• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Padi Sawah

Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Pengertian iklim ini menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim ( AAK, 2006).

Tanaman padi membutuhkan curahan hujan yang baik rata-rata 200 mm/bulan atau tumbuh dengan disteribusi selama empat bulan, sedangkan curahan hujan yang dikehendaki/tahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi. Padi sawah membutuhkan tanah lumpur dengan kandungan ketiga fraksi (pesir, lempung , debu) dengan perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 4-7 dengan kedalaman olah tanah 18 cm ( AAK, 1992).

Tanaman padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit. Di Indonesia kombinasi antara iklim tropis, varietas dan ketersediaan tanaman padi sepanjang tahun sangat cocok untuk perkembangan hama dan penyakit. Adapun hama padi adalah wereng coklat, tikus, dan penggerek batang. Penyakit padi dapat digolongkan kedalam bakteri, jamur, dan virus. Penyakit bakteri antara lain hawar daun atau hawar daun jingga. Penyakit jamur antara

(2)

lain hawar pelepah, busuk batang, bercak coklat, dan blast. Penyakit virus antara lain tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput. Cara pengendalian hama dan penyakit padi biasanya terdiri dari berbagai macam. Dalam pelaksanaannya sebaiknya cara itu saling menunjang atau memungkinkan dilakukan secara terpadu baik itu secara mekanis, biologis dan kimiawi. Biasanya dari beberapa cara yang tersedia yang dapat disarankan adalah penanaman untuk padi sawah ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena itu, air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangat sulit diatur karena sumber air berasal dari hujan sehingga tergantung dari keadaan cuaca (Suparyono dan A.Setyono, 1997).

2.1.2. Irigasi

Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (1) menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam mengadapi kekeringan jangka pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan lwat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan melarutkan garam dalam tanah (Pusposutardjo, 2001).

(3)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2010), berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:

a.Irigasi sederhana (Non Teknis) b.Irigasi semi teknis

c.Irigasi teknis

Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yaitu :

1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk.

2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak- petak tersier.

3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.

4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

A. Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Jaringan

(4)

irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan kelemahan yakni :

a) Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur

b) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.

c) Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek.

B. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.

C. Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah - sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah – sawah ke saluran pembuang.

(5)

Dipandang dari sudut pertanian rakyat, pengairan memiliki beberapa fungsi penting diantaranya:

1. Mendatangkan air sebagai bahan yang diperlukan untuk kehidupan tanaman, ikan dan ternak.

2. Membantu meniadakan/mengurangi keganjilan dan peredaran hujan. 3. Mempertahankan atau manambah kesuburan tanah.

4. Dan lain-lain seperti: membersihkan tanah ari racun dan hama, mengatur tingginya panas tanah, menimbun tanah rendah dan membuang kotoran dari kota (Kaslan, 1991).

Kebijakan pembangunan irigasi nampak menonjol sekali dalam pelita V, karena hal inilah maka konstribusi sektro pertanian semakin nyata bahkan produksi padi kini menjadi cukup besar sehingga mampu memenuhi konsumsi dalam negeri. Pertanian irigasi dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi, karena faktor air yang tersedia dalam jumlah cukup dan akan mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan produksi pertanian (Soekartawi, 1995).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sikap

Sikap merupakan kencenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau bahkan menginginkan kehadiran objek tertentu. Sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2002).

(6)

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik perskalaan likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap. (Daniel,1992).

Menurut Soediyanto (1978) menyebutkan bahwa sikap petani diartikan sebagai suatu kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong royong secara swadaya. Sikap (“attitude”) adalah suatu kecendrungan yang agak stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi tertentu. Menurut Sarwono (1976) juga menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan individu untuk mengambil tindakan secara tertentu terhadap objek tertentu yang sedang dihadapinya. Dan menurut gerungan Sikap juga diartikan sebagai suatu pandangan atau sikap perasaan, dimana sikap itu diikuti oleh Menurut Nuraini dan Sudarta, (1991) kecenderungan untuk bersikap sesuai dengan objek itu sendiri. Disebutkan bahwa sikap positif akan terjadi apabila terdapat suatu kecendrungan untuk menerima perilaku yang dianjurkan, dan sebaliknya sikap negatif terjadi jika terdapat kecendrungan yang menolak terhadap suatu objek tertentu. Diantara sikap yang positif dan negatif tersebut terdapat sikap yang ragu-ragu (Sedana, 2009).

(7)

2.2.2. Produktivitas

Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi . Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani. Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003).

Produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas yang ditanam dan populasi tanaman. Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapat perhatian yang seksama. Kekurangan unsur hara yang diperlukan tanaman dapat diberikan melalui pemupukan disertai pengolahan tanah yang baik (Subandi dkk,1988).

Upaya peningkatan produksi, dapat mengandalkan pada pertanaman sawah irigasi. Namun, dengan berbagai kendala upaya yang telah dilakukan belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produksi beras nasional. Dalam jangka panjang, pengembangan lahan potensial dengan mengembangkan berbagai teknologi (benih, sistem usaha, dan infrastruktur lain) tetap dilakukan secara terencana, bertahap, dan konsisten (Kartasapoetra, 1994).

Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi penting dalam usahatani padi sawah, disamping lahan, modal (benih, pupuk, dan pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi varietas unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apa- bila tersedia air yang cukup. Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan mampu

(8)

meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi produksi ke atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya, serta masyarakat desa pada umumnya. Kesejahteraan masyarakat desa tercermin dari semakin meningkatnya pendapatan mereka dan dengan distribusi pendapatan yang makin merata di antara mereka (Haryono, 2004).

2.2.3. Skala Likert

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sangat populer di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki rehabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar,2007).

Menurut Suryabrata (2002), skala likert tergolong skala untuk orang, pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenan dengan pengukuran sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai berikut: 1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran

(9)

2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif.

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik- tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang terukur ini dapat dijadikan titk tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan Ridwan, 2007).

Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Prosedur penskalaan model likert didasari oleh dua asumsi dapat disepakati sebagai berikut :

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori

(10)

jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu ragu” (R), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS).

Mueller, (1992) merumuskan untuk mengukur skala likert sebagai berikut

Keterangan :

T = skor standar X = skor responden

xrataan = rata-rata skor kelompok S = deviasi standar kelompok Kategori interpretasi nilai T, apabila: T > 50 = Sikap Positif

T ≤ 50 = Sikap Negatif

Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut apakah positif atau negatif terhadap keberadaan irigasi di daerah penelitian. Jika petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa petani memiliki sikap positif yaitu puas dengan adanya irigasi tersebut dan sebaliknya jika petani memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa petani tidak puas dengan adanya irigasi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Sitompul (2015) dalam penelitian berjudul “Sikap Petani Terhadap Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Simanampang, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara” dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis skala likert, dan

(11)

analisis korelasi rank spearman dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian perkembangan organisasi P3A selama lima tahun terakhir di daerah penelitian mengalami peningkatan pada jumlah anggota dengan jumlah rata-rata 6,4% per tahun. Rapat anggota selalu terlaksana. Sedangkan banyaknya iuran wajib P3A yang harus dibayar petani anggota mengalami penurunan.

Siregar (2015) “Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra” Metode analisis yang digunakan adalah metode teknik penskalaan likert. Penentuan daerah penelitian dengan metode purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan diperoleh nilai sebesar 69,57% Petani Bunga Sampang menyatakan sikap yang positif terhadap kemitraan dengan PD Rama Putra. Artinya kemitraan yang dilaksanakan antara Kelompok Tani Bunga Sampang dengan PD Rama Putra di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik. Dan masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan fasilitas dan sarana prasarana yang tidak mendukung dalam proses perpindahan barang ke pihak eksportir.

Yanti (2010), “Sikap Petani Di Lokalitas Percontohan Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo”. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif, dan untuk mengukur sikap petani di lokalitas percontohan dianalisis dengan teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Realisasi program agropolitan di lokalitas percontohan Desa Nagalingga Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, sudah berjalan dan telah direalisasikan

(12)

walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian bantuan berupa pemberian pupuk, bibit, dan obat-obatan. Sikap petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program agropolitan adalah sebanyak 18 orang (60 %) dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 12 orang (40%).

2.4 Kerangka Pemikiran

Padi sawah merupakan komoditas tanaman yang sudah sejak berabad abad telah dibudidayakan oleh kalangan petani terutama di indonesia sendiri. Tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi ini akan selamanya di butuhkan karena padi merupakan tanaman penghasil beras guna untuk kebutuhan konsumsi makanan dan kebutuhan bagi masyarakat indonesia.

Kita ketahui sistem usahatani padi sawah memiliki beberapa sistem salah satunya sistem padi sawah irigasi. Pada sistem sawah irigasi jumlah air yang diperlukan untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, untuk itu diperlukan sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi dan efisien dalam pemanfaatan air. Sehingga kita ingin melihat bagaimana sikap petani terhadap sistem irigasi tersebut apakah bersikap positif atau negatif.

Dari sistem irigasi banyak permasalahan permasalahan diharapkan dapat membantu dalam peningkatkan produktivitas padi sawah yang akan menguntungkan petani. Maka perlu adanya upaya upaya apa saja yang dapat meningkatkan produktivitas padi sawah irigasi.

(13)

Dan pemaparan secara ringkas dari kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Sikap petani terhadap keberadaan irigasi ditempat penelitian menunjukkan sikap positif. Negatif = menyatakan hubungan = menyatakan hasil Keterangan : Padi Sawah Petani Sikap Petani Irigasi Produktivitas Upaya Peningkatan Positif Permasalahan Upaya Penyelesaian Masalah

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

• Gambar dan Tabel semua di mention dalam teks karya ilmiah • Bahasa inggris yang benar, tidak campur dengan bahasa

Di dalam perancangan pembuatan sistem informasi inventaris laboratorium berbasis Web pada STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, dapat disimpulkan bahwa adanya website

Langkah pengerjaannya adalah pembuatan database di MySQL, migrasi dari data yang sebagian ada di Microsoft Excel ke MySQL, menyiapkan web server apache, membuat

Hasil pengujian model menggunakan GSCA menunjukkan bahwa hasil positif dan signifikan dengan nilai critical rasio sebesar 2.35 dan koefisien jalur sebesar 0.611,

[r]

hidup dari pengembangan sistem merupakan suatu bentuk yang digunakan. untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah di dalam

Menguraikan besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui pengembangan kawasan eks transmigrasi, dengan membandingkan antara

Berdasarkan pengertian psikologi dan Linguistik pada uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik