• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

103

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

Abdurrachman,1982, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, dan Perdagangan, Pradnya Paramita: Jakarta

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis : Kepailitan.: Rajawali Pers, Jakarta.

Aria Suyudi, dkk, 2004, Kepailitan Di Negeri Pailit, Dimensi:Jakarta.

Bagus Irawan. 2007. Aspek-Aspek Hukum Kepailitan, Perusahaan dan Asuransi, Alumni: Bandung.

Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.

Chidir Ali, 1999, Badan Hukum, Alumni, Bandung.

Djohansyah, 2004, Kreditur Separatis, Preferen dan Penjaminan Utang antar Induk dan Anak Perusahaan, PPH, Jakarta.

E Suherman, 1998, Faillissement (Kepailitan), Binacipta, Bandung

Fred. B. G. Tumbuan, 1990, Pokok-Pokok UU Kepailitan, Penerbit Ghalia, Jakarta.

H. Man S. Sastrawidjaja, 2006, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Alumni, Bandung.

Jono, 2009, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta.

Koentjaraningrat, 1986, Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia, Jakarta.

Komarudin, 1994, Ensikopedia Manajemen, Bina Aksara: Jakarta.

Lexy J. Moleong, 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

M. Syamsudin, 2007, Operasionilasasi Penelitian Hukum, Rajawali Perss, Jakarta.

Munir Fuady, 1999, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

(2)

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepailitan BUMN belum diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan Kepailitan, oleh karena itu diharapkan Hakim Pengadilan Niaga dan Hakim Mahkamah Agung perlu memahami secara mendalam seluruh aspek aturan-aturan hukum yang berkaitan langsung dengan kepaitan BUMN, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan negara sebab keberadaan BUMN sangat fital bagi negara dan menyangkut kepentingan umum. Oleh karena itu, Hakim dalam memutus kepailitan suatu Badan Usaha haruslah cermat dan teliti.

2. Akibat hukum atas putusan pailit BUMN dapat membawa dampak yang luas, yaitu tidak hanya kepentingan para pihak yang terlibat dalam kepailitan, tetapi juga akan memberikan dampak terhadap kepentingan rakyat dan negara, sebab uang negara yang berasal dari rakyat menjadi modal BUMN yang digunakan menunjang perekonomian Negara dan juga sebagai objek vital nasional, dengan demikian apabila BUMN pailit, maka rakyat akan merasakan dampaknya juga. Oleh karena itu, diharapkan Hakim dalam memutus kepailitan suatu BUMN haruslah cermat dan mempertimbangkan asas kelangsungan usaha dan asas keadilan.

(3)

101

Hakim Mahkamah Agung tingkat PK dalam putusannya Nomor Nomor 142 PK/PDT.SUS/2011 tanggal 13 Desember 2011 mengabulkan permohonan PK Istaka Karya (Persero), membatalkan putusan Mahkamah Agung tingkat Kasasi Nomor 124 K/Pdt.Sus/2011 tanggal 11 Maret 2011, menghukum PT JAIC untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

2. Akibat hukum bagi para pihak atas pembatalan penyataan pailit oleh Hakim Mahkamah Agung Tingkat Peninjauan Kembali pada kasus PT Istaka Karya (Persero) yaitu:

a. Bagi Debitor (PT. Istaka Karya (Persero)

Akibat hukum atas dibatalkannya putusan pailit PT. Istaka Karya (Persero) yaitu PT. Istaka Karya (Persero) masih dapat menjalan usahanya atau beroperasi, tetapi PT. Istaka Karya (Persero) harus melakukan restrukturisasi, yaitu upaya yang harus dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN dengan cara melakukan konversi utang perseroan menjadi saham dan sebagian lagi dibayarkan kepada para kreditor.

b. Bagi Kreditor

Akibat hukum atas dibatalkannya putusan pailit PT. Istaka Karya (Persero) bagi kreditor yaitu tidak dipenuhinya permohonan pernyataan pailit dan terhadap pembayaran utang diharapkan, dan harus mengikuti cara/sistem pembayaran utang yang dilakukan oleh debitor yaitu PT Istaka Karya (Persero).

(4)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Tingkat Peninjauan Kembali dalam pembatalan Putusan Kasasi atas pernyataan pailit pada PT Istaka Karya (Persero), yaitu Hakim Mahkamah Agung tingkat PK menilai bahwa Hakim Mahkamah Agung pada tingkat kasasi (Judex Juris) salah dalam penerapan hukum kepailitan seperti di syaratkan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 karena syarat pailit adanya utang tertunggak yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun secara legalitas tidak terpenuhi. Petimbangan hakim MA ini didasarkan adanya bukti baru (novum) yang diajukan oleh PT. Istaka Karya (Persero) terkait adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 678 PK/Pdt/2010, tanggal 22 Maret 2011 yang menganulir atau membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 1799 K/Pdt/2008 tanggal 09 Februari 2009, sehingga dengan demikian adanya utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih berdasarkan 6 (enam) surat sanggup atas tunjuk (Negotiable Promissory Notes Bearer) senilai USD 5.500.000,- (lima juta lima ratus ribu Dollar Amerika Serikat) yang didasarkan pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 1799 K/Pdt/2008 tidak dapat dibuktikan. Berdasarkan fakta tersebut, maka

(5)

99

terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, dalam pelaksanaan hak eksekusinya harus mendapat persetujuan dari kurator atau Hakim Pengawas.72 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dikatakan bawa akibat pernyataan kepailitan bagi kreditor yaitu dapat menyebabkan hilangnya hak-hak kreditor, atau bahkan hilangnya nilai piutang karena harta kekayaan debitor yang dinyatakan pailit itu tidak mencukupi untuk menutupi semua kewajibannya kepada kreditor. Akibatnya dalam peristiwa kepailitan, tidak semua kreditor mendapatkan pelunasan piutangnya.

Diputuskannya seorang debitor menjadi debitor pailit oleh Pengadilan Niaga, membawa konsekuensi hukum yaitu, bagi debitor maupun kreditor. Pernyataan pailit mengakibatkan pengurusan harta kekayaan badan hukum serta merta beralih pada kurator. Kurator inilah yang bertugas melakukan pengurusan dan / atau pemberesan harta pailit. Setiap gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan debitor pailit harus diajukan terhadap atau oleh kurator. Sedangkan bagi kreditor akan mengalami ketidakpastian tentang hubungan hukum yang ada antara kreditor dengan debitor pailit. Dijatuhkan sita umum terhadap seluruh harta debitor pailit dan hilangnya kewenangan debitor pailit untuk menguasai dan mengurus harta pailitnya.

Atas pembatalan putusan pailit PT Istaka Karya (Persero) melalui Putusan MA Nomor 142 PK/PDT.SUS/2011 tanggal 13 Desember 2011 maka berakibat bagi para kreditor yaitu tidak dipenuhinya permohonan pernyataan pailit dan terhadap pembayaran utang diharapkan, dan harus mengikuti cara/sistem pembayaran utang yang dilakukan oleh debitor yaitu PT Istaka Karya (Persero).

72 Poppy Indaryati, 2001, Diskriminasi Kurator di dalam Kepailitan, Tesis Hukum dan

(6)

dinyatakan pailit. Hal ini terlihat dari Pasal 3 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diketahui bahwa selain orang perorangan, badan hukum juga dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Pengertian kreditor menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dalam kasus kepailitan PT Istaka Karya (Persero) ini yang menjadi debitor adalah PT Istaka Karya (Persero) dan yang menjadi kreditor adalah PT Japan Asia Investment Company (JAIC). PT Istaka Karya (Persero), selain menjadi debitor dari PT JAIC, PT Istaka Karya (Persero) juga merupakan debitor dari PT Saeti Concretindo Wahana, PT Saeti Beton Pracetak, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Bukopin, Tbk, dan PT Bank International Indonesia, Tbk.

Akibat pernyataan pailit bagi kreditor adalah kedudukan para kreditor sama (paritas creditorium) dan karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedel pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passa pro rata parte). Namun demikian asas tersebut mengenal pengecualian, yaitu golongan kreditor yang haknya didahulukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan PKPU dan peraturan perundang-undangan lainnya (Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata). Dengan demikian, asas paritas creditorium berlaku bagi para kreditor konkuren saja. Dengan adanya putusan pernyataan pailit tersebut kreditor separatis tidak dapat mengeksekusi boedel pailit karena dalam hal ini ada jangka waktu 90 hari yang disebut dengan masa stay, baru setelah tenggang waktu 90 hari tersebut lewat, kreditor separatis baru dapat mengeksekusi boedel pailit. Adanya lembaga penangguhan pelaksanaan hak eksekusinya dalam tenggang waktu 90 hari

(7)

97

Dengan penyuntikan dana tersebut, maka PT Waskita Karya (Persero) akan mendapat 51 % saham Istaka PT Istaka Karya (Persero). Dana hasil suntikan dari Waskita Karya tersebut akan dibayarkan oleh PT Istaka Karya (Persero) kepada para kreditor. Sementara sisa saham PT Istaka Karya (Persero) sebesar 49 persen akan dimiliki oleh kreditor konkuren.

Dalam rangka mendukung langkah PT Istaka Karya (Persero) dalam melanjutkan kegiatan usaha, maka Pemerintah dalam hal ini dikuasakan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara dan Menteri Keuangan harus menyiapkan beberapa perangkat kebijakan dan pengawasan terhadap operasional, serta lebih mengoptimalkan kinerja PT Istaka Karya (Persero). Pemerintah sebagai pemilik modal, harus mengontrol serta mengawasi kinerja BUMN sehingga jauh dari korupsi, kolusi di dalamnya. Pengawasan tersebut melalui mekanisme yang ditentukan dalam Undang-Undang, yang meliputi aparat pengawas intern, komite audit, dan komite lainnya. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kemandirian serta kelanjutan usaha PT Istaka Karya (Persero) dan lebih luas lagi untuk upaya penyelamatan asset Negara yang ada pada PT Istaka Karya (Persero). Sehingga akan dapat memberikan keuntungan bagi keuangan Negara.

b. Akibat Pernyataan Pailit Bagi Kreditor

Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tidak membedakan kepailitan berdasarkan kepemilikian dan mendeskripsikan debitor yang dapat dipailitkan menjadi dua, yaitu orang perorangan (pribadi), dan badan usaha. Untuk badan usaha sendiri dibagi menjadi dua, yaitu badan hukum contohnya perseroan terbatas, yayasan dan koperasi, sedangkan nonbadan hukum contohnya CV dan Firma. Artinya, baik orang perorangan, maupun badan hukum dapat

(8)

undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya.

Mekipun telah melalui proses pemeriksaan perkara oleh hakim mulai dari tingkat Pengadilan Niaga sampai tingkat Mahkamah Agung, kasus kepailitan PT Istaka Karya (Persero) berujung pada pembatalan putusan pailit oleh Mahkamah Agung yaitu dalam Putusannya Nomor 142 PK/PDT.SUS/2011, tanggal 13 Desember 2011. Pembatalan putusan pailit tersebut berakibat bahwa PT Istaka Karya (Persero) tetap dapat melanjutkan kegiatan usaha seperti biasanya.

Proses kepailitan yang pernah dihadapi oleh PT Istaka Karya (Persero) ini juga pernah dialami oleh PT. Dirgantara Indonesia. Berdasarkan kasus-kasus yang pernah terjadi tersebut, hendaknya dijadikan pengalaman serta motivasi untuk lebih maju dan mengembangkan usaha yang lebih berkualitas dan memperbaiki manajerial di dalamnya, karena proses kepailitan ini memberikan akibat hukum yang luas bagi para pihak, khususnya PT Istaka Karya (Persero) sebagai debitor.

Sebagai akibat atas proses kepailitan yang telah dilalui oleh PT Istaka Karya (Persero) sebagai suatu institusi dalam hal ini sebagai suatu Badan Usaha Milik Negara yaitu dengan melakukan restrukturisasi. Hal ini berdasar pada ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yaitu dalam BAB VIII tentang restrukturisasi dan privatisasi. Pengertian restrukturisasi menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 Tentang badan Usaha Milik Negara adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Salah satunya adalah utang perseroan dikonversi menjadi saham dan sebagian lagi dibayarkan kepada kreditor. Dalam hal ini, PT Waskita Karya (Persero) akan menyuntikkan dana ke kita sekira Rp70 miliar hingga Rp80 miliar kepada PT Istaka Karya (Persero).

Referensi

Dokumen terkait

System dynamics are shown through the specification of different scenarios: (i) an agent joins the THOMAS platform; (ii) a Patient is registered; (iii) the Patient is registered as

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Dan Air Daun Bangun- Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Berbagai Tingkat Petikan Daun Dengan Metode DPPH. Nama :

Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal (wc = 2400kg/m 3 )dan tulangan BJTD 40.. 1) Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam

Imam Ghazali, Metode Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 125.. ISTITHMAR: Journal of Islamic Economic Development, Volume 4, No. Maka dari itu, bank

Dalam marketing pendidikan kebutuhan dasar bagi seorang konsumen dari lembaga pendidikan (stakeholder) adalah terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang

maupun hukum nasional, terutama sejak lahirnya dan diundangkanya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1983 tersebut, namun Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup

Penelitian bertujuan untuk (1) memotret model kurikulum pendidikan agama pada Sekolah Dasar Islam Terpadu di Kota Yogyakarya, (2) mengetahui implementasi pendidikan agama di

Kata kunci: Implementasi dan pendidikan profetik. Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang krisis moral karena masih kurangnya akan