• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT PLAZA INDONESIA REALTY TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (TIDAK DIAUDIT) TRIWULAN PERTAMA PER 31 MARET 2011 DAN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PT PLAZA INDONESIA REALTY TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (TIDAK DIAUDIT) TRIWULAN PERTAMA PER 31 MARET 2011 DAN 2010"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PT PLAZA INDONESIA REALTY TBK

LAPORAN KEUANGAN

KONSOLIDASI

(TIDAK DIAUDIT)

TRIWULAN PERTAMA

PER 31 MARET 2011 DAN 2010

(2)

LAPORAN KEUANGAN

KONSOLIDASI

(TIDAK DIAUDIT)

TRIWULAN PERTAMA

PER 31 MARET 2011 DAN 2010

(3)
(4)

Halaman

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI – untuk periode yang berakhir pada

tanggal 31 Maret 2011 dan 2010

Surat

Pernyataan

Direksi

i

Neraca

Konsolidasi

1

-

2

Laporan Laba Rugi Konsolidasi

3

Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi

4

Laporan Arus Kas Konsolidasi

5

(5)

PER 31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 1.000 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali harga per saham dalam Rupiah penuh)

Catatan 31-Mar-11 31-Des-10

ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas 4 334.667.564 437.357.993

Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya 24h 1.734.240 1.734.240 Investasi sementara 5 167.286.399 282.324.012 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan

piutang ragu ragu sebesar Rp. 1,411,283 ribu tahun 2011 6 120.113.803 125.533.720 dan Rp. 1,411,283 ribu ribu tahun 2010

Piutang lain-lain 20.297.404 19.335.489

Persediaan 6.366.469 6.174.368

Pajak dibayar di muka 7 13.983.903 13.922.047 Biaya dibayar di muka 22.808.193 27.445.654

Jumlah Aset Lancar 687.257.975 913.827.523

ASET TIDAK LANCAR

Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya 20 38.705.768 37.338.535

Uang muka 24f 21.953.092 22.199.640

Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar

Rp. 557,081,723 ribu per 31 Maret 2011

Rp.543,872,850 ribu per 31 Desember 2010 8 1.395.261.535 1.375.851.815 Properti investasi - setelah dikurangi

akumulasi penyusutan sebesar

Rp. 338,268,126 ribu per 31 Maret 2011

Rp. 314,218,623 ribu per 31 Desember 2010 9 2.018.139.462 2.035.619.934

Goodwill 530.566 757.952

Beban tangguhan hak atas tanah - bersih 1.724.790 1.756.315 Aset pajak tangguhan - bersih 18 - 6.237.760

Uang jaminan 24 5.177.935 5.261.434

Aset lain-lain 32.256.803 32.037.202

Jumlah Aset Tidak Lancar 3.513.749.951 3.517.060.587

JUMLAH ASET 4.201.007.926 4.430.888.110

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi

(6)

PER 31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 10:40:23 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali harga per saham dalam Rupiah penuh)

Catatan 31-Mar-11 31-Des-10

KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Hutang usaha 28.058.747 34.062.357

Hutang lain-lain

Pihak ketiga 24.899.896 41.840.824

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 22,24j 58.151.179 59.698.684 Hutang kontraktor 24 17.272.112 14.750.856

Hutang retensi 19.002.400 18.939.337

Hutang pajak 10 13.846.116 29.541.787

Biaya yang masih harus dibayar 36.683.573 53.101.823

Jaminan 12 6.971.783 6.369.154

Pendapatan sewa yang diterima di muka 102.516.771 103.275.489 Kewajiban derivatif 25 3.617.580 29.477.397 Wesel bayar 24i - 50.600.000 Kewajiban pajak tangguhan - bersih 212.628 -Hutang bank jangka panjang yang jatuh tempo

dalam satu tahun 11 85.651.104 88.146.135 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 396.883.890 529.803.843 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Hutang bank jangka panjang setelah dikurangi

bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 11 792.452.650 938.493.667

Jaminan 12 591.588.593 609.631.474

Kewajiban derivatif 25 49.882.244 51.596.274 Kewajiban imbalan pasca kerja 20 81.767.724 78.083.145

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 1.515.691.211 1.677.804.560

EKUITAS

Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Modal saham - nilai nominal per saham Rp 200

Modal dasar - 5.000 juta lembar saham

Modal ditempatkan dan disetor - 3.550 juta lembar saham 13 710.000.000 710.000.000

Agio saham 13 22.656.487 22.656.487

Selisih kurs penjabaran laporan keuangan (32.567.527) (32.567.527)

Saldo laba 1.568.137.652 1.501.547.221

2.268.226.612 2.201.636.181

Kepentingan Non Pengendali 20.206.213 21.643.526

Total Ekuitas 2.288.432.826 2.223.279.707

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 4.201.007.927 4.430.888.110

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi

(7)

UNTUK TIGA BULANAN YANG BERAKHIR 31 MARET 2011 DAN 2010

(Dalam ribuan Rupiah, kecuali laba per saham dalam Rupiah penuh) 1.000

Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010

PENDAPATAN 15 214.852.470 194.411.476

BEBAN POKOK PENDAPATAN 16 73.634.781 67.856.730

LABA KOTOR 141.217.689 126.554.745

BEBAN USAHA 17,20,22,24 56.209.531 54.204.888

LABA SEBELUM PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 85.008.158 72.349.857

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 8,9 (40.314.233) (41.666.951)

LABA USAHA SETELAH PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 44.693.925 30.682.906

PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN BERSIH

Keuntungan selisih kurs - bersih 46.337.303 59.129.680

Hasil pengembalian investasi 5 4.382.521 6.801.979

Penghasilan bunga 2.434.594 877.261

Keuntungan penjualan dan kerugian penghapusan aktiva 667.699 127.271

Amortisasi goodwill (227.386) (655.171)

Biaya bunga dari penerapan PSAK 55 (1.487.769)

Biaya bunga 11,24i (16.804.457) (15.535.212)

Lain-lain bersih 2.158.748 2.032.227

Jumlah Pendapatan Lain-Lain - Bersih 37.461.254 52.778.035

LABA SEBELUM PAJAK 82.155.179 83.460.942

BEBAN PAJAK - BERSIH 18 (17.002.062) (15.733.789)

LABA TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DI LANJUTKAN 65.153.117 67.727.153

KERUGIAN TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DI HENTIKAN -

-LABA TAHUN BERJALAN 65.153.117 67.727.153

PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN :

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing - -PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH PAJAK - -TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 65.153.117 67.727.153 LABA YANG DAPAT DI ATRUBUSIKAN KEPADA :

Pemilik Entitas Induk 66.590.430 69.276.950

Kepentingan Non Pengendali (1.437.313) (1.549.797)

65.153.118 67.727.153 JUMLAH LABA (RUGI) KOMPREHENSIF YANG DAPAT DI ATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik Entitas Induk 66.590.430 69.276.950

Kepentingan Non Pengendali (1.437.313) (1.549.797)

65.153.118 67.727.153

LABA PER SAHAM 18,76 19,51

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi

(8)

(Dalam ribuan rupiah)

Selisih Kurs

Agio Penjabaran Saldo Jumlah Kepentingan Jumlah Modal Disetor Saham Laporan Keuangan Laba Non Pengendali Ekuitas

Saldo per 1 Januari 2010 710.000.000 22.656.487 (32.545.186) 985.573.715 1.685.685.016 98.218.478 1.783.903.494

Laba bersih periode berjalan - - - 69.276.950 69.276.950 1.549.797 67.727.153

Saldo per 31 Maret 2010 710.000.000 22.656.487 (32.545.186) 1.754.961.9661.054.850.665 96.668.681 1.851.630.647

Saldo per 1 Januari 2011 710.000.000 22.656.487 (32.567.526) 1.501.547.222 2.201.636.183 21.643.526 2.223.279.710

Laba bersih periode berjalan - - - 66.590.430 66.590.430 (1.437.313) 65.153.117

Saldo per 31 Maret 2011 710.000.000 22.656.487 (32.567.526) 2.268.226.6131.568.137.652 20.206.213 2.288.432.826

(9)

UNTUK TIGA BULANAN YANG BERAKHIR 31 MARET 2011 DAN 2010 (Dalam ribuan rupiah)

31 Maret 2011 31 Maret 2010 -ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan kas dari pelanggan 201.111.503 201.363.897

Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan (116.009.905) (68.424.100)

Kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi 85.101.598 132.939.797

Pembayaran pajak (26.309.200) (4.826.112)

Pembayaran bunga (16.804.457) (15.535.212)

Kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi 41.987.941 112.578.473

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Hasil penjualan investasi sementara 115.037.613 20.655.341

Penerimaan bunga 6.796.972 7.679.240

Hasil penjualan aset tetap 928.453 338.417

Perolehan properti investasi (6.569.031) (36.334.259)

Perolehan aset tetap (35.169.743) (27.438.835)

Kas bersih diperoleh dari aktivitas investasi 81.024.263 (35.100.096) ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN

Pembayaran hutang bank (198.128.786) (68.529.167) Pembayaran kewajiban derivatif (27.573.847) (2.088.625) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan (225.702.633) (70.617.792)

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS (102.690.429) 6.860.585

KAS DAN SETARA KAS AWAL PERIODE 437.357.993 157.943.452

KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE 334.667.564 164.804.037

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi

(10)

6

1. UMUM

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT Plaza Indonesia Realty Tbk (Perusahaan) adalah perseroan terbuka yang berstatus Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri yang didirikan berdasarkan akta No. 40 tanggal 5 Nopember 1983 dari Winanto Wiryomartani, S.H., notaris di Jakarta. Akta ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-6944.HT.01.01.Th.84 tanggal 8 Desember 1984, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1466/1986. Anggaran dasar telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 44 tanggal 8 Agustus 2008 dari Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., notaris di Jakarta, dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Surat Keputusan No. AHU-77866.AH.01.02tanggal 24 Oktober 2008, serta telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 463/2009.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan alamat The Plaza Office Tower Lt. 10, Jl. MH. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta Pusat.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perhotelan, pusat perbelanjaan, perkantoran dan apartemen. Perusahaan, adalah pemilik hotel Grand Hyatt Jakarta (Hotel), Plaza Indonesia Shopping Center, Entertainment Center, The Plaza (gedung perkantoran), Keraton (apartemen), Perusahaan melalui PT Plaza Nusantara Realti, anak perusahaan memiliki eX (pusat hiburan). Perusahaan melalui anak perusahaan, PT Sarana Mitra Investama, secara tidak langsung memiliki PT Plaza Lifestyle Prima, perusahaan pengelola fX (pusat gaya hidup). Jumlah karyawan Perusahaan rata-rata 1.355 karyawan untuk tahun 2011 dan 1.355 karyawan untuk tahun 2010.

Pada tanggal 31 Maret 2011, susunan pengurus Perusahaan adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Franky Oesman Widjaja

Wakil Presiden Komisaris : M. Tachril Sapi-ie :

Komisaris Independen : Dibyo Widodo :

: Sintong Panjaitan Dewan Direktur

Presiden Direktur : Rosano Barack :

Wakil Presiden Direktur : Boyke Gozali :

Direktur : Lucy Suyanto :

: Herman Bunjamin :

:

: Maria Rosario B. Egron Komite Audit

Ketua : Sintong Panjaitan

Anggota : Hadi Priatna

: Tatang Sayuti

b. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi

Perusahaan memiliki penyertaan langsung dan tidak langsung saham anak perusahaan berikut:

M ulai Jumlah Operasi A set per A nak P erusahaan Do misili Jenis Usaha 2011 2010 Ko mersial 31 M aret 2011

Rp '000 P enyertaan langsung

P T P laza Nusantara Realti (P NR) Jakarta P ro perti 99.99% 99.99% 2004 677,702,185 P laza Indo nesia Finance B .V. (P IFB V) B elanda Jasa keuangan 100.00% 100.00% 1996 22,557 P T Jakarta M arcapada M edia (JM M ) Jakarta M edia & penyiaran 75.00% 75.00% - 20,673,936 P T Sarana M itra Investama (SM I) Jakarta P ro perti 80.57% 80.57% 2007 453,628,647 P enyertaan tidak langsung

M elalui/ SM I:

P T P laza Lifestyle P rima (P LP ) Jakarta P ro perti 59.55% 59.55% 2007 453,403,274 P ersentase

P emilikan

(11)

7

Pada bulan Nopember 2006, Perusahaan mengakuisisi 75% kepemilikan atau 20.000 lembar saham JMM dari PT Global Mega Wisata Mandiri Internasional. Pada tahun 2006, kegiatan utama JMM meliputi perolehan ijin prinsip untuk televisi lokal dan ijin saluran frekuensi. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2011, JMM belum memulai kegiatan usahanya.

Pada bulan Oktober 2009, Perusahaan mengakuisisi 80,57% kepemilikan atau total 141.000 lembar saham SMI dari PT Spektrum Duta Corporasi (Catatan 21). Proses akuisisi ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Surat Keputusannya No. AHU-01.10-17379 tanggal 9 Oktober 2009. SMI memiliki 73,91% kepemilikan di PLP, pengelola Pusat Gaya Hidup (Lifestyle Center).

Pada tanggal 24 Mei 2010, Perusahaan mengakuisisi 16,89% kepemilikan atau 20.342 lembar saham PNR dari PT Azbindo Nusantara dan 1,37% kepemilikan atau 1.667 lembar saham PNR dari PT Persada Giri Abadi sehingga meningkatkan kepemilikan Perusahaan terhadap PNR menjadi sebesar 99.99% atau 120.466 lembar saham (Catatan 21).

c. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Sebelum dilakukannya penawaran umum perdana atas saham Perusahaan, para pendiri Perusahaan memiliki 80.000.000 saham Perusahaan. Pada tanggal 2 Mei 1992, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan surat No. S-840/PM/1992 untuk melakukan penawaran umum atas 35.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 15 Juni 1992, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

Pada tanggal 15 November 1993, para pemegang saham setuju untuk meningkatkan modal disetor Perusahaan dari 115.000.000 saham menjadi 230.000.000 saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham.

Pada tanggal 4 Mei 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam dengan surat No. S-796/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum terbatas sebanyak 115.000.000 saham.

Pada tanggal 27 Agustus 2003, para pemegang saham setuju untuk meningkatkan modal disetor Perusahaan dari 345.000.000 saham menjadi 355.000.000 saham yang berasal dari penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Peningkatan modal tersebut dilakukan oleh PT Bimantara Citra Tbk dan PT Paraga Artamida, pemegang saham pendiri.

Pada tanggal 14 Nopember 2006, pemegang saham menyetujui untuk membagikan saham bonus sejumlah 355.000.000 lembar saham yang berasal dari selisih penilaian kembali aset tetap dan agio saham. Setiap pemegang saham menerima satu lembar tambahan saham untuk setiap saham yang dimiliki per tanggal 22 Desember 2006.

Sesuai dengan pengumuman tentang pemecahan saham (stock split) No. Peng-457/BEJ-DAG/U/12-2006 tanggal

22 Desember 2006 yang dikeluarkan oleh BEJ, ditetapkan tanggal perdagangan saham dengan nilai nominal Rp 200 per lembar saham dimulai sejak tanggal 2 Januari 2007.

BES dan BEJ bergabung/merger pada tanggal 30 Nopember 2007 dan BEJ berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada tanggal 31 Maret 2011, seluruh saham Perusahaan sejumlah 3,550 juta lembar saham telah tercatat di BEI.

2. PENERAPAN PERNYATAAN DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN REVISI (PSAK DAN ISAK) a. Standar yang berlaku efektif pada tahun 2010

Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan PSAK revisi berikut ini yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010:

 PSAK 26 (revisi 2008), Biaya Pinjaman

 PSAK 50 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan

 PSAK 55 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

Menurut PSAK 26 (revisi 2008), biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau pembuatan set kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban. Penerapan standar ini tidak berpengaruh terhadap jumlah periode lalu dan sekarang, tetapi mempengaruhi jumlah biaya pinjaman masa mendatang.

(12)

8

Penerapan PSAK 50 (revisi 2006) menghasilkan pengungkapan instrumen keuangan yang lebih luas termasuk beberapa pengungkapan kualitatif yang berkaitan dengan tujuan manajemen risiko keuangan.

PSAK 55 (revisi 2006) memberikan panduan pada pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan kontrak untuk membeli item non-keuangan. Antara lain, penerapan standar ini memerlukan penggunaan metode suku bunga efektif ketika aset atau kewajiban diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Selain itu, PSAK ini juga mengubah cara Perusahaan dalam mengukur penurunan nilai aset keuangan tergantung pada klasifikasi instrumen keuangan.

Karena PSAK ini diterapkan secara prospektif, penerapan awal tidak mempunyai pengaruh signifikan atas jumlah yang dilaporkan di tahun 2009. Pengaruh signifikan penerapan awal terhadap Perusahaan dan anak perusahaan di tahun 2010 terutama terhadap nilai wajar kewajiban keuangan jangka panjang.

b. Standar dan interpretasi telah diterbitkan dan mulai diterapkan pada atau setelah 1 Januari 2011  PSAK 1 (revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan

 PSAK 2 (revisi 2009), Laporan Arus Kas

 PSAK 3 (revisi 2010), Laporan Keuangan Interim

 PSAK 4 (revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri  PSAK 5 (revisi 2009), Segmen Operasi

 PSAK 7 (revisi 2010): Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi  PSAK 8 (revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan  PSAK 12 (revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama  PSAK 15 (revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi

 PSAK 19 (revisi 2010): Aset Tak Berwujud  PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis  PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan

 PSAK 25 (revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan  PSAK 48 (revisi 2009), Penurunan Nilai Aset

 PSAK 57 (revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi

 PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan  ISAK 7 (revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus

 ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa  ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan

 ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik

 ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer

 ISAK 14, Aset Tak Berwujud – Biaya Situs Web

 ISAK 17, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai

c. Standar dan interpretasi telah diterbitkan dan mulai diterapkan pada atau setelah 1 Januari 2012:  PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing

 PSAK 18 (revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya  PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja

 PSAK 34 (revisi 2010), Kontrak Konstruksi  PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan

 PSAK 50 (revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian  PSAK 53 (revisi 2010), Pembayaran Berbasis Saham  PSAK 60, Instrumen Keuangan: Pengungkapan

 PSAK 61, Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah  ISAK 13, Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri  ISAK 15, Batas Aset Manfaat Pasti, Persyaratan Minimum dan Interaksinya

 ISAK 18, Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi

 ISAK 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang

Sahamnya.

Standar dan interpretasi baru/revisi ini merupakan hasil konvergensi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards).

(13)

9

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasi, manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi terhadap laporan keuangan konsolidasi, dan dapat diketahui bahwa di antara PSAK-PSAK yang berlaku pada tahun 2011, PSAK 1, Penyajian Laporan Keuangan, akan memberikan beberapa perubahan signifikan dalam penyajian laporan keuangan. PSAK 1 mensyaratkan entitas, antara lain:

 Untuk menyajikan dalam laporan perubahan ekuitas, seluruh perubahan pemilik dalam ekuitas. Semua perubahan non-pemilik dalam ekuitas (contohnya pendapatan komprehensif) diminta untuk

disajikan dalam satu laporan pendapatan komprehensif atau dalam dua laporan terpisah (laporan laba rugi dan laporan pendapatan komprehensif).

 Untuk menyajikan laporan posisi keuangan pada permulaan dari periode komparatif terawal dalam suatu laporan keuangan lengkap apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali retrospektif sesuai dengan PSAK 25.

 Untuk menyajikan kepentingan non pengendali sebagai bagian dari ekuitas (sebelumnya disebut hak minoritas).

3. KEBIJAKAN AKUNTANSI

a. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Pembukuan untuk transaksi Hotel, Pusat Perbelanjaan, Perkantoran dan Pemilik dilakukan secara terpisah. Transaksi Hotel dibukukan oleh pengelola hotel (PT Hyatt Indonesia), sedangkan transaksi Pusat Perbelanjaan, Perkantoran dan Pemilik dilakukan oleh Pemilik. Untuk penyajian laporan keuangan, dilakukan penggabungan dari laporan keuangan Pemilik, Hotel dan Pusat Perbelanjaan dengan mengeliminasi saldo akun-akun yang saling berhubungan.

b. Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan dan anak perusahaan. Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investee untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% hak suara.

Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha (Catatan 3c) dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan.

Hasil anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi.

Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang diterapkan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh Perusahaan.

(14)

10

c. Penggabungan Usaha

Akuisisi anak perusahaan dicatat dengan menggunakan metode pembelian (purchase method). Biaya

penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, kewajiban yang terjadi atau yang diasumsikan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai penggantian atas pengendalian dari perolehan ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada penggabungan usaha tersebut.

Pada saat akuisisi, aset dan kewajiban anak perusahaan diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi diakui sebagai goodwill dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama lima tahun. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal akuisisi (diskon atas akuisisi), maka nilai wajar aset non-moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proposional, sampai seluruh selisih tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aset dan kewajiban non moneter tersebut diakui sebagai goodwill negatif, dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan garis lurus selama 20 tahun.

Hak milik pemegang saham minoritas dinyatakan sebesar bagian minoritas dari biaya perolehan historis aset bersih.

d. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan, kecuali PIFBV, diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode yang bersangkutan.

Pembukuan PIFBV diselenggarakan dalam mata uang Euro. Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasi, aset dan kewajiban PIFBV pada tanggal neraca dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah, masing-masing dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut, sedangkan pendapatan dan bebandijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tahun yang bersangkutan. Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai bagian dari ekuitas pada akun “Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan”.

e. Transaksi Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:

1) perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

2) perusahaan asosiasi;

3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);

4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan, yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.

(15)

11

f. Aset Keuangan

Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar.

Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut:  Nilai wajar melalui laporan laba rugi

 Pinjaman yang diberikan dan piutang Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL)

Aset keuangan kelompok diperdagangkan diklasifikasi sebagai FVTPL. Aset keuangan diklasifikasi sebagai kelompok diperdagangkan, jika:

 diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau

 merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau

 merupakan derivatif yang tidak ditetapkan dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.

Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 5.

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Piutang nasabah dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”, yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material.

Metode suku bunga efektif

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal.

Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain dari instrumen keuangan FVTPL.

Penurunan nilai aset keuangan

Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:

 kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau

(16)

12

 terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan.

Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti piutang, aset yang dinilai tidak akan diturunkan secara individual, akan dinilai penurunan secara kolektif. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang dapat termasuk pengalaman Perusahaan atas tertagihnya piutang di masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dari rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan default atas piutang.

Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan.

Nilai tercatat aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai secara langsung atas aset keuangan, kecuali piutang yang nilai tercatatnya dikurangi melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Jika piutang tidak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan piutang. Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan. Perubahan nilai tercatat akun penyisihan piutang diakui dalam laporan laba rugi.

Penghentian pengakuan aset keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain.

Jika Perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan kewajiban terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima.

g. Kewajiban Keuangan dan Instrument Ekuitas Klasifikasi sebagai kewajiban atau ekuitas

Kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasikan sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan dan instrument ekuitas.

Instrumen ekuitas

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang membuktikan hak residual atas aset Perusahaan dan anak perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih, setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.

Kewajiban keuangan

Hutang usaha dan hutang lainnya, jaminan, wesel bayar dan hutang bank serta pinjaman lainya diukur pada nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga diakui berdasarkan metode suku bunga efektif. Selisih antara hasil emisi (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman.

Penghentian pengakuan kewajiban keuangan

Perusahaan dan anak perusahaan menghentikan pengakuan kewajiban keuangan, jika dan hanya jika, kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadarluarsa.

h. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

(17)

13

i. Kas dan Setara Kas

Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.

j. Persediaan

Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang.

k. Biaya Dibayar Dimuka

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

l. Properti Investasi

Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi diukur sebesar nilai perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan setiap akumulasi kerugian penurunan nilai.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari properti investasi berikut ini:

Tahun

Bangunan 8 – 40

Mesin dan peralatan 12

Peralatan operasi 4 - 8

Prasarana Gedung 4 – 10

Jembatan 3

Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. m. Aset Tetap – Pemilikan Langsung

Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:

Tahun

Bangunan 40

Peralatan kantor 4 – 8

Mesin dan perlengkapan 12

Peralatan operasional 4 – 5

Perabot dan perlengkapan 4

Prasarana gedung 5 – 10

Kendaraan 4 - 5

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun yang bersangkutan.

(18)

14

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari hutang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat pembangunan selesai dan siap digunakan.

n. Penurunan Nilai Aset

Pada tanggal neraca, Perusahaan dan anak perusahaan menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset.

Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba rugi.

Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam Catatan 3f. o. Sewa

Sewa diklasifikasi sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi criteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

Sebagai Lessor

Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa.

Dalam hal insentif diberikan dalam sewa operasi, insentif tersebut diakui sebagai aset. Keseluruhan manfaat dari insentif diakui sebagai pengurang dari pendapatan sewa dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar yang lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pemilik.

p. Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah

Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang umur hukum hak atas tanah karena umur hukum hak atas tanah lebih pendek dari umur ekonomiknya.

q. Beban Tangguhan Perangkat Lunak

Beban yang terjadi sehubungan dengan perolehan dan ijin pemakaian software dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi. Amortisasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran manfaat ekonomis antara tiga hingga lima tahun.

r. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pendapatan Hotel

Pendapatan hotel diakui pada saat jasa diberikan atau pada saat hotel telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

Pendapatan Bunga

Pendapatan bunga diakru berdasarkan waktu terjadinya dengan acuan jumlah pokok terhutang dan tingkat bunga yang sesuai.

Beban

(19)

15

s. Imbalan Pasca Kerja

Perusahaan memberikan program pensiun imbalan pasti untuk semua karyawan lokal tetapnya. Perusahaan dan anak perusahaan juga membukukan imbalan pasca kerja untuk karyawan sesuai dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang mengacu pada Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003.

Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan

kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti dan nilai wajar aset program diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diperkirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested.

Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca konsolidasi merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui dan dikurangi dengan nilai wajar aset program.

t. Pajak Penghasilan

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban, kecuali perbedaan yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi kondolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca konsolidasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini. Untuk pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final yang terhutang dengan jumlah yang dibebankan diakui sebagai pajak dibayar di muka atau hutang pajak.

u. Laba per Saham

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada periode yang bersangkutan.

Perusahaan dan anak perusahaan tidak menghitung laba per saham dilusian karena tidak terdapat efek berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif.

v. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.

Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.

Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

Aset dan kewajiban yang digunakan bersama dalam dua segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.

(20)

16

4. KAS DAN SETARA KAS

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Rp'000 Rp'000

Kas 346,972 291,319

Bank Rupiah

Bank Internasional Indonesia 20,889,377 14,205,700

Bank Negara Indonesia 2,941,989 6,926,099

Bank Mandiri 2,202,307 3,686,429

Bank Central Asia 1,843,561 1,797,646

Citibank 382,480 482,346

Bank Danamon 12,268 260,892

Bank Sinarmas 24,996 151,610

Bank CIMB Niaga 6,946,442 10,293

Bank Permata 1,094

-Bank Mega 1,965 1,989

Dollar Amerika Serikat

Bank Internasional Indonesia 117,115,985 122,443,158

Bank Negara Indonesia 2,722,534 10,047,506

Sumitomo Mitsui Banking

Corporation 1,022,218 1,055,318

Bank Danamon 932,104 962,563

Bank CIMB Niaga 35,432,546 277,535

Bank Mandiri 119,713 154,560

Citibank 46,449 44,477

Commonw ealth 2,559 2,715

Euro

Ing Bank 23,229 22,557

Jumlah Kas dan Bank 193,010,789 162,824,712

Deposito berjangka Rupiah

Bank Negara Indonesia 176,250,000

Bank Internasional Indonesia 110,124,172 46,080,504

Bank Mandiri 13,650,000 17,900,000

Bank CIMB Niaga - 1,775,000

Dollar Amerika Serikat Bank Negara Indonesia

(US$ 1.500.000 tahun 2011 13,063,500 28,773,049

US$ 3.200.206 tahun 2010) Bank Internasional Indonesia

(US$ 553.347 tahun 2011 dan

US$ 255.000 tahun 2010) 4,819,103 2,292,705

Bank Ganesha

(US$ 116.935 tahun 2010) - 1,051,365

Bank Mandiri (US$ 45.674 tahun 2010) - 410,658

Jumlah Deposito Berjangka 141,656,775 274,533,281

Jumah 334,667,564 437,357,993

Tingkat bunga per tahun deposito berjangka adalah sebagai berikut:

Rupiah 4,5% - 7% 4,75% - 7,00%

(21)

17

5. INVESTASI SEMENTARA

NAB/Unit Unit Jumlah NAB/Unit Unit Jumlah

Investasi sementara Rupiah

Reksadana

Danamas Rupiah Plus 1,000 1,127,803 1,127,803 1,000 1,374,119 1,374,119

Danamas Stabil 1,913 18,959 36,266 1,870 463,992 867,834 Danamas Mantap 1,453 151,503 220,131 1,419 151,503 214,939 Jumlah 1,298,265 1,384,200 1,989,614 2,456,892 Pengelola Dana Sinarmas Sekuritas - - 88,850,121 - - 140,352,637 Pacific Way - - 76,913,141 - - 75,776,494 Jumlah - 165,763,262 - 216,129,131

Dollar Amerika Serikat Reksadana

Danamas Dollar 11,735 11,839 138,938 12,032 11,839 142,449

Pengelola Dana

Pacific Way - - - 63,595,540

Jumlah Investasi Sementara 1,310,104 167,286,399 2,001,453 282,324,012

31 Maret 2011 (Rp'000) 31 Desember 2010 (Rp'000)

Investasi sementara adalah rekasadana dan pengelolaan dana oleh fund manager sebagai efek yang diperdagangkan. Kontrak pengelolaan dana (investasi) adalah kontrak pengelolaan investasi dimana Perusahaan dan anak perusahaan memberikan kewenangan kepada manajer investasi untuk melakukan penempatan dana dalam berbagai jenis investasi. Investasi ini dikelola oleh Sinarmas Sekuritas dan Pacific Way.

Nilai wajar investasi reksadana ditentukan berdasarkan nilai aset bersih yang dipublikasikan.

Nilai wajar investasi pengelolaan dana yang tercatat di tentukan berdasarkan harga pasar dari instrument yang dikeluarkan oleh pengelola dana.

(22)

18

6. PIUTANG USAHA

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Rp'000 Rp'000

a. Berdasarkan pelangganan

Sew a kantor dan ruangan 110,619,617 118,999,838

In-house guest 4,923,966 3,350,353

City ledger 4,229,070 3,172,997

Kartu kredit 1,404,063 926,492

Agen perjalanan 348,370 495,323

Jumlah 121,525,086 126,945,003

Penyisihan piutang ragu-ragu (1,411,283) (1,411,283)

Bersih 120,113,803 125,533,720

b. Berdasarkan umur

Belum jatuh tempo 50,963,788 54,126,196

Sudah jatuh tempo:

1 s/d 30 hari 12,599,445 14,152,798

31 s/d 60 hari 7,785,675 10,032,245

61 s/d 90 hari 6,036,918 3,509,650

Lebih dari 90 hari 44,139,260 45,124,114

Jumlah 121,525,086 126,945,003

Penyisihan piutang ragu-ragu (1,411,283) (1,411,283)

Bersih 120,113,803 125,533,720

c. Berdasarkan mata uang

Rupiah 109,797,811 109,527,529

Dollar Amerika Serikat 11,727,275 17,417,474

Jumlah 121,525,086 126,945,003

Penyisihan piutang ragu-ragu (1,411,283) (1,411,283)

Bersih 120,113,803 125,533,720

Mutasi piutang ragu-ragu

Saldo aw al 1,411,283 322,762

Penambahan (Catatan 17) - 1,088,521

Saldo akhir 1,411,283 1,411,283

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup.

Manajemen juga berpendapat bahwa tidak terdapat risiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang tersebut di atas.

(23)

19

7. PAJAK DIBAYAR DIMUKA

31 Maret 2011 31 Desember 2010 Rp'000 Rp'000 Pajak penghasilan Pasal 22 941,358 941,358 Pasal 23 312,488 250,633 Fiskal 36,307 36,307

Pajak pertambahan nilai - bersih 12,693,750 12,693,749

Jumlah 13,983,902 13,922,047

Pada tanggal 28 April 2010, Perusahaan memperoleh Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) pajak penghasilan dari Direktorat Jenderal Pajak untuk tahun pajak 2008 yang berjumlah Rp 2.012.874 ribu. Sebagian SKPLB telah diterima Perusahaan pada bulan Mei 2010 sebesar Rp 1.933.154 ribu dan sisanya dilakukan pemindahbukuan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atas pajak penghasilan lainnya.

8. ASET TETAP

1 Januari 2011 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Maret 2011

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Biaya perolehan:

Bangunan 495,166,482 - - - 495,166,482

Peralatan kantor 23,577,092 338,508 56,863 - 23,858,737

Mesin dan perlengkapan 73,192,395 152,000 - - 73,344,395

Peralatan operasional 101,559,067 1,335,945 241,766 - 102,653,246

Perabot dan perlengkapan 37,823,813 111,712 29,387 - 37,906,138

Prasarana gedung 225,147,758 1,662,483 319,535 - 226,490,706

Kendaraan 32,113,703 2,966,575 1,903,600 - 33,176,678

Aset dalam penyelesaian 931,144,355 28,602,521 - - 959,746,876

Jumlah 1,919,724,665 35,169,744 2,551,151 - 1,952,343,258

Akumulasi penyusutan:

Bangunan 190,586,629 3,094,791 - 193,681,420

Peralatan kantor 20,357,140 1,474,651 3,258 - 21,828,533

Mesin dan perlengkapan 51,366,574 980,841 - - 52,347,415

Peralatan operasional 79,343,915 2,014,268 159,974 - 81,198,209

Perabot dan perlengkapan 32,156,432 154,023 24,055 - 32,286,400

Prasarana gedung 151,784,770 6,260,414 184,617 - 157,860,567

Kendaraan 18,277,390 1,467,493 1,865,704 - 17,879,179

Jumlah 543,872,850 15,446,481 2,237,608 - 557,081,723

(24)

20

1 Januari 2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember 2010

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Biaya perolehan:

Bangunan 495,166,482 - - - 495,166,482

Peralatan kantor 33,634,107 4,338,317 14,395,332 - 23,577,092

Mesin dan perlengkapan 72,534,937 657,458 - - 73,192,395

Peralatan operasional 90,042,752 12,296,173 779,858 - 101,559,067

Perabot dan perlengkapan 38,787,301 1,714,532 2,678,020 - 37,823,813

Prasarana gedung 195,897,880 29,908,738 658,860 - 225,147,758

Kendaraan 27,526,653 8,305,669 3,718,619 - 32,113,703

Aset dalam penyelesaian 836,860,958 94,283,397 - - 931,144,355

Jumlah 1,790,451,070 151,504,284 22,230,689 - 1,919,724,665

Akumulasi penyusutan:

Bangunan 175,799,303 14,787,326 - 190,586,629

Peralatan kantor 26,210,748 3,651,203 9,504,811 - 20,357,140

Mesin dan perlengkapan 47,040,197 4,326,377 - - 51,366,574

Peralatan operasional 71,004,072 9,119,701 779,858 - 79,343,915

Perabot dan perlengkapan 34,402,572 431,880 2,678,020 - 32,156,432

Prasarana gedung 128,638,968 23,804,662 658,860 - 151,784,770

Kendaraan 15,960,283 5,360,009 3,042,902 - 18,277,390

Jumlah 499,056,143 61,481,158 16,664,451 - 543,872,850

Jumlah tercatat 1,291,394,927 1,375,851,815

Penyusutan yang dibebankan pada operasi adalah sebesar Rp 15.446.481 ribu dan Rp 61.481.158 ribu masing- masing untuk tahun 2011 dan 2010.

Aset dalam penyelesaian terdiri dari apartemen dan renovasi pusat perbelanjaan yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2011.

Aset tetap dan properti investasi Perusahaan digunakan sebagai agunan atas hutang bank jangka panjang (Catatan 11).

Pada tahun 2011 dan 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan aset tetap dan properti investasinya, kecuali tanah, terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya yang diselenggarakan oleh PT. Kali Besar Raya Utama Insurance Broker, pihak hubungan istimewa (Catatan 22), dan PT BGIB Insurance Broker, dengan nilai pertanggungan sebesar US$ 456.158.000 dan Rp 24.369.500 ribu. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.

(25)

21

9. PROPERTI INVESTASI

1 Januari 2011 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Maret 2011

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Biaya perolehan:

Tanah 142,260,571 - - - 142,260,571

Bangunan 1,709,134,716 - - - 1,709,134,716

Mesin dan perlengkapan 236,718,693 696,119 - - 237,414,812

Peralatan operasi 52,119,086 2,817,861 - - 54,936,947

Prasarana gedung 209,605,491 3,055,052 - - 212,660,543

Jumlah 2,349,838,557 6,569,032 - - 2,356,407,588

Akumulasi penyusutan:

Bangunan 148,730,458 11,329,762 - - 160,060,220

Mesin dan perlengkapan 44,674,377 4,906,812 - - 49,581,189

Peralatan operasi 31,230,243 2,038,101 - - 33,268,344

Prasarana gedung 89,583,545 5,774,829 - - 95,358,374

Jumlah 314,218,623 24,049,504 - - 338,268,127

Jumlah tercatat 2,035,619,934 2,018,139,462

1 Januari 2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember 2010

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Biaya perolehan:

Tanah 320,746,455 - 178,485,884 - 142,260,571

Bangunan 1,776,620,397 - 67,485,681 - 1,709,134,716

Mesin dan perlengkapan 229,838,250 11,899,125 5,018,682 - 236,718,693

Peralatan operasi 51,682,283 4,791,119 4,354,316 - 52,119,086

Prasarana gedung 173,602,253 37,314,897 1,311,659 - 209,605,491

Jumlah 2,552,489,638 54,005,141 - - 2,349,838,557

Akumulasi penyusutan:

Bangunan 153,869,258 51,190,910 56,329,710 - 148,730,458

Mesin dan perlengkapan 29,124,578 19,638,401 4,088,602 - 44,674,377

Peralatan operasi 25,814,696 9,072,902 3,657,355 - 31,230,243

Prasarana gedung 63,115,135 27,780,345 1,311,935 - 89,583,545

Jumlah 271,923,667 107,682,558 - - 314,218,623

Jumlah tercatat 2,280,565,971 2,035,619,934

Beban penyusutan sejumlah Rp 24.049.504 ribu dan 107.682.558 ribu masing-masing untuk tahun 2011 dan 2010 dicatat sebagai beban penyusutan dan amortisasi.

Pada tanggal 26 Oktober 2001, pemerintah memberikan hak guna bangunan atas tanah yang terletak di Jl. M.H. Thamrin, kepada PNR, anak perusahaan, melalui pertukaran dengan tanah dan bangunan yang berlokasi di daerah lain di Jakarta, dimana PNR mempunyai hak untuk menggunakan tanah selama 30 tahun, sampai dengan tanggal 25 Oktober 2031. Manajemen berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai.

Properti investasi termasuk aset dalam rangka bangun, kelola dan alih PLP, anak perusahaan yang secara tidak langsung diakuisisi pada bulan Oktober 2009 (Catatan 24j).

(26)

22

Nilai buku aset ini pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebagai berikut:

1 Januari 2011 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2011

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Biaya perolehan:

Bangunan 404,190,969 - - 404,190,969

Mesin dan perlengkapan 14,302,539 - - 14,302,539

Peralatan operasional 21,090,451 1,352,181 - 22,442,632

Jumlah 439,583,959 1,352,181 - 440,936,140

Akumulasi penyusutan:

Bangunan 31,091,613 3,109,161 - 34,200,774

Mesin dan perlengkapan 4,414,974 446,954 - 4,861,929

Peralatan operasional 10,144,381 1,056,127 - 11,200,507

Jumlah 45,650,968 4,612,242 - 50,263,210

Jumlah tercatat 393,932,991 390,672,930

Pada tahun 2010, PNR menjual tanah dan bangunan serta seluruh mesin dan perlengkapan yang melekat didalamnya (Catatan 8 dan 9) kepada PT China Sonangol Media Investment (CSMI) dengan harga USD 71.000 ribu (setara dengan Rp 633,817 miliar).

Keuntungan atas penjualan aset tetap dan property investasi adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Rp'000 Rp'000

Harga jual 928,453 635,319,575

Nilai buku tercatat

Properti investasi - 191,268,620

Aset tetap 260,754 5,566,238

Beban tangguhan hak atas tanah - 14,072,569

Softw are - 450,659

Keuntungan penjualan aset 667,699 423,961,489

Beban tangguhan atas tanah dihapuskan sebagai bagian dari aset bangunan yang dijual kepada CSMI.

Nilai wajar properti investasi pada tanggal 31 Desember 2010, termasuk aset dari PLP dalam rangka Bangun-Kelola-Alih masing-masing sebesar Rp 3.124.552 juta dan US$ 363.770.000 (setara dengan Rp 3.246.283 juta), penilaian pada tanggal 11 Agustus 2010 dari KJPP Rengganis, Hamid dan Rekan untuk tahun 2010, penilai independen. Penilaian dilakukan berdasarkan harga pasar.

Properti investasi dan aset tetap Perusahaan digunakan sebagai jaminan atas hutang bank jangka panjang (Catatan 11). 10. HUTANG PAJAK 31 Maret 2011 31 Desember 2010 Rp'000 Rp'000 Pajak penghasilan: Pasal 4 (2) final 4,286,162 11,272,732 Pasal 21 1,483,765 5,982,893 Pasal 22 19,482 Pasal 23 273,319 542,488 Pasal 26 529,005 1,404,516 Pajak pembangunan I 3,447,387 2,872,398

Pajak pertambahan nilai 3,806,995 7,466,760

(27)

23

11. HUTANG BANK JANGKA PANJANG

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Rp'000 Rp'000

Bank CIMB Niaga - US$ 102.480.000 tahun 2011 892,498,320 944,055,000

dan US$ 105.000.000 tahun 2010

Club Deal dari PT Bank Sinarmas - 97,333,333

Jumah 892,498,320 1,041,388,333

Biaya transaksi yang belum diamortisasi (14,394,566) (14,748,531)

Bersih 878,103,754 1,026,639,802

Jadw al pembayaran

Dalam satu tahun 65,108,484 92,207,369

Tahun kedua 87,055,164 89,874,036

Tahun ketiga 213,065,685 314,964,815

Tahun keempat 235,926,810 243,566,190

Tahun kelima 291,342,177 300,775,923

Jumlah 892,498,320 1,041,388,333

Biaya transaksi yang belum diamortisasi

Dalam satu tahun (1,050,095) (4,061,234)

Tahun kedua (1,404,060) (3,895,250) Tahun ketiga (3,436,408) (3,413,366) Tahun keempat (3,805,121) (2,361,939) Tahun kelima (4,698,882) (1,016,742) Bersih 878,103,754 1,026,639,802 Hutang lancar 85,651,104 88,146,135

Hutang jangka panjang 792,452,650 938,493,667

Bank CIMB Niaga

Pada tanggal 13 Desember 2010, Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$ 105.000.000 yang digunakan untuk pembayaran kembali pinjaman sindikasi yang diperoleh Perusahaan pada tanggal 22 September 2006.

Fasilitas pinjaman ini telah seluruhnya dicairkan pada tanggal 23 Desember 2010.

Berdasarkan perjanjian, suku bunga pinjaman untuk setiap periode bunga yang dikenakan adalah tingkat persentase per tahun agregat dari marjin (4% per tahun, atau 5% per bulan terjadi pelanggaran atas rasio keuangan yang

dipersyaratkan) ditambah SIBOR untuk off-shore lender dan suku bunga diskonto LPS untuk on-shore lender dengan

dasar pro-rata yang ditentukan oleh agen.

Fasilitas pinjaman ini dikenakan suku bunga mengambang, sehingga Perusahaan dan anak perusahaan dipengaruhi risiko arus kas terhadap tingkat bunga.

Fasilitas pinjaman ini dijamin secara fiducia dengan property investasi dan aset tetap Perusahaan yang terdiri dari Plaza Indonesia, Hotel Grand Hyatt, The Plaza dan Keraton, seluruh piutang dan pendapatan yang ada dan yang akan diterima atas pendapatan dari Hotel, sewa dan penjualan Keraton.

Perjanjian pinjaman mencakup persyaratan antara lain membatasi Perusahaan untuk menurunkan jumlah modal, melakukan merger, menjual atau mengalihkan asetnya kepada pihak diijinkan lain, membuat pinjaman lain selain yang dijinkan oleh bank, memberikan pinjaman kepada siapapun atau memberikan garasi kepada seseorang. Perusahaan juga diminta untuk menjaga rasio keuangan tertentu yang dihitung berdasarkan laporan keuangan konsolidasi, yaitu perbandingan antara total hutang dengan kekayaan bersih berwujud tidak lebih dari 2 kali, debt service ratio tidak lebih dari 1,25 kali security cover ratio tidak kurang dari 2.5 kali, total debt to EBITDA ratio untuk laporan keuangan per 31 Desember 2011 tidak lebih dari 4 kali dan untuk laporan keuangan setelah 31 Desember 2011 tidak melebihi 3,5 kali.

Club Deal dari PT Bank Sinarmas

PT Plaza Lifestyle Prima (PLP), anak perusahaan dari SMI memperoleh fasilitas dalam bentuk pinjaman Club Deal dari PT Bank Sinarmas bersama dengan PT AB Sinarmas Multifinance sebesar Rp 180 milyar dengan periode fasilitas pinjaman dari 25 September 2007 sampai dengan 25 September 2013 dan bunga tahunan sebesar 13% dari PT Bank Sinar Mas dan 16% dari PT AB Sinarmas Multifinance.

(28)

24

Fasilitas pinjaman ini dikenakan suku bunga tetap, sehingga Perusahaan dan anak perusahaan dipengaruhi risiko nilai wajar tingkat bunga.

Tujuan pinjaman adalah untuk melaksanakan pembangunan proyek FX Lifestyle Prima. Fasilitas pinjaman kredit ini dijaminkan dengan tagihan kepada seluruh tenant (future receivable), corporate guarantee dari PT Sarana Mitra Investama dan PT Aneka Bina Lestari, pengalihan hak pengelolaan Sudirman Place dari PLP kepada Bank Sinarmas, gadai saham PLP milik PT Aneka Bina Lestari dan PT Sarana Mitra Investama.

Selama jangka waktu kredit, PLP tidak diperkenankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut kecuali dengan persetujuan dari bank Sinarmas: menyatakan atau dinyatakan bangkrut atau pailit, membagikan deviden kepada pemegang saham, melunasi hutang pemegang saham, membayar bunga atas hutang kepada pemegang saham, pinjaman kepada pemegang saham menjadi subordinasi (dibawah) dari pinjaman Bank Sinarmas, melakukan perubahan susunan pemegang saham dan melakukan penarikan atas modal yang sudah disetor penuh.

Pada tanggal 25 Pebruari 2011, seluruh hutang Club Deal telah dilunasi. Pinjaman Sindikasi

Pada tanggal 22 September 2006, Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman sindikasi dari 10 bank asing dan kreditur lokal yang dikoordinasi oleh Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

Fasilitas pinjaman maksimum sebesar US$ 150.000.000, digunakan untuk pembayaran kembali hutang Perusahaan dan PIFBV kepada Sumitomo Bank dan untuk membiayai proyek perluasan Plaza Indonesia.

Pencairan pertama fasilitas pinjaman sebesar US$ 26.600.000 telah dilakukan pada tanggal 29 September 2006 dan pencairan dana pinjaman selanjutnya akan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan proyek perluasan dalam waktu 3 tahun setelah pencairan pertama.

Berdasarkan perjanjian, pinjaman dikenakan bunga per tahun sebesar LIBOR ditambah 3,85%. Jangka waktu pinjaman adalah 60 bulan sejak tanggal pencairan pertama fasilitas pinjaman dan jadwal pembayaran kembali adalah setiap 3 bulanan yang akan dimulai pada bulan ke – 39.

Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan beberapa bidang tanah seluas 45.010 meter persegi beserta bangunan hotel dan pusat perbelanjaan diatasnya, menyerahkan secara fidusia hak kepemilikan atas piutang hotel dan pusat perbelanjaan, persediaan, mesin, peralatan dan semua harta berwujud yang dimiliki Perusahaan; hak atas penyewaan; rekening deposit bank, capital expenditure dan escrow yang diijinkan.

Perjanjian pinjaman mencakup persyaratan antara lain Bimantara grup, Sinar Mas grup dan Ometraco grup tetap menjadi pemegang saham Perusahaan dan secara bersama-sama menjadi pemegang saham mayoritas Perusahaan dan pengendali manajemen, Perusahaan tidak diperkenankan untuk berhenti (delisted) dari keanggotaannya pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) serta Perusahaan diminta untuk menjaga rasio keuangan tertentu yang dihitung berdasarkan laporan keuangan konsolidasi, yaitu perbandingan antara total hutang dengan kekayaan bersih berwujud tidak lebih dari 2,5:1,0, rasio modal kerja tidak kurang dari 0,5:1,0 dan perbandingan antara laba sebelum beban pajak, penyusutan dan amortisasi dengan beban bunga tidak kurang dari 1,0:1,0.

Pada tanggal 11 Oktober 2007, Perusahaan telah menginformasikan kepada Sumitomo Mitsui Banking Corporation bahwa saham Perusahaan yang dimiliki oleh PT Global Mediacom Tbk (dahulu PT Bimantara Citra Tbk) telah dijual yang mana merupakan bagian dari rencana restrukturisasi di dalam Group PT Global Mediacom Tbk dan bahwa susunan manajemen Perusahaan tidak mengalami perubahan.

Jadwal pembayaran pinjaman adalah sebagai berikut:

Persentase pinjaman

Tahun pembayaran yang dibayar

2009 5%

2010 40%

2011 55%

Jumlah 100%

Pada tanggal 23 Desember 2010 Perusahaan telah mempercepat pelunasan sisa pinjaman sebesar US$ 105.000.000.

Referensi

Dokumen terkait

Buy on Weakness : Harga berpotensi menguat namun diperkirakan akan terkoreksi untuk sementara Trading Buy : Harga diperkirakan bergerak fluktuatif dengan

1) Pemilik perusahaan terutama untuk perusahaan yang pemimpinya diserahkan kepada orang lain seperti perseroan karena dengan laporan keuangan tersebut, pemilik perusahaan

bahwa sesuai ketentuan Pasal 263 ayat (3) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program

Tema yang ditampilkan adala luxury of Kenyah, Berdasarkan lokasi Bandara Sepinggan yang terletak di Kalimantan Timur, penulis mencoba mengekspos keunikan dari suku

Hanafiyah berpendapat bahwa ijarah batal karena adanya uzur sebab kebutuhan, atau manfaat akan hilang apabila ada uzur. Uzur adalah sesuatu yang baru menyebabkan

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian yaitu profitabilitas (ROA), leverage (DER) ukuran perusahaan (SIZE) dengan Corporate Social Responsibility (CSR)

Komputasi awan menjanjikan penghematan dana pada pengembangan sistem automasi perpustakaan, dengan menggunakan basis open source dan ketersediaan utility serta aplikasi

Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam mewujudkan terdaftarnya seluruh bidang tanah di wilayah Indonesia serta menjamin kepastian hukum hak atas tanah bagi Warga