah.”sesungguhnya, orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua sadaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.(QS. Al-Hujurat (49) : 9-10)
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas,
Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya : “tolonglah saudaramu
(sesama mukmin) dalam ia berbuat zalim atau dizalimi.” Kemudia Anas
ra. Bertanya kepada Rasulullah SAW. “ya Rasulullah, ini aku
dalam keadaan ia yang zalim?” Rasulullah pun menjawab : “dengan
mencegahnya berbuat kezaliman.” (katsir, 2004 : 357-358)
Anjuran sekaligus perintah Allah SWT yang tertulis dalam
Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW diatas dalam
penyelesian perkara/kasus untuk memilih sulh sebagai sarana
penyelesaian sengketa yang didasarkan pada pertimbangan bahwa,
sulh dapat memuaskan para pihak, dan tidak ada para pihak yang
merasa menang atau kalah dalam penyelesaian sengketa mereka.
sulh mengantarkan pada ketentraman hati, kepuasan dan
memperkuat tali silaturahmi para pihak yang bersengketa. (Abbas,
2011 :160)
Dalam hal ini proses perdamaian dalam Islam juga tegas
dalam memberikan batasannya, yaitu larangan perjanjian
menghalalkan yang haram ataupun sebaliknya, dalam sebuah hadist
yang diriwayatkan at-Tirmizi yang artinya :
Sulh adalah sesuatu yang harus ada di antara kaum muslimin, kecuali suatu perdamaian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, dan kaum muslimin terikat dengan janji mereka, kecuali janjin yang menharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”.(at-Tirmidzi). (Abbas, 2009 : 161)
2. Penyelesaian Perkara Berdasarkan Teori Konflik
a. Pengertian Konflik
Berikut ini pengertian konflik yang relefan dengan
1) Menurut Taquiri dalam Nemstorm dan Davis (1977),
konflik merupakan warisan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat dari pada berbangkitnya keadaan
ketidak setujuan, kontroversi dan pertentangan dua pihak
atau lebih secara berterusan.
2) Menurut pace dan faules (1994), Konflik merupakan
ekpresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.
Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekpresikan,
diingat dan dialami.
3) Menurut soerjono soekanto, konflik merupakan dimana
orang per orangan atau kelompok manusia berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
yang disertai ancaman atau kekerasan.
b. Teori konflik
Berikut ini akan dipaparkan beberapa teori penyebab
konflik, sebagai berikut :
1) Teori hubungan masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi
yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan
2) Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi
yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang
konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
3) Teori kebutuhan manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan
oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang
tidak terpenuhi atau dihalangi, keamanan, identitas,
pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering menjadi inti
pembicaraan.
4) Teori kesalah pahaman antar budaya
Berasumsi bahwa konflik desebabkan oleh ketidak cocokan
dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang
ada.
5) Teori tranformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah
ketidak setaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi.
c. Faktor-faktor penyebab konflik
1) Perbedaan indivudu yang meliputi perbedaan pendirian dan
perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap
satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini
dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam
menjalani kehidupan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya.
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelomponya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menimbulkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
3) Perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok
manusia memiliki perasaan, pendir, maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melekukan hal yang
sama, namun untuk tujuan yang berbeda-beda.
4) Perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
mendadak, perubahan itu dapat memicu munculnya konflik
sosial.
d. Akibat Konflik
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok
(ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Keretakan hubungan kelompok yang bertikai.
3) Perubahan kepribadian pada individu.
4) Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
5) Dominasi bahkan penahklukan salah satu pihak yang
terlibat dalam konflik.
e. Solusi penyelesaian konflik
1) Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara
kelompok-kelompok yang mengalami konflik.
2) Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa
saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.
3) Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk
memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan
isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi
berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka, dari pada
posisi yang sudah tetap.
4) Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk
mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan
pilihan-pilihan untuk memenihi kebutuhan itu.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara Hukum di Masyarakat
1. Profil Kelurahan Pulutan
Pada awalnya kelurahan Pulutan merupakan bagian wilayah
kabupaten semarang. Sejak adanya pemekaran Kota Salatiga pada
tahun 1987, kelurahan Pulutan masuk menjadi wilayah kota salatiga
hingga saat ini.
Kelurahan Pulutan memiliki udara yang sejuk dengan luas
wilayah 162,715 Ha, yang terletak pada 007,17-007,23 LS dan 110
8”58-110 32”464 BT yang berada pada ketinggian 584-600 M diatas
permukaan laut. Wilayah utara kelurahan pulutan berbatasan langsung
dengan kel. Blotongan dan Sidorejolor, sebelah timur berbatasan
dengan Kel. Sidorejolor, sebelah selatan berbatasan dengan kel.
Kecandran dan sebelah barat berbatasan dengan kel. Candirejo Kec.
Tuntang.
Penduduk Pulutan mayoritas beragama Islam yang terdapat 4
(empat) masjid dan 17 (tujuh belas) musholla. Terdapat pula tempat
pendidikan yang berupa 3 pondok pesantren dan beberapa TK, PAUD,
MI, SD, dan SLTP.Tidak terdapat tempat ibadah agama lain di
2. Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat Kelurahan Pulutan
a. Latar Belakang Pembentukan
Perencanan pembentukan FKPM di lakukan bersama2 antara
polisi dan tokoh masyarakat kelurahan Pulutan. Tokoh masyarakat
dalam hal ini di wakili ketua Rt, Ketua Rw tokoh-tokoh agama,
tokoh pemuda, serta tokoh wanita. Diawali dengan sosialisasi
tentang konsep polmas dimana reformasi polri menempatkan
masyarakat sebagai mitra kerja polisi yang kemudian meminta
saran dan pendapat mereka (tokoh masyarakat Pulutan) akan
kebutuhan rasa aman di kelurahan pulutan. Sebagian besar tokoh
masyarakat menyadari kalo kebutuhan akan rasa aman merupakan
kebutuhan bersama, sehingga keberadaan Polmas/FKPM sangat di
butuhkan.
Masyarakat pulutan menyambut positif pembentukan FKPM.
Dalam FKPM, antara masyarakat dan polisi adalah sebagai mitra
yang sejajar berdasarkan Skep. No.373/2005 tentang kebijakan dan
strategi penerapan perpolisian masyarakat.
Karena keamanan dirasakan merupakan kebutuhan bersama,
maka pada tanggal 24 Febuari 2007 dibentuklah FKPM di
kelurahan pulutan. yang di ketuai oleh Bapak H. M Safi‟i sampai
b. Struktur organasasi
Sejak di bentuk awal tahun 2007 organisasi ini telah
mengalami 3 (tiga) kali perubahan dalam struktur organisasinya.
Perubahan terjadi karena adanya salah satu anggota yang
meninggal dunia dan juga karena seorang anggota yang padat
kesibuakannya sehingga kurang bisa aktif di FKPM. Berikut ini
struktur organisasi FKPM Pulutan yang aktif di tahun 2013.
SRUKTUR ORGANISASI FKPM PULUTAN
Ketua : HM Syafi‟i
Wakil Ketua : AIPTU. Darsono
Sekretaris : Agus Suprihadi
Bendahara : Kadariyah
Penanggung Jawab Bidang
Bidang Agama : Muslih
Bidang Idiologi : Sutarti Suroso
Bidang Pemuda dan Olah Raga : Kamami
Bidang Sosial : HM Sucipto
Bidang Keamanan : Ans‟adi Komyayin dan
Haryanto
c. Tujuan FKPM Pulutan
FKPM Pulutan memiliki tujuan umum dan tujuan khusus
untuk terciptanya suasana yang kondusif di Kelurahan Pulutan
yaitu sebagai berikut :
1) Tujuan umum
Meningkatkan indikator keamanan, ketentraman dan ketertiban
masyarakatsehingga masyarakat meraasa nyaman dalam
melakukan aktifitasnya sehari-hari.
2) Tujuan khusus
a) Meningkatnya intensitas kegiatan forum dan keikut sertaan
masyarakat.
b) Meningkatnya pengurus dalam menemukan dan
mengidetifikasi akar permasalahan.
c) Meningkatnya kemampuan forum bersama masyarakat
menyelesaikan permasalahan termasuk konflik antar
warga.
d) Terakomodasinya keluhan warga untuk diselesaikan.
e) Meningkatkan intensitas kunjungan forum kepada warga.
f) Menurunya angka kejahatan.
g) Masyarakat mersa terayomi terhadap gangguan kamtibmas.
d. Tempat Penyelesaian Perkara
FKPM kelurahan Pulutan telah memiliki gedung Balai
BKPM. Bangunan BKPM ini baru saja selesai di bangun yang
berdiri tegak di depan Kantor Kelurahan Pulutan. Fasilitas
bangunan ini di gunakan untuk acara diskusi-diskusi yang
berhubungan dengan FKPM.
Dalam wawancara Ketua FKPM menuturkan untuk
penyelesaian perkara/permasalahan sendiri tidak selalu di BKPM,
beliau beranggapan penyelesai persmasalahan dengan damai harus
di carikan tempat-tempat yang tenang, agar suasananya cair dan
tidak menimbulkan pertannyaan bagi orang lain dan tidak ada
beban dari para pihak yang berselisih.
BKPM sebagai tempat penyelesaian jugadianggap kurang
tepat, karena bisa menimbulkan kesan untuk menghakimi para
pihak yang berperkara/berselisih. Padahal tujuan FKPM bukan
untuk menghakimi, melainkan membantu penyelesaian perkara/
permasalahan dengan damai yang manusiawi dan
bermartabat.Sehingga tujuan FKPM dapat dalam rangka menjaga
gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi atau bersumber
dari dalam masyarakat dapat terwujud.
e. Sumber Biaya Operasional
Dalam setiap organisasi memerlukan biaya operasiaonal
untuk menjalankan program-programnya. Biaya operasional
FKPM di peroleh dari dua jalur, jalur formal dan jalur informal.
kepolisian salatiga. Namun ini tidak berlangsung lama, selama
operasionalnya bantuan diberikan kurang lebih 3 (tiga) kali.
Sedangkan jalur in formal, FKPM memperoleh biaya
operasional dari LSM. Dalam kegiatan-kegiatannya FKPM
mendapat respon dari salah satu LSM di salatiga, bantuan dana pun
di berikan. Jika terdapat sisa anggaran kegiatan seperti seminar
tidak di bagikan ke anggota, melaikan disimpan unutk biaya
keperluan lain yang mendesak nantinya.
Untuk menutup kekurangan biaya operasional FKPM selama
ini, anggota FKPM beriuran sendiri demi terlaksananya program
dan penyelesaian permasalahan. Menurut Bp. Syafi‟i iuran ini tidak
menjadi masalah, karena mampu membantu menyelesaikan
permasalahan orang lain demi terciptanya masyarakat yang aman,
damai di lingkungannya.
f. Proses Penyelesaian Perkara
Proses penyelesaian sebuahperkara oleh FKPM yaitu sebagai
berikut:
1) Adanya laporan dari korban atau masyarakat terkait suatu
perkara/kasus yang di catat dalam buku Wira-wiri oleh ketua
FKPM.
2) Ketua dan beberapa anggota FKPMyang di dampingin
Bhabinkamtibmas selaku wakil ketua FKPM setempat
pihak-pihak terkait untuk mengklarivikasi mengenai
permasalahan yang terjadi, untuk mengetahui akar
permasalahan.
3) Setelah mengetahui akar permasalahannya FKPM akan
mengungkapkan beberapa pilihan (opsi) untuk menyelesaikan
persoalan dengan memaparkan akibat yang akan timbul dari
masing-masing pilihan penyelesaian.
4) Selanjutnya keputusan diserahkan kepada para pihak untuk
menentukan sendiri cukup di FKPM dengan menerima
gantirugi/meminta maaf saling menyadari kesalahan masing
atau mau di lanjutkan ke kepolisian dalam hal ini di laporkan
ke POLSEK setempat.
5) Jika para pihak menerima penyelesaian perkara melalui FKPM
sebagai penghubung perdamaian, maka akan di keluarkan SKB
(Surat Kesepakatan Bersama) yang ditandatangani kedua belah
pihak dan di beri meterai.
3. Data Laporan perkara di FKPM Pulutan
Ketua FKPM Bp. Syafi‟i telah mencatat laporan gangguan
keamanan di Pulutan sejak tahun 2006, yaitu satu tahun sebelum
FKPM di bentuk di kelurahan Pulutan pada tahun 2007. Laporan
masyarakat ini dicatat dalam sebuah buku yang oleh FKPM dinamakan
Laporan yang masuk di FKPM sangat komplek dari
permasalahan sosial, pencurian, persoalan rumah tangga, warisan
hingga tindak pidana berat seperti curanmor,pencurian ternak,
percobaan pembunuhan, perampokan, dan penipuan. Sebagian besar
laporan tersebut dapat diselesaikan oleh FKPM terkecuali curanmor
dan sebagaian kecelakaan lalu – lintas .
Mengenai kasus kecelakan lalu lintas terjadi perbedaan
pendapat antara Ketua FKPM Bp, syafi‟i dengan Bhabinkamtibmas
Pulutan AIPTU Darsono. Bp. Syafi‟i berpendapat bahwa penyelesaian
dengan damai adalah untuk membantu para pihak dalam menyelesaian
persoalanya, melalui beberapa alternatif penyelesaian yang berdasakan
pada akar permasalahannya. Sedangkan AIPTU Darsono berpendapat
bahwa kecelakaan lalu – lintas bisa saja mengakibatkan salah satu
pihak luka dalam yang baru terasa/diketahui setelah kesepakatan damai
di buat. Yang kemudian akan menuntut FKPM selaku pihak yang
menbantu dalam proses perdamaian.
Adanya perbedaan cara pandang inilah kemudian dibuat aturan
bahwa penyelesaian kecelakaan lalu lintas oleh FKPM harus di laporka
ke kepolisian, mengenai kronologi kejadian dan bentuk