• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Rp ,- tahun 2005 meningkat menjadi Rp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Rp ,- tahun 2005 meningkat menjadi Rp."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Belanja Daerah Provinsi NTT.

a. Total Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur selama periode 2003 s/d 2006 adalah tahun 2003 dan 2004 jumlahnya sama yaitu Rp.464.359.677.775,- tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 502.070.706.125,- dan tahu 2006 meningkat lebih besar lagi menjadi Rp. 719.871.606.100

b. Belanja Publik

Belanja Publik Provinsi NTT pada tahun 2003 Sebesar Rp. 240.061.015.050,- meningkat menjadi Rp. 245.975.381.059,- pada tahun 2004 atau meningkat sebesar Rp. 5.914.367.009,- (2,46 %); pada tahun 2005 belanja publik menjadi Rp. 272.453.480.525,- atau meningkat sebesar Rp.26.478.099.466,- (10,76 %) dibandingkan dengan belanja publik tahun 2004. Peningkatan belanja publik yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu dari Rp. 272.453.480.525,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 451.944.994.625,- tahun 2006 atau meningkat sebesar Rp. 179.491.514.100,-( 65,80 % ).

(2)

c. Belanja Aparatur

Belanja Aparatur Provinsi NTT pada tahun 2003 Sebesar Rp. 224.298.662.725,- meningkat menjadi Rp. 221.167.001.641,- pada tahun 2004 atau menurun sebesar Rp.3.131.661.084,-(1,40 %); pada tahun 2005 belanja aparatur menjadi Rp. 229.617.225.600,- atau meningkat sebesar Rp.8.450.223.959,- ( 3,82 %) dibandingkan dengan belanja publik tahun 2004. Peningkatan belanja publik yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu dari Rp. 229.617.225.600,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 267.926.611.475,- tahun 2006 atau meningkat sebesar Rp. 38.309.385.875,-( 16,68 % ).

d. Rasio Belanja Daerah Provinsi NTT 1) Rasio Belanja Publik.

Selama periode tahun 2003 s/d 2006, secara berturut-turut rasio belanja publik sebesar 51,70 % pada taun 2003, meningkat menjadi 52,97 % tahun 2004, meningkat lagi menjadi 54,26 % pada tahun 2005 dan rasio belanja publik yang paling besar terjadi pada tahun 2006 yaitu 62,78 %.

2) Rasio Belanja Aparatur

Selama periode tahun 2003 s/d 2006, secara berturut-turut rasio belanja aparatur sebesar 48,30% pada taun 2003, menurun menjadi 47,63 % tahun 2004, menurun lagi menjadi 45,74 % pada tahun 2005 dan rasio belanja aparatur yang paling kecil terjadi pada tahun 2006 yaitu 37,22%.

(3)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2003 s/d 2006, rasio belanja publik selalu lebih besar dari pada belanja aparatur. Dengan kata lain rasio belanja publik semakin meningkat sedangkan rasio ( % ) belanja aparatur semakin menurun.

6.1.2. Belanja Publik Per Sektor di Provinsi NTT a. Belanja Publik Dinas Pendidikan

Belanja publik untuk Dinas Pendidikan selama periode tahun 2003 s/d 2006 mengalami peningkatan secara terus menerus. Secara berturut; tahun 2003 sebesar Rp.12.123.313.400,- meningkat menjadi Rp.12.985.261.050,- pada tahun 2004; meningkat lagi menjadi Rp. 16.024.120.700,- pada tahun 2005 ; dan pada tahun 2006 menjadi Rp.31.545.503.150,-

Rasio belanja publik untuk Dinas Pendidikan dari total belanja publik adalah: tahun 2003 sebesar 5,05 %, tahun 2004 sebesar 5,27%, tahun 2005 sebesar 5,88 % dan tahun 2006 sebesar 11,11%. Sedangkan rasio belanja publik untuk Dinas Pendidikan terhadap total belanja ( APBD ) adalah tahun: 2003 sebesar 2,61%, tahun 2004 sebesar 2,79%, tahun 2005 sebesar 3,19 % dan tahun 2006 sebesar 4,38 %.

b. Belanja Publik Dinas Kesehatan

Belanja publik untuk Dinas Kesehatan selama periode tahun 2003 s/d 2006 adalah sebagai berikut: tahun 2003 sebesar Rp. 9.073.475.950,-

(4)

menjadi Rp. 5.439.209.100,- dan pada tahun 2006 menjadi Rp. 7.992.078.750,-

Rasio belanja publik untuk Dinas Kesehatan terhadap total belanja publik adalah: tahun 2003 sebesar 3,77%, tahun 2004 sebesar 1,68%, tahun 2005 sebesar 1,99% dan tahun 2006 sebesar 2,81%.

Rasio belanja publik untuk Dinas Kesehatan terhadap total belanja (APBD) adalah tahun: 2003 sebesar 1,95 %, tahun 2004 sebesar 1,00%, tahun 2005 meningkat menjadi 1,08 % dan tahun 2006 sebesar 1,10% c. Belanja Publik Sektor Infrastruktur

Total belanja publik untuk Infrastruktur selama periode tahun 2003 s/d 2006 mengalami peningkatan secara terus menerus. Secara berturut;

tahun 2003 sebesar Rp.36.226.357.000,- meningkat menjadi Rp.38.920.184.275,- pada tahun 2004; meningkat lagi menjadi Rp.

50.124.817.850,- pada tahun 2005; dan pada tahu 2006 menjadi Rp. 93.992.391.250,-

Rasio belanja publik untuk Infrastruktur terhadap total belanja publik adalah: tahun 2003 sebesar 15,09 %, tahun 2004 sebesar 15,82 %, tahun 2005 sebesar 18,39 % dan tahun 2006 sebesar 33,11 %. Sedangkan rasio belanja publik untuk Infrastruktur terhadap total belanja (APBD) adalah tahun: 2003 sebesar 7,80 %, tahun 2004 sebesar 8,33 %, tahun 2005 meningkat menjadi 9,98 % dan tahun 2006 sebesar 13,05 %.

(5)

6.1.3. Belanja Aparatur Per Sektor di Provinsi NTT a. Belanja Aparatur Dinas Pendidikan

Total belanja Aparatur untuk Dinas Pendidikan selama periode tahun 2003 s/d 2006 adalah sebagai berikut: tahun 2003 sebesar Rp. 11.251.377.100,- tahun 2004 sebesar Rp. 12.233.660.500,- tahun 2005 sebesar Rp. 11.631.371.100,- dan tahun 2006 sebesar Rp. 13.322.290.700,-

Rasio belanja aparatur untuk Dinas Pendidikan terhadap total belanja aparatur adalah: tahun 2003 sebesar 5,01 %, tahun 2004 sebesar 5,53 %, tahun 2005 sebesar 5,06 % dan tahun 2006 sebesar 4,97 %. Sedangkan rasio belanja aparatur untuk Dinas Pendidikan terhadap total belanja (APBD) adalah tahun: 2003 sebesar 2,42 %, tahun 2004 sebesar 2,63 %, tahun 2005 sebesar 2,50 % dan tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 2,87 %.

b. Belanja Aparatur Dinas Kesehatan

Besarnya belanja Aparatur untuk Dinas Kesehatan selama periode tahun 2003 s/d 2006 adalah sebagai berikut: tahun 2003 sebesar Rp. 8.979.071.520,- tahun 2004 sebesar Rp. 9.314.042.000,- tahun 2005 sebesar Rp. 10.019.039.900,- dan tahun 2006 sebesar Rp. 10.978.020.250,-

(6)

tahun 2005 sebesar 4,36 % dan tahun 2006 sebesar 4,09 %. Sedangkan rasio belanja aparatur untuk Dinas Kesehatan terhadap total belanja ( APBD ) adalah tahun: 2003 sebesar 1,93 %, tahun 2004 sebesar 2,00 % tahun 2005 sebesar 2,15 % dan tahun 2006 sebesar 2,36 %.

c. Belanja Aparatur Sektor Infrastruktur

Belanja Aparatur untuk Sektor Infrastruktur selama periode tahun 2003 s/d 2006 adalah sebagai berikut: tahun 2003 sebesar Rp. 12.803.360.000,- tahun 2004 sebesar Rp.13.681.894.400,- tahun 2005 sebesar Rp. 20.608.982.000,- dan tahun 2006 sebesar Rp. 32.437.166.500,-.

Rasio belanja aparatur untuk Infrastruktur dari total belanja aparatur adalah: tahun 2003 sebesar 5,70 %, tahun 2004 sebesar 6,18 % tahun 2005 sebesar 8,97 % dan tahun 2006 sebesar 12,10 %. Sedangkan rasio belanja aparatur untuk Infrastruktur dari total belanja ( APBD ) adalah tahun: 2003 sebesar 2,75 %, tahun 2004 sebesar 2,94 %, tahun 2005 sebesar 4,43 % dan tahun 2006 sebesar 6,98 %.

6.1.4. Proporsi Belanja Publik dan Aparatur di NTT

Jikalau rasio belanja publik dan aparatur di atas digabungkan maka rasio belanja daerah Provinsi NTT selama periode 2003 s/d 2006 sebagai berikut a. Secara total persentase belanja publik lebih besar dari belanja aparatur

yaitu belanja publik sebesar 51,70 % - 62,78 % sedangkan belanja aparatur sebesar 48,30 - 37,220. Selain itu belanja publik mendapat

(7)

persentase yang meningkat setiap tahun sebaliknya belanja aparatur semakin menurun.

b. Dari aspek bidang;

1).. Belanja Publik; belanja untuk infrastruktur mendapat persentase yang lebih tinggi yaitu 15,09 % - 33,11 % , disusul belanja dinas pendidikan yaitu beriksar antara 5,05 % - 11,11 %, dan dinas kesehatan yaitu 3,77 – 2,81 %.

2). Belanja Aparatur; seperti belanja publik, belanja untuk infrastruktur mendapat persentase yang lebih tinggi yaitu 5,70 % - 12,10 %, disusul belanja dinas pendidikan yaitu 5,01 % - 4,97 % dan terakhir belanja untuk dinas kesehatan yaitu 4,00 % – 4,09 %.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan maka saran-saran yang diajukan sebagai berikut. a. Diharapkan agar Pemerintah Daerah NTT tetap mempertahankan alokasi

belanja publik yang sedikit lebih besar dari pada belanja aparatur.

b. Diharapkan belanja publik untuk dinas pendidikan mendapat porsi yang cukup tinggi karena kemajuan daerah tergantung pada kualitas sumberdaya manusianya.

c. Seperti sektor pendidikan, belanja publik untuk sektor kesehatan juga diharapkan mendapat alokasi APBD yang cukup tinggi untuk membangun sumberdaya manuisa yang berkualitas.

(8)

d. Diharapkan belanja publik untuk sektor infrastruktur tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan sektor pendidikan dan kesehatan.

e. Belanja aparatur untuk sektor pendidikan, kesehatan dan infrstruktur yang alokasinya hampir sama, diharapakan tetap dipertahankan untuk waktu yang akan datang.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Eoh, Jenny; Dkk, Analisis Pengeluaran Publik dan Penguatan Kapasitas Provinsi NTT. Program Antara NTT. Kupang. 2008;

Halim Abdul,2001, Manajemen keuangan daerah, AMP YKPN Yogyakarta. Hasbula,2002, Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana kesehatan

di Indonesia, Raja Grafindo Persada Jakarta.

Kaho Riwu,2007, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia,Raja Grafindo Persada Jakarta.

Langoday, Thomas Ola, 2004, Desentralisasi Fiskal dan Prilaku Fiskal Moral Hasard Pemerintah Daerah, Jurnal Program Pasca sarjana Magister Manajeman UNWIRA Kupang.

Lubis,2007, Kebijakan Publik, Mandar Maju Bandung.

Pilang J. Andra.; Dkk,2003 Otonomi Daerah, Evaluasi dan Proyeksi,Trio Rimba Persada.

Supriady Dedi dan Dadang Solihin,2001, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Gramedia.

Undang-Undang Otonomi Daerah No.23 tahun 1992, Tenteng Kesehatan, Media Centre,2007.

Undang-Undang Otonomi Daerah No.20 tahun 2003, Tenteng Sistim Pendidikan Nasional, Media Centre.

Undang-Undang Otonomi Daerah No.32 tahun 2004, Fermana Bandung. Winarno Budi,2007,Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Media Pressindo.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kantor Arsip, Perpustakaan, dan Dokumentasi Kota Padang menunjukkan bahwa sistem layanan sirkulasi dengan

Indomining mengakibatkan terbentuk lahan bekas penambangan yang kondisinya sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya, dimana di lahan bekas penambangan tersebut

Flavonoid Fitoestrogen Organ Reproduksi Betina Betina Sifat Kelamin Sekunder Epitel Vagina Uterus Ovarium Jumlah Kelenjar Endometrium Biji papaya memiliki

DKI Jakarta, Kota/Kab Tangerang, Kota Serang, Kab Serang bagian barat,selatan dan tenggara, Kab Pandeglang bagian barat daya dan timur laut, Kab Lebak bagian barat dan utara.

Engagement merupakan variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas (kinerja) dan kepuasan pelanggan, dan juga mengurangi turnover, sehingga amat penting bagi sebuah

Hambatan utama komunitas LSL dan waria untuk mengurus BPJS Kesehatan adalah kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pengurusan BPJS Kesehatan; persepsi mengenai

(3) Penetapan keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pulau Taliabu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kepulauan

Abstraksi: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporategovernance terdiri dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, komite audit