• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. E UMUR 24 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS I KEMBARAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. E UMUR 24 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS I KEMBARAN - repository perpustakaan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

A. KEHAMILAN

1. Definisi

Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan

dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai

aterm (Manuaba, 2010; h.75).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu

ke-28 hingga ke-40) (Sarwono, 2010; h.213).

2. Tanda dan gejala kehamilan

a. Tanda dugaan kehamilan

(2)

ovulasi. Dengan mengetahui tanggal haid terakhir dengan

perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.

2) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis). Pengaruh esterogen dan

progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang

berlebihan dan menimbulkan mual dan muntah terutama pada

pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas yang

fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah,

nafsu makan berkurang.

3) Ngidam. Wanita Hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut Ngidam.

4) Sinkope (Pingsan). Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan Sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang

setelah usia kehamilan 16 minggu.

5) Payudara Tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam

pada payudara.Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf

tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

6) Sering Miksi. Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung

kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada Triwulan

kedua, gejala ini sudah menghilang.

7) Kontipasi atau Obstipasi.

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

(3)

8) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone

hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae

nigra, linea alba makin hitam), dan di sekitar payudara

(hiperpregmentasi areola mamae, putting susu makin menonjol,

kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah manifes sekitar

payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum).

9) Epulis. Hipertropi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila

hamil.

10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena

pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan

pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai

bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar

genetalia eksterna, kaki, betis, dan payudara. Penampakan

pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.

(Manuaba, 2010; h.107-108).

b. Tanda tidak pasti kehamilan

Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh:

1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.

2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian

(4)

c. Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti kehamilan ditentukan melalui:

1) Gerakan janin dalam rahim.

2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, alat

kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi

(Manuaba, 2010; h.109).

3. Perubahan fisiologis ibu hamil

a. Perubahan Pada Anatomi Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi

a) Perubahan Uterus

Ukuran uterus untuk akomodasi pertumbuhan janin,

rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasia otot polos

rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik,

endometrium menjadi desidua. Berat uterus naik secara luar

biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan

(40 pekan) (Mochtar, 2012; h: 29).

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,

amnion) sampai persalinan. Selama kehamilan,uterus akan

berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung

janin, plasenta dan cairan amnion rata-rata pada akhir

kehamilan volume totalnya mencapai 5 I bahkan dapat

mencapai 20 I atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram

(5)

b) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan

fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna

pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari

kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik

gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik hipofisis

anterior (Manuaba, 2010; h.92).

c) Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva mengalami perubahan akibat

hipervaskularisasi vagina dan vulva terlihat lebih merah atau

kebiruan. Warna livid pada vagina dan porsi serviks disebut

tanda chadwick (Mochtar, 2012; h: 30).

d) Dinding Perut

Pembesaran pada rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit

sehingga timbul striae gravidarum, linea nigra, dan linea alba

(Mochtar, 2012; h: 30).

e) Payudara (Mammae)

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,

(6)

Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk

pemberian ASI dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2010;

h.92).

(1) Estrogen, berfungsi:

(a) Menimbulkan hipertofi system saluran payudara

(b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam

sehingga payudara tampak makin membesar

(c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan

garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

(2) Progestron, berfungsi:

(a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi

(b) Meningkatkan jumlah asinus

(3) Somatomamotrofin, berfungsi:

(a) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,

laktalbumin, dan laktoglobulin

(b) Penimbunan lemak disekitar alveolus payudara

(c) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

4. Perubahan Pada Sistem Lainnya

a. Sistem sirkulasi darah Mochtar, 2012; h.30-31)

1) Volume darah

Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat

sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah

banyak, kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32

minggu diikuti pertambahan curah jantung yang meningkat

(7)

2) Protein darah

Gambaran protein dalam serum berubah; jumlah

protein, albumin, dan gamaglobulin menurun dalam triwulan

pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir

kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.

3) Hemoglobin

Hematrokit cenderung menurun karena kenaikan relatif

volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat

untuk memenuhi kebutuhan transpor O2, yang sangat

diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat

menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan Hb

pada orang yang tidak hamil.

4) Nadi dan tekanan darah

Tekanan darah arteri cenderung menurun, terutama

selama trimester kedua, kemudian akan naik lagi seperti pada

pra-hamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal pada

ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah akhir

trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84

per menit.

5) Jantung

Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah

kehamilan 3 bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu

terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadangkala

(8)

b. Sistem Pernafasan

Pada wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan

pendek nafas. Hal itu disebabkan oleh usus yang tertekan

kearah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru

sedikit meningkat selama kehamilan. Seorang wanita hamil

selalu bernafas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah

pernafasan dada (thoracic breathing) (Mochtar, 2012; h.31).

Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan

selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi permenit

dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara

signifikan pada kehamilan lanjut (Sarwono, 2010;h.185).

c. Saluran pencernaan (Traktus digestivus)

Pada trimester pertama salivasi meningkat , timbul keluhan

mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah

sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam

saluran makanan. Resopsi makanan baik, tetapi akan timbul

obstipasi. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi,

biasanya pada pagi hari, disebut sakit pagi (morning sickness)

(Mochtar, 2012; h.31).

d. Tulang dan Gigi

Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena

ligamen-ligamen melunak (softening). Juga terjadi sedikit

pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan

tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsiaum janin, kalsium pada

(9)

kebutuhan kalsium janin. Apabila konsumsi kalsium cukup, gigi

tidak akan kekurangan kalsium. Gingivitis kehamilan adalah

gangguan yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya

higiene yang buruk pada rongga mulut (Mochtar, 2012; h.31).

e. Kulit

Menurut Mochtar, 2012; h.31 pada daerah kulit tertentu,

terjadi hiperpigmentasi, yaitu pada

1) Muka: disebut masker kehamilan (chloasma gravidarum),

2) Payudara: puting susu dan areola payudara,

3) Perut: linea nigra striae,

4) Vulva

f. Kelenjar Endokrin

(Mochtar, 2012; h.31).

1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit

2) Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior

3) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh.

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan

membesar ±135%. Tetapi, kelenjar ini tidak mempunyai arti

penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami

hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon

prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm

(Sarwono, 2010;h.186).

g. Metabolisme

(10)

yang bergizi dan berada dalam kondisi sehat (Mochtar, 2012;

h.31-32).

1) Tingkat metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) pada

wanita hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada

trimester akhir.

2) Keseimbangan asam-alkali (acic-base balance) sedikit

mengalami perubahan konsentrasi alkali:

a) Wanita tidak hamil: 155 mEq/liter

b) Wanita hamil:145 mEq/liter

c) Natrium serum: turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter

d) Bikarbonat plasma: turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter

3) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus,

alat kandungan, payudara, dan badan ibu, serta untuk

persiapan laktasi.

4) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus,

nafsu makan bertambah, sering buang air kecil dan dijumpai

glukosuria yang mengingatkan kita pada diabetes melitus.

Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar endokrin agak terasa,

seperti somatomamotropin, insulin plasma, dan

hormon-hormon adrenal-17-ketosteroid. Harus diperhatikan

sungguh-sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena)..

5) Metabolisme lemak juga terjadi,. Kadar kolesterol meningkat

sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon

(11)

pada payudara. Deposit lemak lainnya terdapat dibadan,

perut, paha, dan lengan.

6) Metabolisme mineral

a) Kalsium: dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari,

sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang, terutama

dalam trimester terakhir dibutuhkan 30-40 gram

b) Fosfor: dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari

c) Zat besi: dibutuhkan tambahan zat besi ±800 mg, atau

30-50 mg sehari

d) Air: wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

7) Berat badan

Berat badan pada wanita hamil akan naik sekitar

6,5-16,5 kg. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak

ditemukan pada keracunan hamil (preeklamsi dan eklamsi).

Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh:

a) Janin, uri, air ketuban, uterus

b) Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan

retensi air.

8) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi.

Kalori terutama diperoleh dari pembakaran zat arang,

khususnya sesudah kehamilan 5 bulan ke atas. Namun, jika

dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan

kalori

(12)

banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B.

Karena itu, wanita hamil harus diberikan zat besi dan

roboransia yang berisi mineral dan vitamin.

h. Sistem kardiovaskuler

Pada minggu ke 5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler

sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.

Antara minggu ke 10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma

sehingga terjadi peningkatan preload. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior

dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang.

Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik

vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine

dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu

kehilangan kesadaran (Sarwono, 2010; h.183).

Volume darah akan meningkat secara progesif mulai

minggu ke 6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada

minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu

tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45 %. Hal

ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal

yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensis dan aldosteron

(13)

5. Asuhan Pada Kehamilan

Asuhan antenatal merupakan upaya preventiv untuk optimalisasi

luaran maternal dan neonatal dalam kehamilan (Sarwono, 2010; h.

278).

a. Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan umum asuhan kehamilan adalah menyiapkan

seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam

kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan

ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 2012; h.38).

Tujuan khusus:

1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin

dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin

diderita sedini mungkin.

3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

4) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari

dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan

laktasi (Mochtar, 2012; h.38).

b. Standar minimal asuhan antenatal 10 T:

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

2) Pengukuran tekanan darah

3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

(14)

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling termasuk keluarga berencana)

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes

hemoglobin (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan

golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)

dan

10) Tatalaksana kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.87)

6. Ketidaknyamanan kehamilan dan cara mengatasinya

a. Mual dan muntah

Mual dan muntah merupakan keluhan yang umum pada ibu hamil.

Biasanya berlangsung sampai umur kehamilan 16 minggu. Dalam

kasus ini, ibu hamil dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil secara

lebih sering (Williams, 2013; h.220).

b. Nyeri punggung

Semakin bertambahnya umur kehamilan menyebabkan

meningkatnya nyeri punggung. Hal tersebut juga disebkan karena ibu

kelelahan, membungkuk berlebihan, mengangkat beban. Ibu

dianjurkan untuk memberi bantalan penyangga di punggung ketika

duduk, menghindari sepatu berhak tinggi, berjongkok ketika

mengambil sesuatu dibawah

(15)

c. Varises

Terjadi karena pembesaran pembuluh darah kaki akibat tekanan

rahim pada daerah panggul dan pengaruh kenaikan hormone. Cara

mengatasinya dengan menghindari terlalu lama berdiri, melipat kaki

sewaktu duduk, meninggikan kaki pada saat berbaring (Varney,

2007; h.540).

d. Hearthburn

Gejala ini merupakan salah satu keluhan tersering wanita hamil yang

disebabkan oleh reflex isi lambung ke dalam esofagus bawah. Hal ini

diatasi dengan cara makan lebih sering dalam porsi kecil,

menghindari berbaring datar atau membungkuk (Williams, 2014;

h.220).

e. Konstipasi

Konstipasi terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan

relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan

jumlah progesterone. Konstipasi biasanya muncul pada TM II dan

TM III. Konstipasi dapat diatasi dengan memperbanyak konsumsi

makanan berserat tinggi, minum air putih 8-10 gelas per hari,

berolahraga ringin secara teratur terutama jalan kaki (Varney, 2007;

h.359).

f. Kram

Kram kaki disebakan oleh gangguan asupan kalsium yang tidak

adekuat atau keseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh,

(16)

saraf ini melewati foramen obturator dalam perjalanan menuju

ekstremitas bagian bawah. Cara mengatasinya dengan cara

meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya serta anjurkan

ibu untuk elevasi kaki secara teratur (Varney, 2007; h.540).

g. Keletihan

Keletihan dialami pada TM I. Keletihan diakibatkan oleh penurunan

drastis laju metabolisme dasar dalam tubuh. Cara mengatasinya

adalah istirahat yang cukup pada siang dan malam hari, melakukan

olahraga ringan seperti jalan kaki serta asupan dengan nutrisi yang

baik (Varney, 2007; h.537).

7. Komplikasi dalam kehamilan

Dalam buku (Mochtar, 2012; h.141-184) menyebutkan:

a. Hiperemesis Gravidarum

Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil

sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan

umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.

b. Toksemia gravidarum

Istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejala–gejala dalam

kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria, dan

Edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh

KK (kejang-kejang / konvulsi dan koma).

c. Abortus (keguguran) dan kelainan dalam tua kehamilan

Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

(17)

d. Kematian janin dalam kandungan

Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin

dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan ( KJDK ) atau

intra uterine fetal death ( IUFD ) sering dijumpai, baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20

minggu.

e. Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah

kehamilan 28 minggu.

8. Kunjungan antenatal

Menurut (Mochtar, 2012; h.38)

a. Pemeriksaan kehamilan pertama kali yang ideal adalah sedini

mungkin ketika haid terlambat satu bulan.

b. Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan

c. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan

d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan

Menurut (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.87).

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian

pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan,

dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia

kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia

kehamilan 12 minggu-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester

ketiga (usia kehamilan 24 minggu-persalinan). Standar waktu pelayanan

(18)

atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan

penanganan dini komplikasi kehamilan.

B. PERSALINAN

1. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2010; h.168).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin

dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2010;h.100).

Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel

melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 2012; h.71).

2. Macam-macam persalinan

Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:

a. Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari luar.

c. Persalinan anjuran (partus presipitatus) (Manuaba, 2010; h.164)

Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai

(19)

a. Abortus

Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu

hidup di luar kandungan. Usia kehamilan sebelum 28 minggu. Berat

janin kurang dari 1000 gram.

b. Persalinan prematuritas

Persalinan sebelum usia kehamilan 28 minggu sampai 36 minggu.

Berat janin kurang dari 2499 gram.

c. Persalinan aterm

Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat

janin di atas 2500 gram.

d. Persalinan Serotinus

Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin

terdapat tanda-tanda postmaturitas.

e. Persalinan presipitatus

Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam

(Manuaba, 2010; h.166).

3. Etiologi

Menurut Manuaba, 2010; h.168terjadinya persalinan belum dapat

diketahui. Besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama

sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Teori kemungkinan

terjadinya persalinan , antara lain :

a. Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

(20)

kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan

proses persalinan.

b. Teori penurunan progesteron

Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen

didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron

menurun sehingga timbul his.

c. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior, pada

akhir kehamilan kadar oxytosin bertamabah oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim.

d. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan dan dianggap dapat pemicu terjadinya

persalinan.

e. Teori hipotalamus – hipofisis dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anen-sefalus sering

terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin,

induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut disimpulkan

ada hubungan antara hipotalamus – hipofisis dengan mulainya

(21)

4. Tanda tanda persalinan

a. Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri

yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan

kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap

perubahan serviks, semakin beraktivitas (jalan) kekuatan makin

bertambah.

b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his

persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan

pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang

terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena

kapiler pembuluh darah pecah.

c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah

yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban

baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya

ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam

(Manuaba, 2010; h.173).

5. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan

Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan

meliputi: Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut,

kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan

kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin dan

plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu

(22)

6. Tahapan persalinan

a. Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (Manuaba, 2010;

h.173).

Kala pembukaan dibagian atas 2 fase:

1) fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

2) fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3

subfase.

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi

4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm (lengkap) (Mochtar, 2012; h.71).

Ada perbedaan lama persalinan pada primigravida dan

multigravida, yaitu pada primigravida berlangsung selama 10–12 jam

sedangkan pada multigravida berlangsung selama 6–8 jam

(Manuaba, 2010; h.175).

b. Kala II (kala pengeluaran janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan

lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan

masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot

(23)

mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau

buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala

janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang.

Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti

oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½

-2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2012; h.71-73).

c. Kala III ( Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus

teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta

yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluran uri. Dalam waktu

5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan

akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis

atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2012;h.73).

Tanda – tanda pelepasan plasenta menurut Manuaba, 2010;

h.191 adalah:

1) Terjadi kontraksi rahim, sehingga rahim membulat, keras, dan

terdorong keatas.

2) Plasenta didorong kearah segmen bawah rahim

3) Tali pusat bertambah panjang

(24)

d. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernafasan,

kontraksi uterus, terjadi perdarahan (Manuaba,2010 h.174).

7. Asuhan Persalinan Normal (Sarwono,2010;h.341)

a. Melihat tanda dan gejala kala dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan vaginanya

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

(25)

5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam

6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set atau wadah desinfeksi tingkat

tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

c. Memastikan pembukaan lengkap dengan baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah di basahi air desinfeksi tingkat tinggi jika mulut

vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi,

selanjutnya langkah 9)

8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum

pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

(26)

serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selam 10 menit.

Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal .

a) mengambil tidakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) mendukumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,

dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

a) Tunggu ibu hingga mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantuan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan yang ada

b) Menjelaskan pada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan

(27)

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinganan untuk meneran

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60

menit.

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

15) Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm.

16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

(28)

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Membantu lahirnya kepala

19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala

lahir.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

g. Membantu lahirnya bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu

(29)

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

h. Membantu lahirnya badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

i. Penanganan bayi baru lahir

25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut

untuk menilai apakah ada asfiksia bayi:

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?

c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

26) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru

lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu

(30)

b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering

c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas dada atau perut

ibu

27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tunggal).

j. Manajemen aktif kala III

28) Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik oksitosin untuk

membantu uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali

pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali

pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi

luar klem penjempit, dorong sisi tali pusat kearah distal (ibu) dan

lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31) Potong dan ikat tali pusat

a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil

lindungi perut bayi).

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang kesisi berlawanan dan

lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

(31)

32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu kekulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan

bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik didinding

dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan

pasang topi pada kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di

atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Melakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40

detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi,

meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan

ransangan puting susu.

37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-krnial hingga

(32)

kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah

pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5–10cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks

ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau

klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, meletakkan

telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(33)

k. Menilai Perdarahan

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau khusus.

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

l. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

43) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu umtuk melakukan

kontakl kulit ibu-bayi (didada ibu minimal 1 jam).

a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai

menyusu

b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama

biasanya berlangsung pada menit ke 45-60, dan

berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari

satu payudara

c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan

biarkan bayi didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah

(34)

d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam

atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah

bersama

dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi

e) Jika bayi belum menemukan puting ibu-IMD dalam waktu 1

jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan

biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit

berikutnya

f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,

pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada

ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya

(menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan

kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu

g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk

menjaga kehangatannya.

h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari

pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat

disentuh, buka pakaiannya dan kemudian telungkupkan

kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi

hangat kembali

i) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus

selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga

bayi bisa menyusu sesering keinginannya

44) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:

(35)

b) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis

(tetrasiklin 1% atau antibiotika lainnya)

c) Suntikan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL)

IM di paha kiri anterolateral bayi

d) Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5C)

e) Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi

nama ayah, ibu, waktu, lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir

jika ada

f) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan

(bibir sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding

perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi

45) Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan

imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi

a) Letakkan bayi di jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa

disusukan

b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum

berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan

sampai bayi berhasil menyusu

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

a) 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

(36)

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai.

47) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

48) Mengevaluasi kehilangan darah.

49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

sertiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama

dua jam pertama pascapersalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal

(36,-37, C)

51) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,6 %

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

(37)

54) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkan.

55) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

56) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan kala IV

8. Asuhan kebidanan pada kala I-IV persalinan

Menurut Mochtar (2010;h.77-81) yaitu:

a. Kala I

Pekerjaan penolong (bidan) pada kala I adalah mengawasi wanita

inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan semangat kepada wanita

tersebut bahwa proses persalinan adalah fisiologis, tanamkan rasa

percaya diri dan percaya pada penolong. Pemberian obat atau

tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila

ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau

berjalan-jalan. Jika berbaring ke sisi terletaknya punggung janin. Jika

ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan, harus

berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indikasi.

(38)

b. Kala II

Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, apabila belum

pecah ketuban dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat

lalu timbullah his mengejan, penolong telah siap untuk memimpin

persalinan. Jika terdapat kemajuan persalinan penolong harus

menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kassa

atau doek steril. Pada primigravida dianjurkan untuk melakukan

episiotomi.

c. Kala III

Segera sesudah anak lahir, anak diurus dan tali pusat diklem,

biasanya rahim setelah kelahiran akan mengalami masa istirahat,

dalam masa istirahat itulah peran bidan yaitu: memeriksa keadaan

ibu, TTV, mengawasi perdarahan, mencari tanda pelepasan

plasenta, menyuruh ibu mengedan dan memberikan tekanan pada

fundus, urin dan selaput ketuban harus diperiksa sebaik-baiknya

setelah dilahirkan.

d. Kala IV

Ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dahulu dan perhatikan

mengenai: kontrasksi rahim, perdarahan, kandung kemih, luka-luka

jahitan, uri dan selaput ketuban harus lengkap, keadaan umum ibu

dan bayi dalam keadaan baik.

9. Komplikasi persalinan

a. Persalinan prematur

Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari aterm (37

(39)

khusus karena mempunyai resiko yang tinggi dengan kelahiran Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Varney, 2008; h.782).

b. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada

tanda-tanda persalinan tanpa melihat usia gestasi. Dikatakan ketuban

pecah dini apabila ketuban pecah lebih dari 8 jam dan tidak ada

pembukaan serviks (Varney, 2008; h.788).

c. Amnionitis atau korioamnionitis

Amnionitis adalah terjadinya infeksi pada kulit ketuban dan cairan

ketuban, biasanya terjadi karena ketuban pecah lama (lebih dari 24

jam), dengan atau tanpa persalinan yang memanjang, pada

pemeriksaan dalam (Varney, 2008; h.792).

d. Prolaps tali pusat

Yaitu menumbung atau tali pusat masuk kedalam serviks. Prolaps

tali pusat dapat menyebabkan hipoksia pada janin. Terdapat dua

jenis prolaps tali pusat yaitu: menumbung ( frank ) dan terkemuka (

occult ) (Varney, 2008; h.793).

e. Disfungsi uteri

Merupakan diagnosa yang ditegakkan dengan melakukan observasi

pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang melebihi

waktu persalinan (Varney, 2008; h.800).

f. Rupture uterus

Rupture uterus terjadi robekan atau laserasi pada uterus, yang dapat

(40)

gejala gangguan berat lainnya. Perdarahan terjadi ke dalam

peritoneum dapat mengiritasi diafragma dan menyebabkan nyeri

menjalar ke dada (Varney, 2008; h. 801).

10. Dampak persalinan lama pada ibu dan janin

a. Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan

janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.

Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi

desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan

sepsis pada ibu dan janin.

b. Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya

serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi

dan pada mereka dengan riwayat SC.

c. Cincin Retraksi Patologis

Walaupun sangat jarang, dapat timbul kontraksi atau cincin lokal

uterus pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling

sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan

cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat

persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan

berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini identasi

abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya SBR.

Konstraksi uterus lokal jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya

persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Kontraksi

(41)

(hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama.

Pada keadaan ini, kontraksi tersebut kadang-kadang dapat

dilemaskan dengan anesthesia umum yang sesuai dan janin

dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan

dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar

kedua.

d. Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak

maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang

terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan

yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis

yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan

munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal.

Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II

yang berkepanjangan.

e. Cidera Otot-otot Dasar Panggul

Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari

kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu.

Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul

sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan

jaringan ikat. Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan

alvi serta prolaps organ panggul.

f. Kaput Suksedaneum

(42)

dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan

diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul

sementara kepala sendiri belum cakap.

g. Molase kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak

saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu

proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal

yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan

tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang

frontal. Namun, tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal.

Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian

yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,

molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh

(43)

C. BAYI BARU LAHIR

1. Definisi

Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38–42 minggu

dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan panjang badan

sekitar 50– 55 cm (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013; h.150).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37–42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sarwono,

2005 dalam Sondakh, 2013; h.150).

2. Penilaian bayi baru lahir (Manuaba, 2010; h.205)

Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem

nilai Apgar. Dalam melakukan pertolongan persalinan merupakan

kewajiban untuk melakukan :

a. Pencatatan (jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi,

pemeriksaan tentang cacat bawaan).

b. Identifikasi bayi (rawat gabung, identifikasi sangat penting untuk

menghindari bayi tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan

sampai penyerahan bayi).

c. Pemeriksaan ulang setelah 24 jam pertama sangat penting dengan

pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum sempurna.

Tabel 2.1 Penilaian Apgar Skor

Nilai

Gejala 0 1 2

Denyut jantung janin Tidak ada < 100 denyut /

menit >100 denyut / menit

Pernapasan Tidak ada Lemah,

(44)

rangsang

3. Tanda – tanda bayi normal

Menurut (Sondakh 2013; h. 150), bayi baru lahir dikatakan normal

jika masuk dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

b. Panjang badan bayi antara 48-50 cm.

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian

tururn sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

k. Refleks hisap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

(45)

4. Perawatan bayi baru lahir 1 jam pertama

a. Membersihkan jalan napas

Mempertahankan terbukanya jalan napas, sediakan balon penghisap

dari karet untuk menghisap lendir dan mulut bayi dalm upaya

mempertahankan jalan napas yang bersih.

b. Memotong tali pusat

Tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting

steril dan diikat dengan pengikat steril. Bersihkan dengan lembut kulit

disekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan

longgar/ tidak terlalu rapat dengan kassa steril. Popok bayi diikat

dibawah tali pusat tidak menutupi tali pusat untuk menghindari

kontak dengan feses dan urin. (Prawirohardjo, 2009; h.370)

c. Memberikan vitamin K

Bayi baru lahir diberikan vitamin K dengan tujuan mengurangi

kejadian defisiensi vitamin K, jenis vitamin K yang digunakan adalah

K1 diberikan secara IM dengan dosis, 0,5-0,1 mg (Prawirohardjo,

2009; h.135)

d. Memberi salep mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual) (Prawirohardjo, 2009; h.135)

e. Pengukuran berat dan panjang lahir

Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat dan panjang lahirnya. Dua

(46)

f. Pemantauan bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktivitas bayi norml atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan

bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

5. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Kunjungan neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali

pada 3-7 hari, dan 1 kali pada 8-28 hari (profil kesehatan indonesia,

2013; h.110).

a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48

jam setelah bayi lahir.

1) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan

hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika

suhunya 36.5 bungkus bayi dengan kain yang kering dan

hangat, kepala bayi harus tertutup

2) Pemeriksaan fisik bayi

3) Dilakukan pemeriksaan fisik

a) Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk

pemeriksaan

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan lakukan

pemeriksaan

c) Telinga : periksa dalam hubungan letak dengan mata dan

kepala

(47)

e) Hidung dan mulut : bibir dan langitanperiksa adanya

sumbing refleks hisap, dilihat pada saat menyusu

f) Leher :pembekakan,gumpalan

g) Dada : bentuk,puting,bunyi nafas,, bunyi jantung

h) Bahu lengan dan tangan :gerakan normal, jumlah jari

i) System syaraf : adanya reflek moro

j) Perut : bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat

menangis, pendarahan tali pusat tiga pembuluh,

lembek (pada saat tidak menangis), tonjolan

k) Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis

berlubang pada letak ujung lubang

l) Kelamin perempuan :vagina berlubang, uretra berlubang,

labia minor dan labia mayor

m) Tungkai dan kaki : gerak normal, tampak normal, jumlah

jari

n) Punggung dan anus: pembekakan atau cekungan, ada

anus atau lubang

o) Kulit : verniks, warna, pembekakan atau bercak hitam,

tanda-tanda lahir

4) Konseling : jaga kehangatan, pemberian ASI, perawatan tali

pusat, agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya

5) Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu : pemberian

ASI sulit, sulit menghisap atau lemah hisapan, kesulitan

(48)

untuk makan,warna kulit abnormal – kulit biru (sianosis) atau

kuning, suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin

(hipotermi), tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa,

ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja selama 3

hari, muntah terus-menerus, perut membengkak, tinja hijau tua

dan darah berlendir, mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

6) Lakukan perawatan tali pusat pertahankan sisa tali pusat dalam

keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih

secara longgar, lipatlah popok di bawah tali pusat ,jika tali pusat

terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan

keringkan dengan benar.

7) Gunakan tempat yang hangat dan bersih

8) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan

9) Memberikan imunisasi HB-0

b. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari

ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.

1) Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering

2) Menjaga kebersihan bayi

3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI

4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali

dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan

5) Menjaga keamanan bayi

(49)

7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan

bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA

8) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari

ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

1) Pemeriksaan fisik

2) Menjaga kebersihan bayi

3) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali

dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

5) Menjaga keamanan bayi

6) Menjaga suhu tubuh bayi

7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asi

ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan

bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA

8) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

9) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

6. Masalah bayi baru lahir

Menurut (Prawirohardjo, 2009; h.347) masalah yang dialami bayi baru

lahir antara lain:

a. Asfiksia

Asfiksia adalah hipoksia atau penimbunan karbon dioksida dan

(50)

mengakibatkan kerusakan otak atau kematian dan dapat

mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.

b. Hipo/hipotermia

Hipotermia terjadi apabila suhu tubu bayi turun dibawah 36ºC untuk

mencegah terjadinya hipotermia maka setiap bayi baru lahir harap

segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih dilakukan

dengan mulai dari kepala kemudian keseluruh tubuh.

c. Berat badan lahir rendah

Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir yaitu

apabila beratnya 1500 gram-2500 gram.

d. Dehidrasi

Dehidrasi ditandai dengan bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit,

bibir, dan lidah kering saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun

cekung, warna kulit pucat, turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin,

banyaknya air kemih berkurang, gelisah, kadang-kadang kejang

kemudian syok

e. Ikterus

Adalah kondisi bayi menguning yang dialami bayi kurang bulan.

Dapat ditandai dengan tidak mau menghisap, latergis, mata berputar,

gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot meninggi, leher kaku, dan

akhirnya opistotonus

f. Tetanus neonatorum

Terjadi pada neonatus yang berusia kurang dari 1 bulan yang

(51)

g. Kejang

Kejang pada bayi baru lahir sering disebabkan oleh ketidakmatangan

organisasi konteks pada bayi baru lahir.

D. NIFAS

1. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti

prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6–8 minggu (Mochtar, 2012; h.87).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2010;

h.356).

2. Tujuan masa nifas

a. Tujuan Umum

Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode

pascapersalinan, mengenali komplikasi pascapersalinan pada ibu

dan bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi yang diperlukan

serta menjelaskan dan melaksanakan ASI eksklusif, konseling

HIV/AIDS dan kontrasepsi, prosedur imunisasi (Sarwono, 2010; h.

356).

b. Tujuan Khusus

1) Mengenali dan memenuhi kebutuhan ibu pada masa

pascapersalinan.

2) Mengenal komplikasi perdarahan pascapersalinan.

(52)

4) Mengenal dan memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.

5) Melakukan upaya pencegahan infeksi dasar pada bayi baru

lahir.

6) Melakukan upaya untuk menyusui dan bagaiman

mempertahankan selam minimal 6 bulan (exclusive

breastfeeding).

7) Menjelaskan manfaat konseling IMS/HIV-AIDS dan penggunaan

kontrasepsi.

8) Menjelaskan dan melaksanakan prosedur imunisasi pada ibu

dan bayi.

(Sarwono, 2010; h. 356).

3. Tahapan masa nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan–jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermediat yaitu kepulihan menyeluruh alat–alat

genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

c. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali

dan sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu

persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat

sempurna dapat berminggu–minggu, bulanan, atau tahunan

(53)

4. Kunjungan masa nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada

ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali

sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam-3 hari pasca persalinan,

pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan

pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi

a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)

b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)

c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain

d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif

e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu

nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana

f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

(Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.96).

5. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.2 Perubahan Bentuk Uterus

Involusi Tinggi fundus uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram

Uri lahir 2 Jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat

simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas

Gambar

Tabel 2.1 Penilaian Apgar Skor
Tabel 2.2 Perubahan Bentuk Uterus
Tabel 2.3 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode reversibel
Tabel 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Irreversibel
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gedung yang akan dikondisikan memiliki 7 lantai, perhitungan beban pendinginan dilakukan pada setiap lantai, total perhitungan beban pendinganan digunakan untuk menentukan kapasitas

Kelima formulasi cookies beras merah tersebut dianalisa sensori ranking hedonik menggunakan parameter organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan overall ) dengan 50

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul PENGARUH KONSENTRASI BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) SEBAGAI TAMBAHAN BAHAN MAKANAN TERHADAP

Knowledge management merupakan kegiatan organisasi dalam mengelola pengetahuan sebagai aset, dimana dalam berbagai strateginya ada penyaluran pengetahuan yang tepat

Formulasi Nugget Ayam Per 100 G Pada Penelitian Pendahuluan Dengan Berbagai Konsentrasi Subtitusi Tepung Ubi Jalar Ungu ... Formulasi Nugget Ayam Per 100 G Pada Penelitian Utama

Tesis yang berjudul: “ PRODUKSI DAN PENERIMAAN PESAN KB PRIA (Studi Kasus Produksi dan Penerimaan Pesan KB Vasektomi di Kecamatan Muara Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu

Menurut pendapat Smith dan Chaffey, “ internet marketing atau biasa di sebut juga sebagai digital marketing merupakan inti dari sebuah ebusiness, dengan semakin dekatnya

Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Guru Bimbingan dan Konseling