SKRIPSI SARJANA SI
Gdar
Smrjtmm
PtudMikaB
UUm
I)
O M
M.IDRIS
NZM.(X3tOMM
j m M A / P n g r m TarMyak (PaiUiMaui Agam b i a s ) 1
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Hal : Pengantar Skripsi
Kepada Y t h .
Bapak Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Palembang
Assalamu ' A l a i k u m Wr. W b .
Setelah kami periksa dan diadakan perbaikan-perbaikan seperlunya, maka skripsi
berjudul " T E L A A H P E N D I D I K A N I S L A M M E N U R U T A L - G H A Z A L I " ditulis oleh
saudara M . Idris N i m 2009096 telah dapat diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang
Demikianlah terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr W b .
Pembimbing I , Pembimbing I I
Telah dimunaqasyahkan dan dipertahankan
di depan panitia penguji skripsi
Padatanggal 23 Agustus 2014
Skripsi i n i telah diterimah sebagai salah satu syarat
Memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd. 1)
Palembang, 23 Agustus 2014
Universitas Muhammadiyah Palembang
M O T T O D A N P E R S E M B A H A N
''^Kekurangan bukanlah Halangan untuk Bisa Sukses "
K U P E R S E M B A H K A N
>• Buat keluarga Tercita Yang selalu Mendo'akan
> Semua Dosen-Dosen yang telah berpartisipasi
Penuh mulai pertama Masuk hingga A k h i r
Kuliahku.
> Semua Teman-teman, Sahabat-sahabat, Dan
Semua Mahasiswa Seperjuangan Yang Menaruh
perhatian Penuh terhadap diriku.
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur bagai segala nikmat dan izin-Nya,
sehingga skripsi Penulis ini telah dapat menyelesaikan sebagaimana kehendak penulis.
Dengan j u d u l 'TELAAH PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IMAM AL-GHZALF
selawat dan salam penulis taklupa membiasakan untuk selalu berselawat.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar saijana Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Palembang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih mendapat bantuan dari
berbagai pihak , baik secara materi! maupun psrituil. Oleh karena i t u dengan sepenu hati
dan keihklasan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhitungkan kepada:
1. Rektor Univ Muhammadiyah Palembang, B p k Dr. H . M . Idris, SE,M.Si
2. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang Bpk Drs.
A b u Hanifah, M . H u m
3. Wakil Dekan I dan 11, Bpk Azwar Hadi, S. A g . M.Pd. 1, dan wakil Dekan 11 dan
I V , Ibu Nurhuda, S.Ga. M.Pd.I yang telah berpartisipasi dalam proses penulisan
s k r i p s i .
4. pembimbing 1, Ibu Dra. Yuslaini M.Pd. dan Pembimbing 11 Bpk Idmar Wijay,
5. pembimbing Akademik Bpk Drs.A bu Hanifah, M . H u m yang telah selalu
memotivasi dan mengarahkan dalam proses mulai aktif kuliah hingga saat ini.
6. Bpk dan Ibu Dosen beserta semua elemen yang terkait di Fakultas Agama Islam
Tarbiyah, Universitas Muhammadiah Palembang.
7. Dan yang tak dapat Penulis lupakan yakni do'a kedua orang tuaku serta orang tua
angkatku yang selalu mendo'aakan disetiap langkahku.dan juga yang selalu
memotivasi aku yakni semua saudara Kandungku: A y u Fitri Yantiku, Ustas
A m b o Angka, Ambo Abang, serta semua kerabat dekat keluargaku Besar Ayah
Handaku..
Palembang, 0 1 , September, 2014 Penulis Skripsi
Halaman Pengesahan ib
Halaman M o t o dan Persembahan iv
Kata Pengantar v
Daftar isi v i i
Abstrak i x
B A B I P E N D A H U L U A N
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 7
C Batasan Masalah 7
D Tujuan Dan Kegunaan penelitian 8
E Defmisi Oprasional 9
F Matodelogi Penelitian 10
G Sistematika Pembahasan 14
B A B I I L A N D A S A N T E O R I
A Perjalanan Hidup Imam Al-Ghazali 15
B Peran Imam Ai-Ghazali Dalam Dunia Pendidikan Islam 19
C Karya-Karya Imam Al-Ghazali 20
B A B 111 K O N S E E P P E N D I D I K A N I S L A M M E N U R U T I M A M A L - G H A Z A L I
A Pemikiran Imam Al-Ghazali tentang pendidikan Islam 24
B Metode pendidikan Menurut Imam Al-Ghazali 51
B A B I V K E S I M P U L A N D A N S A R A N
A. Simpulan 58
B. Saran-Saran 59
Daftar Pustaka
A. Latar belakang Masalah
Seiring dengan terus menggelindingnya berbagai fenomena pendidikan
dewasa ini, sebagai akibat globalisasi yang kian merambah berbagai dimensi
kehidupan, kehadiran pendidikan Islam diharapkan mampu memberikan solusi
terhadap berbagai persoalan tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun
1989 tentang system pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap
jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasiia,
pendidikan Agama, dan pendidikan kewarganegaraan.'
Sejak manusia menghendaki kemajuan datam kehidupan, maka sejak itu
timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan
kebudayaan melalui pendidikan. Maka itu dalam sejarah pertumbuhan
masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka
memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan
masyarakatnya^.
Pendidikan islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya islam ke
Indonesia. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai
berbeda dengan daerah-daerah lain kedatangan Islam di lalui lewat peperangan,
seperti Mesir, Irak parsi dan beberapa daerah lainnya. Peranan para pedagang dan
' . Hasbullah, Kapila Selekia Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGraflndo Persada, 1999. hal ^. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: P T Bumi Aksara.1993. hal I
2
mubaligh sangat besar sekali andilnya dalam proses islamisasi itu adalah
pendidikan^.
Persoalan pendidikan memang selalu menarik untuk diperbincangkan, hal
ini dilakukan dalam upaya mencari formulasi altematif bagi system pendidikan
yang dalam batasan tertentu dianggap kurang akomodatif terhadap perkembangan
zaman.
Masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia,
bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Memang cukup
mendasar bahwa permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang selalu
muncui dalam kehidupan sosial, karena pendidikan berkaitan dengan bagaimana
menyiapkan suatu generasi dalam kehidupan sosial di masa depan.
Sementara itu, kehidupan sosial merupakan kehidupan yang selalu
berubah, sehingga permasalahan pendidikan selalu muncui kembali sebagai akibat
dari perubahan sosial, yang pada giiirannya, dunia pendidikan kembali
menghadapi persoalan-persoalan yang lidak mungkin di jawab dengan
menggunakan analisa ilmiah semala, akan tetapi memerlukan analisa dan
pemikiran yang mendalam.
Dengan demikian pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama datam
rangka memajukan kehidupan generasi demi generagi sejalan dengan tuntutan
kemajuan masyarakatnya, Hasan Langgulung (I988,hlm 3-4) mencatat tiga alasan
mengapa manusia memerlukan pendidikan: pertama, dalam tatanan kehidupan masyarakat ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada
generasi muda dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan
terpeiihara. Kedua, dalam kehidupanya sebagai individu, manusia memiliki kecendrungan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya seoptimal mungkin. Ketiga, konvergensi dari dua tuntutan diatas diaplikasikan melalui pendidikan**.
Pendidikan bagi kehidupan Umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi
(cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan
mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. Akan tetapi dibalik
itu, karena semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, maka semakin kompteks
Jiwa manusia itu, karena didorong oleh tuntutan hidup (rising demands) yang
meningkat pula^.
Peradaban Islam termasuk sistem pendidikan Islam telah mengalami
pasang surut, seirirng dengan maju mundumya pemikiran para ulama Islam.
Peradaban Islam pemah mengalami masa keemasannya (the golden age), yaitu
dari abad ke V I I sampai abad ke X I I I . Pada masa ini orang-orang dari timur
maupun barat datang ke dunia islam, terutama wilayah Baghdad, Andalusia dan
sisilia untuk menuntut ilmu pengetahuan. Kaum muslimin pada waktu itu telah
memberi wama indah sejarah peradaban dan perkembangan kebudayaan yang
secara mutlak menjadi kebanggaan suatu Bangsa.
. All Murtopo, pemikiran pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Altas, Palembang : Rafah Press, 20I0.Hal 3-14
4
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan umat Islam pada
waktu itu hingga memasuki awal abad pertengahan sungguh mencengangkan
dunia karena kesadaran tinggi dari umat untuk membumikan nilai-nilai Islam
telah menciptakan suasana yang benar-benar kondusif bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dan intelektualisme Islam umumnya^.
Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan fllosofis dari pemikiran-pemikiran
pedagogis muslim, maka system nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar
bangunan (struktur) pendidikan Islam yang memiliki daya lentur normatif
menurut kebutuhan dan kemajuan masyarakat dari waktu-kewaktu. Keadaan
demikian dapat kita saksikan di Negara-negara di mana islam dikembangkan
melalui berbagai kelembagaan pendidikan formal atau non formal.
Kecendruangan itu sesuai dengan sifat dan watak kelenturan nilai-nilai ajaran
Islam itu sendiri yang dinyatakan dalam suatu ungkapan: "Islam adalah agama yang sesuai dengan waktu dan tempat.'^
Pola dasar pendidikan Islam yang mengandung tata nilai Islam merupakan
pondasi struktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan
system pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak dan bentuk proses
pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai model kelembagaan
pendidikan yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai sekarang^
Sejak Islam masuk Ke Indonesia, pendidikan Islam telah ikut mengalami
petumbuhan dan perkembangan, karena melalui pendidikan Islam itulah, transmisi
L i b i d . Hal 21-28
dan sosialisasi ajaran islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana
yang kita lihat sekarang.
Telah banyak lembaga pendidikan islam yang bermunculan dengan fungsi
utamanya memasyarakatkan ajaran islam tersebut. Munculnya lembaga-lembaga
pendidikan tradisional ini tidak selamanya diterima baik oleh masyarakat,
mengingat jauh sebelum itu telah berkembang pula agama-agama lain seperti
Hindu, Budha, dan juga paham agama setempat dan adat istiadat yang tidak
selamanya sejalan dengan ajaran islam.
Menghadapi yang demikian itu, para pendidik dan juru dakwah
menggunakan berbagai strategi dan pendekatan, yaitu di samping dengan
pendekatan cultural juga pendekatan politis dan perkawinan. Melalui pendekatan
yang demikian itu, islam yang diajarkan tidak selamanya menapilkan corak yang
seragam. Kenyataan inilah yang selanjutnya memperlihatkan alam Indonesia
sebagai Negara yang kaya dengan budaya, agama, adat istiadat, dan lembaga
pendidikan.
Dalam proses sosialisasi ajaran islam tersebut, para pendidik telah
memaikan peranan yang amat signifikan dengan cara mendirikan lembaga
pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak, hingga perguruan tinggi atau
universitas. Terjadinya proses kegiatan pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan
dari peran tokoh sebagai aktor utamanya.
Upaya gerakan pendidikan berlangsung dari sejak zaman pra kemerdekaan
dan zaman modem seperti sekarang ini. Gerakan pendidikan tersebut selain
upaya perubahan, walaupun sedikit benar-benar nampak pendidikan terjadi secara
ilmiah (nature) dalam pendidikan Islam^.
Melihat begitu pentingnya konsep pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali
bagi pendidikan kita masa kini, sehingga penulis tertarik untuk menelaah gagasan
pokok Imam Al-Ghazali dalam hal tentang pendidikan baik secara makro atau
mikro. Oleh sebab itu penulis mengadakan penelitian dengan judul *'Telaah Pendidikan Islam Menurut Imam Al-GhazalF
B. Rumusan Masalah
Telaah Pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali (khusus peserta d i d i k ) .
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang diuraikan secara makro, maka
penelitian ini biar lebih terarah dengan begitu saya akan rumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Islam menurut pemokiran imam Al-Ghazali ?
2. Metode pendidikan apa menurut Imam Al-Ghazali?
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin hendak
dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui biografi Imam Al-Ghazali sebagai toko pendidikan
Islam.
Dengan adanya aplikasi penelitian tentang telaah pendidikan Islam
menurut Imam Al-Ghazali, kiranya dapat memberikan manfaat secara :
1. Teoritis
Manfaat secara teoritis dari aplikasih penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
a. Adanya informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan
dapat memotivasi peneliti lain untuk mengungkapkan sisi lain yang
kira-kira beium diterangkan dalam penelitian ini.
b. Dapat memperkaya cakrawala ilmu pengetahuan dalam rangka
peningkatan memotivasi diri untuk terus beiajar dan mengajar
2. Praktis
Adapun manfaat penelitian ini secara praktis yang diharapkan ialah agar
dapat dijadikan bahan masukan kepada semua pihak didalam mengaplikasihkan
nilai-nilai pendidkan islam di sebuah lembaga yang berbasis islam khususnya dan
9
E . Definisi Oprasional
Demi terhindamya kesalah pahaman dalam mengerti skripsi ini, untuk
defenisi konseptual, yang akan diungkapkan dari judul penelitian ini terdapat
beberapa istilah penting yang perlu diperjelas antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan
Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu perlu
diketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering
dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu : pedagogi berarti
"pendidikan" sedangkan pedagogik/ pedagoie artinya "ilmu
pendidikan".'^
b. Islam
Sebelum saya uraikan apa itu pendidikan islam, maka alangkah baiknya
"terlebih dahulu perlu kita pahami arli perkataan Islam itu sendiri. Islam
kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan
(kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf ,vm lam mim (s-i-m). kata dasamya adalah
salima yang berarti sejahterah, tidak tercelah, tidak bercacat"." c. Pendidikan Islam
Gemar Muhammad Al-Tommy Al-Ssyaebani dalam arifin (1987:13)
mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha sadar mengubah
tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan
sehari-hari atau kehidupan masyarakat dan dalam kehidupan alam
sekitar melalui proses kependidikan.'^
Pendidikan Islam adalah sebuah proses menanamkan nilai-nilai Islam pada
seseorang. Melalui pendidikan Islam diharapkan akan tumbuh generasi yang
memiliki ketakwaan yang kuat dan mampu menjalankan kehidupan sehari-hari
sesuai dengan ajaran yang tertulis di dalam Al-Qur"an dan Hadits.
Berdasarkan pada definisi operasional diatas, dapat digambarkan bahwa
arah penelitian dengan judul "telaah pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali
(menelaah pemikiran Imam Al-ghazali dalam hal pendidikan)'" sesuai dengan
ajaran Islam menurut versi Ai-ghaz^ali.
F . Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah library research, yakni meneliti literatur-literatur yang mengetengahkan materi-materi tentang kontribusi pemikiran
Imam Al-ghazali dalam hal pendidikan islam.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data
kualitatif. Data kualitatif yakni data yang bersifat penjelasan, atau
pemaparan yang khususnya membahas tentang pendidikan islam menurut
imam Al-ghazali.
11
Sumber data terdiri atas sumber data primer dan sumber data
skunder yakni dapat dibagi menjadi dua bagian:
a. Data primer
Sumber data primer yaitu data pokok, yang mana didalam penelitian
kualitatif, data yang berasal dari literatur -literatur ; yang langsung di
ambil dari buku-buku, atau kitab_kitab yang ada kaitannya dengan
apa yang diteliti oleh peneiiti.
Pada penelitian kepustkaan, sumber data primer berasal dari literatur
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas'^ Penelitian
memerlukan pendekatan atau desain yang menunjukkan cara
mengumpulkan dan menganalisa data, agar penelitian dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien serta serasi dengan tujuan pendidikan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain atau pendekatan
kualitatif, karena pendekatan ini mempunyai ciri-ciri menurut bogda dan
biklen (dalam moleong) mengatakan sebagai berikut:
" I ) , penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar ilmiah, pada
konteks dari satu keutuhan, 2). dalam penelitian kualitatif, penelitian
sendiri atau dengan bantuan orang Iain merupakan alat pengumpulan data
utama. 3). peneltian kualitatif menggunakan metode kualitatif, 4).
penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan teori subtansif
yang berasal dari data, 6). data yang dikumpulkan berupa kata-kata.
gambaran dan bukan angka-angka, 7), penelitian kualitatif lebih banyak
mementingkan segi "proses" dari pada "hasil", 8). menghendaki
ditetapkannya batas dalam peneiitiannya atas dasar fokus yang timbul
sebagai masalah dalam penelitian.'**)
Di samping itu data yang dipergunakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dari sumber-sumber pustaka yang sudah ada sebagai objek kajian. sebagaimana
diketahui bahwa sebuah karya ilmiah, maka kelengkapan rujukan sangat
diperlukan, dengan demikian kelengkapan referensi yang dimaksud oleh peneliti
disini adalah tersedianya referensi yang dibutuhkan oleh peneliti yang
berhubungan dengan fokus peneliti
b. Data Skunder
Sedangkan Sumber data Skunder yaitu merupakan data penunjang
yang akan melengkapi, sebagaimana yang diambil dari berbagai
sumber/dokumen yang berkaitan dengan apa yang dibahas di dalam
penelitian.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Didalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode
dokumentasi. dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. didalam melaksanakan dokumentasi penelitian menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen-dokumen dan
sebagainya'^.
13
. Tekhnik Analisa Data
Setelah didapat data melalui pengumpulan data, maka dalam
penganalisaanya penulis menggunakan kajian pustaka. maka kajian yang
dimulai dengan pelaksanaan kepustakaan.
Mengenai pustaka dan pengalaman orang lain berarti mencari
teori-teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi peneliti
yang akan dilakukan, agar peneliti mempunyai dasar yang kokoh dan
bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).
Sedangkan tahapan analisa data dalam kajian ini dapat diuraikan
antara lain:
a) Deskriptif yaitu, penelitian non hipotesis artinya dalam langkah
peneiitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
b) Komparasi yaitu, menemukan permasalahan melalui
persamaan-persamaan dan perbedaan tentang ide-ide, tentang orang, kelompok,
kritik terhadap orang terhadap suatu ide atau prosedur kerja'^.
Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan
memaparkan makna dan nilai-nilai islam yang terkandung didalam kisah
G . Sistematika Pembahasan
Skripsi ini, penulis bagi menjadi 4 bab kemudian dari maslng-masing bab
penulis bagi pula menjadi beberapa bagian dengan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
Bab pertama. pendahuluan berisikan: latar belakang masalah pemilihan permasalahan (topik), rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian: teoritis dan praktis, defenisi, metodelogi
penelitian: tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisa data, dan
sistematika pembahasan
Bab kedua, landasan teori yang meliputi; perjalanan hidup Al-Ghazali, peran AlGhazali dalam dunia pendidikan, dan karyakaiya Imam A l
-Ghazali.
Bab. ketiga, pembahasan: meliputi konsep pendidikan islam menurut Imam Al-Ghazali dan metode pendidik menurutnya.
Bab keempat, penutup berisikan: kesimpulan dari sejak awal pembahasan sampai akhir dan serta saran-saran, kepustakaan dan
B A B I I
L A N D A S A N T E O R I
A. Perjalanan hidup Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali, dengan nama lengkap Abu hamid Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Dan secara singkat disebut Al-Ghazali
atau Abu Hamid. Bahkan ada yang menyebul dengan nama Imam Al-Ghazzli.
Dalam bahasa latin, namanya ditulis dengan Al-Gazel atau Abuhamed.
Imam Al-Ghazali dilahirkan tahun 450 H atau 1058 Masehi di kota Thus
di desa Ghazalah yaitu daerah khurasan (Iran). Nama Imam Al-Ghazali diambil dari nama desa kelahirannya, yaitu Ghazalah, Imam Al-Ghazali meninggal dunia
pada hari senin tanggal 14 jumadil akhir 505 hijriah atau tanggal 19 Desember 11II Masehi. Ia meninggal dalam usia 55 tahun.
Ayah Imam Al-Ghazali bemama Muhammad, dia meninggal dunia di saat Imam Al-Ghazali belum dewasa, sehingga usia dan potensi jiwa keremajaannya,
masih muda diwamai oleh situasi lingkungannya dan keadaan ayah dan
keluarganya yang serba spiritual. Keadaan tersebut dapat direkam oleh Imam A l
-Ghazali, sehingga menimbuikan sikap hidup tasawuf, yang mempengaruhi
perjalanan hidup selanjutnya. Bahkan sebelum ayahnya meninggal, la sempat
menitipkan Imam Al-Ghazali kepada sahabat dekatnya yang ahli dibidang
tasawuf. Setelah ayahnya meninggal, ia hanya diasuh oleh Ibunya, yang hidupnya
dalam keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, artinya kehidupan Imam
Al-Ghazali tidak dilengkapi dengan kemewahan materi.'
Sejak kectl. Imam Al-Ghazali sebagai anak yang senang menunntut ilmu
pengetahuan. Karenanya, tidak heran jika sejak masa kanak-kanak, ia telah beiajar
dengan sejumlah guru dikota kelahirannya. Diantara guru-guru diwaktu itu adalah
Ahmad Ibn Muhammad al-Radzikani. Selai itu juga ia tidak segan-segan beiajar
dengan guru-guru di daerah lain yang jauh dari kampung halamannya. Untuk
memenuhi kebutuhan intelektualnya, ia kemudian hijrah ke Naisabur dan beiajar
dengan imam al-Juwaini^.
Latar belakang pendidikan Imam AlGhazali di mulai dengan beiajar A I
-Qur'an pada ayahnya sendiri, sepeninggalan ayahnya ia dan saudarahnya
dititipkan kepada teman ayahnya, Ahmad bin Muhammad AI-Riskanni, seorang
sufi besar. Padanya Imam Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih, riwayat hidup para
wall dan kehidupan spiritual mereka. Selain itu ia menghafal syair-syair tentang
mahabbah (cinlah) kapada Tuhan, beiajar Al-Qur"an dan As-Sunnah."*
Ia kemudian dimasukkan kesekolah yang menyediakan beasisiwa bagi
para muridnya. Disini gurunya adalah Yusuf al-Nassj, juga seorang Sufi. Setelah
tamat ia melanjutkan pelajarannya ke kota Jurjan yang ketika itu menjadi pusat
kegiatan ilmiah. Disini ia mendalami ilmu pengetahuan bahasa arab dan Persia,
disamping beiajar pengetahuan agama. Diantara gurunya adalah Abu Nasr
al-Ismaiii.
' H. Muhsin Manaf, Psycho Analisa Al-Ghazali Sofiesme //o/i5«'c,{Surabaya: Al-lkhias.2001) hal 19-20
17
Kemudian Imam Al-Ghazali pergi ke Nisabur dan beiajar kepada Imam
Al-Haramain Abu Al-Ma'ali A I Juwaini (419-478 Hijrah). la beiajar dengan
sunguh-sungguh dan berijetihad sehingga pandai dalam mazhab (Syafi'i),
perselisihan, debat, usuiuddin, usul fiqh, mantiq, membaca hikmah, dan falsafah.
Beliau merupakan seorang ilmuan yang sangat bijak, benar pandangannya,
mempunyai fltrah yang menakjubkan, mempunyai ingatan yang kuat, daya
tangkap yang tajam, pandangan yang mendalam dan ang pandai menyelami
makna-makna yang terperinci.
Beliau seorang yang bersunguh-sungguh dan berijitihad sehingga beliau
dapat menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang singkat, mengalahkan
generasi-generasinya. Inilah kelebihan yang terdapat dalam diri Imam Ai-Ghazali.
Beliau tidak pemah jemu menuntut ilmu dan beliau senang tiasa mempunyai
kemauan untuk mengetahui suatu ilmu secara lebih mendalam.**
Kecerdasan dan kepintaran Imam Al-Ghazali di akui oleh imam
al-Juwaini, hingga akhimyaia diangkat sebagai sisten dan akhimya mewakili
pimpinan Nizamiah. Disinilah bakat menulisnya berkembag. Dan ketika gurunya
meninggal dunia (1085), ia meninggalkan Nizabur dan menuju ke Istana Nizham
al-Muluk yang menjadi seorang perdana mentri Sultan Bani Saljuk.
Disinilah ia menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah yang rutin diadakan
di istana Nizham Muluk. Melalui forum inilah kemasyhurannya semakin meluas,
kepandaiannya menyebabkan Perdana Mentri Nizam al-Muluk mengangkatnya
sebagai gum besar pada madrasah Nizhamiah di Baqdad tahun 1090 M / 484 H,
kedudukanya yang sanga! terhormai dan merupakan prestasi puncak yang
membuatnya semakin popular.^
Demikianlah yang dapat kita amati mengenai sejarah kehidupan Imam A l
-Ghazali dalam siklus puma yang berhenti ditempat semula. Beliau dilahirkan di
Thus dan kembali ke Thus Iagi setelah beliau melakukan pengembaraan dan
akhimya meninggal dunia di kota (Thus) iut juga. Kehidupannya dimulai dengan
kehidupan ilmiah sebagai pengajar dan penasihat diakhirinya sebagai guru dan
penasihat pula.
Dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa Imam A I
-Ghazai tergolong ulama yang taat berpegang pada Al-Qur'an Al-Sunnah, taat
menjalankan agama dan menghias dirinya dengan tasawuf. la banyak mempelajari
berbagai pengetahuan umum seperti Ilmu Kalam, Filsafat, Fiqih, Tasawuf, dan
sebagainya, namun pada akhimya ia lebih tertarik kepada Fiqih dan Tasawuf.
Selanjutnya dari uraian tersebut di ketahui dengan jelas, bahwa ia seorang yang
banyak mencurahkan perhatiannya terhadap pendidikan. Sehingga tidak
mengherankan jika ia memiliki konsep pendidikan. Bahwa suatu konsep
pendidikan yang dikemukakan suatu tokoh selalu dlpcngaruhi corak paham
keagamaannya yang dimiliki.^
Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung : Angkas Bandung. 2003) hal 159
19
B. Peran Imam Al-Ghazali dalam Dunia Pendidikan Islam
Imam A l Ghazali tidak berfikir untuk medirikan mazhab baru baik di
dalam agama maupun filsafat. Karena beliau sendiri berpandangan bahwa islam
adalah satu-satunya mazhab yang benar dan salu-satunya metodelogi dalam hidup
dan berpikir. Tujuan utamannya adalah membela islam dari serangan gerakan
keagamaan dan politik dan melindungi orang awam dari bahaya filsafat yang
mengancam keimanan dan konsistensi mereka dalam memegang ajaran Islam.'
Imam Al-Ghazali adalah seorang tokoh Islam yang mendalami sesuatu
ilmu secara terperinci. Beliau terkenal sebagai hujjatul Islam dan pembaharuan yaitu beliau akan membuat pembaharuan atau pemahaman yang lebih jelas
mengenai sesuatu ilmu yang didalaminya. Beliau berbeda dengan ulama-ulama
lain yang mana usaha mereka menghafal apa yang diterimanya, mengulangi dan
menukilnya. Bahkan beliau seorang alim yang aktif, makiumat yang diterimanya
diteliti dan diuji sejauh mana kebenaran dan kebatilannya. Oleh itu, ada kalanya
beliau menolak, merubah atau menjelaskan dan mengurangi lalu membuat
pembaharuan.
Pada masa Imam Al-Ghazali, dunia Islam telah menjadi sasaran bagi
berbagai pegaruh budaya, yaitu kebudayaan Yunani pra-lslam dengan model
pemikiran mistik kristiani, Neo-Platonisme muncui pada abad ke-3 M dan
berpengaruh besar terhadap pemikiran islam. Deikian juga dalam sufisme,
pengaruh filsafat Persia dan filsafat India. Pengaruh terbesar adalah pada
kepercayaan- keparcayaan Syi'ah ekstrim menyangkut hak ketuhanan untuk
memerintahkan dan hulul-nya Tuhan kedalam tubuh.
Semasa hidup Imam Al-Ghazali ada beberapa kelompok yang menyangkut
sebagai pemilik kebenaran. Mereka adalah; pertama, filosuf, yang menggali ilmu
pengetahuan yang notabene berdasarkan rasional. Kedua, kaum fuqoha, yang
menekankan hukum lahiriah. Ketiga, golongan sutlsme, yang tumbuh berdasarkan
ketidak setujuan akan kehidupan para penguasa yang sangat diniawi, juga sebagai
anti formulitas agama yang di dengungkan oleh kelompok fuqoha. Pertentangan
al-Hallaj dan kaum fuqoha adalah bukti dari kuatnya kesenjangan fuqohadan sufi.
Dan keempat, mutakalimun, yang membahas ketuhanan dengan pendekatan
rasional dan filsafat."
C. Karya-karya Imam Al-Ghazali
Karya tulis Imam Al-Ghazali mencapai lebih kurang 300 buah. Ia sudah
mulai mengarang buku pada usia dua puluh lima tahun ketika masih berada di
Naizabur. Adapun waktu yang dipergunakan untuk mengarang adalah selama tiga
puluh tahun. hal ini berarti, dalam setiap tahun, ia menghasilkan karyanya tidak
kurang dari sepuluh buah karya (kitab/ buku) besar dan kecil dalam berbagai
disiplln ilmu pengetahuan yang diantaranya:
1. Ilmu Kalam dan Filsafat
a. Maqashid Al-Fa!asifah
b. tahafut Al-Falasifah
21
c. Al-Iqtishad fi Al-I'tiqad
d. Al-Munqid min Adh -Dhalal
e. Maqashid Asma fi A l - Ma'ani, Asma A I - Husna
f. Faishal A t - Tafriqat
g. Qisthas A I - Mustaqim
h. A l - Musthaziri
i . Hujjat A i - Haq
j . Munfashil A!-Khilaf fl Ushul Ad- din
2. Fiqh dan Ushul Fiqh
a. A l - basith
b. A l - Wasith
c. A I - Wajiz
d. A l - Khulashah A I - Mukhtasar
e. A l - Mustashfa
f. Al-Mankhul
g. Syifakh A l - ' A l i i fi Qiyas wa TaMil
h. A l - Dzari'ah Ila Makarim Syari'ah
3. Kitab Tafsir Meliputi:
a. Yaqul At- Ta'wil fi Tafsir At- Tanzil
4. Ilmu Tasawuf dan Akhlak
a. Ihya 'Ulum Ad- Din
b. Mizan A l - Amanah
c. Kimya As- Sa "adah
d. Misykat A l - Anwar
e. Muhasyafat A l - Qulub
f. Minhaj A l - Abidin
g. A l - Dar Fiqhirat fi Kasyf'Ulum
h. A l - Aini fi A l - Wahdat
i . A l - Qurbat lla Allah Azza wa Jalla
j . Akhlak A l - Abrar wa Najat min A l - Asrar
k. Bidaya A l - Hidayat
1. Al-Mabadi wa A l - Hidayah
m. Nashihat A l - Mulk
n. Taibil A l - Ibiis
0. A l - Ilmu A l - Laduniyyah p. Ar- Risalat A l - Ladiniyyah
q. A l - Ma' khadz
r. A l - Amali
23
Itulah karya- karya Imam A l - Ghazali yang multidisipliner. Kita pasti berdecak kagum jika semua karyanya sempat kita baca. Bahkan, hanya dengan
membaca Ihya 'Ulumuddin. kekaguman kita kepada Imam A l - Ghazali sangat
luar biasa. Betapa tidak, seorang filsuf yang terus mencari kepuasan batin tidak
pemah kehabisan waktu disaat- saat melakukan pencarian, melainkan semakin
memanfaatkan waktunya untuk menuliskan pandangan dan pengalamannya
kedalam karya- karyanya yang monumental^.
menyatukan konsep ilmu dengan dua energi manusia, yakni akal dan hati
sedangkan indra banyak menimbuikan keraguan. Oleh sebab itu, semua ilmu
harus berujung pada ilmu yang menyakinkan^.
1. Tujuan Pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali
Istilah "tujuan" atau "sasaran" atau "maksud" , dalam bahasa Arab
dinyatakan dengan ghayat atau andaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa
Inggris istilah "tujuan" dinyatakan dengan "goal atau purpose atau objektif atau
aim. Secara umum istilah- istilah itu mengandung pengetian yang sama, yaitu
perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang
hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.
Tujuan, menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang di harapkan
tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H . M
Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang
terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui
proses tertentu.
Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau
kegiatan selesai. Pendidikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang berproses
melalui beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang mempunyai tujuan yang
bertahapdan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu bendah yang
berbentuk tetap dan statis, melainkan suatu keseluruhan dan kepribadian
seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kepribadiannya.^
26
Dalam rumusan yang paling umum, kita bisa mengatakan bahwa tujuan
pendidikan haruslah sama dengan tujuan kehidupan itu sendiri; dan karenanya
tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup muslim. Namun hidup
terdiri atas berbagai tingkatan dimana orang mencoba menggapai tujuan-tujuan
tertentu begitu pula halnya dengan pendidikan.
Mempelajari karya-karya Imam Al-Ghazali mengenai pendidikan dan
pengajaran, akan ditemukan dua tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Pertama,
kesempumaan manusia, yang puncaknya adalah dekat kepada Allah. Kedua
kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagian dunia dan akhirat,
karena itu, ia berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan
yang dimmuskan tadi. (Fathiyah Hasan Sulaiman, 1964: 19-20).
Pandangan Imam Ai-Ghazali tentang pendidikan secara umum sesuai
dengan konsepsi pendidikan Islam, konsepsi yang religius moralis Imam A l
-Ghazali tidak mengabaikan urusan keduniaan. Dia mempersiapkan
urusan-urusan ini dalam pendidikan.
"Tujuan pendidikan menumt Imam A l - Ghazali kesempumaan manusia di
dunia dan akhir yang bisa dicapai melalui upaya mencari keutamaan dengan ilmu
pengetahuan. Jadi keutamaan kita membahagiakan di dunia disamping membuat
juga dekat kepada allah suatu kebahagian di akhirat {fathiyah Hasan, 2964: 22)"^.
Berhicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya dengan tujuan hidup
manusia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan hams diarahkan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi, seperti yang diungkapkan oleh
Muhammad Athiyah A l - Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam
adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan
orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita- cita tinggi, dan
berakhlak mulia baik laki- laki maupun perempuan.
Sedangkan Imam A l - Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
yang paling utama adalah "beribadah dan bertaqarrub kepada Allah dan
kesempumaan insani yang tujuannya kebahagian dunia dan akhirat" (Ramayulis,
1998: 26 ). Selanjutnya Ahmad D . Marimba menyatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah "untuk membentuk kepribadian yang muslim, yakni
bertaqwa kepada Allah" ( Marimba, : 46 ) pendapat tersebut sesuai dengan firman
Allah dalam al- Qur'an surat Adz- Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
Artinya "Dan Aku (Allah) tidak ciptakan j i n dan manusia kecuali hanya
untuk mengabdi kepada Allah" (Q.S. adz-Dzariyat: 56) ( Depag RI, 1989: 862).
Disamping itu, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah "untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT selama hidupnya, dan matipun tetap dalam keadaan muslim"
(Daradjat, 1996: 31) penddapat ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat A l i
Imran ayat 102 yang berbunyi:
-28
Artinya: "Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dengan sebenar-benamya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim" (Q.S. A l i Imran: 102).
Berpedoman dari dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah untuk membentuk manusia yag
mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung
jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya kebahagian dunia dan
akhirat.
2. Kurikulum Pendidikan Islam menurut Imam A l - Ghazali a. Pengertian Kurikulum
Kata "kurikulum" mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia
pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum
muncui pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. pada tahun
itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olah raga, yakni suatu alat
yang membawa orang dari star sampai ke finish. Baruiah pada tahun
1955 itilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti
sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.
Di dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam yaitu
sebagai berikut;
1) Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari
siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperolah ijazah
2) Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan.
Pengertian tersebut menimbuikan paham dari sekian banyaknya
kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah, hanya sejumlah mata
pelajaran (bidang studi) yang ditawarkan itulah yang disebut
kurikulum. Adanya pandangan tradisonal yang mengatakan bahwa
kurikulum memang hanya rencana pelajaran. Menurut pandangan
Modem, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang
studi. Kurikulum dalam pandangan modem ialah semua yang secara
nyata terjadi dalam proses pendidikan disekolah^.
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani , yaitu
curir artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempu
oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dari bahasa prancis, yaitu
couriar yang berarti berlari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam
dunia olahraga. Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah tersebut
merupakan lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat
didalamnya. Dengan demikian curriculum diartikan jarak yang harus
ditempu oleh pelari.
Sementara di dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, kurikulum
didefinisikan sebagai susunan rencana pelajaran. Sedangkan pada
perkemangan selanjutnya, kurikulum menjadi istilah yang digunakan
30
untuk menunjukkan satuan mata pelajaran yang harus ditempu guna
mencapai suatu gelar atau memperoleh ijazah.
Di dalam kosakata bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan
kata manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia
diberbagai fase kehidupannya. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan
pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang
dilalui guru dan murid untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Dengan demikian kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi , bahan pelajam, dan cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk menncapai tujuan pendidikan tertentu. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oteh satuan pendidikan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada didaerah.
Berdasarkan pengertian- pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunkan pendidik untuk
membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidik yang diinginkan
melalui akumulasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap
mental. Ini berarti proses kependidikan Islam bukan suatu proses yang
dapat dilakukan secara serampangan, tetapi mengacu pada
konseptual!sasi manusia paripuma.^
Seperti yang yang dikemukakan di depan, kurikulum merupakan
suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.
Karena itu pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang
bersangkutan. Ada dua jenis yang terkandung di dalam kurikulum
suatu sekolah, yaitu:
a. Tujuan yang ingi dicapai sekolah secara keseluruhan. Selaku
lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah
tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau
tujuan institusionai). Tujuan tersebut biasanya digambarkan
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diharapkan dapat dimiitki murid/ siswa setelah mereka
menyelesaikan seluruh pendidikan dari sekolah tersebut.
b. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi. Setiap
bidang studi dalam kurikulum suatu Sekolah juga mempunyai
sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan ini pun
digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keteramilan, dan
sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/ siswa setelah
mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu'.
Kurikulum pendidikan islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan
pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada
anak didik untuk mencapai tujuan. Kurikulum juga merupakan kegiatan
yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci
32
berupa bentuk- bentuk bahan pendidikan, saran- saran strategi beiajar
mengajar, pengaturan- pengaturan program agar dapat diterapkan, dan
hal- hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapainya tujuan
yang diinginkan.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan- tujuan
pendidikan tertentu. Batasan ini mencerminkan hal-hal sebagai berikut:
pertama, pendidikan ialah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan.
Kedua, di dalam kegiatan pendidikan terdapat suatu rencana yang disusun atau diatur. Ketiga, rencana tersebut dilaksanakan disekolah melalui cara- cara yang telah ditetapkan".
Fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan
b. Pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subjek dan objek
pendidikan
c. Fungsi kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah
berikutnya dan penyiapan tenaga keija bagi yang tidak melanjutkan
d. Standardlsasi dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses
pendidikan, atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan
dijalankan pada caturwulan, semester, maupun pada tingkat
pendidikan tertentu^.
Dari definisi diatas, baik dilihat dari fungsi kurikulum maupun
tujuannya, hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai
rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk
bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar-mengajar.
pengaturan-pengaluran program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup
pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.'**
Posisi kurikulum selanjutnya adalah bagaimana ia tidak hanya
berfungsi sebagai "agent o f conservative" , tetapi juga sebagai "agent o f
change". Artinya, untuk nilai-nilai yang bersifat universal dan objektif
(nilai ilahiah) secara instrinksiknya tetap dilestarikan sampai pada
generasi-generasi berikutnya, namun konfigurasinya, dapat diubah
menurut perkembangan yang diinginkan dengan syarat tidak
menimbuikan keresahan dan kebingungan masyarakat''.
b. Isi kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Kurikulum pendidikan yang disusun oteh Imam Al-Ghazali tidak
lepas dari pandangan beliau tentang tujuan pendidikan Islam itu sendiri
yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebab mendekatkan diri
kepada Allah tersebut menurut Imam Al-Ghzali tolak ukur kesempumaan
manusia sebagai sarana jalan kesana itu tiada lain kecuali ilmu. Jika
^. Bukhari Umar. ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011) hal 172
'°. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada, 2008) hal 123
34
ilmunya banyak dan sempuma, ia akan semakin dekat kepada Allah dan
semakin menyerupai malaikat. Dari sini dapat kita pahami bahwa
menumt Imam Al-Ghazali pendidikan mempakan suatu jalan
satu-satunya untuk menyempumakan manusia. Dengan kata lain
kesempumaan manusia sangat ditentukan oleh pengetahuan yang
diperolehnya".
Pada pertengahan abad XX kurikulum diartikan sebagai sejumlah
pelajaran yang hams ditempuh oleh siswa untuk kenaikan atau untuk
memperoleh ijazah. Menurut Imam Al-Ghazali kurikulum pendidikan itu
terdapat dua hal yang manarik bagi kita, pertama pengklasifikasiannya terhadap ilmu pengetahuan dan segala aspek yang berkaitan dengannya,
seperti yang diuraikan didepan. Kedua, pemikirannya tentang manusia berikut dengan segala potensi yang dibawa. Pada hakekatnya manusia itu
sama.
Adapun tahapan rumusan imam A l - Ghazali dalam kurikulum secara
tersurat sesuai dengan proses pendidikan anak yang diajarkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW yang arti hadisnya sebagai berikut:
"Seorang anak pada tujuh hari dari kelahirannya disembelihkan
hewan aqiqah dan diberi nama yang baik serta di jaga kesehatannya.
Ketikah telah bemsia 6 tahun, didiklah ia. Ketika bemsia 9 tahun, latiiah
ia hidup mandiri, dipisahkan dari tempat tidur orang tuanya. Ketika
setelah bemmur 13 tahun, berilah sangsi bila ia meninggalkan shalat.
Setelah sampai pada usia 16 tahun, nikahkanlah ia, setelah itu terlepastah
tanggung jawab orang tua terhadap segalah perbuatan anaknya, seraya
berkata dihadapanya". Aku telah mendidikmu, mengajarmu,
menikahkanmu, maka aku mohon perlindungan kepada Allah dari
fitnahan di dunia maupun siksaan di akhirat.'^
Implikasih dari hadis yang dikutib Imam Al-Ghazali ini memberikan
pengertian bahwa pengajar dan pendidikan itu dapat dilaksanakan secara
bertahap dan disesuaikan dengan perkembangan anak baik fisik maupun
fisikisnya dan bertanggung Jawab atas pendidikan anak minimal hingga
16 tahun. Selanjutnya pembentukan pribadi anak menjadi tanggung
jawab diri anak itu sendiri dan masyarakat secara luas.
Dengan demikian, bila ia paparkan perkembangan usia anak
berdasarkan hadis yang dinukil Imam A l - Ghazali tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Usia 00-06 tahun, adalah masa asuhan orang tua. Hendaklah orang
tua memelihara anak tersebut dari berbagai kotoran jasmani dan
rohani dari belengu- belenggu ketidak baikan sebagai simbolnya
diberikan upacara aqiqah serta diberi nama yang baik. Dan
pendidikan pada usia ini masih bersifat formal.
b. Usia 06- 09 tahun, adalah masa dimulainya pendidikan anak secara
formal. Pada masa ini akan telah mampu menerima pengertian dari
36
atau hukuman, tetapi dampak keduanya berbeda. Ganjaran
berdampak positif sedangkan hukuman berdampak negatif.
c. Usia 09-13 tahun adalah masa pendidikan kesusilaan dan latihan
kemandirian. Sebagai kelanjutan dari pembiasaan terhadap yang baik
dan pemberian pengertian tentang apa yang dibiasakan pada usia ini
dan harus mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk
antara yang manfaat dan yang sia- sia, serta mana yang pantas
dikerjakan dan mana yang perlu dihindari.
d. Usia 13-16 tahun di dalam masa ini sebagai pemeriksaan perilaku
anak didik tersebut sebagai evaluasi, dimulai pendidikan formal,
pendidikan kesusilaan dan pendidikan latihan kemandirian. Pada
konteks ini biasanya diadakan evaluasi selama tiga tahun dan jika
ditemukan kekurangan- kekurangan dalam mendidik anak dan untuk
membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab atas segala
perbuatanya, anak perlu diberikan sanksi.
e. Usia 16 tahun dan seterusnya adalah pendidikan kedewasaan,
menurut Islam anak usia ini setelah dianggap dewasa dan segala
yang dilakukan sudah mempunyai nilai tersendiri di hadapan
Allah'*. Pendidikan pada priode ke kelima (e) ini anak telah
mengalami kedewasaan nafsu seknya, yang banyak membutuhkan
penjagaan agar tidak terjadi ekses- ekses seksual yang merugikan.
maka sesuai dengan bagian akhir kondisi ini, orang tua telah
berkewajiban menikahkan anaknya, itulah sebaik-baiknya bagi
pencegahan akses-akses seksual tersebut.
Demikian periodesasi perkembangan anak berdasarkan didaktis yang
melahirkan pentahapan dalam kurikulum yang dirumuskan imam A l
-Ghazali. Adapun periodesasi berdasarkan psykologi dalam kaitanya
dengan kurikulum pendidikan yang dikemukakan Imam A l - Ghazali
adalah materi keilmuan yang disampaikan kepada murid hendaklah
secara berurutan. Seperti mulai dari hafalan dengan baik, mengerti,
memahami, menyakini, dan membenarkan terhadap apa yang
diterimanya'^.
Kurikulum disini dimaksudkan adalah kurikulum dalam arti yang
mikro, yattu seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada
peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun
pandangan Imam Al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari
pandangan mengenai ilmu pengetahuan.
Imam Al-Ghazali mengemukakan konsep kurikulum yang erat
kaitanya dengan ilmu pengetahuan. Ilmu dari Allah harus dituntut oleh
setiap manusia, oleh karenanya pendidikan harus membuat seorang anak
memiliki kesadaran terhadap hukum Islam melalui pelajaran al-Qur'an
dan al-hadis. Menurut Imam Al-Ghazali secara garis besar ilmu dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
38
a. Ilmu Mu'amalah adalah pengetahuan yang dapat dituliskan secara
sistematis dan berhubungan dengan kata- kata yang dapat diterima
dan dipelajari orang lain. Yang termasuk ilmu Mu'amalah adalah
sains, tekhnologi dan pengetahuan budaya.
b. Ilmu Mukasyafah adalah pengetahuan yang abstrak yang berada di
alam ide, pengetahuan ini sulit dtlukiskan dengan lisan atau tulisan,
tidak teijangkau oteh panca indra bahkan tidak mampu difikirkan
dengan akal. Sedangkan yang termasuk dalam ilmu Mukasyafah
adalah misalnya ilmu tasawuf (ilmunya yang bukan hakikatnya) yitu
untuk mendekatkan diri kepada Allah'^.
Imam Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga
kelompok ilmu yaitu:
a. Ilmu yang tercela banyak atau sedikit ilmu ini tak ada manfaatnya
bagi manusia, baik didunia atau di akhirat; misalnya ilmu sihir,
nujum, danperdukunan. Nilai ilmu ini bila dipelajari akan membawa
mudharat dan akan meragukan kebenaranada-Nya Allah.
b. Ilmu yang terpuji,banyak atau sedikitnya misalnya ilmu tauhid, ilmu
Agama. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa orang padajiwa yang
suci bersih dan terhindar dari keburukan.
c. Ilmu yang tertentu terpuji pada taraf tertentu yang tidak boleh
dialami karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman
dan ilhad. Misalnya ilmu filsafat. Ilmu ini hanya dapat dipahami
pada segelintir orang yang telah memiliki keimanan yang kuat dan
dasar pikiran yang matang.
Selain itu pula Imam At- Ghazali membagi isi kurikulum pendidikan
Islam dengan empat kelompok dengan mempertimbangkan jenis dan
kebutuhan ilmu itu sendri, yaitu:
1. Ilmu- Ilmu Al-Qur'an dan ilmu- ilmu agama, misalnya ilmu fiqh,
al-sunnah, tafsir dan seterusnya.
2. Ilmu- Ilmu Bahasa sebagai alat mempelajari ilmu Al-Qur'an dan
Ilmu agama.
3. Ilmu- Ilmu yang Kifayah, seperti ilmu kedokteran, matematika,
industri, pertanian teknologi, dan seterusnya.
4. Ilmu- Ilmu beberapa cabang ilmu filsafat"
Klasifikasi isi kurikulum tersebut berpijak atas kalsifikasi ilmu
pengetahuan dengan tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok menurut kuantitas yang mempelajari.
a. Ilmu fardlu'ain, yaitu ilmu yang harus diketahui oleh setiap
muslim yang bersumber dari kitab Allah.
b. Ilmu fardlu kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh
sebagian orang muslim saja. Seperti ilmu yang berkaitan dengan
masalah duniawi, misalnya ilmu hitung, kedokteran, teknik
1 fl pertanian, industri dan sebagainya.
M tadzi Safrony, Al-Ghzalai Berhicara Teniang Pendidikan, Islam, ( Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2013) hal. I ! 8
40
2. Kelompok menurut fungsinya
a. Ilmu tercela (madzmumah) yaitu ilmu yang tidak berguna untuk
masalah dunia dan masalah akhirat, serta mendatangkan
kerusakan, misalnya ilmu sihir, nujum, dan perdukunan.
b. Ilmu terpuji (mahmudah) ilmu-ilmu agama yang dapat
menyucikan jiwa dan menghindarkan hal-hal yang buruk serta
ilmu yang dapat mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT.
c. Ilmu terpuji dalam batas- batas tertentu dan tidak boleh
dipelajari secara mendalam karena mendatangkan ilhad (ateis),
seperti ilmu filsafat".
Selanjutnya Imam Al-Gazhali membagi ilmu model ini dengan
lima macam, yatu;
a. Olah raga (riyadliyah), seperti ilmu teknik matematika, dan
organ isasi.
b. Ilmu mantik (logika) yang digunakan untuk mendatangkan
pemahaman dan bukti dari dalil syar'i.
c. Ilmu uluhiyah (theology), yaitu ilmu yang digunakan untuk
memikirkan dzat Allah, seperti ilmu kalam.
d. Ilmu thab' iyah, yaitu ilmu yang digunakan mengetahui
sifat-sifat jasmani, seperti psikologi dan sebagainya.
e. Ilmu politik, dan rekayasa untuk kepentingan kemaslahatan
duhia.^**
3. Kelompok mmenurut sumbemya
a. Ilmu syariah yaitu ilmu-ilmu yang didapat dari Wahyu Ilahi dan
SabdaNabi.
b. Ilmu aqliyah, yaitu ilmu yang berasal dari akal pikiran setelah
mengadakan eksperimen dan akulturasi.
Disiplln diri
SKEMA I M A M A L - G H A Z A L I TENTANG I
Pengertian Penuh tentang Al-Qur'an
Pengetahuan tentang kenyataan (Mukasyafafh)
Paham Sufi
\
Pengetahuan praktis (Muamalah)
Bimbingan Ilahi
Pengetahuan intelektual (aqli)
I
Perolehan
1. Ilmu-ilmu Matematika dan logika a. Astronomi
b. Mustk
2. Ilmu Pengetahuan Alam a. Jenis-jenis eksistensi
b. Jenis-jenis "Sukma" (Makhluk hidup)
c. Kedokteran
d. Manifestasi dari yang tidak diteriihat dalam fenomena (Al-Atsal-Alawiyah)
e. Metaiografi f. Sifat-sifat zat kimia 3. Ilmu-ilmu spekulattf
a. Matematika b. Theoiogis
c. Yang gabib dan esensi benda-benda
d. Peibedaan paham e. Jiwa yang tenteram f. Malaikat dan Syaitan
g Ramalan dan keajaiban-keajaiban h. Keadaan Jiwa dan tawakal dan
nenalihatan saih
Pengetahuan intelektual (aqli)
Prinsip-prinsip Cabang-cabang (fiiru') Dasar-dasar ('Usui)
Qur'an dan Hadits
Kewajiban terhadap Allah
fibadah)
Yang diwajibkan dan yang dilarang
Wajib dan muharram Kewajiban terhadap orang lain (adat) Yang dianjurkan (Mustahab), yang dibiarkan (Mubah) yang tercela (Makruh) Kewaajiban terhadap diri sendiri (elika) Tingkat-tingkat per-kembangan Transaksi Niaga (Mu'amalah) Bisnis, dll. Kontrak-kontak (Mu'aqada) perkawinan, perceraian
Qur'an dan Hadits
Suftsme
(sebagai ilmu)
Filsafat Bahasa Arab
B^asa Arab
Hadits Al-Qur'an
42
Pada hakikatnya kurikulum dikaji berdasarkan tingkatan- tingkatan
pendidikan:
a. kurikulum dapat diartikan sebagai serangkaian tujuan pendidikan yang
menggabungkan berbagai kemampuan, nilai dan sikap yang harus
dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan jenjang
pendidikan.
b. Kurikulum dapat diartikan sebagai kerangka materi yang memberikan
gambaran tentang bidang- bidang pelajran yang perlu dipelajari oleh
para siswa untuk menguasai serangkaian kemampuan, nilai dan sikap
yang secara institusionai harus dikuasai para siswa setelah selesai
mempelajarinya.
c. Kurikulum sebagai garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang
telah dipilih untuk dijadikan objek bidang
d. Kurikulum adalah panduan dan bukan pelajaran yang disusun untuk
menunjang kegiatan proses pembelajaran.
e. Kurikulum diartikan sebagai bentuk- bentuk dan jenis kegiatan
pembelajaran yang dialami oleh para siswa".
Pengertian kurikulum diatas, sudah mengcakup semua aspek atau
komponen yang ada didalamnya dalam kaitanya dengan kurikulum pendidikan
Agama,
3. Pendidik dalam pandangan Imam Al-Ghazali
Dari segi bahasa, pendidik sebagaimana dijeiaskan oleh WJS
poerwadarminta adalah orang yang mendidik, pengertian Ini memberikan kesan,
bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.
Dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata berdekatan artinya dengan pendidik.
Kata tersebut seperti teacher yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang
berarti guru pribadi. Atau guru yang mengajar di rumah.
Selanjutnya dalam bahasa arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu'alim,
dan mu'addib. Kata Ustadz jamaknya asatldz yang berarti teacher (guru),
professor (guru akademik), jenjang dibidang intlektual, pelatih, penulis, dan
penyair. Adapun kata muddaris berarti teacher (guru) instructor (pelatih), lecture
(dosen), selanjumya kata mu'alim yang juga berarti teacher (guru), instructor
(pelatih), trainer (pemadu),. Selanjutnya kata mu'addib berarti educator pendidik
atau teacher in koranic school (guru dalam lembaga pendidikan al-Qu'an).^^
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara itu secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam adalah orang yang bertanggu jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai -nilai ajaran Islam^^.
Kata pendidik tidak lepas dari adanya kata "pendidikan" umumnya
pengajaran sehingga muncui kata "pendidik" dari "pengajar" menurut Muh. Said
pandangan semacam ini dipengaruhi oleh kebiasan berfikir orang barat,
Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media, 2005) hal 113
44
khususnya orang belanda, yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan
kata op veoding (pendidikan). (Muh Said, 1981: 9). Pada dasamya pendidikan
dan pengajaran atau Ta'dib dan Ta'lim, mengajar dan mendidik, pengajar dan
pendidik, adalah sama^*.
Dalam para digma Jawa, pendidik diidentikkan dengan gum (gu dan ru)
yang berarti "digugu" dan "ditim" dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
memiliki seperangkat ilmu yang memadai, pandangan yang luas dalam melihat
kehidupan ini. Dikatakan ditim (diikuti) karena gum memiliki kepribadian yang
utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panuatan dan suri
tauladan oteh peserta didik^^.
Dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia, pendidik sering
disebut ustadz atau kiai. Ustadz berasal dari bahasa arab yang berarti gum atau
gum besar. Sebutan ini dipakai dikalangan lembaga pendidikan Islam formal yang
pendidikan dan pengajarannya diselenggarakan dengan sistem madrasah (klasik)
seperti madrasah diniyah. Sedangakan kata kiai semula berasal dari bahasa jawa
yang dalam praktik kehidupannya dipakai untuk tiga jenis gelar yang sating
berbeda yaitu:
a. Sebagai gelar kehormatan yang dianggap kramat umpamanya, Kiai
Gamda Kencana
b. Gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya
c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam
yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar
kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya^^.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa jDcndidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas- tugas kemanusiaannya sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini buka
hanya terbatas pada orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang
terlibat dalam proses pendidikan anak sejak dalam kandungan hingga dewasa,
bahkan sampai meninggal dunia."
Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekeijaan
harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang professional adalah
orang yang memiliki profesi. Apa profesi itu? Menurut Muthtar Luthfi seseorang
disebut memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria berikut ini: pertama profesi harus mengandung keahiian. Artinya suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu
keahlian yang khusus untuk profesi itu. Kedua profesi dipilih karena panggiian hidup dan dijalani sepenuh waktu.
Keahlian diproleh dengan cara mempelajari secara khusus. Dilakukan
sepenuh waktu maksudnya profesi itu dijalani dalam jangka yang panjang bahkan
seumur hidup. Jadi bukan dilakukan secara pert-time, melainkan full time; bukan
dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau pekerjaan sementara yang akan
M Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: P T Rineka Cipta, 2009) hat 120
46
ditinggalkan bila ditemukan pekerjaan lain yang dirasakan lebih
To
menguntungkan .
Untuk menjadi pendidik yang profesional tidaklah mudah karena karena ia
harus memiliki berbagai kompetensi keguruan. Kompetensi dasar bagi pendidik
ditentukan oleh tingkat kepekaanya dari bobot potensi dasar dan kecendrungan
yang dimilikinya. Bahwa calon pendidik perlu mempersiapkan diri untuk
menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan khusus yang
terkait dengan profesi keguruan, agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik,
serta dapat memenuhi keinginan dan harapan peserta didik.
Untuk mengenai posisi profesional pendidik, ada baiknya kita lihat
stratifikasi tenaga keija secara sediliana, tenaga keija dapat distratifikasikan
kedalam empat macam yaitu: pertama, pekeija terampil disiapkan untuk terampil melaksanakan tugas yang sifatnya operasional dan tidak banyak membutuhkan
pikiran. Kedua, teknisi terampil memiliki pengetahuan dasar teori, sehingga sedikit banyaknya memiliki wawasan dasar dari pelaksanaan tugasnya.
Ke/zga.teknisi ahli/ profesional mampu menjelaskan dan mempertanggung
jawabkan altematif atau putusan yang dipilih. Keempat, elite profesional memiliki
kemampuan lebih dari teknisi ahlF^.
Guru dipandang sebagai jabatan profesional, mengapa demikian karena
suatu pekerjaan dipandang memerlukan kemampuan profesional bila pekerjaan
tersebut memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus. Jabatan guru dinegara
maju (Amerika Serikat, Jerman, Inggris) sudah lama dipandang sebagai Jabatan
profesional karena dipersyaratkan pendidikan lanjut dan latihan khusus ( pasca S
l).OIeh karena keprofesionalan seorang guru tidak lepas dari latar belakang
akademik yang ditempuhnya sebelum menjadi guru. Semakin tinggi tingkat
akademik seseorang biasanya menunjukkan lebih matang dalam berfikir,
menganalisis berbagai macam permasalahan^**.
Pendidik disebut juga dengan, merupakan unsur manusiawi dalam
pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan
peranannya dalam pendidikan sebagai sumber yang menepati posisi dan
memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda
pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di
sekolah^'.
Dalan konteks pendidikan Islam "pendidik" sering disebut dengan
murabbi, mu'allim, mu'addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah tersebut
mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan
dalam konteks Islam. Disamping itu., istilah pendidik kadang kala disebut melalui
gelamya seperti istilah ustadz dan al-syakh.
Secara leksikal, guru berarti orang yang pekerjaannya mengajar, menurut
ahli bahasa Belanda, J,E,C Gericke dan T. Roorda seperti yang dikutip oleh Hadi
Supeno menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya
berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan pengajar. Sementara itu dalam
bahasa inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan guru.
48
Misalnya, teacher yang berarti guru atau pengajar, educator yang berarti pendidik
atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru pribadi, guru yang mengajar
dirumah, atau guru yang memberi les. Ada hal cukup menarik dalam pandangan
masyarakat jawa guru dapat dilacak melalui akronim gu dan ru. Gu diartikan
dapat "digugu" (dianut) dan ru berarti dapat "ditiru" (dijadikan teladan).^^
Imam Al-Ghazali berpandangan "idealistik" terhadap profesi guru.
Idealisasi guru menurutnya adalah orang yang berilmu, beramal dan mengajar.
Orang seperti ini adalah gambaran orang yang terhormat dikolong langit. Dari sini
Imam AI-Ghazali menekankan perlunya keterpaduan ilmu dengan amal.^^ Imam
Al-Ghazali mengibaratkan pekerjaan guru bagaikan mata hari atau minyak wangi.
Matahari adalah sumber cahaya yang dapat menerangi, bahkan memberikan
kehidupan. Sebab dengan ilmi yang diperoleh dari guru. Jelaslah baginya yang
benar dan yang salah, dan selanjutnya, dapat memperoleh kebahagian dunia dan
akhirat. Adapun mengenai minyak wangi adalah benda yang disukai setiap orang.
Karenah ilmu itu penitng bagi kehidupan manusia dunia dan akhirat sehingga
setiap orang pasti menuntutnya dan mencintainya.
imam Al-Ghazali seorang ahli didik Islam juga memandang bahwa
pendidik mempunyai kedudukan utama dan sangat penting. Imam Al-ghazali
dengan dalil aqlinya mengatakan bahwa menjadi pendidik sangatiah penting. Ia
berkata, "Mulia dan tidaknya pekerjaan itu diukur dengapa yang dikerjakan.
Tukang emas lebih mulia dari pada penyamak kulit karena tukang emas mengolah
emas satu logam yang amat mulia, dan penyamak mengolah kulit kerbau mati."
32
Pandangan Imam AL-Ghazali dalam bidang karya mengajar ini sangat
berpengaruh terhadap para pengajar dan para mubalig serta merangsang mereka
melakukan pekerjaan mengajar.^*
Seorang guru akan dikatakan professional apabila dia, sudah menguasai
aspek akademik yang dipelajari guru dari wada pembinaan atau lembaga tertentu,
professional guru itu dilihat dari segi bagaimana guru menghadapi
problem-problem yang menjadi persoalan, yang dihadapi dalam proses beiajar mengajar.
Guru bukan cuma diharapkan mampu memberikan materi secara baik akan tetapi
guru harus mampu memberikan penanaman nilai-nilai terhadap sisiwa, dan juga
diharapkan mampu menjadi seorang pendidik bukan hanya sebatas melepaskan
tanggung jawab sebagai seorang pengajar.
Guru yang professional la tidak hanya sekedar melepaskan tanggung
jawab sebagai guru melainkan bekerja keras untuk mencapai tujuan dari pada
program pengajaran, namun untuk mencapai segala kesuksesan itu guru perlu
didukung oleh berbagai aspek yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan
perkembangan pengajaran.^^
4. Peserta didik dalam pandangan Imam Al-Ghazali
Dengan berpijak pada paradigma "beiajar sepanjang masa" maka istilah
yang tepat untuk menyebutkan individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik
dan bukan anak didik. Peserta didik cakupanya lebih luas, yang tidak hanya
melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa. Sementara istilah anak
didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan
50
peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya
disekolah (pendidikan formal), tetapi juga lembaga pendidikan