• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individual Anggota Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Karakteristik Individual Anggota Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDUAL DAN SOSIAL EKONOMI ANGGOTA MASYARAKAT SERTA DUKUNGAN PEMIMPIN, PROGRAM DAN

KELEMBAGAAN NON FORMAL DENGAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN HUTAN

Kajian hubungan peubah bebas (karakteristik masyarakat, dukungan program, dukungan pemimpin dan dukungan kelembagaan non formal) dengan peubah respon (partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan) dilakukan dengan uji korelasi/asosiasi/hubungan Spearman (rs), yang dijabarkan pada uraian di

bawah ini.

Hubungan Karakteristik Individual Anggota Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

Karakteristik individual masyarakat yang diamati dalam penelitian ini meliputi : (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pekerjaan, (5) asal, (6) pengetahuan tentang pelestarian hutan, dan (7) kebutuhan. Hasil uji korelasi karakteristik individual masyarakat dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan tersebut pada Tabel 23.

Tabel 23. Korelasi (rs) Karakteristik Individual Anggota Masyarakat dengan

Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

PEUBAH RESPON NO. PEUBAH BEBAS Perencanaan

(Y1) Pelaksanaan (Y2) Evaluasi (Y3) Pemanfaatan (Y4) Partisipasi (Y) 1. Umur (X1.1) 0,145 0,410** 0,226* 0,178 0,327** 2. Pendidikan Formal (X1.2) 0,400** - 0,257** 0,344** 0,272** 0,154

3. Pendidikan non Formal (X1.3) 0,151 - 0,345** 0,183 0,021 - 0,112

4. Alokasi waktu untuk bekerja (X1.4.1)

0,105 0,125 0,064 0,227* 0,167

5. Kesesuaian pekerjaan dengan pelestarian hutan (X1.4.2) 0,278** 0,285** 0,263** 0,418** 0,409** 6. Pekerjaan (X1.4) 0,283** 0,207** 0,252** 0,364** 0,349** 7. Asal (X1.5) - 0,073 0,128 - 0,045 - 0,038 - 0,017 8. Pengetahuan tentang pelestarian hutan (X1.6) 0,419** 0,336** 0,470** 0,441** 0,512** 9. Kebutuhan Biologik (X1.7.1) 0,048 0,626** - 0,124 0,370** 0,405** 10. Kebutuhan Psikologik (X1.7.2) 0,234** 0,873** 0,312** 0,526** 0,663** 11. Kebutuhan Sosiologik (X1.7.3) 0,569** 0,315** 0,538** 0,502** 0,615** 12. Kebutuhan (X1.7) 0,386** 0,844** 0,371** 0,649** 0,779**

Sumber : Data Primer Diolah, 2006

Keterangan : ** sangat nyata pada tingkat kesalahan 0,01 * nyata pada tingkat kesalahan 0,05

(2)

Dari Tabel 23, data menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara umur dengan rata-rata partisipasi masyarakat. Hubungan sangat nyata juga terlihat pada variabel umur dengan pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan antara peubah umur dengan perencanaan dan pemanfaatan tidak terbukti kuat berhubungan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa makin meningkat umur makin tinggi partisipasinya dalam pelaksanaan dan evaluasi, namun tidak terbukti kuat berhubungan dengan perencanaan dan pemanfaatan. Hal ini diduga terkait dengan tanggung jawab sosial yang diemban oleh petani hutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sejalan dengan bertambahnya umur, sehingga mempunyai tanggung jawab mencari tambahan penghasilan dengan menggarap lahan hutan. Fenomena ini juga berkaitan dengan ketertarikan masyarakat dimana makin muda usianya maka makin tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam pelestarian hutan.

Pendidikan formal berkorelasi nyata dengan aspek-aspek partisipasi. Pendidikan Formal mempunyai hubungan nyata positif terhadap perencanaan, evaluasi dan pemanfaatan, dimana makin tinggi pendidikan forma l maka makin tinggi pula partisipasinya dalam perencanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Hal ini berkaitan makin tinggi pendidikan maka makin komprehensif dalam berpikir sehingga mampu merencanakan, mengevaluasi dan memanfaatkan dengan baik. Muhadjir (1982) juga menyebutkan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap partisipasinya pada tingkat perencanaan. Semakin tinggi pendidikan dapat diharapkan semakin baik pula cara berpikir dan bertindaknya, jika mengemban tugas dapat diharapkan tugas itu dapat dilaksanakan dengan baik.

Selanjutnya, pendidikan formal juga mempunyai hubungan nyata negatif dengan pelaksanaan. Hal ini berkaitan dengan makin tinggi pendidikan maka makin besar memperoleh kesempatan mendapatkan pekerjaan layak, dimana lebih mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan menjadi petani hutan. Fenomena ini juga terlihat di lapangan bahwa makin tinggi pendidikan maka mereka lebih tertarik bekerja di kota Tangerang/Jakarta baik sebagai buruh/kuli, berdagang, karyawan industri, mengojek dan lain- lain. Disamping itu hal ini diduga bahwa makin tinggi pendidikan, individu cenderung tidak menyukai terjun langsung dalam bidang pertanian hutan atau mengambil sumberdaya hutan secara langsung.

Pendidikan non formal tidak terbukti kuat berhubungan dengan perencanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Hubungan negatif nyata terlihat pada pendidikan non formal terhadap pelaksanaan, artinya makin tinggi pendidikan non formal individu maka makin

(3)

rendah partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian hutan khususnya bertani hutan. Hal ini terjadi sama halnya dengan pendidikan formal yaitu pada umumnya pendidikan non formal adalah pendidikan yang memberikan ketrampilan-ketrampilan yang memperluas kesempatan individu untuk bekerja menambah penghasilan yang lebih baik sehingga tidak tertarik untuk bertani hutan.

Hubungan yang kuat positif juga terlihat antara pekerjaan dengan partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaaatan hasil, makin sesuai pekerjaaan dengan kegiatan-kegiatan pelestarian hutan maka makin tinggi partisipasinya. Hal ini terjadi karena masyarakat desa hutan sebagai petani, telah berpengalaman dan menguasai teknik-teknik mengolah lahan dan memelihara tanaman sehingga tidak mengalami kesulitan dalam bertani di kawasan hutan.

Alokasi waktu untuk bekerja hanya berhubungan nyata positif dengan pemanfaatan, artinya makin tinggi waktu yang dialokasikan maka partisipasi dalam pemanfaatan hasilnya makin tinggi. Hal ini disadari bahwa dengan makin tinggi mengalokasikan waktu untuk bekerja maka hasil yang diperoleh petani hutan makin tinggi.

Peubah asal individu mempunyai hubungan yang negatif namun tidak terbukti kuat berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan.

Pengetahuan tentang pelestarian hutan terbukti kuat berhubungan positif dengan partisipasi masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun pelaksanaan. Makin tinggi tingkat pengetahuannya tentang pelestarian hutan, masyarakat cenderung tertarik untuk turut serta melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Hal ini dimengerti bahwa makin tinggi pengetahuan tentang pelestarian hutan, maka makin menyadari arti pentingnya hutan, khususnya bila ditinjau dari manfaat (benefit) ekonomi keluarga dan dikaitkan dengan adanya program PHBM Perum Perhutani, meskipun mereka belum menyadari manfaat lingkungan yang diperoleh meliputi : (1) kesegaran udara, (2) kualitas air tanah yang bagus (4) stabilitas suplai air tanah (3) terhindar dari bahaya banjir dan longsor (4) keindahan alam meliputi bentang alam, flora dan fauna. Berdasarkan beberapa penelitian bahwa manfaat lingkungan ini dinilai lebih tinggi daripada manfaat ekonomi yang diperoleh dari kelestarian kawasan hutan.

Demikian pula dengan kebutuhan masyarakat, peubah ini mempunyai hubungan positif sangat kuat dengan partisipasinya, makin tinggi kebutuhannya maka makin

(4)

tinggi pula partisipasinya dalam pelestarian hutan. Hal ini terjadi mengingat masyarakat desa hutan memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar diperoleh dari kawasan hutan baik dari bertani di hutan, mencari kayu bakar, buruh/kuli persemaian/pemeliharaan/penebangan/penyaradan/pengangkutan, berjualan di kawasan tebangan dan lain- lain.

Dari hasil penelitian, kebutuhan biologik hanya berkorelasi nya ta dengan partisipasi pelaksanaan dan pemanfaatan, dan tidak terbukti kuat berhubungan dengan perencanaan dan evaluasi. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan sandang sehingga masyarakat merasa perlu turun langsung dalam pelaksanaan dan pemanfaatan hasil bertani hutan. Pelaksanaan dan pemanfaatan mempunyai makna tinggi dalam memperoleh hak terhadap hasil yang didapat (baik padi maupun kayu).

Kebutuhan psikologik dan kebutuhan sosiologik berkaitan positif nyata dengan seluruh aspek partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun pemanfaatan. Kebutuhan masyarakat akan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan pekerjaan, keinginan untuk bersosialisasi akan meningkatkan partisipasi mereka. Mereka akan merasa aman dan nyaman serta merasa bersosialisasi dengan turut serta menjadi anggota KTH, karena lingkungan desanya merupakan kawasan hutan yang otoritasnya berada pada Perum Perhutani, sehingga mereka merasa tidak dikucilkan dan diperhatikan oleh pemerintah. Mereka merasa mendapatkan penghargaan sosial dari pemerintah (Perum Perhutani). Status mereka di desa meningkat dengan menjadi anggota KTH, apalagi sebagai pengurus. Selain itu, KTH merupakan arena mereka bertukar fikiran, bertukar pengalaman, tempat mencari solusi jika ada permasalahan-permasalahan pertanian maupun permasalahan-permasalahan lain, saling membantu dan bergotong royong. Selanjutnya mereka juga merasa mempunyai jembatan antara dirinya sebagai anggota masyarakat dengan pemerintah.

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

Karakteristik sosial ekonomi anggota masyarakat dalam penelitian ini meninjau tentang penghasilan masyarakat baik penghasilan per bulan maupun penghasilan yang diperoleh dari kegiatan PHBM. Sedangkan sistem nilai ditinjau dari hakikat hidup, hakikat lingkungan alam, hakikat karya, hakikat waktu dan hakikat lingkungan sosial.

(5)

Kajian lebih jauh mengenai korelasi antara peubah bebas karakteristik sosial ekonomi masyarakat dengan partisipasinya disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Korelasi (rs) Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Masyarakat

dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

PEUBAH RESPON No PEUBAH BEBAS Perencanaan

(Y1) Pelaksanaan (Y2) Evaluasi (Y3) Pemanfaatan (Y4) Partisipasi (Y) 1. Penghasilan per bulan

(X1.8.1) 0,296** - 0,179 0,259** 0,177 0,080** 2. Penghasilan dari PHBM (X1.8.2) 0,193* 0,226* 0,155 0,361** 0,312** 3. Penghasilan (X1.9) 0,329** - 0,003 0,281** 0,348** 0,243** 4. Hakikat Hidup (X1.9.1) 0,302** 0,244** 0,192* 0,298** 0,372** 5. Hakikat Lingkungan alam (X1.9.2) 0,508** 0,382** 0,639** 0,582** 0,652** 6. Hakikat Karya (X1.9.3) 0,308** 0,185* 0,324** 0,338** 0,324** 7. Hakikat Waktu (X1.9.4) 0,276** - 0,066 0,253** 0,222** 0,152 8. Hakikat lingkungan sosial (X1.9.5) 0,485** 0,178 0,520** 0,509** 0,475** 9. Sistem Nilai (X1.9) 0,552** 0,300** 0,590** 0,592** 0,604**

Sumber : Data Primer Diolah, 2006

Keterangan : ** sangat nyata pada tingkat kesalahan 0,01 * nyata pada tingkat kesalahan 0,05

Dari Tabel 24 menunjukkan bahwa penghasilan baik penghasilan perbulan ataupun penghasilan dari PHBM mempunyai hubungan positif kuat dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan. Makin meningkat penghasilan maka makin meningkatkan partisipasinya. Makin tinggi penghasilan, maka makin tertarik untuk berpartisipasi.

Lebih jauh lagi bahwa penghasilan per bulan berkorelasi positif kuat dengan perencanaan dan evaluasi. Hal ini berkaitan dengan masyarakat yang berpenghasilan tinggi cenderung akan berpartisipasi tinggi dalam perencanaan dan evaluasi, dan tidak terbukti kuat berkorelasi dengan pelaksanaan dan pemanfaatan. Alasan lain adalah bahwa jika masyarakat mempunyai penghasilan tinggi, maka mereka enggan untuk turut serta dalam kegiatan bertani hutan dan memanfaatkan hasilnya karena hasil yang diperoleh dari kegiatan bertani hutan tidak menjamin dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

Hasil penelitian menemukan bahwa penghasilan dari kegiatan PHBM hanya berkorelasi kuat positif dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan, serta tidak terbukti berkorelasi dengan partisipasi dalam evaluasi. Hal ini berkaitan

(6)

dengan kegiatan faktor penentu tinggi rendahnya hasil PHBM adalah dalam perencanaan dan pelaksanaan. Sedangkan kaitannya dengan pemanfaatan, bahwa bila hasil yang diperoleh tinggi maka penghasilan PHBM akan makin tinggi pula. Korelasi tidak dijumpai dalam kegiatan evaluasi karena kegiatan ini jarang dilakukan, sehingga tidak cukup bukti terkait dengan penghasilan masyarakat dari kegiatan PHBM.

Peubah sistem nilai yang dianut masyarakat juga berhubungan erat positif dengan partisipasinya. Makin berorientasi pada harkat dan martabat, kelestarian alam, peningkatan kualitas kerja, penghargaan waktu, dan berorientasi kepada keserasian kepentingan pribadi dan masyarakat maka makin meningkatkan partisipasi. Khusus hakikat waktu ternyata tidak cukup bukti kuat berhubungan dengan pelaksanaan meskipun menunjukkan hubungan yang negatif. Demikian pula dengan hakikat lingkungan sosial tidak cukup bukti kuat berkorelasi dengan kegiatan pelaksanaan PHBM.

Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

Karakteristik pemimpin dalam penelitian ini mengkaji pemimpin formal dan pemimpin non formal, baik ditinjau dari dukungan, tipe kepemimpinan maupun pengalaman memimpin. Kajian korelasi antara peubah bebas karakteristik pemimpin dengan partisipasinya dalam pelestarian hutan dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Korelasi (rs) Karakteristik Pemimpin dengan Partisipasi Masyarakat

dalam Pelestarian Hutan

PEUBAH RESPON No PEUBAH BEBAS Perencanaan

(Y1) Pelaksanaan (Y2) Evaluasi (Y3) Pemanfaatan (Y4) Partisipasi (Y) 1. Dukungan Pemimpin Formal (X2.1) 0,603** 0,311** 0,567** 0,490** 0,563** 2. Dukungan Pemimpin Non Formal (X2.2) 0,454** 0,141 0,438** 0,293** 0,302**

3. Tipe Pemimpin Formal (X2.3)

- 0,038 0,316** 0,107 0,071 0,202**

4. Tipe Pemimpin Non Formal (X2.4) 0,112 0,050 0,261** - 0,013 0,070 5. Pengalaman Pemimpin Formal (X2.5) 0,027 - 0,083 - 0,164 - 0,094 - 0,084 6. Pengalaman Pemimpin Non Formal (X2.6) 0,296** - 0,201** 0,046 0,094 0,010

Sumber : Data Primer Diolah, 2006

Keterangan : ** sangat nyata pada tingkat kesalahan 0,01 * nyata pada tingkat kesalahan 0,05

(7)

Dari hasil kajian korelasi seperti Tabel 25 menunjukkan bahwa dukungan pemimpin formal dan pemimpin non formal berhubungan erat dengan partisipasi masyarakat, baik di bidang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Hasil penelitian Ginting (1999) mengemukakan bahwa peranan pemimpin baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap upaya menggerakkan masyarakat. Hasil penelitian Ginting juga mengemukakan bahwa peran pemimpin yang paling menonjol dapat menggerakkan partisipasi masyarakat adalah memotivasi pengikut. Dengan adanya dukungan dari pemimpin, maka warga kelompok termotivasi untuk berpartisipasi dan mendapat keluasan kesempatan. Sudut pandang lain juga memberikan makna bahwa dukungan pemimpin merupakan penggerak psikologis bagi warga masyarakat. Namun demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan pemimpin non formal tidak cukup bukti berkorelasi kuat dengan partisipasi dalam pelaksanaan, artinya bahwa dukungan pemimpin non formal tidak dapat menjamin peningkatan/penur unan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan PHBM.

Selanjutnya hasil penelitian juga menemukan bahwa tipe kepemimpinan formal berhubungan sangat nyata dengan partisipasi masyarakat, makin demokratis seorang pemimpin formal, maka makin tinggi partisipasi masyarakat, khususnya dalam pelaksanaan. Namun demikian tipe kepemimpinan non formal tidak terbukti kuat berhubungan dengan partisipasi masyarakat, artinya tipe demokratis ataupun otoriter seorang pemimpin non formal tidak menjamin terjadinya peningkatan/penur unan tingkat partisipasi khususnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Meskipun demikian, kedemokratisan pemimpin non formal berkaitan erat dengan evaluasi.

Demikian pula pengalaman pemimpin, baik pemimpin formal maupun pemimpin non formal tidak terbukti kuat berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Dalam hasil kajian korelasi ditemukan adanya korelasi negatif antara pengalaman pemimpin formal dengan tingkat partisipasi masyarakat, akan tetapi belum cukup kuat bukti pada taraf kesalahan (p) < 0,05.

Untuk pengalaman pemimpin non formal ditemukan ada korelasi kuat negatif dengan partisipasi dalam pelaksanan, artinya makin lama memimpin maka akan menurunkan partisipasi dalam pelaksanaan. Hal ini diduga berkaitan dengan pemimpin non formal di wilayah penelitian pada umumnya mempunyai gaya kepemimpinan yang otoriter (97,5%), sehingga makin lama memimpin maka pengikut akan merasa jenuh dengan gaya otoriterisme. Namun demikian, korelasi kuat positif ditemukan antara

(8)

pengalaman pemimpin non forma l dan perencanaan. Hal ini berkaitan dengan makin lama memimpin maka pengetahuan tentang merencanakan sesuatu semakin tinggi sehingga ditiru oleh pengikutnya dalam perencanaan kegiatan PHBM.

Hubungan Dukungan Program dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

Dukungan program dalam penelitian ini mengkaji program penyuluhan, baik intensitas penyuluhan, metode penyuluhan maupun kemampuan penyuluhnya. Selain itu juga dikaji sarana dan prasarananya. Kajian korelasi antara peubah bebas dukungan program dengan partisipasinya dalam pelestarian hutan dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Korelasi (rs) Dukungan Program dengan Partisipasi Masyarakat

dalam Pelestarian Hutan

PEUBAH RESPON No PEUBAH BEBAS Perencanaan

(Y1) Pelaksanaan (Y2) Evaluasi (Y3) Pemanfaatan (Y4) Partisipasi (Y) 1. Intensitas Penyuluhan (X3.1) 0,395** 0,491** 0,403** 0,436** 0,567** 2. Metode Penyuluhan (X3.2) 0,041 - 0,020 0,015 - 0,001 0,037 3. Kemampuan Penyuluh (X3.3) 0,383** 0,229** 0,484** 0,413** 0,469** 4. Sarana Prasarana (X3.4) - 0,143 - 0,019 - 0,151 - 0,109 - 0,167 Sumber : Data Primer Diolah, 2006

Keterangan : ** sangat nyata pada tingkat kesalahan 0,01 * nyata pada tingkat kesalahan 0,05

Dari data korelasi pada Tabel 26 mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara intensitas penyuluhan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Makin tinggi intensitas penyuluhan maka akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Makin tinggi intensitas penyuluhan maka makin tinggi pula transfer ilmu dan inovasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat cenderung tahu, yang pada akhirnya akan mau dan mampu berpartisipasi.

Demikian juga dengan kemampuan penyuluh, makin meningkat kemampuan penyuluh maka akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dapat disadari bahwa makin mampu penyuluh, artinya makin tinggi ilmu pengetahuan dan ketrampilan seorang penyuluh maka ia akan makin pandai dan piawai mempengaruhi masyarakat desa hutan untuk turut berpartisipasi dalam pelestarian hutan.

(9)

Metode yang digunakan dalam penyuluhan tidak terbukti nyata berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Namun terlihat adanya korelasi negatif pada pelaksanaan dan pemanfaatan. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluhan dengan metode kelompok akan menurunkan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan dan pemanfaatan. Hal ini diduga terkait dengan pembagian pekerjaan dalam pelaksanaan PHBM dan pembagian hasil menjadi tidak jelas, atau dapat pula terjadi dengan penyuluhan secara kelompok, sebagian petani hutan tidak bisa hadir secara rutin sehingga menurunkan partisipasi dalam pelaksanaan sehingga hasil pertaniannya pun menurun.

Demikian juga dengan sarana dan prasarana tidak cukup bukti kuat berkorelasi dengan partisipasi masyarakat. Bahkan terdapat korelasi negatif antara sarana dan prasarana meskipun data yang diperoleh dalam penelitian tidak dapat membuktikan kuatnya hubungan tersebut. Hal ini diduga terkait dengan makin tinggi sarana dan prasarana yang tersedia, maka partisipasi masyarakat desa hutan akan rendah karena cenderung lebih me milih mencari pekerjaan di luar kawasan hutan karena harapan penghasilan yang akan diperoleh lebih tinggi, misalnya berdagang, mengojek, kuli/buruh bangunan/industri, bahkan sampai ke Jakarta/Tangerang .

Hubungan Dukungan Kelembagaan Non Formal dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

Peubah bebas lain yang dikaji dalam penelitian ini adalah dukungan kelembagaan non formal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan kelembagaan berkorelasi sangat nyata pada taraf a = 0,01 dengan perencanaan (rs=0,531**),

pelaksanaan (rs=0,331**), evaluasi (rs=0,647**) dan pemanfaatan (rs=0,443**).

Korelasi yang kuat antara dukungan kelembagaan non formal dengan tingkat partisipasi masyarakat, artinya makin tinggi dukungan kelembagaan non formal maka makin meningkatkan partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Dengan adanya dukungan ini maka masyarakat desa hutan lebih termotivasi dan tergerak untuk tahu, mau dan mampu berpartisipasi. Selain itu dukungan ini memberikan efek psikologis, meningkatkan semangat dan tumbuh perasaan difasilitasi (paling tidak secara moril) oleh lembaga non formal yang ada.

Gambar

Tabel 24.   Korelasi  (r s )  Karakteristik  Sosial  Ekonomi  Anggota  Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 2.. Tabel 5 adalah berat nutrisi yang didapat dari makanan terpilih dan berat nutrisi yang sebenarnya dibutuhkan ibu.. Nutrisi yang lainnya sangat berlebihan. Ini disebabkan

Dikaitkan dengan perkara a quo, teori dan norma yang diatur dalam KUHAP adanya kesamaan bahwa saksi bersama-sama sebagai terdakwa dalam perkara terpisah maka tidak

Selanjutnya menjadi anggota kelompoktani juga memberikan manfaat dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi yang dilihat dari perbedaan efisiensi ekonomi relatif antara

Gambar 1 merupakan flowmap tabel laporan pada web. Setelah user melakukan pelaporan gangguan. Admin menerima data laporan tersebut lalu mengkonfirmasi laporan

Strategi komunikasi yang berkaitan dengan media yaitu media digunakan Nabi sebagai sarana untuk menyebarkan Islam dan ditujukan kepada khalayak luas, namun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam dua siklus dan analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Narapidana yang mendapat hukuman seumur hidup akan mengalami perubahan besar dalam kehidupannya, seperti keterbatasan dalam melakukan aktivitas, pekerjaan, kehidupan

Wawancara dilakukan kepada para pengunjung bandara SIM untuk melihat sudut pandang lain mengenai efek penggunaan ragam hias Aceh yang relatif banyak (terlampir pada data tabel)