• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMBILAN SIDIK JARI PADA JENAZAH GUNA IDENTIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMBILAN SIDIK JARI PADA JENAZAH GUNA IDENTIFIKASI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2017

PENGAMBILAN SIDIK JARI PADA JENAZAH GUNA IDENTIFIKASI

Saliyah1, Soekry Erfan Kusuma2 Abstrak

Ilmu tentang sidik jari (Daktiloskopi) sudah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Disiplin ilmu ini telah dipakai luas seperti pada instansi militer, instansi kepolisian, dan hingga sistem presensi atau kehadiran pegawai pun telah memakai sistem sidik jari. Terutama pada instansi Kepolisian (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System/INAFIS), terutama pada saat di tempat kejadian perkara (TKP), pemeriksaan sidik jari merupakan suatu hal yang pasti dicari dan dilakukan. Sidik jari adalah teknik analisis mengidentifikasi pada pola-pola garis sidik jari seseorang yang secara genetik permanen melekat pada seseorang. Sidik jari, dalam bahasa inggris biasanya disebut fingerprint biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertikal atau gabungan keduanya dan juga ada bentuk lengkungan-lengkungan. Sifat sidik jari yang permanen, tidak berubah sepanjang hidup, garis papilernya tidak akan berubah kecuali besarnya. pengambilan sidik jari tidak selalu mudah, ada kondisi tertentu seperti pembusukan, hingga kulit luar terkelupas namun harus tetap dilakukan pengambilan sidik jari. Pada saat melakukan perbandingan sidik jari, harus ada sidik jari yang dicurigai dan sidik jari yang diketahui. Lalu ditentukan asal jari, harus sama antara yang dibandingkan. Menetukan persamaan/keidentikan dua sidik jari tersebut. Dan melakukan pemeriksaan perbandingan dengan fingerprint comparator. Seseorang dikatakan identik harus dinilai empat faktor antara lain bentuk pokok lukisan, karakteristik garis-garis papiler sidik jari, jumlah titik persamaan, dan hubungan antara titik-titik persamaan. Maka apabila semua faktor tersebut match, maka identitas seseorang pasti dapat diketahui. Kata kunci : sidik jari, identifikasi.

Afiliasi Penulis : 1. PPDS Departemen Imu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, 2. Staf Pengajar Departemen Imu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

PENDAHULUAN

Ilmu tentang sidik jari (Dactyloscopy) sudah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu.1 Disiplin ilmu ini telah dipakai luas seperti pada instansi militer, instansi kepolisian, dan hingga sistem pesensi kehadiran pegawai pun telah memakai sistem sidik jari. Sidik jari merupakan identitas diri seseorang yang bersifat alamiah, tidak berubah, dan tidak sama pada setiap orang. Sidik jari juga merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Sidik jari, dalam bahasa inggris biasanya disebut fingerprint biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertical atau gabungan keduanya dan juga ada bentuk lengkungan-lengkungan. Sifat sidik jari yang permanen, tidak berubah sepanjang hidup, garis papilernya tidak akan berubah kecuali besarnya.

Sidik jari adalah teknik analisis mengidentifikasi pada pola-pola garis sidik jari seseorang (garis papiler) yang secara genetik permanen melekat pada seseorang.3 Pola

atau gambaran sidik jari terdiri dari 3, yaitu arch, whorl, dan loop. Masing-masing pola terbagi beberapa subgroup dan yang membedakan adalah pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya. Populasi sidik jari terbesar adalah loop, lalu whorl dan paling sedikit arch.

Cara atau teknik pengambilan sidik jari mayat tergantung keadaan mayat yang bersangkutan. Masing-masing keadaan

(2)

membutuhkan cara atau teknik penanganan yang berbeda.

I. Pada jenazah yang baru

a. Pada jenazah dengan jari-jari yang bisa digerakkan :

i. Telungkupkan mayat ii. Jari seperti biasa

A B

Gambar 1: pengambilan sidik jari pada jenazah yang masih segar

b. Pada jenazah dengan jari-jari yang sulit digerakkan:

I. Gunting Formulir AK-23 pada batas kolom tangan kiri dan kanan tangan kiri dan kanan.

II. Jepit potongan formulir tersebut pada kedua sisi sendok mayat bagian cekung dengan kolom sidik jari menghadap ke luar (dapat juga pada bagian cembung). III. Bersihkan jari mayat dengan hati-hati,

kemudian bubuhkan tinta dengan alat pembubuh tinta atau dengan roller setelah tintanya diratakan.

i. Capkan jari mayat tersebut dengan menekannya pada kolom sidik jari dari formulir yang terjepit di sendok mayat. Geser formulir menurut kolom sidik jarinya sehingga semua jari terekam.

ii. Rekatkan hasil pengambilan tersebut pada sehelai formulir AK-23 dan rumuslah sidik jari tersebut.

II. Mayat telah kaku dan mulai membusuk

a. Jari-jari mayat menggenggam:

i. Tarik jari-jari mayat tersebut sehingga menjadi lurus; bila jari-jari sulit diluruskan, sayatlah pada bagian dalam jari pada ruas kedua sehingga jari dapat diluruskan. Untuk ibu jari sayatan antara ibu jari dan telunjuk.

ii. Ambilah sidik jari mayat tersebut dengan menggunakan sendok mayat seperti dijelaskan pada di atas.

b. Ujung-ujung jari mayat sudah lembek (belum rusak tetapi sudah mengkerut):

i. Suntiklah jari tersebut dengan cairan pengembang (tissue builder) atau air panas sehingga kulit jari mengembang. Jarum suntik ditusuk pada ujung jari atau pada bagian dalam jari antara ruas pertama dan kedua.

ii. Ambil sidik jari mayat tersebut dengan menggunakan sendok mayat seperti dijelaskan di atas.

c. Mayat mulai membusuk/awal

dekomposisi (kulit ari mulai terlepas):

i. Periksa kulit jari tersebut apakah masih baik atau ada bagian yang rusak. Bersihkan kulit jari tersebut dengan hati-hati.

Gambar 2: kondisi kulit tangan yang busuk dan terlepas10

ii. Kulit dipasang kembali pada jari mayat atau dimasukkan dalam jari terugas sehingga pengambilan dapat dilakukan.

(3)

Gambar 3 : kulit yang telah dilepas dari tangan jenazah10

Gambar 4: kulit yang telah dilepas dipasang ke tangan petugas10

Gambar 5: kulit yang telah dilepas diberi tinta dan ambil sidik jari seperti cara rutin10

iii. Jika kulit jari sudah terlepas sama sekali:

1. Kulit ari diolesi tinta

2. Kulit jari yang bertinta tersebut dijepit diantara 2 (dua) lembar kaca kemudian di potret/direproduksi.

3. Tempelkan potret sidik jari tersebut pada formulir AK-23 sesuai kolomnya dan rumuslah sidik jari mayat tersebut.

iv. Jika kulit ari telah hilang (garis papil pada kulit jangat masih dapat diambil walau tidak begitu menonjol):

1. Oleskan tinta dengan hati-hati pada garis papil kulit jangat jari.

2. Ambillah sidik jari tersebut dengan sendok mayat seperti dijelaskan di atas.

III. Mayat sudah membusuk

(dekomposisi), mengering (mumifikasi), terendam di air (medok):

a. Periksa apakah jari mayat mayat masih lengkap. Jika tidak lengkap, apakah jari tersebut hilang ketika masih hidup atau jari tersebut telah dimakan binatang. Catatlah keadaan ini pada kartu sidik jari di kolom yang bersangkutan.

b. Bersihkan kotoran yang terdapat pada kulit jari dengan hati-hati.

c. Usahakan agar kulit jari dapat dibeberkan menjadi rata. Caranya: sisa-sisa daging dibawah kulit dikeluarkan lalu tepi-tepi kulit digunting sedikit sehingga kulit jari itu mudah dibeberkan.

d. Olehkan tinta pada kulit jari itu kemudian dijepit diantara 2 (dua) lembar kaca dan dipotret/direproduksi.

e. Tempelkan potret sidik jari tersebut pada formulir AK-23 sesuai kolomnya dan rumuslah sidik jari mayat tersebut.

Setelah dilakukan pengambilan sidik jari, maka dilakukan perbandingan antara sidik jari yang dicurigai dan sidik jari yang diketahui dengan melihat pola sidik jari dan galton detail yang ada. Galton detail atau karakteristik adalah garis-garis papiler yang terdapat pada tapak jari, telapak tangan dan telapa kaki yang bentuknya berupa garis membelah, garis pendek, garis berhenti, pulau, jembatan, taji dan titik. Cara atau teknik untuk membandingkan sidik jari:9 1. Menentukan persamaan/keidentikan dua sidik jari

a. Bentuk pokok lukisan:

i. Harus sama antara kedua sidik jari tersebut.

ii. Walau sama, keidentikan belum dapat ditentukan jika factor lainnya belum/tidak terpenuhi.

b. Karakteristik garis-garis papiler sidik jari (galton detail):

i. Jenis dan bentuk galton detail pada kedua sidik jari tersebut harus sama (sama-sama garis membelas, garis berhenti, pulau, dll).

ii. Arah galton detail harus sama pula (garis membelah sama-sama membelah ke atas atau ke bawah, dsb).

c. Jumlah titik persamaan (galton detail yang sama jenis, bentuk, arah dan posisi):

i. 12 atau lebih titik persamaan, keidentikannya pasti.

(4)

ii. 8 sampai dengan 11 titik persamaan, keidentikannya masih harus dikuatkan dengan hal-hal seperti: kejelasan sidik jari, adanya ‘core’ dan ‘delta’, bentuk pokok lukisan yang jarang dijumpai, dll. d. Hubungan antara titik-titik persamaan. Jumlah interval garis papiler antara titik-titik persamaan kedua sidik jari tersebut harus sama.

2. Cara / teknik pemeriksaan perbandingan sidik jari

a. Sidik jari laten atau sidik jari yang dicurigai diletakkan berdampingan dengan sidik jari yang diketahui pada fingerprint Comparator kemudian dengan menggunakan peralatan tersebut di atas segeralah mulai membandingkan kedua sidik jari tersebut. Harus selalu diingat: pemeriksaan perbandingan harus selalu dimulai dari sidik jari laten (sidik jari yang dicurigai) ke sidik jari yang diketahui, jangan sebaliknya.

b. Tentukanlah apakah kedua sidik jari tersebut mempunyai bentuk pokok lukisan yang sama. Bila bentuk pokok lukisan tidak utuh, perhatikan apakah aliran garis-garis papiler antara kedua sidik jari tersebut sama.

c. Bila bentuk pokok lukisan kedua sidik jari tersebut berbeda atau tidak sama. Sudah

pasti kedua sidik jari tersebut tidak identik, karena itu pemeriksaan lebih lanjut tidak perlu dilakukan.

d. Bila bentuk pokok lukisan atau aliran garis papiler kedua sidik jari tersebut sama, pemeriksaan yang rinci (mendetail) harus dilakukan lebih lanjut. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti:

i. Tentukan salah satu galton detail pada sidik jari laten sebagai titik awal. Kemudia periksalah galton detail yang sama pada sidik jari yang diketahui dan tentukan pula sebagai titik awal.

ii. Tentukan galton kedua, yang dekat titik awal, pada sidik jari laten. Periksa dan tentukan pula galton detail yang kedua ini pada sidik jari yang diketahui. Perhatikan posisi serta hubungan galton detail kedua ini dengan titik awal (galton detail pertama) baik pada sidik jari laten maupun pada sidik jari yang diketahui. Ingat, interval garis papiler harus sama.

iii. Prosedur di atas diteruskan sampai ditemukan jumlah titik persamaan yang cukup yang menunjukkan bahwa kedua sidik jari tersebut (laten dan yang diketahui) berasal dari jari yang sama (identik).

DAFTAR PUSTAKA

1. Lestari, Wiji. Sistem Deteksi Pola Sepuluh Sidik Jari Seseorang Dengan Menggunakan Pengolahan Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta. ISBN: 978-602-73865-4-9.

2. Ching – Tang Hsieh and Chia-Shing Hu, 2008, A Fingerprint Identifiction System Based on Fuzzy Encoder and Neural network, Tamkang Journal of Science and Engineering, Vol 11, No 4, pp.347- 355. 3. Abdillah, Fikri, 2010, Menyingkap Rahasia

Sidik Jari. Ziyad Books, Surakarta.

4. Ayu Veneza, Dewi.2013. Fungsi Sidik Jari Dalam Mengidentifikasi Korban Dan Pelaku Tindak Pidana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

5. Utomo, Agung. 2013. Rahasia Kehebatan Di Balik Sidik Jari Fingerprint Analysis. Jawa Barat. ISBN 978-602-7855-34-2.

6. Abdussalam. Desasfuyanto, Adri. 2014. Buku Pintar Forensik (Pembuktian Ilmiah). PTIK:Jakarta. ISBN 978-602-1139-14-1.

(5)

7. Sutra Dianor. 2012. Fungsi Kepolisian Sebagai Penyidik Utama: Studi Identifikasi 8. Sidik Jari dalam Kasus Pidana. Jurnal

Jurisprudence Vol. 1 No.1 juli 2012: 1-209

diakses di

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream /handle/11617/2127/5_Dianor%20Sutra.pd f?sequence=1

9. Darujati, Cahyo. Syam, Rahmat. Hariadi, Mochamad. Deteksi Citra Sidik Jari Terotasi menggunakan Metode Phase-only

Correlation. Diakses di

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-13113-Paper.pdf

10.Departemen Pertahanan markas besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2000. Buku petunjuk Teknis POLRI di Bidang Identifikasi. Jakarta.

11. Pengambilan foto dilakukan di Instalasi kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dan kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Aiptu Pudji harjanto Atas bantuan dan kerjasamanya untuk pembuatan foto dan makalah ini.

12. Fredy manik, Jhon. 2015. Pemanfaatan Daktiloskopi Oleh Kepolisian Dalam Mengunngkap Pelaku Kejahatan. Universitas atma Jaya. Yogyakarta

Gambar

Gambar  1:  pengambilan  sidik  jari  pada jenazah yang masih segar
Gambar  3  :  kulit  yang  telah  dilepas  dari  tangan  jenazah 10

Referensi

Dokumen terkait

Mengakulturasi budaya olahraga yang berasal dari Amerika yang sudah menjadi olahraga global dengan pendekatan elemen visual Indonesia yang sudah ada diharapkan dapat

Hasil dugaan sementara struktur senyawa (1) berdasarkan spektroskopi UV dan IR bahwa senyawa (1) memiliki gugus hidroksi terkhelat dengan karbonil diperkuat

Hasil: Tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di DIY pada kelompok kontrol tergolong dalam kategori sedang

Human amniotic fluid stem cells have a unique potential to accelerate cutaneous wound healing with reduced fibrotic scarring like a fetus.. Marie Fukutake 1  · Daigo Ochiai 1

Mewakili kegiatan eksternal yang diadakan oleh pihak luar untuk mendukung program RSSIB.. Membina pengembangan media PKRS di

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dilihat bahwa adanya pengaruh positif setelah diberikan salah satu bentuk intervensi religius yaitu pelatihan

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta bantuan yang

Hasil observasi strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar sains dengan mengajukan pertanyaan adalah ditengah berlangsungnya pembelajaran sains pada saat kegiatan