BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Depresi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis
dengan Hemodialisis
1. Pengkajian
Adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
a. Faktor Pendukung
1) Biologis : Gentik, Status nutrisi
2) Psikologis : Pengetahuan, kemampuan, moral, personal, pengalaman.
3) Sosial Budaya : Umur, gender, pendidikan, budaya, kepercayaan,
b. Faktor Pencetus
a. Biologis : Neroanatom, Nerofisiologi, Nerokimia, Tingkat
kematangan dan perkembangan organik
b. Psikologis : Peran ayah, interaksi ibu-anak (rasa percaya dan rasa nyaman), persaingan antara saudara kandung, inteligensi,
hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat. kehilanga mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu dan rasa
bakat dan kreativitas, keterampilan bakat, dan kreativitas, Pola adaptasi dan pembedahan sebagai reaksi terhadap bahaya, tingkat
perkembangan emosi.
c. Sosio-budaya : Kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, pengaruh rasis dan agama, masalah kelompok minoritas, prasangksa dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.
c. Penilaian respon terhadap stres
a. Afektif : Perasaan sedih, marah, takut, seang,rasa tidak
berdaya, putus asa, merasa sendirian)
b. Kognitif : Tidak mau berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, hilang perhatian, ilusi, bingung, ragu-ragu.
c. Psikologi : Peningkatan (gangguan pencernaan, lemas, letih, lesu, pusing, perubahan berat badan .
d. Tingkah laku : Menarik diri, gangguan tingkat aktivitas, mudah marah, menangis, dan tersinggung.
d. Sumber koping
a. Dukuga sosial : Mencari dukungan sosial seperti meminta kepada keluarga, teman, tetangga.
b. Ekonomi : Ketyersediaan materi
d. Keyakinan : Mencari dukungan spirotual dengan berdoa dan meningkatan keyakinannya.
Pengkajian pada gangguan stres menurut (Doenges, Moorhouse, dan Murr, 2013; Wilkinson, 2014 ) adalah :
a. Data Subjektif:
1). Klien mengatakan memiliki dampak negatif dari stres (Misalnya, gejala fisik, tekanan psikologis, rasa sakit atau penyakit).
b. Data Objektif :
1). Klien terdiagnosa Penyakit terminal (misalnya, kanker ovarium,
amyotrophi lateral sclerosis (ALS), situasi kasar, gangguan bipolar, depresi, fobia sosia).
2. Diagnosis keperawatan
Menurut (Doenges et al., 2013) diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini yaitu : Sress berlebihan berhubungn dengan tresor yang intens atau berulang ( penyakit kronis, penyakit terminal ).
3. Perencanaan
Menurut Moorhead, Jhonson, Maas, dan Swanson, (2008)
perencanaan asuhan keperawatan stres pada pasien penyakit gagal ginjal
kronik
a. Tingkat stres kriteria hasil
2. Modifikas gaya hidup pasien untuk mengurangi stres
3. Berikan arahan untuk menghindari situasi yang dapat menimbulkan
setres b. Kontrol diri
1. Pasien
c. Kenyamanan pasien Rasional : Klien akan
a. Menilai situasi saat ini secara akurat
b. Memenuhi kebutuhan psikologis yang di buktikan dengan ekspresi
yang tepat ,identifikasi opsi dan penggunaan sumber daya.
4. Pelaksanaan
Menurut Dochterman dan Bulechek, (2004) penatalaksanaan yang
dilakukan
a. Dukungan emosianal pada pasien dengan
1. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas, marah atau
sedih
2. medengarkan ekspresi perasaan pasien
3. merangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan b. mengevaluasi tingkat depresi pada pasien
c. mendiskusikan situasi atau kondisi pasien dengan cara yang sederhana
5. Evaluasi
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ,pasien akan menunjukan
penurunan tingkat setres.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu untuk
mengontrol diri.
c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat melakukan terapi mmandiri atau meminta bantuan keluarga
B. Terapi Akupresur, Depresi, dan Penyakit Ginjal Kronis dengan Hemodialisis
1. Terapi akupresur pada penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
Akupresur adalah salah satu yang populer terapi komplementer yang diyakni bisa memperbaiki kesehatan psikologis dan umum. Akupresur, sebuah
teknik dipraktekkan dalam pengobatan tradisional Tiongkok, adalah metode merangsang ‘ titik acupuntur ‘ atau ‘ akupoints ‘ dengan menerapkan tekanan
menggunakan tangan, jari tangan atau jempol (Tsay, 2004) selain itu metode ini adalah berdasarkan konsep keseimbangan alam dalam bahasa China adaah obat (Birch dan Felt, 1999; Sandifer , 1997).
Simulasi akupoint diyakini bisa menghasilkan dan organ vital (Freeman dan Lawlis, 2001), sehingga meningkatkan kesehatan secara umum. Stimulasi
manual titik akupresur telah ditunjukan untuk meningkatkan produksi serotonin dan endorfin serta memperbaiki regulasi kortisol serum (Lane,2009). Perubahan hormon ini bisa mengurani kecemasan, mengindksi relaksasi dan secara langsung
telah direkomendasikan sebagai ajuvan untuk pengobatan lainnya pendekatan psikoterapi (Lane, 2009).
Akupresur yang diaplikaskan secara manual dengan menggunakan ujung jari adalah intervensi non- invasif dan hemat biaya dan tidak memerlukan
peralatan apapun. Hal ini cenderung menyebabkan kerugian dari efek akupresur dibandingkan jarum akupuntur. Dengan metode ini perawat bisa belajar akupresur dengan mudah dan menerapkannya dalam paraktik klinis meningkatkan
kenyamanan pasien dan mengurangai tekanan. Namun, bukti tentang ketidakefektifan akupresur pada Aspek psiko-sosial kesehatan terbatas (Robinson et al ., 2011).
Akupresur dikembangkan berdasarkan review literatur dan konsultasi dengan orang China Spesialis obat yang diawali penelitian ini. Teknik akupresusr ini
diadopsi dari Tsay dan Chen ( 2003) dan Shariati et al (2012). Pemilihan acupoint untuk depresi, kecemasan, dan stres didasarkan pada konsep pengobatan cina.
Prosedur telah ditinjau oleh dua spesialis pengobatan China lannya dari Universitas lokal. Prosedur terstruktur telah selesai dengan 100% kesepakatan dari pemerikasa. Peneliti dinilai setiap item dari prosedur itu baik “ relevan “ atau
“ sangat releva “.
( Gambar 2.1 )
Keterangan :
Adapun prinsip Prosedur untuk melakukan teknik akupresur tersebut adalah yaitu:
1. Akupresur dilakukan dengan menerapkan ujung jari yanag konsisten tekanan pada titik akupresur ang dipilih dengan rotasi gerakan.
2. Akupresur yang dipilih (Gambar 2.1) untuk :
(i). Yin Tang (GV 29) terletak di tengan jalan antara ujung medial alis. Titik ini berfungsi untuk menenangkan pikiran.
(ii). Shenmen (HT 7) terletak di ujung lipatan melintang pergelangan tangan,dalam depresi kecil antara tulang pisiform dan ulna. Untuk titik ini, Akupresur hanya diaplikasikan pada tangan no-fistula titik ini berfungsi
untuk mengurangi depresi, setres.
(iii). Tixi (KI 3) terletak di tengah – tengah antara ujung malleolis medial dan
pelekatannya Achilles tendon, Untuk titik ini, akupresur ditetapkan kedua kakinya. Titik ini berfungsi untuk dapat mengurangi rasa nyeri yang
dikarenakan batu ginjal.
3. Ketetapannya akupresur dikomfirmasi jika subjek terasa sakit, mati rasa, perut, buncit, dan atau hangat di titik aplikasi.
4. Durasi setiap sesi akupresur terbatas pada 15 menit : Terdiri dari 3 menit pijat ringan awal untuk bersantai pasien dan 12 menit akupresur diterapkan pada GV
29, HT 7 di non-fistula, dana KI 3 di sebelah kiri dan kaki kanan, yaitu 3 menit aplikasi untuk masing – masing acupoint ( semua 4 akupoints ) dan dilakukan sebanyak 30-40 kali putaran atau pijatan pada setiap titik.
2. Depresi dan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
Tingginya kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis desebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan kehidupan sosoal, psikologis dan mekanisme biologi. Depresi tersebut disebab
oleh menejemen penyakitnya seperti pembatasan asupan cairan, pembatasan makanan, keadaan fisik seperti perasaan mual, lemah, sesak nafas dan komplikasi lainnya yang menyebabkan pasien tidak dapat bekerja serta ketakutan akan masa
depan. Terapi hemodialisis secara rutin dan perubahan status kesehatan akan berpengaruh terhadap adanya rasa putus asa, hal ini akan menginduksi adanya
episode depresi. Pada beberapa responden, mereka sering kali merasa tidak nyaman pada hari disaat akan menjalani hemodialisis hal ini dikarenakan prosedur hemodialisis yang invasif (Rustina, 2012). Kenyataannya bahwa pasien gagal
ginjal kronis yang tidak bisa lepas dari hemodialisi menimbulkan gejala-gejala depresi yang nyata pada pasien gagal ginjal kronis sampai dengan tindakan bunuh
diri. Selain tindakan nyata dalam melakukan tindakan bunuh diri, sebenernya penolakan terhadap terapi hemodialisis yang terjadwal dan ketidakpatuhan terhadap diet rendah potasium adalah salah satu hal yang bisa dianggap sebagai