• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI TEPUNG RAMBUT JAGUNG SEBAGAI BERAS TIRUAN DENGAN PERBANDINGAN FORMULASI SUBSTITUSI TEPUNG SAGU DAN TEPUNG JAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI TEPUNG RAMBUT JAGUNG SEBAGAI BERAS TIRUAN DENGAN PERBANDINGAN FORMULASI SUBSTITUSI TEPUNG SAGU DAN TEPUNG JAGUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 1 APLIKASI TEPUNG RAMBUT JAGUNG SEBAGAI BERAS TIRUAN DENGAN PERBANDINGAN FORMULASI SUBSTITUSI TEPUNG SAGU

DAN TEPUNG JAGUNG

Maria Margaretha Nina Regal, Dosen : Ambar Fidyasari, STP Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang

ABSTRAK

Rambut jagung merupakan bagian dari jagung yang tidak banyak termanfaatkan dengan baik. Mengatasi hal tersebut, maka di buatlah solusi dengan menjadikannya sebagai bahan baku pembuatan beras tiruan. Beras tiruan dibuat dari tepung rambut jagung dengan penambahan dua formulasi, yaitu tepung sagu dan tepung jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil mutu fisik dan kimia dari kedua formulasi, serta untuk mengetahui formulasi yang tepat untuk mendapatkan beras tiruan yang baik. Dari rambut jagung sebanyak 475 gram didapatkan tepung rambut jagung sebanyak 220 gram. Tepung rambut jagung dibagi menjadi dua formulasi dengan perbandingan 85 : 15. Formulasi 1 didapatkan jumlah beras tiruan sebesar 120 gram sedangkan formulasi 2 sebesar 115 gram. Beras tiruan dari kedua formulasi dilakukan pengujian mutu antara lain organoleptis, kadar air, dan komponen yang terdapat dalam karbohidrat. Kadar air dari formulasi 1 sebesar 13,53%, sedangkan formulasi 2 sebesar 12,79 %. Untuk kadar pati pada formulasi 1 didapatkan 0,61 %, pada formulasi 2 sebesar 0,49 %. Sedangkan untuk kadar sakarosa dari formulasi 1 sebesar 0,99 %, sedangkan pada formulasi 2 sebesar 1,08 %.

Kata Kunci : Beras tiruan, rambut jagung ABSTRACT

APPLICATION OF WHEAT CORN HAIR AS ARTIFICIAL RICE FLOUR SUBSTITUTION WITH COMPARATIVE FORMULATION SAGO

FLOUR AND CORN FLOUR

Hair of corn is part of the corn that is not much utilized properly. Overcome this, then make a solution by making it as raw material for making artificial rice. Rice artificial made from hair of corn flour with the addition of two formulations, namely sago flour and corn flour. The purpose of this study was to determine the physical and chemical quality of the results of the two formulations, as well as to find the right formulation to get a good artificia rice. Of hair as much as 475 grams of corn flour obtained as much as 220 grams hair of corn . Hair of corn flour split into two formulations by comparison 85: 15. Formulation 1 clone obtained amount of rice is 120 grams while formulation 2 at 115 grams. Rice made a clone of the two formulations include organoleptic quality testing, water content, and component in carbohydrates. Water content of the formulation 1 was 13.53%, while the second formulation of 12.79%. For the starch content of the formulations obtained 0.61% 1, the second formulation of 0.49%. As for the

(2)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 2 carbohydrate content of formulation 1 by 0.99%, while the 2 formulations at 1.08%.

Keywords: artificial rice, hair of corn PENDAHULUAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam tubuh. Ketahanan pangan dalam pengertian pemenuhan kebutuhan pangan, diusahakan agar pangan selalu tersedia setiap saat dan terjangkau harganya oleh masyarakat. Tingginya konsumsi beras di Indonesia menyebabkan diterapkannya kebijakan impor yang menyiksa petani, selain itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Konsumsi beras di Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia setiap tahunnya. Tingginya konsumsi beras mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaannya (BPS, 2012).

Ketidakseimbangan pada produksi beras salah satunya dikarenakan lahan pertanian yang setiap tahunnya semakin menurun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (IPTEK, 2001). Sedangkan, tingginya tingkat konsumsi di Indonesia selain disebabkan oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, juga disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang sulit berubah dari beras ke bahan pangan lainnya. Serta paradigma belum makan, jika belum makan nasi. Hal ini memperlihatkan bergantungnya orang Indonesia terhadap beras (Soraya,2012).

Indonesia kaya akan produk sumber karbohidrat lain seperti jagung, singkong, sorgum, sagu, dan umbi-umbian lainnya. Bahan-bahan tersebut sudahdigunakan sebagai bahan pangan, namun masih belum bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok. Biasanya bahan tersebut lebih sering diolah menjadi kue atau jajanan pasar. Kendala dalam mengonsumsi bahan tersebut sebagai bahan makanan pokok disebabkan kurangnya kesiapan masyarakat secara psikologis untuk mengganti makanan pokok dan kurangya ketersediaan produk pangan yang memenuhi selera masyarakat. Masyarakat merasa bosan dengan cara konsumsi umbi-umbian yang belum bervariasi sehingga lebih memilih produk berbasis gandum sebagai pengganti beras. Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk mengolah bahan-bahan tersebut menjadi bentuk yang menyerupai beras yang dapat diolah dan dikonsumsi seperti nasi (Soraya, 2012).

Salah satu produk yang mempunyai kandungan karbohidrat selain beras non – padi adalah beras tiruan. Beras tiruan merupakan produk yang mempunyai kandungan nutrisi dan tekstur yang hampir sama dengan beras yang sebenarnya. Dilihat dari nilai nutrisi karbohidrat dan mineral yang dimiliki rambut jagung, maka rambut jagung dapat dijadikan sebagai bahan alternatif untuk dikembangkan menjadi beras tiruan.

Jagung termasuk biji-bijian yang sering dimanfaatkan secara langsung maupun diolah terlebih dahulu. Jagung juga merupakan salah satu komoditas ungulan di Indonesia dilihat dari kandungan nutrisinya. Namun, konsumsi jagung masih meyisakan limbah yang selama ini tidak dimanfaatkan yaitu rambut jagung.

(3)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 3 Rambut jagung merupakan limbah yang selama ini belum termanfaatkan, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Mengatasi hal tersebut, maka perlu peningkatan nilai ekonomi dari rambut jagung, sehingga memiliki nilai jual. Jadi, tidak hanya jagungnya saja yang dimanfaatkan melainkan limbah jagung tersebut dapat diolah menjadi produk pangan yang mempunyai nilai nutrisi yang tinggi salah satunya dibuat sebagai beras tiruan.

Melihat latar belakang di atas, perlu adanya pengembangan beras tiruan yang diupayakan dapat membantu mengolah bahan-bahan sumber karbohidrat menjadi produk yang dapat diterima oleh masyarakat. Agar beras tiruan dari tepung rambut jagung ini dapat diterima oleh masyarakat, maka diperlukan formulasi substitusi tepung lokal terbaik untuk mendapatkan karakteristik yang menyerupai beras yang sesungguhnya. Penambahan tepung jagung dan tepung sagu tersebut dilihat dari kandungan pati dalam tepung sagu dan tepung jagung cukup besar. Pada tepung sagu jumlah amilosa dan amilopektin sebesar 27 % dan 73 %, sedangkan pada tepung jagung jumlah amilosa dan amilopektin sebesar 25% dan 75 %. Serta bahannya jugamudah didapatkan dengan harga yang murah.

METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 - Juni 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rambut jagung, tepung sagu, tepung jagung, dan bahan-bahan kimia untuk analisis mutu kimia beras tiruan yang meliputi kadar air dan karbohidrat. Metode yang digunakan untuk mutu fisik dan mutu kimia untuk kadar air pada beras tiruan mengacu pada SNI 6128:2008, sedangkan mutu kimia untuk karbohidrat menggunakan analisis data dengan uji t.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah nampan, blender, timbangan, penggiling mie, gunting, wadah plastik, ayakan 80 mesh, pengaduk kayu, dan perlengkapan untuk pengujian organoleptis, kadar air dan karbohdrat. B. METODE

1. Pembuatan Tepung Rambut Jagung

Bahan baku dalam beras tiruan ini adalah tepung rambut jagung. Tepung tersebut dibuat melalui tahap pemilihan rambut jagung yang masih segar dan dalam keadaan baik, pencucian, pengeringan, penghalusan dengan cara di blender, kemudian hasilnya dilakukan proses pengayakan dengan menggunakan ayakan 80 mesh.

2. Pembuatan Beras Tiruan

Prinsip pembuatan beras tiruan adalah adonan terbuat dari tepung rambut jagung, tepung sagu atau tepung jagung, gelatin, dan air dengan formulasi tertentu, dicetak, kemudian dikeringkan.

Bahan baku formulasi 1 (tepung rambut jagung : tepung sagu) dan bahan baku formulasi 2 (tepung rambut jagung : tepung jagung), dimana masing-masing formulasi tersebut dicampur dengan perbandingan 85 : 15. Proses pencampuran dilakukan dalam wadah plastik. Kemudian ditambahkan dengan sedikit gelatin

(4)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 4 dan air untuk menghomogenkan adonan. Adonan yang sudah jadi dilakukan proses pencetakan dengan ukuran seperti beras pada umumnya. Setelah proses pencetakan dilakukan proses pengeringan.

2.1 Uji Organoleptis

Uji organoleptis terhadap beras tiruan meliputi warna, bau, rasa, tekstur, dan kepulenan.

2.2 Uji Kadar Air

Uji kadar air dilakukan dengan cara Thermogravimetri yaitu proses menguapkan air dengan cara pemanasan. Beras tiruan ditimbang 1-2 gram dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu 100-1050C selama 3-5 jam tergantung bahannya. Kemudian dinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Panaskan lagi dalam oven 30 menit, dinginkan dalam eksikator dan ditimbang; perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg). Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan(Sudarmadji, 2007).

Persamaan : kadar air % bb = W − W 1−W 2

W × 100% Keterangan : % bb = kadar air per bahan basah (%)

W = bobot bahan awal sebelum dikeringkan (g) W1 = bobot contoh + cawan kosong kering (g) W2 = bobot cawan kosong (g).

2.3 Uji Komponen dalam Karbohidrat 2.3.1 Penentuan Pati

Menimbang beras tiruan sebanyak 2 – 5 gram contoh yang berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair dalam gelas piala 250 mL, tambahkan 50 mL aquades dan aduk selama 1 jam. Suspensi disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades sampai volume filtrat 250 mL. Filtrat ini mengandung karbohidrat yang larut dan dibuang. Untuk bahan yang mengandung lemak, maka pati yang terdapat sebagai residu pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 mL eter, biarkan eter menguap dari residu, kemudian dicuci lagi dengan 150 mL alkohol 10 % untuk membebaskan lebih lanjut karbohidrat yang terlarut.

Residu dipindahkan secara kuantitatif deri kertas saring ke dalam erlenmeyer dengan pencucian 200 mL aquades dan tambahkan 20 mL HCl ± 25 %, tutup dengan pendingin balik dan panaskan di atas penangas air mendidih selama 2,5 jam. Setelah dingin netralkan dengan larutan NaOH 45 % dan encerkan sampai volume 500 mL, kemudian saring. Tentukan kadar gula yang dinyatakan sebagai glukosa dari filtrat yang diperoleh. Penentuan glukosa seperti pada penentuan gula reduksi. Berat glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.

(5)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 5 Timbang bahan padat yang sudah di haluskan atau bahan cair sebanyak 2,5 – 25 gram tergantung kadar gula reduksinya, dan pindahkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 50 mL aquades. Tambahkan bubur Al (OH)3 atau larutan Pb asetat. Penambahan bahan penjernihan ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan pengruhan lagi. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan disaring. Filtrat ditampung dalam labu takar 250 mL. Untuk menghilangkan kelebihan Pb ditambahkan Na2CO3 anhidrat atau K atau Na oksalat anhidrat atau Na fosfat 8% secukupnya, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda, digojok dan disaring. Filtrat bebas Pb bila ditambah K atau Na oksalat atau Na-fosfat atau Na2CO3 tetap jernih. Ambil 25 mL filtrat bebas Pb yang diperkirakan mengandung 15 – 60 mg gula reduksi dan tambahkan 25 mL larutan Luff Schoorl dalam erlemeyer.Dibuat pula perlakuan blanko yaitu 25 mL larutan Luff Schoorl dengan 25 mL aquades.

Setelah ditambahkan beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit. Selanjutkan cepat – cepat didinginkan dan ditambahkan 15 ml KI 20% dan dengan Hati – hati ditambahkan 25 ml H2SO4 26,5%. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indikator pati sebanyak 2 – 3 mL. Untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati di berikan pada saat akhir titrasi hampir berakhir(Sudarmadji, 2007)

2.3.2 Penentuan Sakarosa

Ambil 50 mL filtrat bebas Pb dari larutan (penentuan gula reduksi methoda Luff Schoorl), masukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambah dengan 25 mL aquades dan 10 mL HCl 30 %. Panaskan di atas penangas air pada suhu 67 – 700C selama 10 menit. Kemudian didinginkan cepat-cepat sampai suhu 200C. Netralkan dengan NaOH 45 %, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 mL larutan mengandung 15 – 60 mg gula reduksi. Diambil 25 mL larutan dan masukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah 25 mL larutan luff schoorl. Dibuat pula percobaan blanko yaitu 25 mL larutan luff schoorl ditambah 25 mL aquades. Setelah ditambah beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan. Diusahakan 2 menit setelah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit. Kemudian cepat-cepat didinginkan. Tambahkan 15 mL KI 20 % dan dengan hati-hati tambahkan 25 mL H2SO4 26,5 %. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indikator pati sebanyak 2-3 mL. Untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi sebaiknya pati ditambahkan pada saat titrasi hampir berakhir. Perhitungan : Dengan mengetahui selisih antara titrasi blanko dan titrasi contoh, kadar gula reduksi setelah inversi (setelah di hidrolisa dengan HCl 30 %) dalam bahan dapat dicari dengan menggunakan tabel. Selisih kadar gula reduksi sesudah inversi dengan sebelum inversi (penentuan gula reduksi) dikalikan 0,95 merupakan kadar gula sakarosa dalam bahan. Analisis data pada karbohidrat menggunakan metode uji t. (Sudarmadji, 2007)

(6)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tepung Rambut Jagung

Rambut Jagung Tepung Rambut Jagung

475 gram 220 gram

2. Beras Tiruan

Formulasi 1 Formulasi 2

120 gram 115 gram

Perbedaan jumlah beras tiruan tersebut terjadi karena pada proses penggilingan dan pencetakkan adanya bahan yang menempel pada alat dan ada bahan yang jatuh sehingga tidak diikutsertakan pada proses selanjutnya.

3. Organoleptis

Formulasi 1 (Substitusi Tepung Sagu)

Formulasi 2 (Substitusi Tepung Jagung)

Warna Sedikit kecoklatan Putih

Bau Tidak berbau Tidak berbau

Rasa Tidak berasa Tidak berasa

Tekstur Halus Halus

Kepulenan Tidak pulen Pulen

Data hasil uji organoleptis, diketahui bahwa beras tiruan dari tepung rambut jagung memiliki tekstur yang halus dan bentuk yang sama, memiliki warna yang berbeda yaitu untuk substitusi dengan tepung jagung berwarna putih, sedangkan substitusi dengan tepung sagu berwarna kecoklatan.

Warna pada beras ditentukan oleh komposisi anthosianidin yang terkandung di dalamnya. Anthosianidin merupakan bagian non gula dari senyawa anthosianin. Jenis anthosianidin yang paling banyak terdapat di dalam beras berpigmen adalah cyanidin dan peonidin. Selain itu tingkat kepekatan warna beras berpigmen juga tergantung pada konsentrasi pigmen serta derajat penyosohan beras. Semakin besar derajat penyosohan maka tingkat kepekatan warna beras akan semakin menurun. Sebagian besar pigmen yang terkandung dalam beras terdapat pada perikarp dan lapisan seed coat (Juliano, 2003). Warna suatu benda akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adanya sinar sebagai sumber penerangan yang menyinari benda, sifat absorpsi dan refleksi spektrum benda yang disinari, kondisi lingkungan benda dan kondisi subyek yang melihat benda.

Tingkat kepulenan dari formulasi – formulasi tersebut dipengaruhi oleh komposisi amilosa dan amilopektin. komposisi tersebut merupakan golongan pati beras. Dimana pati bagian terbesar dari karbohidrat. Karbohidrat merupakan penyusun utama beras. Oleh karena itu, pati merupakan fraksi terbesar dalam beras, maka sifat fisikokimia pati mempunyai peranan penting dalam penentuan sifat fisikokimia beras.

(7)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 7 Semakin tinggi kadar amilosa volume nasi yang diperoleh, makin besar tanpa kecenderungan mengempes, dikarenakan amilosa mempunyai kemampuan retrogadasi (rekristalisasi) yang lebih besar.

4. Kadar Air Formulasi 1 (Substitusi Tepung Sagu) Formulasi 2 (Substitusi Tepung Jagung) Beras (SNI) Berat sampel 3,0038 gram 3,0027 gram

Berat wadah

kosong 49,4247 gram 49,9855 gram

Berat wadah +

sampel kering 52,0220 gram 52,6039 gram

Kadar Air 13,53 % 12,79 % Maksimal 14%

Dilihat dari hasil kadar air, kemudian dibandingkan dengan kadar air dalam beras (SNI 6128:2008) dengan ketentuan maksimal 14 %. Jadi kedua formulasi tersebut memenuhi persyaratan serta masih dianggap aman untuk penyimpanan karena masih di bawah standar yang ditetapkan yakni 14 %.

5. Karbohidrat Formulasi 1 Formulasi 2 Gula reduksi 0,68 % 0,55 % Pati 0,61 % 0,49 % Sakarosa 1,72 % 1,68 % Kadar karbohidrat 0,99 % 1,08 %

Karbohidrat adalah zat gizi yang dapat ditemui dalam jumlah terbesar pada beras. Karbohidrat dalam serealia termasuk beras sebagian besar terdapat dalam bentuk pati. Uji ini dilakukan dengan menentukan gula pereduksi dengan Metode Luff schoorl, yang ditentukan bukan kuprooksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel).

Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat bermula dari kuprioksida yang ada dalam reagen yang membebaskan Iod dari garam K- Iodidat.banyaknya Iod dapat diketahui dengan dititrasi menggunakan Natrium Thiosulfat. Untuk megetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amylum. Untuk mengetahui kadar gula pereduksi dalam beras tiruan tersebut dapat dihitung dengan selisih antara titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian disetarakan dalam tabel.

Hasil penghitungan gula pereduksi dilanjutkan dengan penentuan kadar sakarosa. Sakarosa merupakan bagian dari karbohidrat dalam bentuk disakarida. Proses pentuan kadar dihitung dari hasil hidrolisa bentuk disakarida menjadi bentuk monosakarida. Perolehan kadar sakarosa dihitung dari selisih gula sesudah inversi dengan gula sebelum inversi dikali dengan 0,95.

(8)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 8 5.1 Analisis Data dengan metode uji t.

Hasil analisis data menggunakan SPSS dengan methode uji T independent memberikan hasil kadar karbohidrat yang tidak signifikan. Rumusan hipotesis sebagai berikut :

Ho : µ1 = µ2 yaitu tidak ada perbedaan antara beras tiruan dari substitusi tepung sagu dengan beras tiruan dari substitusi tepung jagung.

Ha : µ1 ≠ µ2 yaitu ada perbedaan antara beras tiruan dari substitusi tepung sagu dengan beras tiruan dari substitusi tepung jagung.

T-Test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kabohidrat Subtitusi tepung sagu 3 .953407 .0000115 .0000067

2

3 1.078900E

0 .0000000 .0000000

Perolehan dari uji t untuk kadar karbohidrat, yaitu t table sebesar 2,776, dan t hitung sebesar -1,882. Jika t table > t hitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara beras tiruan dari substitusi tepung sagu dengan beras tiruan dari substitusi tepung jagung.

KESIMPULAN

Hasil mutu fisik dan kimia formulasi 1 yaitu beras berwarna kecoklatan dengan tekstur halus, tidak pulen, memiliki kadar air sebesar 13,53 %, kadar pati sebesar 0,61 %, dan kadar karbohidrat sebesar 0,99 %. Sedangkan hasil mutu fisik dan kimia formulasi 2 yaitu beras berwarna putih dengan tekstur halus, pulen, memiliki kadar air sebesar 12,79 %, kadar pati sebesar 0,49 %, dan kadar karbohidrat sebesar 1,08 %. Dari kedua formulasi tersebut didapatkan formulasi yang terbaik, yaitu formulasi 2.

SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, antara lain pengujian pada beras tiruan dapat dilanjutkan dengan pengujian vitamin, dan uji proksimat yang

(9)

Aplikasi Tepung Rambut Jagung Sebagai Beras Tiruan Page 9 terkandung dalam beras tiruan tersebut. Untuk mendapatkan tepung rambut jagung yang baik dan halus, dapat dilakukan dengan pengovenan pada suhu yang cukup tinggi dan konstan. Pengolahan rambut jagung dapat diaplikasikan ke produk pangan lainnya, seperti mie.

DAFTAR RUJUKAN

BPS. 2012. Genjot Diversifikasi Pangan (online). (http://news_detail.phpbsp.beras.html, diakses 5 Januari 2013).

IPTEK. 2001. PUSTAKA IPTEK Jurnal Saint dan Teknologi BPPT (online). (www.iptek.net.id, diakses 5 Januari 2013).

Sudarmadji, Slamet dan Bambang Haryono. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Sudarmadji, Slamet dan Bambang Haryono. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Soraya,vidiana. 2012. Studi Pembuatan Beras Analog (online), (http://vidianasoraya.wordpress.com, diakses 28 Desember 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya Penurunan Kapasitas Daya (Kva) Terpasang Transformator Distribusi (Studi Kasus : Trafo

sahaja), karamah (berlaku bagi hamba Allah yang salih ), ma‘unah (melibatkan orang awam yang biasa seperti tidak tercedera walaupun keretanya remuk dalam kemalangan jalanraya),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengukuran tingkat kegagalan yang terjadi pada perusahaan dapat diukur den tingkat kebangkrutan perusahaan, dimana prediksi

Aplikasi Augmented Reality ini berjalan dengan memindai tanda atau yang lebih sering disebut sebagai marker. Marker biasanya merupakan ilustrasi hitam dan putih

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar

keterlambatan dalam penyusunan tersebut merupakan APBD yang terlambat ditetapkan atau disahkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD sebelum atau saat 31

Setelah dilakukan pengamatan kondisi fisik atlet putri taekwondo Unit Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman pada hari kedua menstruasi dan pada saat tidak menstruasi dengan

[r]