• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Akuisisi

2.1.1.1. Pengertian Akuisisi

Akuisisi berasal dari kata “acquisitio” (Latin) dan “acquisition” (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999, akuisisi didefinisikan sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

Definisi lain dikemukakan oleh Michael A. Hitt, dkk (2002: 259), yaitu bahwa akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian besar saham dari perusahaan sasaran. Sudarsanam (1999) mendefinisikan akuisisi sebagai sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain, dan para pemegang dari perusahaan lain yang menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi pemilik perusahaan. Marcell Go menyatakan bahwa: akuisisi sering juga disebut sebagai investasi peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari perusahaan subsidier, melalui

(2)

pembelian saham hak suara perusahaan subsidier, dalam jumlah material (lebih dari 50%).

Dengan demikian, akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau perusahaan yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin, 2003).

Tujuan akuisisi adalah pertumbuhan dan ekspansi aset perusahaan, penjualan dan pangsa pasar pihak pengakuisisi. Akan tetapi semua itu merupakan tujuan jangka menengah. Tujuan yang lebih mendasar adalah pengembangan kekayaan para pemegang saham melalui akuisisi yang ditujukan pada pengaksesan atau pembuatan penciptaan keunggulan kompetitif yang dapat diandalkan bagi perusahaan pengakuisisi. Dalam teori keuangan modern, memaksimalkan kekayaan pemegang saham dianggap sebagai kriteria rasional untuk investasi dan keputusan finansial yang dibuat oleh para manajer (Sudarsanam, 1999).

2.1.1.2. Bentuk-bentuk Akuisisi

Akuisisi, sebagai upaya pengambilalihan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain, dapat dibedakan menjadi dua:

(3)

1. Akuisisi saham

Yaitu dengan membeli saham perusahaan yang bersangkutan, baik secara tunai ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). Akuisisi semacam ini dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan pemungutan suara.

b. Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat berhubungan langsung dengan pemegang saham target lewat tender offer. c. Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk

menghindari manajemen perusahaan target yang seringkali menolak akuisisi tersebut.

d. Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan target tetap tidak mau menyerahkan saham mereka untuk dibeli dalam tender offer, sehingga perusahaan target tetap tidak sepenuhnya terserap ke perusahaan yang mengakuisisi.

2. Akuisisi aset

Akuisisi dilakukan dengan dengan jalan membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi aset dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.

(4)

2.1.1.3. Motif Akuisisi

Akuisisi sebuah perusahaan oleh perusahaan lain didorong oleh beberapa motif, diantaranya motif ekonomis, motif Sinergis, dan motif diversifikasi.

1. Motif ekonomis

Perusahaan berupaya untuk mengurangi waktu, biaya dan resiko memasuki pasar baru, membangun kekuatan pasar, mengurangi persaingan, maupun membangun kekuatan monopoli. Motif ekonomis itu sendiri dapat dibedakan menjadi:

a. Motif strategis, yaitu ketika akuisisi diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri. b. Motif politis, biasanya dilakukan oleh pemerintah demi kepentingan

masyarakat umum atau ekonomi secara makro.

c. Motif perpajakan, yang mana pembelian perusahaan lain dapat menjadi alternatif terbaik bagi perusahaan yang memiliki kelebihan kas untuk menghindari pajak.

2. Motif sinergis

Motif ini didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan-perusahaan terkait tidak dapat meraih keuntungan ekstra bilamana perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah. Sinergi antar perusahaan dapat meliputi:

a. Sinergi operasi, yaitu ketika perusahaan yang telah bergabung berhasil mencapai efisiensi biaya.

b. Sinergi finansial, yaitu ketika perusahaan hasil penggabungan memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dari luar

(5)

secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Perusahaan yang memiliki struktur permodalan kuat akan memperoleh penilaian positif oleh publik. Sinergi finansial juga dapat diperoleh dari perbaikan aliran kas.

c. Sinergi manajerial, yaitu ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill antar perusahaan.

d. Sinergi teknologi dapat dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga perusahaan-perusahaan yang terlibat dapat saling memetik manfaat. e. Sinergi pemasaran ditunjukkan dengan semakin luas dan terbukanya

pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang dapat dijangkau.

3. Motif diversifikasi

Dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Manfaat lain diversifikasi adalah transfer teknologi dan pengalokasian modal. Namun diversivikasi juga memiliki kerugian, yaitu adanya subsidi silang.

2.1.2. Laporan Keuangan

2.1.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Andriyanto (1998), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari peristiwa-peristiwa yang setidaknya bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dinyatakan dalam uang, serta penafsiran dari hal-hal yang ditimbulkan. Dari definisi tersebut,

(6)

peringkasan dapat diartikan sebagai pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang dapat diartikan sebagai laporan keuangan.

Munawir (2001: 5), mengemukakan bahwa “Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Saat ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu daftar laba yang tidak dibagikan atau laba yang ditahan.” Sementara Standar Akuntansi Keuangan (2002: 2), menerangkan “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk jadwal dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Menurut Riyanto (1999), laporan finansial (financial statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang mamberikan gambaran tentang posisi-posisi keuangan dan hasil usaha pada saat tertentu.

(7)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang dimuat manajemen sebagai alat pertanggung jawaban kepada pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Modal (laporan perubahan posisi keuangan). Dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada periode tertentu. Sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu, laporan perubahan modal menggambarkan sumber-sumber penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

2.1.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan (2002), laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan bertujuan antara lain yaitu :

1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagai pemakai dalam pengambilan keputusan bersama.

(8)

3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau pertanggungjawaban manajeman atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Menurut Prastowo (2005: 5), laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2.1.2.3. Bentuk Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2001), bentuk-bentuk laporan keuangan berdasarkan sumber data keuangan pada rasio yaitu :

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Pada umunya isi neraca dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yang sama dengan ketiga elemen dalam persamaan dasar akuntansi, yaitu: aktiva, hutang dan modal.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu. Dengan kata lain, laporan laba rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Hasil operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Isi laporan terdiri atas

(9)

tiga komponen pokok, yaitu pendapatan atau penghasilan, biaya dan rugi atau laba.

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal pemilik. Apabila perusahaan memperoleh laba, maka laba tersebut akan menambah modal pemilik. Sebaliknya jika perusahaan menderita rugi, maka modal pemilik menjadi berkurang. Modal pemilik juga dapat berubah karena adanya tambahan investasi yang dilakukan oleh si pemilik, atau karena pemilik mengambil harta perusahaan untuk keperluan pribadi. Informasi tentang perubahan modal pemilik biasanya dituangkan dalam sebuah laporan yang disebut laporan perubahan modal.

2.1.3. Kinerja Keuangan Perusahaan

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 503), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Dari pengertian kinerja ini, maka kinerja perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan kerja manajemen dalam menjalankan fungsi keuangannya sehingga dapat mencapai prestasi dan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan yang diinginkan.

Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai

(10)

tujuan perusahaan. Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba, laba bagi perusahaan sangat diperlukan untuk kelangsungan perusahaan.

Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (Return On Investment) atau penghasilan per saham. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban (IAI, 2002: 69).

Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik mencerminkan bahwa kinerja perusahan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian, apabila rasio keuangan perusahan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik.

2.1.4. Teknik Pengukuran Kinerja 1. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan akan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antar laporan keuangan, sehingga dengan cepat

(11)

dapat membandingkan dengan rasio lain dan dapat memberikan penilaian. Keunggulan dari penggunaan analisis rasio adalah:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan, yang sangat rinci dan rumit.

c. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

d. Sangat bermanfaat untuk bahan analisis model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

e. Menstandarisasisizeperusahaan.

f. Lebih mudah memperbandingkan antar perusahaan.

g. Lebih mudah melihattrendperusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Pada penelitian ini analisis rasio dipilih untuk menilai tingkat kesehatan keuangan karena:

a. Analisis rasio dapat digunakan untuk mengidentifikasi keadaan keuangan perusahaan dan dasar perencanaan keuangan.

b. Angka rasio yang dihasilkan menggambarkan baik buruknya kondisi keuangan perusahaan, terutama bila dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar.

1. AnalisisEconomic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA)merupakan suatu teknik atau metode untuk menentukan nilai ekonomi yang di atas atau di bawah dari biaya modal yang

(12)

dimiliki perusahaan dalam pengoperasian kekayaan yang dimilikinya. Asumsinya bahwa kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham. Apabila EVA positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan dan ini biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham dan jika EVA negatif, berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja yang biasanya akan direspon negatif dengan penurunan harga saham perusahaan.

EVA = Laba bersih operasi setelah pajak – besarnya biaya modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak

Atau

EVA = Laba bersih operasi setelah pajak – besarnya biaya modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak

Penilaian kinerja perusahaan dengan metode EVA mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

a. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi.

b. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan, hanya yang jadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendetail.

c. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain.

(13)

Dengan berbagai keunggulannya, EVA juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian dapat saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun perjalan positif, tetapi nilai perusahaan negatif. Penggunaan EVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA masa kini dan masa mendatang.

b. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi biaya modal. Estimasi ini sulit untuk dilakukan dengan tepat terutama untuk perusahaan yang belumgo public.

c. EVA hanya mengukur hasil akhir. Konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktifitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.

d. EVA hanya bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan.

Dalam penelitian ini analisis EVA tidak dipilih karena dua alasan. Alasan pertama yaitu karena EVA memasukkan unsur biaya modal yang tidak tampak dalam laporan keuangan sehingga agak sulit menentukan berapa besarnya biaya modal perusahaan tersebut. Alasan kedua, karena EVA hanya memfokuskan pada nilai tambah dan tidak memperhatikan faktor lain yang mungkin lebih dominan.

(14)

2. AnalisisBalanced Scorecard

Balanced Scorecard adalah sekumpulan ukuran kinerja yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran (Kaplan, 2001: 38). Empat perspektif dalam balanced scorecard meliputi:

a. Perspektif keuangan

Pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan mendasar. b. Perspektif pelanggan

Pengukuran pada segmen pelanggan ini pada umumnya menggunakan kepuasan konsumen, jumlah penambahan pelanggan baru, profitabilitas pelanggan dan pangsa pasar pada target segmen tersebut. Pengukuran ini juga didasarkan pada nilai-nilai yang diinginkan oleh pelanggan agar perusahaan mempertahankanloyaltypelanggan.

c. Perspektif proses bisnis internal

Balanced scorecard menunjukkan proses inovasi dalam perspektif proses bisnis internal, yaitu perencanaan produk dan pengembangan produk. Agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini, manajemen perusahaan pertama-tama perlu mengidentifikasi proses bisnis internal yang terdapat di dalam perusahaan yaitu inovasi, operasi dan layanan purna jual.

d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

Proses belajar dan perkembangan organisasi bersumber dari tiga hal pokok, yaitu: people, system dan organization procedure. Perspektif keuangan

(15)

pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkap kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dalam organisasi (people), systemdan proceduredengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang handal.

Balanced scorecard memiliki beberapa kelemahan, yaitu menitikberatkan pada kinerja non financial, sulit untuk diukur, dan membutuhkan waktu lama untuk melakukan analisis.

2.1.5. Analisis Rasio Keuangan

2.1.5.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisis ini akan menjelaskan kepada penganalisis tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2001).

Prastowo (2005: 80), memberikan pendapat bahwa: “Analisis rasio merupakan teknik analisis yang dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen ratio itu sendiri. Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak diguanakan dan rasio merupakan alat yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejala suatu keadaan.”

(16)

Rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis yang diperoleh dengan membandingkan antar elemen yang ada dalam laporan keuangan yang mengacu pada standar tertentu. Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang mencoba menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dengan melihat hubungan berbagai pos dalam laporan keuangan.

Angka rasio yang dihasilkan mempunyai arti tertentu yang menggambarkan baik/buruknya keadaan atau kondisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka rasio dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka di dalam laporan rugi laba dan neraca. Dengan menggunakan alat analisis rasio keuangan dapat menjelaskan tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang digunakan sebagai standar.

2.1.5.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Tujuan analisis rasio keuangan dimaksudkan agar perbandingan data-data pada laporan keuangan dapat merupakan perbandingan logis, dengan menggunakan ukuran tertentu yang telah diakui dan mempunyai kegunaan tertentu pula sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai pegangan (Andriyanto, 1998).

Sedangkan menurut Jamilia (2003), analisis rasio bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu dan digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasikan keadaan yang akan datang.

(17)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis rasio keuangan adalah untuk memberikan dasar pertimbangan yang layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa datang, mengingat data yang disajikan oleh laporan keuangan mengambarkan apa yang telah terjadi.

2.1.5.3. Macam-macam Analisis Rasio Keuangan

Dari beberapa rasio keuangan yang ada, dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas dan rasio aktivitas.

1. Rasio Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk melakukan pembayaran dan pembiayaan untuk tujuan operasi dalam jangka pendek (Zulfikar, 2002). Perusahaan dikatakan likuid kalau perusahaan mampu menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran uang, sehingga perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. Sementara menurut Riyanto (1999: 26), likuiditas badan usaha berarti kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat tagihan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan setara kas yang berguna untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.

(18)

Keadaan likuid akan tercapai apabila perusahaan mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek. Sedangkan apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar hutang jangka pendek yang cukup disebut perusahaan yang ilikuid. Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya adalah sangat penting didalam menilai positif nilai finansial perusahaan.

Untuk menilai keadaan tersebut ada beberapa rasio yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis yaitu:

a. Current Ratio

Current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar (Munawir, 2001: 72). Menurut Riyanto (1999),rumusnya :

x100% Lancar Hutang Lancar Aktiva  tio Current Ra

Current ratiomerupakan ukuran kinerja keuangan yang paling umum dari kelancaran jangka panjang. Pada umumnya standar rasio ini 200% atau 2:1. Angka ini didasarkan pada prinsip hati-hati (Riyanto, 1999). Oleh sebab itu, jika current ratio > 200% maka perusahaan dikatakan likuid, jika current ratio < 200% maka perusahaan dikatakan ilikuid.

Rasio ini menggambarkan sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan, dapat dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang kira-kira sama dengan jatuh tempo tagihan.

(19)

current ratiosuatu perusahaan 200% ini berarti bahwa Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 2 aktiva lancar.

b. Cash Ratio

Cash ratio menurut Riyanto (1999), adalah kemampuan untuk membayar utang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Jadicash ratiomerupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan yang segera dapat diuangkan. Menurut Riyanto (1999), rumusnya : x100% Lancar Hutang Efek Kas  Cash Ratio

Cash ratio merupakan ukuran keuangan yang dimiliki perusahaan menunjukkan semakin besarnya jumlah uang tunai yang tersedia dalam perusahaan yang bersangkutan, sehingga pelunasan hutang pada saatnya tidak akan mengalami kesulitan. Tetapi apabila cash ratio terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan atau potensi untuk meningkatkanRate of Return.

Cash ratiomerupakan alat likuid yang paling dipercaya. Bertambah tinggi cash ratio berarti jumlah uang tunai yang tersedia semakin besar, sehingga pelunasan hutang pada saatnya tidak akan mengalami kesulitan tetapi bila terlalu tinggi akan mengurangi potensi untuk mempertinggiRate of Return(Alwi, 1994). 2. Rasio Solvabilitas

Solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keungannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban

(20)

Solvabel menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, kalau seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dibubarkan. Menurut Riyanto (1999), pengertian solvabel dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya (baik jangka panjang maupun jangka pendek).

Menurut Riyanto (1999), hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan keadaan yang dapat dialami, yaitu:

1. Perusahaan yang likuid dan solvabel, yaitu suatu perusahaan yang mampu membayar seluruh hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. 2. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel, yaitu suatu perusahaan yang mampu

membayar hutang jangka pendek tetapi tidak mampu membayar seluruh hutang jangka panjangnya.

3. Perusahaan yang ilikuid dan insolvabel, yaitu suatu perusahaan yang tidak mampu seluruh hutang jangka pendeknya dan seluruh hutang jangka panjangnya.

4. Perusahaan yang ilikuid tetapi solvabel yaitu suatu perusahaan yang tidak mampu membayar seluruh hutang jangka pendeknya tetapi mampu membayar hutang jangka panjangnya.

Baik perusahaan yang insolvabel maupun likuid keduanya sewaktu-waktu akan menghadapi kesulitan finansial, yaitu pada waktu tiba saatnya untuk memenuhi kewajibannya.

Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban digunakan alat analisis yaitu Total Modal Sendiri terhadap Total Aset

(21)

(TMS terhadap TA). Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri pada akhir tahun buku di luar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. Total Aset adalah total aset dikurangi dengan dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan.

x100% Aset Total Sendiri Modal Total TA terhadap TMS 

3. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)

Bagi perusahaan masalah rentabilitas adalah merupakan hal yang sangat penting karena tingkat rentabilitasnya mencerminkan kemampuan modal perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan demikian tingkat rentabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan berdasarkan pada jumlah laba semata-mata kuranglah tepat, sebab laba yang tinggi tersebut belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi.

Menurut Riyanto (1999), rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yang mana dirumuskan dengan:

x100% M L as Rentabilit  Keterangan :

L = Jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu. M = Modal atau Aktiva yang digunakan untuk menghasilkan

(22)

1. Rentabilitas Ekonomi (RE)

Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dinyatakan dalam persentase. Oleh karena itu, pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi, hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Menurut Riyanto (1999), rumusnya: x100% Aktiva Total Usaha Laba (RE) Ekonomi as Rentabilit 

Rentabilitas ekonomi merupakan ukuran keuangan perusahaan yang digunakan untuk melakukan analisa besarnya laba usaha atau EBIT yang dapat dihasilkan oleh modal usaha yang ada. Semakin besar nilai rentabilitas ekonomi perusahaan menunjukkan perusahaan dalam kondisi profitabel.

2. Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Assets)

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri, di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnyya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah

(23)

dikurangi dengan bunga modal asing, pajak perseroan atau income tax (Earning After Tax= EAT).

Salah satu ukuran yang dianggap menunjukkan produktivitas adalah pengembalian terhadap aktiva (Return On Assets), perusahaan yang memiliki tingkat ROA yang tinggi seringkali dianggap sebagai perusahaan yang lebih produktif ataupun lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang telah dimilikinya, sehingga perusahaan mempunyai daya saing yang kuat (Andriyanto, 1998). Menurut Riyanto (1999),rumusnya:

x100% Sendiri Modal Bersih Laba (RMS) Sendiri Modal as Rentabilit 

Rentabilitas modal sendiri merupakan ukuran keuangan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Yang dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Pada rasio ini penilaian dilihat dari tahun sebelumnya apakah profitabel atauunprofitable.

Hubungan antara rentabilitas tersebut (rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri) pada berbagai tingkat penggunaan modal asing adalah untuk menjaga keberlangsungan perusahaan, bagaimana suatu perusahaan dapat mendapatkan dana dan digunakan secara efektif dan efisien.

4. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber dananya (Riyanto, 1991: 254). Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(24)

a. Collection Periods (CP)

Adalah periode rata-rata yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang. Collection Periodsdapat dirumuskan sebagai berikut:

hari x365 Usaha Pendapatan Total Usaha Piutang Total CP

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Adalah rasio yang mengukur efisiensi dalam pengelolaan persediaan. Perputaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

hari x365 Usaha Pendapatan Total Persediaan Total PP

c. Total Asset Turnover (TATO)

Adalah rasio yang memperlihatkan sejauhmana efektivitas perusahaan dalam penggunaan total aktiva. TATO dapat dirumuskan sebagai berikut:

x100% Pendapatan Total TATO ployed Capital Em2.2. Penelitian Terdahulu

2.2.1. Analisis Mengenai Kinerja Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi

Analisis mengenai likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan telekomunikasi pernah dilakukan oleh Rizki (2008) dengan mengambil PT Indosat Tbk periode 2004-2008 sebagai sampel. Dalam penelitian Rizki (2008) tersebut, analisis likuiditas dilakukan dengan menggunakan Current Ratio, Assets Turnover dan Acid Test Ratio. Pada rasio Current Ratio dan Acid Test Ratio

(25)

terjadi penurunan pertumbuhan pada tahun 2005 sebesar 0.14%, 2006 sebesar 39.90%, dan 2008 sebesar 2.27% akibat adanya penambahan hutang lancar perusahaan yang signifikan dari tahun 2004. Namun pada tahun 2007 terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar 11.18% pada Current Ratio dan Acid Test Ratio. Sedangkan pada rasio Assets Turnover terjadi penurunan pertumbuhan pada tahun 2005 sebesar 5.41%. Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar 2.86%, Assets Turnover terlihat bahwa perusahaan berhasil menaikkan tingkat penjualan dan aktivanya, walaupun di tahun 2007 – 2008 perusahaan tidak mengalami kenaikan pertumbuhan akan tetapi tetap seimbang.

Analisis Solvabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio yaitu Debt to Assets Ratio, Assets Leverage Ratio, dan Debt to Equitty Ratio. Semua rasio solvabilitas tersebut selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2006 dimana pada tahun tersebut terjadi penurunan rasio solvabilitas (Debt to Assets Ratio sebesar 1.43%, Assets Leverage Ratio sebesar 1.69%, dan Debt to Equitty Ratio sebesar 3.11%).

Analisis Rentabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio yaitu Return On Equity Ratio, Return On Assets Ratio, dan Profit Margin Ratio. Pada rasio ini didapat hasil bahwa pada tahun 2005, 2006, dan 2008, perusahaan mengalami penurunan tingkat pertumbuhan rentabilitas dikarenakan turunnya laba bersih perusahaan pada setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2007 perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan rentabilitas.

Melalui analisis tersebut, berdasarkan penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, Rizki (2008) dapat menyimpulkan bahwa perusahaan

(26)

telah berhasil menciptakan nilai dan memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemiliknya. Selain itu, dari hasil perbandingan antara metode EVA dengan ROE dapat disimpulkan bahwa metode EVA dalam perhitungan kinerja perusahaan lebih akurat dibandingkan metode rasio keuangan, terutama parameter ROE karena pada metode EVA diperhitungkan adanya biaya ekuitas perusahaan.

2.2.2. Penentuan Tingkat Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi

Analisis kinerja keuangan untuk menentukan tingkat kesehatan kinerja keuangan perusahaan pernah diakukan oleh Sukhemi (2007) pada PT Telkom periode 2001-2005. Dengan menghitung menggunakan indikator laporan keuangan, tingkat kesehatan keuangan perusahaan ditetapkan berdasar Surat Keputusan Menkeu RI No. KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian kesehatan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang non infrastruktur.

Dalam penelitian tersebut, Sukhemi (2007) dapat mengetahui klasifikasi kinerja keungan, yang mana kinerja keuangan suatu perusahaan akan dinyatakan: 1. Sangat Sehat, bila nilai kinerja keuangan > 41,2

2. Sehat, bila nilai kinerja keuangan > 26,0 s.d. 41,2

3. Kurang Sehat, bila nilai kinerja keuangan > 12,4 s.d. 26,0 4. Tidak Sehat, bila nilai kinerja keuangan < 12,4

Dari penelitian tersebut, Sukhemi (2007) dapat menyimpulkan bahwa kinerja keuangan PT. Telkom, Tbk. periode 2001- 2005 dalam kategori perusahaan yang kinerja keuangannya sehat.

(27)

2.3. Kerangka Pemikiran

Akuisisi adalah tindakan strategis dari suatu perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan, yang mana perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca akuisisi, kondisi dan posisi keuangan perusahaan tentu mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan terkait.

Perusahaan yang melakukan akuisisi dengan dasar motivasi sinergi, akan berupaya untuk meningkatkan nilai keseluruhan perusahaan setelah melakukan akuisisi. Bila tidak demikian, maka perusahaan yang melakukan akuisisi hanya akan bertambah nilai asetnya saja namun sejalan dengan itu kinerja perusahaan berpotensi menurun.

Sinergi yang terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat tercemin dari kinerja keuangan perusahaan. Maka ditetapkan kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan sinergis setelah melakukan akuisisi dapat terukur dari rasio-rasio keuangannya. Meliputi rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas perusahaan.

(28)

Dari uraian tersebut di atas, kerangka pemikiran penelitian ini disusun sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.4. Hipotesis

Dengan asumsi bahwa akuisisi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan setelah akuisisi, yang mana setelah akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan digabung bersama; sementara dasar logika dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi

aktivitas-Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas perusahaan Pra-akuisisi Dibandingkan Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas perusahaan Pasca-akuisisi Kinerja Keuangan Perusahaan

(29)

aktivitas yang simultan maka laba perusahaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja pasca akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi.

Atas pertimbangan tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1:Cash ratioberbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi. H2:Current ratioberbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi.

H3: Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset berbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi.

H4:Return on equityberbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi. H5:Return on investmentberbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi. H6:Collection Periodsberbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi. H7: Perputaran Persediaan berbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi H8:Total Asset Turnoverberbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi.

H9: Tingkat kinerja keuangan perusahaan berbeda antara sebelum dengan sesudah akuisisi.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.4. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

Bauran pemasaran dari suatu perusahaan tidak h a n y a m - cakup kegiatan menciptakan produk yang bermutu, menetapkan harga yang menarik dan mengusahakan agar dapat diraih de-

[r]

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (dalam Yuwono, 2014:961) bahwa dalam mempelajari geometri terdapat beberapa kesalahan dan

Sebelah barat daerah inventarisasi di Desa Cipari (Kec. Cilacap) sekitar satu kilometer dari titik bor Pertamina (di Dusun Karang Nangka/Pasir Benda) ditemukan rembesan

Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research), yaitu penelitian yang bertujuan dengan terjun kelapangan untuk menggali dan mengumpulkan sejumlah data

Pahamilah masalah di atas, artinya kamu tuliskan hal apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan sajikan/dekati masalah dalam gambar. Gunakan variabel untuk

Divisi Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Ekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan, monitoring dan