BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya fungsi mental,
emosional, pikiran, kemauan, perilaku psikomotori dan verbal yang menjelma
dalam kelompok gejala klinis, yang disertai oleh penderitaan dan
mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu (Suliswati, 2005).
Salah satu contoh gangguan jiwa yaitu perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain
(Townsend, 1998). Perilaku kekerasan atau amuk adalah perasaan marah atau
jengkel yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri
(Stuart dan Sundeen, 1998). Kemarahan adalah salah satu bentuk emosi
manusia yang sepenuhnya bersifat normal dan setiap individu pasti pernah
marah dengan berbagai alasan. Meskipun suatu hal yang wajar dan sehat,
namun bila tidak dikendalikan dengan tepat dan bersifat destruktif, maka
marah akan berpotensi menimbulkan masalah baru, seperti masalah di
keluarga dan hubungan interpersonal (Papu, 2003). Keliat (1994) mengatakan
bahwa kemarahan yang ditekan dan pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan mempengaruhi hubungan interpersonal.
Eric dan Sally (2009) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku
sosial, bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial). Faktor-faktor penyebab
perilaku kekerasan menurut (Stuart, 2006) antara lain factor biologis,
psikologis, social budaya. Faktor biologis misal faktor-faktor yang
mendukung antara lain masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, sering
mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh tindakan agresif, lingkungan
yang tidak kondusif (bising, padat). Faktor psikologis misal dorongan agresif
karena kegagalan mencapai sesuatu sehingga berakibat frustasi. Faktor sosial
budaya yaitu agresi yang dipelajari melalui observasi atau imitasi dari
lingkungan dan penguatan untuk bertindak agresif. Faktor yang mencetus
seseorang melakukan perilaku kekerasan antara lain kelemahan fisik,
keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri, kehilangan orang atau
objek yang berharga, konflik interaksi sosial (Stuart, 2006).
Penelitian yang dilakukan Farkhah (2012), tentang persepsi keluarga
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan pasien melakukan perilaku
kekerasan di ruang Sakura RSUD Banyumas menunjukkan bahwa
persepsinya keluarga kurang baik berpengaruh terhadap perilaku kekerasan.
Penelitian Alambara (2009), tentang hubungan antara konsep diri dengan
perilaku kekerasan remaja di SMK Tujuh Lima-1 Purwokerto Kabupaten
Banyumas menyatakan bahwa ada hubungan antara konsep diri pada rentang
ideal dengan perilaku kekerasan remaja. Banyak dampak yang terjadi akibat
perilaku kekerasan, misalnya dampak kekerasan terhadap anak yaitu anak
menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi, adanya kerusakan fisik,
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam dan
menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari (Vivie, 2004).
Perilaku kekerasan sebagai salah satu perilaku pada klien gangguan
jiwa. Menurut WHO prevalensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000
penduduk dunia, sedangkan berdasarkan data hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai
264 per 1000 penduduk, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO
(Azwar, 2001). Tingkat gangguan kesehatan jiwa di Jawa Tengah juga
meningkat tajam. Hal ini diakibatkan tingginya tingkat stres yang dialami
masyarakat, baik masalah pribadi, pekerjaan, maupun keluarga. Indikasi
tersebut terlihat, dari tingkat kunjungan pasien di rumah sakit jiwa yang harus
rawat inap di RSJD Amino Gondohutomo Semarang, menurut Retno Dwi
tingkat hunian yang dulunya 85% sekarang meningkat menjadi 100% dari
kapasitas hunian 285 (Pambudi, 2010).
Salah satu rumah sakit umum di Jawa Tengah yang memiliki bangsal
jiwa adalah RSUD Banyumas. Berdasarkan data yang didapat dari RSUD
Banyumas jumlah pasien gangguan jiwa yang dirawat di ruang psikiatri pada
tahun 2011 sebanyak 3.803. Pada bulan Januari-April 2012 sebanyak 564
pasien gangguan jiwa, 63,12 % merupakan pasien resiko perilaku kekerasan
(Rekam Medis RSUD Banyumas). Karena penelitian ini sebelumnya belum
pernah dilakukan maka dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan
terjadinya perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang
Bima dan Sadewa RSUD Banyumas”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, persentase resiko perilaku
kekerasan selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal ini perlu
penanganan atau intervensi terhadap pasien resiko perilaku kekerasan
diantaranya dengan melakukan analisis faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan, karena penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan maka
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang ”Analisis faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya perilaku kekerasan pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan di ruang Bima dan Sadewa RSUD Banyumas “.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya perilaku kekerasan pada pasien resiko
perilaku kekerasan di ruang Bima dan Sadewa RSUD Banyumas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui karakteristik responden pasien resiko perilaku kekerasan
di ruang Bima dan Sadewa RSUD Banyumas.
kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang Bima dan
Sadewa RSUD Banyumas.
c. Mengetahui pengaruh faktor psikologis terhadap terjadinya perilaku
kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang Bima dan
Sadewa RSUD Banyumas.
d. Mengetahui pengaruh faktor sosial budaya terhadap terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang
Bima dan Sadewa RSUD Banyumas.
e. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang
Bima dan Sadewa RSUD Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya mengenai analisis faktor yang menyebabkan terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan
penelitian dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan jiwa
yang didapat selama perkuliahan, khususnya tentang materi askep pada
pasien resiko perilaku kekerasan.
b. Bagi institusi pendidikan
Menjadi sumber rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian dengan topik yang sama dalam bidang keperawatan jiwa
mengenai pembelajaran askep resiko pasien perilaku kekerasan.
c. Bagi petugas kesehatan
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi petugas
kesehatan sebagai bahan informasi mengenai faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya perilaku kekerasan di ruang Bima dan Sadewa
E. Penelitian Terkait
1. Farkhah (2012), melakukan penelitian tentang persepsi keluarga tentang
faktor-faktor yang menyebabkan pasien melakukan perilaku kekerasan di
ruang Sakura RSUD Banyumas. Metode yang digunakan adalah cross
sectional. Hasil penelitian terhadap 40 responden menunjukkan bahwa
persepsinya kurang baik sebanyak 32 (80%) responden, persepsi cukup
baik 7 (17,5%), dan persepsi baik sebanyak 1 (2,5%). Persepsi keluarga
tentang faktor-faktor penyebab pasien melakukan perilaku kekerasan
secara keseluruhan menunjukkan bahwa persepsinya kurang baik.
Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti di sini adalah melakukan
penelitian kuantitatif dengan fokus penelitian analisis faktor-faktor
terjadinya perilaku kekerasan (faktor predisposisi dan faktor presipitasi)
dimana dalam faktor predisposisi terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya perilaku kekerasan. Tempat penelitian di ruang
Bima dan Sadewa RSUD Banyumas. Persamaan penelitian pada variabel
dependen tentang perilaku kekerasan sedangkan perbedaan penelitian pada
variabel independen, tempat penelitian, sampel penelitian, instrument
penelitian dan jenis penelitian.
2. Alambara (2009), melakukan penelitian dengan fokus hubungan antara
konsep diri dengan perilaku kekerasan remaja di SMK Tujuh Lima-1
Purwokerto kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan adalah cross
sectional. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara konsep diri pada
tubuh ada hubungan dengan perilaku kekerasan, ideal diri ada hubungan
dengan perilaku kekerasan, harga diri ada hubungan dengan perilaku
kekerasan, peran ada hubungan dengan perilaku kekerasan dan identitas
ada hubungan dengan perilaku kekerasan. Penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti di sini adalah melakukan penelitian kuantitatif
dengan fokus penelitian analisis faktor-faktor terjadinya perilaku
kekerasan (faktor predisposisi dan faktor presipitasi) dimana di dalam
faktor predisposisi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya perilaku kekerasan. Tempat penelitian di ruang Bima dan
Sadewa RSUD Banyumas. Persamaan penelitian pada variabel dependen
tentang perilaku kekerasan sedangkan perbedaan penelitian pada variabel
independen, tempat penelitian, sampel penelitian, instrument penelitian