• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI

MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR

DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA

HUKUM DI MASYARAKAT

(Studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah

Oleh

USWATUN HASANAH

NIM 21209006

FAKULTAS

SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH (AHS)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

(2)

Drs. Mubasirun, M.Ag.

Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 (tiga) Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Sdr. Uswatun Hasanah

Kepada

Yth. Rektor IAIN Salatiga

Di Salatiga.

Assalamu‟alaikum wr. wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skipsi saudara:

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 21209006

Jurusan : Syariah / Ahwal Al-Syakhsiyyah

Judul : PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT

(FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT (studi kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)

Bersama ini kami mohon agar naskah skipsi saudara tersebut di atas segera di munaqosyahkan.

Demikian harap menjadi perhatian.

Wassalamu‟alaikum wr. Wb.

Salatiga, 8 januari 2015

Pembimbing

Drs.Mubasirun,M.Ag.

(3)

SKRIPSI

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT(FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA

HUKUM DI MASYARAKAT

(studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota salatiga)

DISUSUN OLEH USWATUN HASANAH

NIM : 21209006

Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 23 Febuari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1

Hukum Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag ---

Sekertaris : Drs. Mubasirun, M.Ag ---

Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag ---

Penguji II : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag ---

Salatiga, 6 Maret 2015

Rektor IAIN Salatiga

Dr. H, Rahmat Hariyadi, M.Pd.

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 21209006

Jurusan : syariah

Program Stu di : Al Ahwal Al Syakhsiyyah

Mengatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik

ilmiah.

Yang bertanda tangan

Uswatun Hasanah

(5)

MOTTO

“Belajar itu butuh proses, proses butuh berjuang, dan

berjuang butuh kesabaran, karena kesabaran yang disertai

dengan keihklasan adalah kunci kesuksesan”

PERSEMBAHAN Karya ini, penulis persembahkan untuk :

Yang telah bersusah-payah, berjuang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ikhlas tanpa mengharap apapun dari kami, kecuali ridha dari Allah SWT dalam membesarkan kami

seorang diri,

Umi-ku Adawiyah

Ya Allah tempatkanlah ayahku di surgamu yang kekal dan abadi, do’a kami akan selalu menyertaimu,

Abi-ku DAmami

Jazzakumullah khairon katsiron

Motivasi dan do’a darimu kakakku, sehingga adikmu bisa menyelesiakan pendidikan ini jazzakumullah khairon katsiron

Teman hidupku Sutarso Abdullah,

Do’a, semangat, dan kasih sayangmu serta tempat curhatku jazzakumullah khairon katsiron

Anak-anakku tercinta,

Kalian motivasi terbesar dalam hidupku

(6)

ABSTRAKS

Hasanah, Uswatun. 2015. Peran Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-perkara Hukum di Masyarakat. Program Studi Ahwal AL-Syakhsiyyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Drs. H. Mubasirun, M.Ag.

Kata Kunci : Mediator, FKPM dan Penyelesaian Perkara

Ditahun 2012 berbagai media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka, kasus prita, kasus randu dan lain-laian, yang diproses hingga pengadilan,sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas peradilan di Indonesia yang kurang memenuhi keadilan masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat kecil. Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian perkara-perkara hukum di msyarakat, bagaimana peran FKPM dalam program Kepolisian dan apa kendala yang dihadapi dan bagai mana cara mengatasinya.

Untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah diatas dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang mengarah pada jenis penelitian studi kasus.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala piji bagi Alloh. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan serta ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Alloh dari kejelekan diri dan amal perbuatan. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tiada yang mampu untuk menyesatkanya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Alloh maka tidak akan ada yang bisa memberikan hidayah kepadanya.

Saya bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Alloh yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.

Alloh Ta’ala berfirman yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaa beragama Islam.” (QS. Ali Imron (3) : 102)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar.”(QS. Al-Ahzab (33) : 70 – 71)

Semoga Allah menerima amal-amal kita dan menggantinya dengan pahala yang besar disisi-Nya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari ada berbagai kekurangan dan juga karya ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan tulisan ini :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Beny Ridwan, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Syariah IAIN Salatiga.

3. Bapak Sukron Makmun, M. Si, selaku ketua Prodi Al-Ahwal al-Syakhsiyyah STAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. H. Mubasirun, M. Ag, selaku dosen pembimbing dalam skripsi ini.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAKS ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Rumusan masalah... 5

C. Tujuan penelitian... 5

D. Manfaat penelitian... 6

E. Penegasan istilah... 7

F. Tela‟ah pustaka... 7

G. Metodologi penelitian... 9

H. Sistematika penulisan... 16

(9)

B. Perkara hukum di masyarakat... 24

C. Penyelesaian perkara dalam islam dan penyelesaian perkara menurut

teori konflik... 33

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Peran FKPM sebagai mediator dalam menyelesaiakan

perkara-perkara hukum di masyarakat... 41

B. Peran FKPM dalam program Kepolisian... 57

C. Kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan... 74

BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR

A. Peran FKPM dalam pandangan hukum Islam... 78

B. FKPM dan penyelesaian perkara-perkara hukum... 82

C. Kendala penyelesaian perkara-perkara hukum di Kelurahan

Pulutan... 86

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 92

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan pancasila. Inti

dari negara hukum pancasila adalah penegakan keadilan dan kebenaran,

bukan semata-mata penegakan hukum dalam arti formal.”(Mahfud MD,

1999 : 141) Lebih lanjut Mahfud MD menjelaskan bahwa “menegakan

hukum itu tidak dengan sendirinya menegakkan keadilan, banyak sekali

orang menegakkan hukum dengan membangun kebenaran formal tetapi

subtansinya sangat bertentangan dengan rasa keadilan karena yang

dibangun disana adalah hukum untuk hukum bukan hukum untuk

keadilan.” (Mahfud MD, 1999 : 140)

Wajah lain dari hukum dan proses hukum yang formal tadi adalah

terdapatnya fakta bahwa keadilan formal tersebut sekurang-kurang nya di

indonesia, ternyata mahal, berkepanjangan, melelahkan, tidak

menyelesaikan masalah. Sebagaimana kita tahu, di tahun 2012 berbagai

media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka,

kasus prita, kasus randu, kasus minah, dan lain-lain yang di proses hingga

pengadilan, sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas

sistem peradilan Indonesia yang kurang memenuhi rasa keadialan

masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat

kecil.(http://umk.ac.ad/index.php/beranda/857) Berbeda halnya dengan

(11)

terkenal yang memiliki nama, jabatan dan kekuasaa. Proses hukum yang

dijalankan terkesan ditunda-tunda. Seakan-akan masyarakat selalu

disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh negara tersebut. Contohnya saja

kasus Gayus Tambunan, pegawai dierjen pajak Golongan III yang

diperkirakan korupsi sebesar 28 miliyar, tetapi hanya dikenai 6 tahun

penjara, kasus Bank Century yang belum jelas ujungya hingga sekarang,

dan kasus Ketua Makamah Konstitusi (MK), Akil Muhtar yang ditangkap

dalam Operasi Tangkap Tangan. Dalam operaasi itu, KPK telah menyita

uang dolar singapura sebesar 3 miliyar yang menunjukkan penegakan

hukum di Indonesia dalam kondisi awas, hampir semua kasus diatas

prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas. Padahal

semua kasus tersebut begitu merugikan negara dan masyarakat kita.”

(http://randyrinaldi.blogspot.com)

Sebagai seorang muslim penulis teringat akan firman Allah

Subhanahuwata‟ala yang artinya:

Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri, terhadap ibu bapak atau kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslakhatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa : 135)

Bagi para penegak hukum seharusnya firman Allah diatas menjadi

peringatan baginya untuk benar-benar menegakkan hukum dengan adil

(12)

Dan juga Sabda Rosulullah SAW telah memperingatkan kita akan

kehancuran umat-umat terdahulu dikarenakan mereka menyimpang dari

kebenaran. Disebutkan dalam riwayat Bukhori dan Muslim bahwa

Rasulullah SAW Bersabda yang artinya:

Wahai manusia sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum kalian adalah sikap mereka yang bila yang melakukan kejahatan mencuri adalah orang yang terpandang mereka membiarkanya (tidak menghukumnya). Namun bila yang mencuri di tengah mereka adalah orang yang lemah, maka mereka menegakkan hukum atasnya. Demi Allah SWT seandainya fatimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotongtangannya.”(HR.Bukhori)

(http://mimbarjumat.com/arcive/1087)

Polisi merupakan salah satu alat negara untuk menegakkan hukum

dan sekaligus bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari

gangguan keamanan. Berdasarkan Skep Kapolri No: 373/X/2005

tertanggal 13 Oktober 2005 yang memerintahkan agar diberbagai tingkat

organisasi polri di bentuk Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)

tujuan pembentukan FKPM ini untuk katimbas yang kondusif di wilayah

desa dengan cara memberi pendapat dan saran kepada polri secara timbal

balik. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum secara aktif

membantu mencegah dan mengatasi tejadinya pelanggaran di wilayah

kelurahan atau desa. Inti dari pembentukan FKPM ini adalah untuk

membantu tugas polri melalui polmas dalam membangun katibmas.

Sehingga hal-hal yang muncul dan tergolong kecil bisa diselesaikan

dengan kekeluargaan oleh FKPM, tidak harus dibawa ke mapolsek.

Surat Keputusan Kapolri No: 373/X/2005 ini telah direspon

(13)

Kelurahan di Kota salatiga telah di bentuk Forum Kemitraan Polisi

Masuarakat (FKPM) yang salah satunya adalah Kelurahan Pulutan.

Menurut salah satu Kasad BINMAS, Kelurahan Pulutan adalah salah satu

kelurahan yang mempunyai keanggotaan FKPM yang aktif dan telah

menyelesaikan beberapa perkara hukum, baik tindak pedana ringan

maupun problem solving, sehingga mempunyai banyak catatan yang bisa

dijadikan data oleh peneliti. FKPM pulutan merupakan bentuk kerjasama

antara polisi dengan masyarakat yang dijadikan percontohan karena

keberhasilanya, sehingga dapat dijadikan pelajaran bagi FKPM di tempat

lain. Menurut Aibtu. Darsono selaku bhabinkamtibmas kelurahan pulutan,

ditahun 20012 FKPM Pulutan berhasil menyelesaikan beberapa kasus

tindak pidana ringan, dan pada saat ini baru menangani problem solving.

Bisakah FKPM ini menjadi solusi untuk mengatasi ketidak percayaaan

masyarakat terhadap sebuah sistem peradilan yang selama ini telah

berlaku di negeri ini, sehingga di dapat keadilan yang mudah, murah dan

cepat. Karena dengan kepercayaanlah kesadaran hukum masyarakat akan

terbangun, yang dapat mendorong timbulnya kepatuhan hukum dalam diri

seseorang. Kelurahan Pulutan adalah salah satu Kelurahan di Salatiga yang

dilalui oleh jalan baru lingkar salatiga, yang dalam pengamatan penulis

telah terjadi berbagai aktivitas yang pasti akan menimbulkan berbagai

pengaruh bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Pulutan.

Dalam pandangan penulis hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi

(14)

menyelesaikan hal-hal yang tidak diingiankan sesuai dengan tujuan

dibentuknya FKPM menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan masalah.

Untuk itu peneliti ingin memfokuskan penelitian ini di Kelurahan Pulutan,

karena dalam kaca mata penulis telah mengalami perubahan yang

signifikan sejak di bukanya jalan baru lingkar salatiga.

Dengan berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menulis

skripsi dengan judul “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM

DIMASYARAKAT”.

B. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan latarbelakang di atas, dan untuk memperjelas

pembahasan masalah, penulis telah menetapkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian

perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan?

2. Bagaimanakah peran FKPM dalam program Kepolisian?

3. Apa kendala yang dihadapi FKPM dan bagaimana mengatasinya?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setia penelitian pasti memiliki tujuan, adapun tujuan penulis

dalam penelitian ini sebagaiberikut:

1. Untuk mengetahui peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian

perkara-perkara hukum di masyarakat Kelurahan Pulutan.

(15)

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi FKPM dan cara

mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat

yang positif baik bagi penulis maupun pihak lain. Terdapat dua manfaat

dalam penelitian ini yaitu manfaaat secara teoritis dan praktis, dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Menghasikan suatu penjelasan tentang proses penyelesaian

perkara-perkara hukum di masyarakat melalui FKPM sebagai

mediator.

b. Menghasilkan suatu penjelasan mengenai kendala- kendala yang

ada dan cara mengatasinya.

2. Secara praktis

a. Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi

penulis

b. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

E. Penegasan Istilahi

Untuk memudahkan memahami isi skipsi ini, berikut penulis

sampaikan beberapa pengertian dan singkatan yang terkandung dalam

(16)

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI

MASYARAKAT”.

1. Peran : adalah pemain, tukang lawak, perangkat tingkah yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat.(Fajri dan Senja, tth : 641)

2. Perkara adalah persoalan, masalah; urusan yang harus diselesaikan;

tindak pidana; tentang sesuatu hal, mengenai, berkenaan; karena.(Fajri

dan Senja, tth :646)

3. Mediator adalah orang atau pihak yang jadi penengah

perselisiahan.(Fajri dan Senja, tth : 557)

4. FKPM merupakan singkatan dari “Forum Kemitraan Polisi

Masyarakat”.

5. Hukum adalah peraturan resmi yang menjadi pengatur dan dikuatkan

oleh pemerintah; UU, perturan; patokan (kaidah-kaidah, ketentuan)

mengenai peristiwa alam yang tertentu; keputusan yang dijatuhkan

hakim. (fajri dan senja, tth : 365)

F. Telaah Pustaka

Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara

Hukum Dimasyarakat (studi Kasus di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga),

belum pernah diangkat sebagai skipsi. Meskipun demikian penulis

menemukan beberapa penelitian tenteng FKPM sebagai berikut:

Dr. Hidayatullah, SH Mhum Staf Pengajar Fakultas Hukum

(17)

yang berjudul “Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Melalui

Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)” (studi kasus FKPM di

Polres Salatiga, dengan fokus penelitian bagaimana jalannya penyelesaian

tindak pidana ringan di polres salatiga dan prospek FKPM sebagai

alternatif penyelesaiannya. Dengan hasil temuan menunjukan ada ktriteria

kasus tindak pidana ringan yang dapat diselesaikan melalui FKPM yang

masih mempertimbangkan situasi dan kondisi peleku. FKPM juga

memiliki prospek sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana ringan

yang dapat di dayagunakan di daerah-daerah lain. Hal ini didasarkan pada

sikap ketidak percayaan masyarakat terhadap lembaga, aparatur peradilan

dan sistem peradilan formal untuk menyelesaikan taindak pidana ringan

dengan asas, adil, manusiawi, sederhana, cepat dan biaya murah.

(Hidayatullah, 2012) Penelitian ini ber beda dengan penelitian penulis,

dimana penulis memfokuskan penelitianya pada basis kewilayahan yaitu

kelurahan pulutan. Dalam penelitian yang dilakukan penulis FKPM

merupakan mediator karena hasil dari penyelesaiannya berupa

kesepakatan-kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak memaksa.

Ary Wahyono peneliti pulsit. Kemasyarakatan dan kebudayaan-LIPI,

Widia graha dengan judul” Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat

(FKPM): Sebuah Pendekatan Perpolisian Masyarakat Untuk Membangun

Citra Polisi.” Hasil dari penelitian ini adalah FKPM tidak dapat

diseragamkan di seluruh indonesia, analisis dokumen-dokumen

(18)

FKPM sangat bervariasi, terutama dalam penempatan unsur polri dalam

kepengurusan FKPM. Dan juga basis sosial FKPM tidak seragam ada yang

berbentuk kewilayahan seperti RT, RW, Kelurahan /Desa, Kecamatan, dan

Kabupaten, adapun yang berbentuk kawasan seperti, pertokoan, Mall,

perkantoran, dan kawasan industri. Program perpolisian Masyarakat

menjadi momentum untuk memperbaiki citra polisi yang selama ini

dianggap kurang baik, disisi lain program perpolisian masyarakat

berdampak pada pemeritah yang harus menata kembali pranata sosial di

masyarakat yang di hancurkan pada masa orde baru.

(http://library.um.ac.id/../39544.html) Dilihat dari hasil temuan penelitian

ini jelas berbeda dari penelitian yang dilakukan penulis.

G. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan skipsi tenteng “PERAN FKPM SEBAGAI

MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA

HUKUM DIMASYARAKAT” di Kelurahan Pulutan kecamatan Sidorejo

kota salatiga, penyusunan menggunakan cara atau metode sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Untuk memperoleh data di lapangan dalam penelitian ini penulis

memilih pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang

digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti untuk menemukan jawaban dari permasalah tersebut.

Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena ini berkaitan

(19)

kasus yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan

memperoleh pemahaman dari individu, organisasi atau situasi.( Emzir,

2011 : 20).

2. Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskripsi, yaitu penelitian yang berusaha untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan,

atau gejala-gejala lainya. Maksudnya adalah untuk mempertegas

hipotesa-hipotesa agar memperkuat teori-teori lama, atau didalam

menyusun teori-teori baru. Didalam penelitian ini dideskrisikan peran

FKPM sebagai mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum

di masyarakat, peran kepolisian dalam FKPM, dan kendala-kendala

yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib datang lansung di

lapangan untuk memperoleh data yang valit (langsung dari

sumbernya) mengadakan dan meminta dokumen-dokumen yang di

butuhkan dalam penelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini di

ketahui oleh pihak-pihak terkait, dan memperoleh ijin untuk

mengadakan penealitian di Kelurahan Pulutan.

4. Lokasi Penelitian

Untuk melengkapi data penelitian penulis mengambil lokasi

(20)

kelurahan pulutan, karena memperoleh arahan dari kasad binmas

sebagai kelurahan yang memiliki keanggotaan yang aktif dan

merupakan FKPM yang terdapat kasus tentang perkara hukum yang

saat ini sedang diteliti oleh penulis.

5. Sumber Data

Menurut lofland dan lofland (1984 : 47) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2009 :

157) Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data sebagai

berikut:

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di

wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman.(Moleong,

2009 : 157) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kedua

metode yang ada yaitu pencatatan dan perekaman dalam

pengumpulan data di lapangan, mengigat ada sebagian orang

menolak untuk di rekam perkataanya pada saat wawancara

berlangsung.

Dalam hal ini pihak-pihak yang terkait dengan FKPM

kelurahan pulutan adalah sebagai berikut:

1) Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan Bapak AIBTU Darsono

(21)

b. Sumber data tertulis

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata-kata dan

tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa

diabaikan, karena sumber data tertulis berkaitan erat dengan

sumber data utama, yang dapat membantu memahami dan

menganalisis sumper data utama. Dalam hal ini terdiri atas:

1) Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

041/FKPM/VIII/2012

2) Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

056/FKPM/VIII/2013

3) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/433/VII/2006 Tentang

“PANDUAN PEMBENTUKAN DAN

OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT

(POLMAS)”

4) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/507/X/2009 Tentang “

NASKAH SEMENTARA BUKU PEDOMAN

PELAKSANAAN STANDAR PENERAPAN POLMAS

BAGI PELAKSANA POLMAS”

5) Buku Pedoman Implementasi Polmas Tahun 2009

6) Buku Mediasi

6. Tenik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang falid dan objektif, maka dalam

(22)

a. Interview (wawancara)

Teknik yang diarahkan untuk menghimpun informasi dari

para informan yang kompeten dan oleh karenanya dianggap

mengetahui kondisi dari obyek dari proses penyelesaian perkara

oleh FKPM.

Wawancara kepada Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan

dilakukan pada senin, 10 febuari 2014 pada pukul 11.00 sampai

dengan pukul 11.50 di Kantor Kelurahan Pulutan. Kemudian

wawancara kepada Bp. Syafi‟i selaku Ketua FKPM Pulutan

dilakukan dirumah beliau pada sabtu, 17 mei 2014 pada pukul

16.30 sampai dengan pukul 17.45 dan di lanjutkan pada senin, 19

mei 2014 pukul 13.30 sampai dengan pukul 02.45 di tempat yang

sama.

b. Studi dokumen atau bahan pustaka

Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan

membaca, mempelajari, mengkaji, membuat catatan yang di

perlukan diantaranya, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

041/FKPM/VIII/2012, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor :

056/FKPM/VIII/2013, Skep NO. Pol. : Skep/433/VII/2006

Tentang “PANDUAN PEMBENTUKAN DAN

OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT”, Skep

No. Pol.: Skep/507/X/2009 Tentang “NASKAH SEMENTARA

(23)

PENERAPAN POLMAS BAGI PELAKSANA POLMAS”, Buku

Implemenasi Polmas Tahun 2009 dan buku mediasi.

c. Observasi (pengamatan)

Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan

pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini

pengamatan dilakukan di Balai Kemitraan Polisi Masyarakat

(BKPM).

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif. Yang

mengumpulkan data kualitatif, kemudian dilakukan penguraian untuk

mengambil suatu kesimpulan. Sedangkan metode interaktif mengacu

pada empat tahapan yang dijelaskan oleh miles dan huberman(analisis

data) yaitu sebagai berikut:

a. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap informan yang

telah ditentukan, sebagai orang yang mengetahui tentang FKPM,

kemudian dilakukan studi dokumen-dokumen baik yang di dapat

langsung dari Polres Kota Salatiga maupun langsung dari

lapangan.

b. Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul saat

(24)

c. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberikan kemungkinan untuk memberikan kesimpulan

dan tindakan.

d. Penarikan kesimpulan yang dimulai sejak awal pengumpulan

data, seoran yang menganalisis data kualitatif mencari keteraturan

benda-benda, pola-pola, penjelasan konsfigurasi, berbagai

kemungkinan, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpula akan

ditangani secara longga, tetap terbuka dan skeptis, tetapi

kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat

lebih rinci, dan mengakar pada pokok.

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh

yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian.

Sehingga diperlukan suatu tenknik untuk memeriksa keabsahan suatu

data.

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik trianggu lasi sumber, menurut patton berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif.(Meleong, 2009 : 331)

9. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menentukan terlebih dahulu tema

(25)

ke polres salatiga dan kelurahan pulutan. Di kelurahan pulutan peneliti

bertanya lansung kepada Bhabinkamtibmas kelurahan pulutan bpk

Aibtu. Darsono, mengenai proses penyelesaian perkara-perkara

hukum, peran kepolisian dalam FKPM dan kendala-kendala yang

dihadapi FKPM kelurahan pulutan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah

sebagai berikit:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan

sistematika penulusan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan kerangka teori berupa tinjauan

mediator, tinjauan tentang perkara-perkara hukum di

masyarakat, dan penyelesaian perkara dalam Islam dan

pemyelesaian perkara menurut teori konflik.

BAB III : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan berisi berbagai temuan dilapangan

berdasarkan rumusan masalah, yaitu peran FKPM sebagai

(26)

dimasyarakat, peran FKPM dalam Program Kepolisian, dan

kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.

BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR

Dalam bab ini akan dibahas pokok-pokok permasalahan yang

ingin di ungkap berdasarkan rumusan masalah yaitu, peran

FKPM dalam pandangan hukum Islam, FKPM dan penyelesaian

perkara-perkara hukum dimasyarakat, dan kendala penyelesaian

perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini merupakan akhir dari penelitian yang berisikan

kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan dari hasil

penelitian, dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari

kesimpulan tersebut.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Mediator

1. Pengertian Mediator

Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian

senggketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi

terhadap pengambilan keputusan (Abbas, 2011 : 59).

Pengertian mediator menurut Peraturan Makamah Agung No.1

tahun 2008 mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak

dalam proses perundingan guna mencari kemungkinan penyelesaian

sengaketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan

sebuah penyelesaian (PERMA NO. 1 TAHUN 2008).

2. Tipologi Mediator

Mediator dalam menjalankan proses mediasi memperlihatkan

sejumlah sikap yang mencerminkan tipe mediator. Mediator

melakukan Tindakan semata-mata ingin membantu dan mempercepat

proses penyelesaian sengketa. Berikut tipe-tipe mediator menurut

Prof. DR. Syahrizal Abbas:

a. Tipe mediator otoritatif

Tipe mediator dimana dalam proses mediasi dia memiliki

kewenangan yang besar dalam mengontrol dan memimpin

(28)

pertemuan antara para pihak, jika dirasa pertemuan tersebut tidak

efektif.

Dalam proses mediasi, mediator dengan tipe otoritatif libih

banyak mengajukan pertanyaan kepada para pihak seputas akar

persoalan utama yang menjadi sumber sengketa. Mediator

otoritatif tidak banyak mendengarkan cerita dari para pihak. Pada

sisi ini para pihak terlihat agak pasif dalam mengemukakan

persoalannya, sehingga lebih banyak bergantung pada mediator.

b. Tipe mediator social network

Mediator dengan tipe sosial network adalah tipe mediator

dimana ia memiliki jaringan sosial yang luas untuk mendukung

kegiatanya dalam menyelesaikan sengketa. Mediator ini memiliki

hubungan dengan sejumlah kelompok sosial yang ada dalam

masyarakat. kelompok sosial dimaksud bertugas membantu

masyarakat dalam menyelesaiakan sengketa. Mediator yang

bertipe sosial network dalam menjalankan proses mediasi lebih

menekankan bagaimana para pihak menyelesaikan sengketa

melalui jaringan sosial yang ada.Mediator social network

mengarahkan sengketa yang ia tangani kepada pola-pola

penyelesaian sengketa yang ia peroleh ketika ia bergabung dalam

(29)

c. Tipe mediator independen

Mediator independen adalah tipe mediator dimana ia tidak

terikat dengan lembaga sosial dan institusi apapun dalam

menyelesaikan sengketa para pihak. Mediator jenis ini berasal

dari masyarakat yang dipilih oleh para pihak untuk menyelesaikan

sengketa mereka. Ia betul-betul bebas dari pengaruh manapun,

sehingga ia leluasa menjalankan mediasi. Mediator jenis ini

sengaja diminta oleh para pihak, karena memiliki kapasitas dan

skill dalam menyelesaiakan sengketa. Umumnya tipe mediator ini

berasal dari tokoh masyarakat, tokoh adat, ulama, yang cukup

berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa.

Independensi mediator tidak hanya dari sisi lembaga dan

keberadaannya dalam masyarakat, tetapi juga independen dalam

menjembatani, menegosiasi, dan mencari opsi bagi penyelesaian

sengketa para pihak. Ia menjaga imparsialitas dan netralitas dari

pengaruh manapun termasuk dari para pihak. Mediator jenis ini

semata-mata memfokuskan diri pada upaya strategis yang dapat

diambil untuk mengakhiri sengketa para pihak. Mediator

independen sangat bebas menciptakan kreasi untuk menciptakan

sejumlah opsi, tanpa tergantung pada pihak manapun. (Abas,

(30)

3. Fungsi Mediator

Mediator sebagai penengah dalam suatu proses mediasi

mempunyai fungsi tersendiri sebagai seorang mediator. Fungsi yang

di maksud adalah sebagai berikut :

a. Memperbaiki kelayakan komunikasi antara para pihak yang

biasanya ada hambatan dan sekat-sekat psikologis.

b. Mendorong trciptanya suasana yang kondusif untuk memulai

negosiasi yang fair.

c. Secara tidak langsung mendidik para pihak atau memberi

wawasan tentang proses dan substansi negosiasi yang sedang

berlangsung.

d. Mengklarifikasi masalah subtansial dan kepentingan

masing-masing pihak.

4. Posisi Mediator

Sebagai seorang mediator haruslah memiliki posisi, dalam hal

ini khusus menangani mediasi. Adapun posisi mediator dalam hal ini

adalah sebagai berikut :

a. Mediator tidak boleh memberikan penilaian tentang siapa yang

benar dan siapa yang salah, diantara para pihak yang sedang

berselisih atau bersengketa.

b. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam

(31)

penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau

memaksakan sebuah penyelasaian.

c. Mediator tidak boleh mengampil suatu keputusan atas

persengketaan atau konflik yang sedang berlansung antara kedua

belah pihak.

d. Mediator hanya berposisi sebagai fasilitator yang memperlancar

jalanya suatu proses negosiasi yang belangsung antara para pihak

atau para negosiator yang mewakili kepentingan para pihak.

(http://Maulidindarma.blogspot.com/2014/02, 31 januari 2015)

5. Peran Mediator

Berbagai peran mediator dalam proses mediasi secara deskripsi

sebagai berikut :

a. Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan diantara para

pihak.

b. Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal

komunikasi dan menguatkan suasana yang baik.

c. Membantu para pihak untuk menghadapi situasi dan kenyataan.

d. Mengajar para pihak dalam proses dan ketkrampilan

tawar-menawar.

e. Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan

menciptakan pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian

(32)

6. Kewenangan dan tugas mediator

Mediator memiliki sejumlah kewenangan dan tugas dalam

menjalankan mediasi. Kewenangan dan tugas di peroleh dari para

pihak, dimana mereka „mengijinkan dan setuju‟ adanya pihak ke tiga

menyelesaikan sengketa mereka. Kewenangan dan tugas mediator

terfokus pada upaya menjaga dan mempertahankan proses mediasi.

Kewenangan mediator terdiri atas :

a. Mengontrol proses dan menegaskan aturan dasar

b. Mempertahankan struktur dan momentum dalam negosiasi.

c. Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak produktif lagi. (Abbas,

2011 : 83-84)

Adapun tugas seorang mediator adalah sebagai berikut :

a. Melakukan diagnosis konflik.

b. Mengidentifikasikan masalah serta kepentingan-kepentingan

kritis para pihak.

c. Menyusun agenda.

d. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi.

e. Mediator harus menyusun dan merangkaikan kembali tuntutan

(positional claim) para pihak, menjadi kepentingan sesungguhnya

para pihak.

f. Mediator bertugas mengubah pandangan egosentris masing-masing

(33)

g. Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial

(berkutat definisi tertentu) para pihak mengenai suatu

permasalahan ke pandangan yang lebih baik universal (umum)

sehingga dapat diterima oleh semua pihak.

h. Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefinisian

permasalahan.

i. Mediator bertugas menyusun proposisi mengenai permasalahan

para pihak dalam bahasa dan kalimat yang tidak menonjolkan

unsur emosional.

j. Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap

berada dalam kepentingan yang sesungguhnya. (Abbas, 2011 :

86-90)

B. Perkara Hukum di Masyarakat 1. Definisi Hukum

a. Definisi hukum menurut para ahli hukum

Beberapa Sarjana Hukum indonesia juga turut berusaha

merumuskan hukum sebagai berikut:

1) S.M. Amin,SH

Dalam buku beliau yang berjudul “bertamasya ke Alam

Hukum,” hukum dirumuskan sebagai berikut: “Kumpulan

-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan

(34)

mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga

keamanan dan ketertiban terpelihara”.

2) J.C.T. Simorangkir,S.H dan Woerjono Sastropranoto,S.H

Dalam buku yang disusun bersama berjudul “pelajaran

hukum indonesia” telah diberikan definisi hukum sebagai

berikut: “hukum itu ialah peraturan-peratuan yang bersifat

memeksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam

lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan-badan resmi

yang berwajib, pelanggaran mana terhadap

peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan

hukum tertentu.”

3) M.H. Tirtaamidjaja,S.H

Dalam buku beliau “pokok-pokok Hukum Perniagaan”

ditegaskan “Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus

diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam

pergaulan hidup dengan ancaman meski mengganti kerugian

– jika melanggar aturan-aturan itu – akan membahayakan diri

sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan

kemerdekaanya, didenda, dan sebagainya.”(Kansil, 1999)

b. Unsur , ciri-ciri dan sifat hukum

Adapun hukum itu memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan

(35)

2) Peraturan itu diadakan badan-badan resmi yang berwajib.

3) Peraturan itu bersifat memaksa

4) Sanksi terhadap pelanggar hukum adalah tegas

Selanjutnya agar hukum itu dapat dikenal dengan baik,

haruslah mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut C.T.S. Kansil,

S.H., ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut :

1) Terdapat perintah dan/atau larangan.

2) Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.

Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam

masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarakat itu tetap

terpelihara sebaik-baiknya. Oleh karena itu hukum meliputi

berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan

orang yang satu dengan orang lainya, yaitu peraturan-peraturan

hidup bermasyarakat yang dinamakan “Kaedah Hukum”.

Barang siapa yang dengan sengaja melanggar suatu “Kaedah

hukum” akan dikenakan sanksi (sebagai akibat dari pelanggaran

“Kaedah Hukum”) yang berupa „hukuman‟.

Bentuk hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) Bab II (PIDANA) pasal 10 adalah sebagai

(36)

1) Pidana pokok

a) Pidana mati;

b) Pidana penjara;

c) Pidana kurungan;

d) Pidana denda;

e) Pidana tutupan;

2) Pidana tambahan

a) Pencabutan hak-hak tertentu;

b) Perampasan barang-barang tertentu;

c) Pengumuman putusan hakim.

Sedangkan sifat bagi hukum adalah sifat mengatur dan

memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup

kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mematuhi

tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang

tegas (berupa hukuman) kepada siapa saja yang tidak

mematuhinya. Ini harus diadakan bagi sebuah hukum agar

kaedah-kaedah hukum itu dapat ditaati, karena tidak semua

orang mau mentaati kaedah-kaedah hukum itu.(Kansil, 1999 :

40)

c. Fungsi danTujuan Hukum

Hukum itu selalu melekat pada manusia yang

bermasyarakat. Dengan berbagai peran hukum, maka hukum

(37)

masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul”. Lebih rincinya funsi hukum dalam perkembangan

masyarakat terdiri dari :

1) Sebagai alat mengatur tata-tertib hubungan masyarakat;

dalam arti, hukum berfungsi menunjukkan manusia mana

yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala sesuatu

dapat berjalan dengan tertib dan teratur.

2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan

batin; dikarenakan hukum memiliki sifat dan ciri-ciri yang

telah disebutkan, maka hukum dapat memberi keadilan,

dalam arti dapat menentukan siapa yang salah dan siapa

yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati

dengan ancaman saksi bagi pelanggarnya.

3) Sebagai sarana penggerak hubungan: daya memaksa dan

mengikat dari hukm dapat digunakan atau didayagunakan

untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum

digerakkan untuk membawa masyarakat kearah yang lebih

maju.

4) Sebagai penentuan aplikasi wewenang secara terperinci

siapa yang boleh melakukan pelaksanaan (penegak) hukum

, siapa yang harus mentaatinya, siapa yang memilih sanksi

yang tepat dan adil, seperti konsep hukum konstitusi

(38)

5) Sebagai alat penyelesaian sengketa: sebagai contoh

penyelesaian sengketa harta waris dapat segera selesai

dengan ketetepan hukum waris yang telah diatur dalam

hukum perdata.

6) Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan

diri dengan kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan

merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial antara

anggota-anggota masyarakat. (http://akitiano.blogspot.com,

30 januari 2015)

Dari deretan pengertian, unsur, ciri-ciri, sifat dan funsi

hukum, maka tujuan dari perwujudtan hukum itu harus ada,

dimana terdapat berbagai pendapat mengenai tujuan hukum

dari para ahli hukum, berikut diantaranya :

1) Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum jilit 1, karangan Drs.

C.T.S. Kansil, S.H. disebutkan hukum itu bertujuan

menjamin adanya kepastian hukum masyarakat dan hukum

itu pula harus bersendikan pada keadilan, yaitu keadilan

pada masyarakat itu. ( Kansil, 1999 : 14)

2) Tujuan hukum menurut S.M. Amin, S.H sebagai mana teleh

tertulis diatas adalah mengadakan ketertiban dalam

pergaulan hidup manusia, sehingga keamanan dan

(39)

3) Apeldoorn dalam bukunya disebutkan tujuan hukum adalah

mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum

menghendaki perdamaian.(Apeldoorn, 1993 : 10)

Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum

dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang

tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa harta benda dsb.

Terhadap yang merugikannya.

Kepentingan dari perseorangan dan kepentingan dari

golongan-golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain.

Pertentangan ini selalu akan menyebabkan pertikaian, bahkan

peperangan antar semua orang melawan semua orang, jika

hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan

perdamaian. Dan hukum mempertahankan perdamaian dengan

menimbang kepentingan yang bertentangan secara telitindan

mengadakan keseimbangan di antara keduanya, karena hukum

hanya dapat mencapai tujuan (mengatur pergaulan hidup secara

damai) ijka ia menuju peraturan yang adil.(Apeldoorn, 1993 :

11)

2. Perkara Hukum di Masyarakat

Sebagai mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup

sendiri untuk memenuhi kebutuhanya, sebagaimana

diungkapkan Bapak Farkhani dalam bukunya sebagai berikut :

Secara kodrati (sunatullah), manusia diciptakan

(40)

interdependensi antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup menyendiri dan dapat hidup bertahan lama, apalagi sampai dapat

menciptakan sebuah peradapan. Oleh karena

kehidupannya yang memiliki kecenderungan

berkelompok, Aristoteles (384-322 SM) menyebut manusia sebagai zoo politicon atau de men is een social wezen, artinya manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya. (Farkhani, 2009 : 1)

Sebagai individu yang hidup bermasyarakat manusia

memiliki berbagai kepentingan yang berbeda-beda dengan yang

lain. Kepentingan pribadi dapat diupayakan pemenuhanya

masing-masing tanpa saling bertentangan. Namun seringkali

kepentingan antar pribadi bertemu dan saling berbenturan satu

sama lain. Prof. Dr. Dirjosisworo mencontohkan sebagai

berikut:

Misalnya “A” yang bertetangga dengan “B” , suatu hari karena baru saja hujan lebat banyak kotoran yang menyumbat saluran pembuangan kotoran yang

berbatasan dengan rumah “B”, maka demi

(41)

Gambaran diatas menjadi salah satu contoh perbedaan

kepentingan antar pribadi. Padahal dalam kehidupan

bermasyarakat banyak sekali perkara-perkara yang dianggap

sepele, apabila tidak tepat dalam penanganannya dapat

menimbulkan pertikaian antar warga, sehingga mengurangi

keharmonisan dalam masyarakat itu.

Demikianlah gambaran singkat perkara-perkara hukum

yang muncul dimasyarakat sebagai akibat dari perbedaan

kepintingan, perbedaab kepentingan itu bisa antar pindividu,

individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan

kelompok. Jika kasus-kasus yang muncul tidak tepat

penyelesaiannya akan berakibat pada ketidaknyamanan di

masyarakat.

Dalam KUHP telah ditulis terperinci mengenai bentuk

perkara hukum yang dibagi menjadi dua (2), yaitu kejahatan

dalam BAB II dan pelanggaran dalam BAB III.

Kejahatan adalah Rechtdelicht, yaitu perbuatan yang

bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu

diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak.

Sekalipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam

undang-undang, perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat

(42)

Pelanggaran adalah Westdelicht, yaitu

perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai suatu

tindak pidana, karena undang-undang merumuskanya sebagai

suatu delik. Perbuatan-perbuatan ini baru disadari sebagai

tindak pidana oleh masyarakat oleh karena undang-undang

mengancamnya dengan sanksi pidana.

(www.tenagasosial.com/2013/08)

C. Penyelesaian Perkara Dalam Islam dan Penyelesaian Perkara Menurut Teori Konflik

1. Penyelesaian Perkara Dalam Islam

“Perdamaian dalam syariat islam sangat dianjurkan. sebab

dengan perdamaian akan terhindarlah kehancuran silaturahmi

(hubungan kasih sayang) sekaligus permusuhan diantara

pihak-pihak yang bersengketa akan dapat diakhiri”

(http://alawiyahtuti18.blogspot.com/2011/04, 2 Januari 2015)

Perdamaian dalam Islam dikenal dengan istilah sulh, yang

artinya “suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak

bersepakat untuk mengakhiri perkara mereka dengan

damai.”(Abbas, 2011:156) Di dalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi

Muhammad menganjurkan pihak yang bersengkete menempuh

jalur sulh dalam menyelesaikan sengketa, baik di depan pengadilan

maupun di luar pengadilan. Sulh memberikan kesempatan para

(43)

mereka tidak lagi terpaku secara ketat pada pengajuan alat bukti.

Para pihak memiliki kebebasan mencari jalan keluar agar sengketa

mereka dapat di akhiri. (Abbas, 2011)

Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman dalam surat an-Nisa : 114 yang artinya :

tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh memberikan sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.(QS. an-Nisa‟ : 114)

Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan kita untuk

mendamaikan saudara kita sesama mukmin yang berperang atau

bersengketa, Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujurut (49) :

9-10 yang artinya :

Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah lembali (kepada perintah Allah), maka damaikanllah antara keduanya dan berlaku adilah.”sesungguhnya, orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua sadaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.(QS. Al-Hujurat (49) : 9-10)

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas,

Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya : “tolonglah saudaramu

(sesama mukmin) dalam ia berbuat zalim atau dizalimi.” Kemudia Anas

ra. Bertanya kepada Rasulullah SAW. “ya Rasulullah, ini aku

(44)

dalam keadaan ia yang zalim?” Rasulullah pun menjawab : “dengan

mencegahnya berbuat kezaliman.” (katsir, 2004 : 357-358)

Anjuran sekaligus perintah Allah SWT yang tertulis dalam

Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW diatas dalam

penyelesian perkara/kasus untuk memilih sulh sebagai sarana

penyelesaian sengketa yang didasarkan pada pertimbangan bahwa,

sulh dapat memuaskan para pihak, dan tidak ada para pihak yang

merasa menang atau kalah dalam penyelesaian sengketa mereka.

sulh mengantarkan pada ketentraman hati, kepuasan dan

memperkuat tali silaturahmi para pihak yang bersengketa. (Abbas,

2011 :160)

Dalam hal ini proses perdamaian dalam Islam juga tegas

dalam memberikan batasannya, yaitu larangan perjanjian

menghalalkan yang haram ataupun sebaliknya, dalam sebuah hadist

yang diriwayatkan at-Tirmizi yang artinya :

Sulh adalah sesuatu yang harus ada di antara kaum muslimin, kecuali suatu perdamaian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, dan kaum muslimin terikat dengan janji mereka, kecuali janjin yang menharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”.(at-Tirmidzi). (Abbas, 2009 : 161)

2. Penyelesaian Perkara Berdasarkan Teori Konflik

a. Pengertian Konflik

Berikut ini pengertian konflik yang relefan dengan

(45)

1) Menurut Taquiri dalam Nemstorm dan Davis (1977),

konflik merupakan warisan sosial yang boleh berlaku dalam

berbagai keadaan akibat dari pada berbangkitnya keadaan

ketidak setujuan, kontroversi dan pertentangan dua pihak

atau lebih secara berterusan.

2) Menurut pace dan faules (1994), Konflik merupakan

ekpresi pertikaian antara individu dengan individu lain,

kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.

Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya

perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekpresikan,

diingat dan dialami.

3) Menurut soerjono soekanto, konflik merupakan dimana

orang per orangan atau kelompok manusia berusaha

memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan

yang disertai ancaman atau kekerasan.

b. Teori konflik

Berikut ini akan dipaparkan beberapa teori penyebab

konflik, sebagai berikut :

1) Teori hubungan masyarakat

Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi

yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan

(46)

2) Teori negosiasi prinsip

Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi

yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang

konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.

3) Teori kebutuhan manusia

Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan

oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang

tidak terpenuhi atau dihalangi, keamanan, identitas,

pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering menjadi inti

pembicaraan.

4) Teori kesalah pahaman antar budaya

Berasumsi bahwa konflik desebabkan oleh ketidak cocokan

dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang

ada.

5) Teori tranformasi konflik

Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah

ketidak setaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai

masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi.

c. Faktor-faktor penyebab konflik

1) Perbedaan indivudu yang meliputi perbedaan pendirian dan

perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap

(47)

satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan

perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini

dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam

menjalani kehidupan sosial, seseorang tidak selalu sejalan

dengan kelompoknya.

2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan

pola-pola pemikiran dan pendirian kelomponya. Pemikiran dan

pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan

menimbulkan perbedaan individu yang dapat memicu

konflik.

3) Perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok

manusia memiliki perasaan, pendir, maupun latar belakang

kebudayaan yang berbeda.

Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersaan, masing-masing

orang atau kelompok memiliki kepentingan yang

berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melekukan hal yang

sama, namun untuk tujuan yang berbeda-beda.

4) Perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam

masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,

(48)

mendadak, perubahan itu dapat memicu munculnya konflik

sosial.

d. Akibat Konflik

1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok

(ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.

2) Keretakan hubungan kelompok yang bertikai.

3) Perubahan kepribadian pada individu.

4) Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

5) Dominasi bahkan penahklukan salah satu pihak yang

terlibat dalam konflik.

e. Solusi penyelesaian konflik

1) Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara

kelompok-kelompok yang mengalami konflik.

2) Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa

saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.

3) Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk

memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan

isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi

berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka, dari pada

posisi yang sudah tetap.

4) Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk

mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan

(49)

pilihan-pilihan untuk memenihi kebutuhan itu.

(50)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara Hukum di Masyarakat

1. Profil Kelurahan Pulutan

Pada awalnya kelurahan Pulutan merupakan bagian wilayah

kabupaten semarang. Sejak adanya pemekaran Kota Salatiga pada

tahun 1987, kelurahan Pulutan masuk menjadi wilayah kota salatiga

hingga saat ini.

Kelurahan Pulutan memiliki udara yang sejuk dengan luas

wilayah 162,715 Ha, yang terletak pada 007,17-007,23 LS dan 110

8”58-110 32”464 BT yang berada pada ketinggian 584-600 M diatas

permukaan laut. Wilayah utara kelurahan pulutan berbatasan langsung

dengan kel. Blotongan dan Sidorejolor, sebelah timur berbatasan

dengan Kel. Sidorejolor, sebelah selatan berbatasan dengan kel.

Kecandran dan sebelah barat berbatasan dengan kel. Candirejo Kec.

Tuntang.

Penduduk Pulutan mayoritas beragama Islam yang terdapat 4

(empat) masjid dan 17 (tujuh belas) musholla. Terdapat pula tempat

pendidikan yang berupa 3 pondok pesantren dan beberapa TK, PAUD,

MI, SD, dan SLTP.Tidak terdapat tempat ibadah agama lain di

(51)

2. Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat Kelurahan Pulutan

a. Latar Belakang Pembentukan

Perencanan pembentukan FKPM di lakukan bersama2 antara

polisi dan tokoh masyarakat kelurahan Pulutan. Tokoh masyarakat

dalam hal ini di wakili ketua Rt, Ketua Rw tokoh-tokoh agama,

tokoh pemuda, serta tokoh wanita. Diawali dengan sosialisasi

tentang konsep polmas dimana reformasi polri menempatkan

masyarakat sebagai mitra kerja polisi yang kemudian meminta

saran dan pendapat mereka (tokoh masyarakat Pulutan) akan

kebutuhan rasa aman di kelurahan pulutan. Sebagian besar tokoh

masyarakat menyadari kalo kebutuhan akan rasa aman merupakan

kebutuhan bersama, sehingga keberadaan Polmas/FKPM sangat di

butuhkan.

Masyarakat pulutan menyambut positif pembentukan FKPM.

Dalam FKPM, antara masyarakat dan polisi adalah sebagai mitra

yang sejajar berdasarkan Skep. No.373/2005 tentang kebijakan dan

strategi penerapan perpolisian masyarakat.

Karena keamanan dirasakan merupakan kebutuhan bersama,

maka pada tanggal 24 Febuari 2007 dibentuklah FKPM di

kelurahan pulutan. yang di ketuai oleh Bapak H. M Safi‟i sampai

(52)

b. Struktur organasasi

Sejak di bentuk awal tahun 2007 organisasi ini telah

mengalami 3 (tiga) kali perubahan dalam struktur organisasinya.

Perubahan terjadi karena adanya salah satu anggota yang

meninggal dunia dan juga karena seorang anggota yang padat

kesibuakannya sehingga kurang bisa aktif di FKPM. Berikut ini

struktur organisasi FKPM Pulutan yang aktif di tahun 2013.

SRUKTUR ORGANISASI FKPM PULUTAN

Ketua : HM Syafi‟i

Wakil Ketua : AIPTU. Darsono

Sekretaris : Agus Suprihadi

Bendahara : Kadariyah

Penanggung Jawab Bidang

Bidang Agama : Muslih

Bidang Idiologi : Sutarti Suroso

Bidang Pemuda dan Olah Raga : Kamami

Bidang Sosial : HM Sucipto

Bidang Keamanan : Ans‟adi Komyayin dan

Haryanto

(53)

c. Tujuan FKPM Pulutan

FKPM Pulutan memiliki tujuan umum dan tujuan khusus

untuk terciptanya suasana yang kondusif di Kelurahan Pulutan

yaitu sebagai berikut :

1) Tujuan umum

Meningkatkan indikator keamanan, ketentraman dan ketertiban

masyarakatsehingga masyarakat meraasa nyaman dalam

melakukan aktifitasnya sehari-hari.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatnya intensitas kegiatan forum dan keikut sertaan

masyarakat.

b) Meningkatnya pengurus dalam menemukan dan

mengidetifikasi akar permasalahan.

c) Meningkatnya kemampuan forum bersama masyarakat

menyelesaikan permasalahan termasuk konflik antar

warga.

d) Terakomodasinya keluhan warga untuk diselesaikan.

e) Meningkatkan intensitas kunjungan forum kepada warga.

f) Menurunya angka kejahatan.

g) Masyarakat mersa terayomi terhadap gangguan kamtibmas.

d. Tempat Penyelesaian Perkara

FKPM kelurahan Pulutan telah memiliki gedung Balai

(54)

BKPM. Bangunan BKPM ini baru saja selesai di bangun yang

berdiri tegak di depan Kantor Kelurahan Pulutan. Fasilitas

bangunan ini di gunakan untuk acara diskusi-diskusi yang

berhubungan dengan FKPM.

Dalam wawancara Ketua FKPM menuturkan untuk

penyelesaian perkara/permasalahan sendiri tidak selalu di BKPM,

beliau beranggapan penyelesai persmasalahan dengan damai harus

di carikan tempat-tempat yang tenang, agar suasananya cair dan

tidak menimbulkan pertannyaan bagi orang lain dan tidak ada

beban dari para pihak yang berselisih.

BKPM sebagai tempat penyelesaian jugadianggap kurang

tepat, karena bisa menimbulkan kesan untuk menghakimi para

pihak yang berperkara/berselisih. Padahal tujuan FKPM bukan

untuk menghakimi, melainkan membantu penyelesaian perkara/

permasalahan dengan damai yang manusiawi dan

bermartabat.Sehingga tujuan FKPM dapat dalam rangka menjaga

gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi atau bersumber

dari dalam masyarakat dapat terwujud.

e. Sumber Biaya Operasional

Dalam setiap organisasi memerlukan biaya operasiaonal

untuk menjalankan program-programnya. Biaya operasional

FKPM di peroleh dari dua jalur, jalur formal dan jalur informal.

(55)

kepolisian salatiga. Namun ini tidak berlangsung lama, selama

operasionalnya bantuan diberikan kurang lebih 3 (tiga) kali.

Sedangkan jalur in formal, FKPM memperoleh biaya

operasional dari LSM. Dalam kegiatan-kegiatannya FKPM

mendapat respon dari salah satu LSM di salatiga, bantuan dana pun

di berikan. Jika terdapat sisa anggaran kegiatan seperti seminar

tidak di bagikan ke anggota, melaikan disimpan unutk biaya

keperluan lain yang mendesak nantinya.

Untuk menutup kekurangan biaya operasional FKPM selama

ini, anggota FKPM beriuran sendiri demi terlaksananya program

dan penyelesaian permasalahan. Menurut Bp. Syafi‟i iuran ini tidak

menjadi masalah, karena mampu membantu menyelesaikan

permasalahan orang lain demi terciptanya masyarakat yang aman,

damai di lingkungannya.

f. Proses Penyelesaian Perkara

Proses penyelesaian sebuahperkara oleh FKPM yaitu sebagai

berikut:

1) Adanya laporan dari korban atau masyarakat terkait suatu

perkara/kasus yang di catat dalam buku Wira-wiri oleh ketua

FKPM.

2) Ketua dan beberapa anggota FKPMyang di dampingin

Bhabinkamtibmas selaku wakil ketua FKPM setempat

(56)

pihak-pihak terkait untuk mengklarivikasi mengenai

permasalahan yang terjadi, untuk mengetahui akar

permasalahan.

3) Setelah mengetahui akar permasalahannya FKPM akan

mengungkapkan beberapa pilihan (opsi) untuk menyelesaikan

persoalan dengan memaparkan akibat yang akan timbul dari

masing-masing pilihan penyelesaian.

4) Selanjutnya keputusan diserahkan kepada para pihak untuk

menentukan sendiri cukup di FKPM dengan menerima

gantirugi/meminta maaf saling menyadari kesalahan masing

atau mau di lanjutkan ke kepolisian dalam hal ini di laporkan

ke POLSEK setempat.

5) Jika para pihak menerima penyelesaian perkara melalui FKPM

sebagai penghubung perdamaian, maka akan di keluarkan SKB

(Surat Kesepakatan Bersama) yang ditandatangani kedua belah

pihak dan di beri meterai.

3. Data Laporan perkara di FKPM Pulutan

Ketua FKPM Bp. Syafi‟i telah mencatat laporan gangguan

keamanan di Pulutan sejak tahun 2006, yaitu satu tahun sebelum

FKPM di bentuk di kelurahan Pulutan pada tahun 2007. Laporan

masyarakat ini dicatat dalam sebuah buku yang oleh FKPM dinamakan

(57)

Laporan yang masuk di FKPM sangat komplek dari

permasalahan sosial, pencurian, persoalan rumah tangga, warisan

hingga tindak pidana berat seperti curanmor,pencurian ternak,

percobaan pembunuhan, perampokan, dan penipuan. Sebagian besar

laporan tersebut dapat diselesaikan oleh FKPM terkecuali curanmor

dan sebagaian kecelakaan lalu – lintas .

Mengenai kasus kecelakan lalu lintas terjadi perbedaan

pendapat antara Ketua FKPM Bp, syafi‟i dengan Bhabinkamtibmas

Pulutan AIPTU Darsono. Bp. Syafi‟i berpendapat bahwa penyelesaian

dengan damai adalah untuk membantu para pihak dalam menyelesaian

persoalanya, melalui beberapa alternatif penyelesaian yang berdasakan

pada akar permasalahannya. Sedangkan AIPTU Darsono berpendapat

bahwa kecelakaan lalu – lintas bisa saja mengakibatkan salah satu

pihak luka dalam yang baru terasa/diketahui setelah kesepakatan damai

di buat. Yang kemudian akan menuntut FKPM selaku pihak yang

menbantu dalam proses perdamaian.

Adanya perbedaan cara pandang inilah kemudian dibuat aturan

bahwa penyelesaian kecelakaan lalu lintas oleh FKPM harus di laporka

ke kepolisian, mengenai kronologi kejadian dan bentuk

Gambar

Tabel jumlah laporan perkara/kasus di FKPM kelurahan pulutan
Tabel perkara-perkara yang tidak dapat di selesaikan oleh
Tabel perkara-perkara yang berhasil diselesaiakan oleh

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran pihak kepolisian dalam melaksanakan perpolisian masyarakat dalam penyelesaian perkara tindak

Kemitraan antara Polisi dan masyarakat di wilayah hukum Polsek Maro Sebo sebagai strategi model perpolisian yang menekankan kemitraan sejajar antara polisi dengan

Dalam skripsi ini, penulis bermaksud menguraikan tentang implementasi tugas dan peran Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat yang kemudian disingkat FKPM di Kecamatan

masih terjadi banyak perjudian yang malah dianggap sebagai tradisi ketika ada hajatan di Desa Banyubiru. Kendala yang berasal dari luar FKPM RW MAS AMAN dalam

memiliki sertifikat (tiga orang dari enam hakim mediator), namun belum mampu menjamin kualitas mediasi yang dilakukan, sebagai bukti berdasarkan data laporan mediasi

Persoalannya, bagaimanakah pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kendal dalam perkara syiqaq, kemudian bagaimana peran mediator itu sendiri dalam menangani sengketa

PERAN MEDIATOR HAKIM DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI TANGERANG PENULISAN HUKUM Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna

Untuk itu permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peran Mediator dalam Penyelesaian Tindak Pidana Penganiayaan Ringan di Desa Tirta Makmur Kec Air Kumbang Kabupaten