• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian-perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang. Dalam pandangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perjanjian-perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang. Dalam pandangan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia senantiasa mengadakan

hubungan-hubungan hukum seperti mengadakan transaksi-transaksi ataupun perjanjian-perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang. Dalam pandangan

hukum barang atau benda dapat dikategorikan atas barang atau benda bergerak, barang atau benda tidak bergerak dan barang atau benda tak bertubuh atau tak berwujud. Dalam mengadakan transaksi atau perjanjian yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu barang atau benda tersebut sudah seogianya haruslah dibuat sesuai dengan hukum agar perbuatan tersebut sah secara hukum sehingga perolehan dan kepemilikan atas barang atau benda itu sah menurut hukum.

Dalam perjanjian yang bermaksud untuk memperoleh sesuatu barang atau benda tersebut akan diikuti dengan perbuatan berupa menyerahkan dan menerima atas sesuatu barang atau benda di antara kedua belah pihak perbuatan mana dalam hukum disebut penyerahan atau levering.

Dalam bahasa sehari-hari atau dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat khususnya yang berkaitan dengan hubungan-hubungan hukum maka istilah penyerahan ini diartikan secara umum yaitu berupa pemindahan penguasaan pisik atas suatu benda tertentu dari seseorang kepada orang lain dalam arti tidak selalu dimaksudkan pemindahan hak kepemilikan atas benda dimaksud. Pengertian yang demikian itu tidak sama persis dengan pengertian menurut hukum perdata, karena dalam pengertian hukum perdata penyerahan itu dimaksudkan adalah suatu

(2)

momentum peralihan hak atas suatu benda dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Jadi dalam artian hukum bahwa penyerahan itu tidak semata-mata peralihan penguasaan secara pisik atas suatu benda tetapi yang lebih hakiki adalah dimana penyerahan itu merupakan perpindahan hak kepemilikan atas suatu benda dari seseorang kepada orang lain. Bahkan secara hukum dapat terjadi bahwa dengan penyerahan ini hak kepemilikan atas bendanya telah berpindah dari seorang kepada orang lain tetapi secara pisik benda tersebut masih tetap dipegang (dikuasai) atau belum berpindah karena ada kesepakatan lain diantara kedua belah pihak. Hal ini dalam istilah hukum disebut “Constitutum possessorium”.

Penyerahan sebagai perbuatan pengalihan hak milik atas suatu benda dari seseorang pemilik semula kepada orang lain dalam sistim hukum perdata Indonesia dapat ditemukan dasar hukumnya dalam Pasal 584 KUHPerdata.

Pasal 584 KUHPerdata menyatakan :

“Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat dan karena penunjukan atau penyerahan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu”.

Dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas jelas mengatur bahwa penyerahan (levering) adalah salah satu cara memperoleh hak milik atas sesuatu benda, di samping cara-cara lainnya yang telah diatur secara limitatif cara perolehan hak milik atas sesuatu benda tersebut. Bahkan dari cara-cara perolehan hak milik yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata tersebut maka yang terpenting dan bahkan yang sering terjadi di masyarakat cara perolehan hak milik itu adalah dengan cara penyerahan (levering).

(3)

Vollmar1

Subekti

berpendapat bahwa cara-cara untuk mendapatkan eigendom dalam Pasal 584, yang terpenting adalah penyerahan dan diatur dalam Pasal 612-618 KUHPerdata.

2

Perbuatan penyerahan atas sesuatu benda bukanlah suatu perbuatan yang berdiri sendiri melainkan merupakan suatu perbuatan yang mengikuti perbuatan yang mendahuluinya yang disebut sebagai peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.

mengemukakan; Penyerahan yang sering juga disebut dengan istilah “levering” atau “overdracht” mempunyai dua arti. Pertama perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka (“feitelijke levering”). Kedua perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain (juridische levering”). Kedua pengertian tersebut akan tampak lebih jelas dalam pemindahan hak milik atas benda tak bergerak, karena pemindahan hak milik atas benda itu tak cukup hanya dilakukan dengan pengalihan/pengoperan kekuasaan atas bendanya tetapi harus dibuat surat penyerahan yang disebut akte van transport dan harus didaftar di lembaga pendaftaran yang diperuntukkan untuk itu.

Dari ketentuan pasal tersebut di atas jelas disyaratkan ada 2 (dua) hal yang menjadi syarat utama dari penyerahan tersebut yaitu :

1. bahwa penyerahan itu haruslah berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan

2. dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas atas kebendaan itu.

1

H.F.A.Vollmar I., Hukum Benda, Tarsito, Bandung, 1987, hal 98.

(4)

Peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik tersebut dimaksudkan adalah perbuatan-perbuatan hukum berupa perjanjian yang bermaksud untuk memindahkan hak milik seperti perjanjian jual beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian hibah. Perbuatan-perbuatan hukum yang demikian inilah yang menjadi dasar atau alas hak pemindahan hak milik.

Penyerahan itu dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas dimaksudkan bahwa orang yang akan menyerahkan atau mengalihkan hak milik atas sesuatu benda tersebut harus orang yang berkuasa atau berhak untuk memindahkan/mengalihkan yaitu sebagai seorang pemilik ataupun seorang yang diberi kuasa untuk itu.

Subekti3

Mengingat dalam suatu pemindahan hak milik atas sesuatu benda ada 2 (dua) tahap atau perbuatan yang dilakukan yaitu tahap yang disebut sebagai obligatoire overemkomst dimana pada tahap ini baru menimbulkan/ melahirkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak misalnya dalam perjanjian jual beli pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya kepada si pembeli. Hak milik atas barang itu belum berpindah kepada sipembeli sepanjang belum dilakukan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1459 KUHPerdata.

menyatakan bahwa menurut sistem BW, suatu pemindahan hak terdiri atas dua bagian. Pertama suatu “obligatoire overeenkomst” dan kedua suatu “zakelijke overeenkost”. Yang dimaksud dengan yang pertama, ialah tiap perjanjian yang bertujuan memindahkan hak itu, misalnya perjanjian jual beli atau pertukaran, sedangkan yang kedua, ialah pemindahan hak itu sendiri.

Pasal 1459 KUHPerdata yang menyebutkan :

3Ibid.

(5)

“Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada sipembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612,613 dan 616”.

Tahap selanjutnya adalah perbuatan pemindahan hak milik yang disebut penyerahan (levering). Pada tahap ini pihak-pihak seolah-olah bersepakat lagi yaitu untuk memindahkan hak milik, tahap ini disebut perjanjian kebendaan (zakelijke overemkomst).

Dalam hubungan ini adalah penting khususnya dalam jual beli benda tak bergerak apakah pembalikan nama tergantung pada sah tidaknya perjanjian obligatoir? Ataukah harus dipandang terlepas dari perjanjian obligatoir tersebut. Pertanyaan ini penting khususnya bagi pihak ketiga, karena ada kemungkinan suatu perjanjian jual beli suatu saat dibatalkan karena ternyata orang yang telah menjual benda yang telah diserahkan tersebut, ternyata orang yang tidak berhak menjual benda tersebut, sedangkan benda itu oleh pembeli pertama telah menjualnya dan menyerahkannya kepada pihak ketiga.

Mengingat penyerahan (levering) tersebut adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan hak milik atas sesuatu barang, maka persoalan penyerahan (levering) menjadi sesuatu hal yang sangat essensial terutama menyangkut keabsahannya, selain itu bahwa penyerahan (levering) adalah merupakan perbuatan lanjutan dari perbuatan yang bermaksud memindahkan hak milik yaitu berupa perjanjian seperti jual-beli, tukar-menukar dan penghibahan, maka keabsahan dari penyerahan itu sendiri sudah barang tentu terkait dengan keabsahan perjanjian dimaksud. Hal inilah yang mendasari sehingga penulis tertarik untuk membahas topik ini dan menjadikannya menjadi judul skripsi.

(6)

B. Perumusan Masalah.

Dari apa yang dikemukakan dalam latar belakang pemilihan judul tersebut di atas menunjukkan bahwa persoalan penyerahan (levering) adalah sesuatu yang urgen mengingat fungsi penyerahan adalah momentum peralihan hak milik. Oleh karenanya agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan tidak bias maka ada baiknya penulis membatasi masalah yang akan ditelaah. Adapun pokok permasalahan yang akan menjadi fokus bahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang menjadi alas hak atau titel dari penyerahan (levering) tersebut?. 2. Bagaimanakah syarat-syarat dan tatacara penyerahan (levering) tersebut?

3. Sistim apakah yang dianut dalam KUHPerdata berkaitan dengan fungsi penyerahan (levering) tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.

Adapun pembahasan tentang penyerahan (levering) ini dimaksudkan adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program studi jenjang S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka sebagai karya ilmiah sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan tersebut di atas, pembahasan ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui secara jelas tentang apa yang menjadi alas hak atau titel dari penyerahan (levering) tersebut sehingga peralihan hak milik atas sesuatu benda tersebut sah secara hukum.

2. Untuk mengetahui secara jelas mengenai syarat-syarat dan tata-cara agar pengalihan hak milik atas sesuatu benda tersebut sah secara hukum.

(7)

3. Untuk mengetahui secara jelas mengenai sistem yang dianut KUHPerdata tentang fungsi penyerahan (levering), mengingat sistem penyerahan (levering) tersebut terdapat beberapa sistem yang dianut di berbagai sistem hukum yang ada.

Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu menjadi bahan untuk menambah wawasan penulis sendiri maupun rekan-rekan mahasiswa sehingga pemahaman akan penyerahan (levering) menjadi lebih luas. Selain itu pembahasan ini diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis bagi masyarakat pada umumnya akan aspek hukum dari penyerahan mengingat penyerahan di dalam sistem hukum perdata merupakan suatu perbuatan hukum yang menentukan beralihnya hak kepemilikan atas suatu benda yang didasarkan pada perjanjian-perjanjian tertentu yang bermaksud untuk memindahkan hak milik atas sesuatu benda.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang penulis ketahui dan berdasar atas pemeriksaan pada perpustakaan, mengenai judul skripsi ini yaitu fungsi penyerahan (levering) sebagai pengalihan hak milik ditinjau dari KUHPerdata, tidak ada judul yang sama yang ditulis oleh rekan-rekan mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsinya, dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sekiranyapun ada yang menulis tentang penyerahan (levering) namun pokok masalah yang dibahas kemungkinan berbeda.

(8)

E. Tinjauan Pustaka

Penyerahan adalah merupakan cara memperoleh hak milik yang penting dan yang paling sering terjadi di masyarakat. Penyerahan ini merupakan lembaga hukum yang hanya dikenal khusus dalam sistem hukum perdata.

H.F.A.Vollmar4

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan

mengemukakan arti dari perkataan penyerahan yang dipergunakan oleh undang-undang, dibedakan atas penyerahan nyata (feitelijke levering) yaitu penyerahan pengusaan nyata atas suatu benda. Selain penyerahan nyata terdapat penyerahan yuridis (juridische levering) yaitu perbuatan hukum pada mana atau dengan mana hak eigendom diserahkan.

5

Dengan demikian penyerahan menurut sistem KUHPerdata adalah merupakan suatu perbuatan hukum untuk memindahkan hak milik, namum perbuatan hukum penyerahan ini haruslah didasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik yang disebut alas hak, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dan yang merupakan alas hak yang bermaksud memindahkan hak milik tersebut menurut KUHPerdata adalah perjanjian jual beli, tukar-menukar dan perjanjian hibah.

menyebutkan yang dimaksud dengan penyerahan itu; penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu.

4

H.F.A.Vollmar I., op-cit, hal 93.

(9)

Berdasar Pasal 584 KUHPerdata disebut bahwa dalam sistem KUHPerdata penyerahan (levering) itu merupakan lembaga hukum ataupun merupakan suatu perbuatan hukum memindahkan hak milik. Dalam sistem hukum perdata yang lain misalnya Perancis tidak mengenal lembaga penyerahan ini. Sistem hukum yang terbanyak diikuti ialah yang menganut sistem Code Civil, yaitu perpindahan hak atas barang itu terjadi pada saat penutupan perjanjian sedangkan penyerahan merupakan suatu feitelijk-daad saja.

Bahwa apa yang diserahkan itu adalah benda dalam arti kepemilikan atas suatu benda beralih dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Adapun yang dimaksud dengan hak milik menurut KUHPerdata adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi (Pasal 570 KUHPerdata).

F. Metoda Penulisan.

Sebagai suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi maka agar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah sudah barang tentu penyajiannya didasarkan atas metoda ilmiah pula. Dalam pembahasan ataupun penyajian skripsi ini dipergunakan metoda penelitian hukum normatif, maka dalam rangka pengumpulan bahan guna mendukung pembahasan atas masalah sebagaimana dikemukakan di atas maka dipergunakan metoda kepustakaan (Library research)

(10)

yaitu dengan mempedomani buku-buku kepustakaan serta peraturan perundang-undangan yang ada kaitan dengan masalah yang dibahas.

G. Sistimatika Penulisan.

Penulisan skripsi ini dibuat atas beberapa Bab dan masing-masing Bab di perinci atas sub-sub bab sebagai berikut :

Bab I Tentang Pendahuluan yang menguraikan latar belakang pemilihan judul, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat pembahasan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka , metode penulisan serta kerangka isi.

Bab II Tentang hukum perjanjian sebagai alas hak (titel) pengalihan hak milik yang meliputi pembahasan mengenai pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya perjanjian, mengenai obligatoire overeenkomst dan zakelijke overeenkomst, tentang asas-asas perjanjian dan beberapa perjanjian yang menjadi alas hak pengalihan hak milik.

Bab III Tentang Penyerahan pada umumnya yang meliputi pengertian penyerahan, feitelike levering dan yuridische levering, sistem penyerahan serta membahas mengenai hak milik yang meliputi pengertian hak milik, cara memperoleh hak milik, peralihan hak milik serta hak milik menurut KUHPerdata dan UUPA.

Bab IV Menguraikan Penyerahan (levering) sebagai pengalihan hak milik ditinjau dari KUHPerdata yang meliputi syarat sahnya penyerahan, tatacara penyerahan dan fungsi penyerahan sebagai pemindahan hak milik.

Referensi

Dokumen terkait

Dari proses perhitungan angket siswa yang sudah dilaksanakan tentang pengaruh kepatuhan dengan tata tertib terhadap prestasi belajar siswa di Mts Aulia Cendekia

Untuk melihat upaya yang telah dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Batang dalam meningkatkan kualitas pelayanan akta kelahiran diamati dari

 Dari hasil utama (terpenting) ke yang kurang penting (konsisten dengan tujuan penelitian). ▹ Pastikan setiap gambar dan

Untuk mengetahui suhu warna/white balance yang tepat dari sumber cahaya yang digunakan pada saat pemotretan berlangsung digunakan alat pengukur suhu warna atau

Jika siswa sudah bisa menentukan kata sapaan pada dongeng, maka guru dapat memberikan penugasan membaca buku lain yang sesuai dengan tema atau materi.. Jika siswa sudah bisa

Berdasarkan putusan majelis hakim di Pengadilan Militer (DILMIL) II-09 Bandung Nomor 63-K/PM.II-09/AD/III/2013 Tahun 2013 mengenai dijatuhkannya hukuman pidana mati

Nilai probabilitas dalam penelitian ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel independen (kinerja laba tahun sebelumnya, kualitas audit, komite audit,

Mengingat penelitian tentang pengaruh jumlah dan diameter baut pada sambungan yang menggunakan pelat baja pada kayu sengon ( Paraserianthes falcataria ), bintangur