• Tidak ada hasil yang ditemukan

T E L A A H PENDronCAN I S L A M MENURUT IMAM AL-GHAZALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "T E L A A H PENDronCAN I S L A M MENURUT IMAM AL-GHAZALI"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI SARJANA SI

Gdar

Smrjtmm

PtudMikaB

UUm

I)

O M

M.IDRIS

NZM.(X3tOMM

j m M A / P n g r m TarMyak (PaiUiMaui Agam b i a s ) 1

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

Hal : Pengantar Skripsi

Kepada Y t h .

Bapak Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Palembang

Assalamu ' A l a i k u m Wr. W b .

Setelah kami periksa dan diadakan perbaikan-perbaikan seperlunya, maka skripsi

berjudul " T E L A A H P E N D I D I K A N I S L A M M E N U R U T A L - G H A Z A L I " ditulis oleh

saudara M . Idris N i m 2009096 telah dapat diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang

Demikianlah terima kasih.

Wassalamu' alaikum Wr W b .

Pembimbing I , Pembimbing I I

(3)

Telah dimunaqasyahkan dan dipertahankan

di depan panitia penguji skripsi

Padatanggal 23 Agustus 2014

Skripsi i n i telah diterimah sebagai salah satu syarat

Memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd. 1)

Palembang, 23 Agustus 2014

Universitas Muhammadiyah Palembang

(4)

M O T T O D A N P E R S E M B A H A N

''^Kekurangan bukanlah Halangan untuk Bisa Sukses "

K U P E R S E M B A H K A N

>• Buat keluarga Tercita Yang selalu Mendo'akan

> Semua Dosen-Dosen yang telah berpartisipasi

Penuh mulai pertama Masuk hingga A k h i r

Kuliahku.

> Semua Teman-teman, Sahabat-sahabat, Dan

Semua Mahasiswa Seperjuangan Yang Menaruh

perhatian Penuh terhadap diriku.

(5)

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur bagai segala nikmat dan izin-Nya,

sehingga skripsi Penulis ini telah dapat menyelesaikan sebagaimana kehendak penulis.

Dengan j u d u l 'TELAAH PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IMAM AL-GHZALF

selawat dan salam penulis taklupa membiasakan untuk selalu berselawat.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar saijana Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Palembang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih mendapat bantuan dari

berbagai pihak , baik secara materi! maupun psrituil. Oleh karena i t u dengan sepenu hati

dan keihklasan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhitungkan kepada:

1. Rektor Univ Muhammadiyah Palembang, B p k Dr. H . M . Idris, SE,M.Si

2. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang Bpk Drs.

A b u Hanifah, M . H u m

3. Wakil Dekan I dan 11, Bpk Azwar Hadi, S. A g . M.Pd. 1, dan wakil Dekan 11 dan

I V , Ibu Nurhuda, S.Ga. M.Pd.I yang telah berpartisipasi dalam proses penulisan

s k r i p s i .

4. pembimbing 1, Ibu Dra. Yuslaini M.Pd. dan Pembimbing 11 Bpk Idmar Wijay,

(6)

5. pembimbing Akademik Bpk Drs.A bu Hanifah, M . H u m yang telah selalu

memotivasi dan mengarahkan dalam proses mulai aktif kuliah hingga saat ini.

6. Bpk dan Ibu Dosen beserta semua elemen yang terkait di Fakultas Agama Islam

Tarbiyah, Universitas Muhammadiah Palembang.

7. Dan yang tak dapat Penulis lupakan yakni do'a kedua orang tuaku serta orang tua

angkatku yang selalu mendo'aakan disetiap langkahku.dan juga yang selalu

memotivasi aku yakni semua saudara Kandungku: A y u Fitri Yantiku, Ustas

A m b o Angka, Ambo Abang, serta semua kerabat dekat keluargaku Besar Ayah

Handaku..

Palembang, 0 1 , September, 2014 Penulis Skripsi

(7)

Halaman Pengesahan ib

Halaman M o t o dan Persembahan iv

Kata Pengantar v

Daftar isi v i i

Abstrak i x

B A B I P E N D A H U L U A N

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 7

C Batasan Masalah 7

D Tujuan Dan Kegunaan penelitian 8

E Defmisi Oprasional 9

F Matodelogi Penelitian 10

G Sistematika Pembahasan 14

B A B I I L A N D A S A N T E O R I

A Perjalanan Hidup Imam Al-Ghazali 15

B Peran Imam Ai-Ghazali Dalam Dunia Pendidikan Islam 19

C Karya-Karya Imam Al-Ghazali 20

(8)

B A B 111 K O N S E E P P E N D I D I K A N I S L A M M E N U R U T I M A M A L - G H A Z A L I

A Pemikiran Imam Al-Ghazali tentang pendidikan Islam 24

B Metode pendidikan Menurut Imam Al-Ghazali 51

B A B I V K E S I M P U L A N D A N S A R A N

A. Simpulan 58

B. Saran-Saran 59

Daftar Pustaka

(9)

A. Latar belakang Masalah

Seiring dengan terus menggelindingnya berbagai fenomena pendidikan

dewasa ini, sebagai akibat globalisasi yang kian merambah berbagai dimensi

kehidupan, kehadiran pendidikan Islam diharapkan mampu memberikan solusi

terhadap berbagai persoalan tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun

1989 tentang system pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap

jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasiia,

pendidikan Agama, dan pendidikan kewarganegaraan.'

Sejak manusia menghendaki kemajuan datam kehidupan, maka sejak itu

timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan

kebudayaan melalui pendidikan. Maka itu dalam sejarah pertumbuhan

masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan

masyarakatnya^.

Pendidikan islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya islam ke

Indonesia. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai

berbeda dengan daerah-daerah lain kedatangan Islam di lalui lewat peperangan,

seperti Mesir, Irak parsi dan beberapa daerah lainnya. Peranan para pedagang dan

' . Hasbullah, Kapila Selekia Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGraflndo Persada, 1999. hal ^. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: P T Bumi Aksara.1993. hal I

(10)

2

mubaligh sangat besar sekali andilnya dalam proses islamisasi itu adalah

pendidikan^.

Persoalan pendidikan memang selalu menarik untuk diperbincangkan, hal

ini dilakukan dalam upaya mencari formulasi altematif bagi system pendidikan

yang dalam batasan tertentu dianggap kurang akomodatif terhadap perkembangan

zaman.

Masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia,

bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Memang cukup

mendasar bahwa permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang selalu

muncui dalam kehidupan sosial, karena pendidikan berkaitan dengan bagaimana

menyiapkan suatu generasi dalam kehidupan sosial di masa depan.

Sementara itu, kehidupan sosial merupakan kehidupan yang selalu

berubah, sehingga permasalahan pendidikan selalu muncui kembali sebagai akibat

dari perubahan sosial, yang pada giiirannya, dunia pendidikan kembali

menghadapi persoalan-persoalan yang lidak mungkin di jawab dengan

menggunakan analisa ilmiah semala, akan tetapi memerlukan analisa dan

pemikiran yang mendalam.

Dengan demikian pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama datam

rangka memajukan kehidupan generasi demi generagi sejalan dengan tuntutan

kemajuan masyarakatnya, Hasan Langgulung (I988,hlm 3-4) mencatat tiga alasan

mengapa manusia memerlukan pendidikan: pertama, dalam tatanan kehidupan masyarakat ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada

(11)

generasi muda dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan

terpeiihara. Kedua, dalam kehidupanya sebagai individu, manusia memiliki kecendrungan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam

dirinya seoptimal mungkin. Ketiga, konvergensi dari dua tuntutan diatas diaplikasikan melalui pendidikan**.

Pendidikan bagi kehidupan Umat manusia merupakan kebutuhan mutlak

yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi

(cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan

mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. Akan tetapi dibalik

itu, karena semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, maka semakin kompteks

Jiwa manusia itu, karena didorong oleh tuntutan hidup (rising demands) yang

meningkat pula^.

Peradaban Islam termasuk sistem pendidikan Islam telah mengalami

pasang surut, seirirng dengan maju mundumya pemikiran para ulama Islam.

Peradaban Islam pemah mengalami masa keemasannya (the golden age), yaitu

dari abad ke V I I sampai abad ke X I I I . Pada masa ini orang-orang dari timur

maupun barat datang ke dunia islam, terutama wilayah Baghdad, Andalusia dan

sisilia untuk menuntut ilmu pengetahuan. Kaum muslimin pada waktu itu telah

memberi wama indah sejarah peradaban dan perkembangan kebudayaan yang

secara mutlak menjadi kebanggaan suatu Bangsa.

. All Murtopo, pemikiran pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Altas, Palembang : Rafah Press, 20I0.Hal 3-14

(12)

4

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan umat Islam pada

waktu itu hingga memasuki awal abad pertengahan sungguh mencengangkan

dunia karena kesadaran tinggi dari umat untuk membumikan nilai-nilai Islam

telah menciptakan suasana yang benar-benar kondusif bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya dan intelektualisme Islam umumnya^.

Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan fllosofis dari pemikiran-pemikiran

pedagogis muslim, maka system nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar

bangunan (struktur) pendidikan Islam yang memiliki daya lentur normatif

menurut kebutuhan dan kemajuan masyarakat dari waktu-kewaktu. Keadaan

demikian dapat kita saksikan di Negara-negara di mana islam dikembangkan

melalui berbagai kelembagaan pendidikan formal atau non formal.

Kecendruangan itu sesuai dengan sifat dan watak kelenturan nilai-nilai ajaran

Islam itu sendiri yang dinyatakan dalam suatu ungkapan: "Islam adalah agama yang sesuai dengan waktu dan tempat.'^

Pola dasar pendidikan Islam yang mengandung tata nilai Islam merupakan

pondasi struktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan

system pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak dan bentuk proses

pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai model kelembagaan

pendidikan yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai sekarang^

Sejak Islam masuk Ke Indonesia, pendidikan Islam telah ikut mengalami

petumbuhan dan perkembangan, karena melalui pendidikan Islam itulah, transmisi

L i b i d . Hal 21-28

(13)

dan sosialisasi ajaran islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana

yang kita lihat sekarang.

Telah banyak lembaga pendidikan islam yang bermunculan dengan fungsi

utamanya memasyarakatkan ajaran islam tersebut. Munculnya lembaga-lembaga

pendidikan tradisional ini tidak selamanya diterima baik oleh masyarakat,

mengingat jauh sebelum itu telah berkembang pula agama-agama lain seperti

Hindu, Budha, dan juga paham agama setempat dan adat istiadat yang tidak

selamanya sejalan dengan ajaran islam.

Menghadapi yang demikian itu, para pendidik dan juru dakwah

menggunakan berbagai strategi dan pendekatan, yaitu di samping dengan

pendekatan cultural juga pendekatan politis dan perkawinan. Melalui pendekatan

yang demikian itu, islam yang diajarkan tidak selamanya menapilkan corak yang

seragam. Kenyataan inilah yang selanjutnya memperlihatkan alam Indonesia

sebagai Negara yang kaya dengan budaya, agama, adat istiadat, dan lembaga

pendidikan.

Dalam proses sosialisasi ajaran islam tersebut, para pendidik telah

memaikan peranan yang amat signifikan dengan cara mendirikan lembaga

pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak, hingga perguruan tinggi atau

universitas. Terjadinya proses kegiatan pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan

dari peran tokoh sebagai aktor utamanya.

Upaya gerakan pendidikan berlangsung dari sejak zaman pra kemerdekaan

dan zaman modem seperti sekarang ini. Gerakan pendidikan tersebut selain

(14)

upaya perubahan, walaupun sedikit benar-benar nampak pendidikan terjadi secara

ilmiah (nature) dalam pendidikan Islam^.

Melihat begitu pentingnya konsep pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali

bagi pendidikan kita masa kini, sehingga penulis tertarik untuk menelaah gagasan

pokok Imam Al-Ghazali dalam hal tentang pendidikan baik secara makro atau

mikro. Oleh sebab itu penulis mengadakan penelitian dengan judul *'Telaah Pendidikan Islam Menurut Imam Al-GhazalF

B. Rumusan Masalah

Telaah Pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali (khusus peserta d i d i k ) .

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang diuraikan secara makro, maka

penelitian ini biar lebih terarah dengan begitu saya akan rumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendidikan Islam menurut pemokiran imam Al-Ghazali ?

2. Metode pendidikan apa menurut Imam Al-Ghazali?

(15)

D. Tujuan dan Kegunaan penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin hendak

dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui biografi Imam Al-Ghazali sebagai toko pendidikan

Islam.

Dengan adanya aplikasi penelitian tentang telaah pendidikan Islam

menurut Imam Al-Ghazali, kiranya dapat memberikan manfaat secara :

1. Teoritis

Manfaat secara teoritis dari aplikasih penelitian ini diantaranya sebagai

berikut:

a. Adanya informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan

dapat memotivasi peneliti lain untuk mengungkapkan sisi lain yang

kira-kira beium diterangkan dalam penelitian ini.

b. Dapat memperkaya cakrawala ilmu pengetahuan dalam rangka

peningkatan memotivasi diri untuk terus beiajar dan mengajar

2. Praktis

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis yang diharapkan ialah agar

dapat dijadikan bahan masukan kepada semua pihak didalam mengaplikasihkan

nilai-nilai pendidkan islam di sebuah lembaga yang berbasis islam khususnya dan

(16)

9

E . Definisi Oprasional

Demi terhindamya kesalah pahaman dalam mengerti skripsi ini, untuk

defenisi konseptual, yang akan diungkapkan dari judul penelitian ini terdapat

beberapa istilah penting yang perlu diperjelas antara lain sebagai berikut:

a. Pendidikan

Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu perlu

diketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering

dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu : pedagogi berarti

"pendidikan" sedangkan pedagogik/ pedagoie artinya "ilmu

pendidikan".'^

b. Islam

Sebelum saya uraikan apa itu pendidikan islam, maka alangkah baiknya

"terlebih dahulu perlu kita pahami arli perkataan Islam itu sendiri. Islam

kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan

(kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf ,vm lam mim (s-i-m). kata dasamya adalah

salima yang berarti sejahterah, tidak tercelah, tidak bercacat"." c. Pendidikan Islam

Gemar Muhammad Al-Tommy Al-Ssyaebani dalam arifin (1987:13)

mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha sadar mengubah

tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan

(17)

sehari-hari atau kehidupan masyarakat dan dalam kehidupan alam

sekitar melalui proses kependidikan.'^

Pendidikan Islam adalah sebuah proses menanamkan nilai-nilai Islam pada

seseorang. Melalui pendidikan Islam diharapkan akan tumbuh generasi yang

memiliki ketakwaan yang kuat dan mampu menjalankan kehidupan sehari-hari

sesuai dengan ajaran yang tertulis di dalam Al-Qur"an dan Hadits.

Berdasarkan pada definisi operasional diatas, dapat digambarkan bahwa

arah penelitian dengan judul "telaah pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali

(menelaah pemikiran Imam Al-ghazali dalam hal pendidikan)'" sesuai dengan

ajaran Islam menurut versi Ai-ghaz^ali.

F . Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research, yakni meneliti literatur-literatur yang mengetengahkan materi-materi tentang kontribusi pemikiran

Imam Al-ghazali dalam hal pendidikan islam.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data

kualitatif. Data kualitatif yakni data yang bersifat penjelasan, atau

pemaparan yang khususnya membahas tentang pendidikan islam menurut

imam Al-ghazali.

(18)

11

Sumber data terdiri atas sumber data primer dan sumber data

skunder yakni dapat dibagi menjadi dua bagian:

a. Data primer

Sumber data primer yaitu data pokok, yang mana didalam penelitian

kualitatif, data yang berasal dari literatur -literatur ; yang langsung di

ambil dari buku-buku, atau kitab_kitab yang ada kaitannya dengan

apa yang diteliti oleh peneiiti.

Pada penelitian kepustkaan, sumber data primer berasal dari literatur

yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas'^ Penelitian

memerlukan pendekatan atau desain yang menunjukkan cara

mengumpulkan dan menganalisa data, agar penelitian dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien serta serasi dengan tujuan pendidikan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain atau pendekatan

kualitatif, karena pendekatan ini mempunyai ciri-ciri menurut bogda dan

biklen (dalam moleong) mengatakan sebagai berikut:

" I ) , penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar ilmiah, pada

konteks dari satu keutuhan, 2). dalam penelitian kualitatif, penelitian

sendiri atau dengan bantuan orang Iain merupakan alat pengumpulan data

utama. 3). peneltian kualitatif menggunakan metode kualitatif, 4).

penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan teori subtansif

yang berasal dari data, 6). data yang dikumpulkan berupa kata-kata.

(19)

gambaran dan bukan angka-angka, 7), penelitian kualitatif lebih banyak

mementingkan segi "proses" dari pada "hasil", 8). menghendaki

ditetapkannya batas dalam peneiitiannya atas dasar fokus yang timbul

sebagai masalah dalam penelitian.'**)

Di samping itu data yang dipergunakan dalam penelitian ini dikumpulkan

dari sumber-sumber pustaka yang sudah ada sebagai objek kajian. sebagaimana

diketahui bahwa sebuah karya ilmiah, maka kelengkapan rujukan sangat

diperlukan, dengan demikian kelengkapan referensi yang dimaksud oleh peneliti

disini adalah tersedianya referensi yang dibutuhkan oleh peneliti yang

berhubungan dengan fokus peneliti

b. Data Skunder

Sedangkan Sumber data Skunder yaitu merupakan data penunjang

yang akan melengkapi, sebagaimana yang diambil dari berbagai

sumber/dokumen yang berkaitan dengan apa yang dibahas di dalam

penelitian.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Didalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode

dokumentasi. dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. didalam melaksanakan dokumentasi penelitian menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen-dokumen dan

sebagainya'^.

(20)

13

. Tekhnik Analisa Data

Setelah didapat data melalui pengumpulan data, maka dalam

penganalisaanya penulis menggunakan kajian pustaka. maka kajian yang

dimulai dengan pelaksanaan kepustakaan.

Mengenai pustaka dan pengalaman orang lain berarti mencari

teori-teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi peneliti

yang akan dilakukan, agar peneliti mempunyai dasar yang kokoh dan

bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Sedangkan tahapan analisa data dalam kajian ini dapat diuraikan

antara lain:

a) Deskriptif yaitu, penelitian non hipotesis artinya dalam langkah

peneiitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

b) Komparasi yaitu, menemukan permasalahan melalui

persamaan-persamaan dan perbedaan tentang ide-ide, tentang orang, kelompok,

kritik terhadap orang terhadap suatu ide atau prosedur kerja'^.

Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan

memaparkan makna dan nilai-nilai islam yang terkandung didalam kisah

(21)

G . Sistematika Pembahasan

Skripsi ini, penulis bagi menjadi 4 bab kemudian dari maslng-masing bab

penulis bagi pula menjadi beberapa bagian dengan sistematika pembahasan

sebagai berikut:

Bab pertama. pendahuluan berisikan: latar belakang masalah pemilihan permasalahan (topik), rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian: teoritis dan praktis, defenisi, metodelogi

penelitian: tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisa data, dan

sistematika pembahasan

Bab kedua, landasan teori yang meliputi; perjalanan hidup Al-Ghazali, peran AlGhazali dalam dunia pendidikan, dan karyakaiya Imam A l

-Ghazali.

Bab. ketiga, pembahasan: meliputi konsep pendidikan islam menurut Imam Al-Ghazali dan metode pendidik menurutnya.

Bab keempat, penutup berisikan: kesimpulan dari sejak awal pembahasan sampai akhir dan serta saran-saran, kepustakaan dan

(22)

B A B I I

L A N D A S A N T E O R I

A. Perjalanan hidup Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali, dengan nama lengkap Abu hamid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Dan secara singkat disebut Al-Ghazali

atau Abu Hamid. Bahkan ada yang menyebul dengan nama Imam Al-Ghazzli.

Dalam bahasa latin, namanya ditulis dengan Al-Gazel atau Abuhamed.

Imam Al-Ghazali dilahirkan tahun 450 H atau 1058 Masehi di kota Thus

di desa Ghazalah yaitu daerah khurasan (Iran). Nama Imam Al-Ghazali diambil dari nama desa kelahirannya, yaitu Ghazalah, Imam Al-Ghazali meninggal dunia

pada hari senin tanggal 14 jumadil akhir 505 hijriah atau tanggal 19 Desember 11II Masehi. Ia meninggal dalam usia 55 tahun.

Ayah Imam Al-Ghazali bemama Muhammad, dia meninggal dunia di saat Imam Al-Ghazali belum dewasa, sehingga usia dan potensi jiwa keremajaannya,

masih muda diwamai oleh situasi lingkungannya dan keadaan ayah dan

keluarganya yang serba spiritual. Keadaan tersebut dapat direkam oleh Imam A l

-Ghazali, sehingga menimbuikan sikap hidup tasawuf, yang mempengaruhi

perjalanan hidup selanjutnya. Bahkan sebelum ayahnya meninggal, la sempat

menitipkan Imam Al-Ghazali kepada sahabat dekatnya yang ahli dibidang

tasawuf. Setelah ayahnya meninggal, ia hanya diasuh oleh Ibunya, yang hidupnya

(23)

dalam keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, artinya kehidupan Imam

Al-Ghazali tidak dilengkapi dengan kemewahan materi.'

Sejak kectl. Imam Al-Ghazali sebagai anak yang senang menunntut ilmu

pengetahuan. Karenanya, tidak heran jika sejak masa kanak-kanak, ia telah beiajar

dengan sejumlah guru dikota kelahirannya. Diantara guru-guru diwaktu itu adalah

Ahmad Ibn Muhammad al-Radzikani. Selai itu juga ia tidak segan-segan beiajar

dengan guru-guru di daerah lain yang jauh dari kampung halamannya. Untuk

memenuhi kebutuhan intelektualnya, ia kemudian hijrah ke Naisabur dan beiajar

dengan imam al-Juwaini^.

Latar belakang pendidikan Imam AlGhazali di mulai dengan beiajar A I

-Qur'an pada ayahnya sendiri, sepeninggalan ayahnya ia dan saudarahnya

dititipkan kepada teman ayahnya, Ahmad bin Muhammad AI-Riskanni, seorang

sufi besar. Padanya Imam Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih, riwayat hidup para

wall dan kehidupan spiritual mereka. Selain itu ia menghafal syair-syair tentang

mahabbah (cinlah) kapada Tuhan, beiajar Al-Qur"an dan As-Sunnah."*

Ia kemudian dimasukkan kesekolah yang menyediakan beasisiwa bagi

para muridnya. Disini gurunya adalah Yusuf al-Nassj, juga seorang Sufi. Setelah

tamat ia melanjutkan pelajarannya ke kota Jurjan yang ketika itu menjadi pusat

kegiatan ilmiah. Disini ia mendalami ilmu pengetahuan bahasa arab dan Persia,

disamping beiajar pengetahuan agama. Diantara gurunya adalah Abu Nasr

al-Ismaiii.

' H. Muhsin Manaf, Psycho Analisa Al-Ghazali Sofiesme //o/i5«'c,{Surabaya: Al-lkhias.2001) hal 19-20

(24)

17

Kemudian Imam Al-Ghazali pergi ke Nisabur dan beiajar kepada Imam

Al-Haramain Abu Al-Ma'ali A I Juwaini (419-478 Hijrah). la beiajar dengan

sunguh-sungguh dan berijetihad sehingga pandai dalam mazhab (Syafi'i),

perselisihan, debat, usuiuddin, usul fiqh, mantiq, membaca hikmah, dan falsafah.

Beliau merupakan seorang ilmuan yang sangat bijak, benar pandangannya,

mempunyai fltrah yang menakjubkan, mempunyai ingatan yang kuat, daya

tangkap yang tajam, pandangan yang mendalam dan ang pandai menyelami

makna-makna yang terperinci.

Beliau seorang yang bersunguh-sungguh dan berijitihad sehingga beliau

dapat menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang singkat, mengalahkan

generasi-generasinya. Inilah kelebihan yang terdapat dalam diri Imam Ai-Ghazali.

Beliau tidak pemah jemu menuntut ilmu dan beliau senang tiasa mempunyai

kemauan untuk mengetahui suatu ilmu secara lebih mendalam.**

Kecerdasan dan kepintaran Imam Al-Ghazali di akui oleh imam

al-Juwaini, hingga akhimyaia diangkat sebagai sisten dan akhimya mewakili

pimpinan Nizamiah. Disinilah bakat menulisnya berkembag. Dan ketika gurunya

meninggal dunia (1085), ia meninggalkan Nizabur dan menuju ke Istana Nizham

al-Muluk yang menjadi seorang perdana mentri Sultan Bani Saljuk.

Disinilah ia menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah yang rutin diadakan

di istana Nizham Muluk. Melalui forum inilah kemasyhurannya semakin meluas,

kepandaiannya menyebabkan Perdana Mentri Nizam al-Muluk mengangkatnya

sebagai gum besar pada madrasah Nizhamiah di Baqdad tahun 1090 M / 484 H,

(25)

kedudukanya yang sanga! terhormai dan merupakan prestasi puncak yang

membuatnya semakin popular.^

Demikianlah yang dapat kita amati mengenai sejarah kehidupan Imam A l

-Ghazali dalam siklus puma yang berhenti ditempat semula. Beliau dilahirkan di

Thus dan kembali ke Thus Iagi setelah beliau melakukan pengembaraan dan

akhimya meninggal dunia di kota (Thus) iut juga. Kehidupannya dimulai dengan

kehidupan ilmiah sebagai pengajar dan penasihat diakhirinya sebagai guru dan

penasihat pula.

Dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa Imam A I

-Ghazai tergolong ulama yang taat berpegang pada Al-Qur'an Al-Sunnah, taat

menjalankan agama dan menghias dirinya dengan tasawuf. la banyak mempelajari

berbagai pengetahuan umum seperti Ilmu Kalam, Filsafat, Fiqih, Tasawuf, dan

sebagainya, namun pada akhimya ia lebih tertarik kepada Fiqih dan Tasawuf.

Selanjutnya dari uraian tersebut di ketahui dengan jelas, bahwa ia seorang yang

banyak mencurahkan perhatiannya terhadap pendidikan. Sehingga tidak

mengherankan jika ia memiliki konsep pendidikan. Bahwa suatu konsep

pendidikan yang dikemukakan suatu tokoh selalu dlpcngaruhi corak paham

keagamaannya yang dimiliki.^

Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung : Angkas Bandung. 2003) hal 159

(26)

19

B. Peran Imam Al-Ghazali dalam Dunia Pendidikan Islam

Imam A l Ghazali tidak berfikir untuk medirikan mazhab baru baik di

dalam agama maupun filsafat. Karena beliau sendiri berpandangan bahwa islam

adalah satu-satunya mazhab yang benar dan salu-satunya metodelogi dalam hidup

dan berpikir. Tujuan utamannya adalah membela islam dari serangan gerakan

keagamaan dan politik dan melindungi orang awam dari bahaya filsafat yang

mengancam keimanan dan konsistensi mereka dalam memegang ajaran Islam.'

Imam Al-Ghazali adalah seorang tokoh Islam yang mendalami sesuatu

ilmu secara terperinci. Beliau terkenal sebagai hujjatul Islam dan pembaharuan yaitu beliau akan membuat pembaharuan atau pemahaman yang lebih jelas

mengenai sesuatu ilmu yang didalaminya. Beliau berbeda dengan ulama-ulama

lain yang mana usaha mereka menghafal apa yang diterimanya, mengulangi dan

menukilnya. Bahkan beliau seorang alim yang aktif, makiumat yang diterimanya

diteliti dan diuji sejauh mana kebenaran dan kebatilannya. Oleh itu, ada kalanya

beliau menolak, merubah atau menjelaskan dan mengurangi lalu membuat

pembaharuan.

Pada masa Imam Al-Ghazali, dunia Islam telah menjadi sasaran bagi

berbagai pegaruh budaya, yaitu kebudayaan Yunani pra-lslam dengan model

pemikiran mistik kristiani, Neo-Platonisme muncui pada abad ke-3 M dan

berpengaruh besar terhadap pemikiran islam. Deikian juga dalam sufisme,

pengaruh filsafat Persia dan filsafat India. Pengaruh terbesar adalah pada

(27)

kepercayaan- keparcayaan Syi'ah ekstrim menyangkut hak ketuhanan untuk

memerintahkan dan hulul-nya Tuhan kedalam tubuh.

Semasa hidup Imam Al-Ghazali ada beberapa kelompok yang menyangkut

sebagai pemilik kebenaran. Mereka adalah; pertama, filosuf, yang menggali ilmu

pengetahuan yang notabene berdasarkan rasional. Kedua, kaum fuqoha, yang

menekankan hukum lahiriah. Ketiga, golongan sutlsme, yang tumbuh berdasarkan

ketidak setujuan akan kehidupan para penguasa yang sangat diniawi, juga sebagai

anti formulitas agama yang di dengungkan oleh kelompok fuqoha. Pertentangan

al-Hallaj dan kaum fuqoha adalah bukti dari kuatnya kesenjangan fuqohadan sufi.

Dan keempat, mutakalimun, yang membahas ketuhanan dengan pendekatan

rasional dan filsafat."

C. Karya-karya Imam Al-Ghazali

Karya tulis Imam Al-Ghazali mencapai lebih kurang 300 buah. Ia sudah

mulai mengarang buku pada usia dua puluh lima tahun ketika masih berada di

Naizabur. Adapun waktu yang dipergunakan untuk mengarang adalah selama tiga

puluh tahun. hal ini berarti, dalam setiap tahun, ia menghasilkan karyanya tidak

kurang dari sepuluh buah karya (kitab/ buku) besar dan kecil dalam berbagai

disiplln ilmu pengetahuan yang diantaranya:

1. Ilmu Kalam dan Filsafat

a. Maqashid Al-Fa!asifah

b. tahafut Al-Falasifah

(28)

21

c. Al-Iqtishad fi Al-I'tiqad

d. Al-Munqid min Adh -Dhalal

e. Maqashid Asma fi A l - Ma'ani, Asma A I - Husna

f. Faishal A t - Tafriqat

g. Qisthas A I - Mustaqim

h. A l - Musthaziri

i . Hujjat A i - Haq

j . Munfashil A!-Khilaf fl Ushul Ad- din

2. Fiqh dan Ushul Fiqh

a. A l - basith

b. A l - Wasith

c. A I - Wajiz

d. A l - Khulashah A I - Mukhtasar

e. A l - Mustashfa

f. Al-Mankhul

g. Syifakh A l - ' A l i i fi Qiyas wa TaMil

h. A l - Dzari'ah Ila Makarim Syari'ah

3. Kitab Tafsir Meliputi:

a. Yaqul At- Ta'wil fi Tafsir At- Tanzil

(29)

4. Ilmu Tasawuf dan Akhlak

a. Ihya 'Ulum Ad- Din

b. Mizan A l - Amanah

c. Kimya As- Sa "adah

d. Misykat A l - Anwar

e. Muhasyafat A l - Qulub

f. Minhaj A l - Abidin

g. A l - Dar Fiqhirat fi Kasyf'Ulum

h. A l - Aini fi A l - Wahdat

i . A l - Qurbat lla Allah Azza wa Jalla

j . Akhlak A l - Abrar wa Najat min A l - Asrar

k. Bidaya A l - Hidayat

1. Al-Mabadi wa A l - Hidayah

m. Nashihat A l - Mulk

n. Taibil A l - Ibiis

0. A l - Ilmu A l - Laduniyyah p. Ar- Risalat A l - Ladiniyyah

q. A l - Ma' khadz

r. A l - Amali

(30)

23

Itulah karya- karya Imam A l - Ghazali yang multidisipliner. Kita pasti berdecak kagum jika semua karyanya sempat kita baca. Bahkan, hanya dengan

membaca Ihya 'Ulumuddin. kekaguman kita kepada Imam A l - Ghazali sangat

luar biasa. Betapa tidak, seorang filsuf yang terus mencari kepuasan batin tidak

pemah kehabisan waktu disaat- saat melakukan pencarian, melainkan semakin

memanfaatkan waktunya untuk menuliskan pandangan dan pengalamannya

kedalam karya- karyanya yang monumental^.

(31)

menyatukan konsep ilmu dengan dua energi manusia, yakni akal dan hati

sedangkan indra banyak menimbuikan keraguan. Oleh sebab itu, semua ilmu

harus berujung pada ilmu yang menyakinkan^.

1. Tujuan Pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali

Istilah "tujuan" atau "sasaran" atau "maksud" , dalam bahasa Arab

dinyatakan dengan ghayat atau andaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa

Inggris istilah "tujuan" dinyatakan dengan "goal atau purpose atau objektif atau

aim. Secara umum istilah- istilah itu mengandung pengetian yang sama, yaitu

perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang

hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.

Tujuan, menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang di harapkan

tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H . M

Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang

terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui

proses tertentu.

Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau

kegiatan selesai. Pendidikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang berproses

melalui beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang mempunyai tujuan yang

bertahapdan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu bendah yang

berbentuk tetap dan statis, melainkan suatu keseluruhan dan kepribadian

seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kepribadiannya.^

(32)

26

Dalam rumusan yang paling umum, kita bisa mengatakan bahwa tujuan

pendidikan haruslah sama dengan tujuan kehidupan itu sendiri; dan karenanya

tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup muslim. Namun hidup

terdiri atas berbagai tingkatan dimana orang mencoba menggapai tujuan-tujuan

tertentu begitu pula halnya dengan pendidikan.

Mempelajari karya-karya Imam Al-Ghazali mengenai pendidikan dan

pengajaran, akan ditemukan dua tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Pertama,

kesempumaan manusia, yang puncaknya adalah dekat kepada Allah. Kedua

kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagian dunia dan akhirat,

karena itu, ia berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan

yang dimmuskan tadi. (Fathiyah Hasan Sulaiman, 1964: 19-20).

Pandangan Imam Ai-Ghazali tentang pendidikan secara umum sesuai

dengan konsepsi pendidikan Islam, konsepsi yang religius moralis Imam A l

-Ghazali tidak mengabaikan urusan keduniaan. Dia mempersiapkan

urusan-urusan ini dalam pendidikan.

"Tujuan pendidikan menumt Imam A l - Ghazali kesempumaan manusia di

dunia dan akhir yang bisa dicapai melalui upaya mencari keutamaan dengan ilmu

pengetahuan. Jadi keutamaan kita membahagiakan di dunia disamping membuat

juga dekat kepada allah suatu kebahagian di akhirat {fathiyah Hasan, 2964: 22)"^.

Berhicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya dengan tujuan hidup

manusia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan hams diarahkan sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi, seperti yang diungkapkan oleh

(33)

Muhammad Athiyah A l - Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam

adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan

orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita- cita tinggi, dan

berakhlak mulia baik laki- laki maupun perempuan.

Sedangkan Imam A l - Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam

yang paling utama adalah "beribadah dan bertaqarrub kepada Allah dan

kesempumaan insani yang tujuannya kebahagian dunia dan akhirat" (Ramayulis,

1998: 26 ). Selanjutnya Ahmad D . Marimba menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah "untuk membentuk kepribadian yang muslim, yakni

bertaqwa kepada Allah" ( Marimba, : 46 ) pendapat tersebut sesuai dengan firman

Allah dalam al- Qur'an surat Adz- Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:

Artinya "Dan Aku (Allah) tidak ciptakan j i n dan manusia kecuali hanya

untuk mengabdi kepada Allah" (Q.S. adz-Dzariyat: 56) ( Depag RI, 1989: 862).

Disamping itu, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah "untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT selama hidupnya, dan matipun tetap dalam keadaan muslim"

(Daradjat, 1996: 31) penddapat ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat A l i

Imran ayat 102 yang berbunyi:

(34)

-28

Artinya: "Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah

dengan sebenar-benamya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan

muslim" (Q.S. A l i Imran: 102).

Berpedoman dari dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah untuk membentuk manusia yag

mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung

jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya kebahagian dunia dan

akhirat.

2. Kurikulum Pendidikan Islam menurut Imam A l - Ghazali a. Pengertian Kurikulum

Kata "kurikulum" mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia

pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum

muncui pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. pada tahun

itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olah raga, yakni suatu alat

yang membawa orang dari star sampai ke finish. Baruiah pada tahun

1955 itilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti

sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.

Di dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam yaitu

sebagai berikut;

1) Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari

siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperolah ijazah

(35)

2) Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga

pendidikan atau jurusan.

Pengertian tersebut menimbuikan paham dari sekian banyaknya

kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah, hanya sejumlah mata

pelajaran (bidang studi) yang ditawarkan itulah yang disebut

kurikulum. Adanya pandangan tradisonal yang mengatakan bahwa

kurikulum memang hanya rencana pelajaran. Menurut pandangan

Modem, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang

studi. Kurikulum dalam pandangan modem ialah semua yang secara

nyata terjadi dalam proses pendidikan disekolah^.

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani , yaitu

curir artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempu

oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dari bahasa prancis, yaitu

couriar yang berarti berlari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam

dunia olahraga. Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah tersebut

merupakan lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat

didalamnya. Dengan demikian curriculum diartikan jarak yang harus

ditempu oleh pelari.

Sementara di dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, kurikulum

didefinisikan sebagai susunan rencana pelajaran. Sedangkan pada

perkemangan selanjutnya, kurikulum menjadi istilah yang digunakan

(36)

30

untuk menunjukkan satuan mata pelajaran yang harus ditempu guna

mencapai suatu gelar atau memperoleh ijazah.

Di dalam kosakata bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan

kata manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia

diberbagai fase kehidupannya. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan

pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang

dilalui guru dan murid untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Dengan demikian kurikulum merupakan seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi , bahan pelajam, dan cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk menncapai tujuan pendidikan tertentu. Oleh sebab itu kurikulum

disusun oteh satuan pendidikan untuk menyesuaikan dengan

kebutuhan dan potensi yang ada didaerah.

Berdasarkan pengertian- pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunkan pendidik untuk

membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidik yang diinginkan

melalui akumulasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap

mental. Ini berarti proses kependidikan Islam bukan suatu proses yang

dapat dilakukan secara serampangan, tetapi mengacu pada

konseptual!sasi manusia paripuma.^

(37)

Seperti yang yang dikemukakan di depan, kurikulum merupakan

suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.

Karena itu pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang

bersangkutan. Ada dua jenis yang terkandung di dalam kurikulum

suatu sekolah, yaitu:

a. Tujuan yang ingi dicapai sekolah secara keseluruhan. Selaku

lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah

tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau

tujuan institusionai). Tujuan tersebut biasanya digambarkan

dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

diharapkan dapat dimiitki murid/ siswa setelah mereka

menyelesaikan seluruh pendidikan dari sekolah tersebut.

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi. Setiap

bidang studi dalam kurikulum suatu Sekolah juga mempunyai

sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan ini pun

digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keteramilan, dan

sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/ siswa setelah

mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu'.

Kurikulum pendidikan islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan

pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada

anak didik untuk mencapai tujuan. Kurikulum juga merupakan kegiatan

yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci

(38)

32

berupa bentuk- bentuk bahan pendidikan, saran- saran strategi beiajar

mengajar, pengaturan- pengaturan program agar dapat diterapkan, dan

hal- hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapainya tujuan

yang diinginkan.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang

direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan- tujuan

pendidikan tertentu. Batasan ini mencerminkan hal-hal sebagai berikut:

pertama, pendidikan ialah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan.

Kedua, di dalam kegiatan pendidikan terdapat suatu rencana yang disusun atau diatur. Ketiga, rencana tersebut dilaksanakan disekolah melalui cara- cara yang telah ditetapkan".

Fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia

sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan

b. Pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subjek dan objek

pendidikan

c. Fungsi kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah

berikutnya dan penyiapan tenaga keija bagi yang tidak melanjutkan

d. Standardlsasi dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses

pendidikan, atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan

(39)

dijalankan pada caturwulan, semester, maupun pada tingkat

pendidikan tertentu^.

Dari definisi diatas, baik dilihat dari fungsi kurikulum maupun

tujuannya, hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai

rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk

bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar-mengajar.

pengaturan-pengaluran program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup

pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.'**

Posisi kurikulum selanjutnya adalah bagaimana ia tidak hanya

berfungsi sebagai "agent o f conservative" , tetapi juga sebagai "agent o f

change". Artinya, untuk nilai-nilai yang bersifat universal dan objektif

(nilai ilahiah) secara instrinksiknya tetap dilestarikan sampai pada

generasi-generasi berikutnya, namun konfigurasinya, dapat diubah

menurut perkembangan yang diinginkan dengan syarat tidak

menimbuikan keresahan dan kebingungan masyarakat''.

b. Isi kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali

Kurikulum pendidikan yang disusun oteh Imam Al-Ghazali tidak

lepas dari pandangan beliau tentang tujuan pendidikan Islam itu sendiri

yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebab mendekatkan diri

kepada Allah tersebut menurut Imam Al-Ghzali tolak ukur kesempumaan

manusia sebagai sarana jalan kesana itu tiada lain kecuali ilmu. Jika

^. Bukhari Umar. ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011) hal 172

'°. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada, 2008) hal 123

(40)

34

ilmunya banyak dan sempuma, ia akan semakin dekat kepada Allah dan

semakin menyerupai malaikat. Dari sini dapat kita pahami bahwa

menumt Imam Al-Ghazali pendidikan mempakan suatu jalan

satu-satunya untuk menyempumakan manusia. Dengan kata lain

kesempumaan manusia sangat ditentukan oleh pengetahuan yang

diperolehnya".

Pada pertengahan abad XX kurikulum diartikan sebagai sejumlah

pelajaran yang hams ditempuh oleh siswa untuk kenaikan atau untuk

memperoleh ijazah. Menurut Imam Al-Ghazali kurikulum pendidikan itu

terdapat dua hal yang manarik bagi kita, pertama pengklasifikasiannya terhadap ilmu pengetahuan dan segala aspek yang berkaitan dengannya,

seperti yang diuraikan didepan. Kedua, pemikirannya tentang manusia berikut dengan segala potensi yang dibawa. Pada hakekatnya manusia itu

sama.

Adapun tahapan rumusan imam A l - Ghazali dalam kurikulum secara

tersurat sesuai dengan proses pendidikan anak yang diajarkan oleh

Rasulullah Muhammad SAW yang arti hadisnya sebagai berikut:

"Seorang anak pada tujuh hari dari kelahirannya disembelihkan

hewan aqiqah dan diberi nama yang baik serta di jaga kesehatannya.

Ketikah telah bemsia 6 tahun, didiklah ia. Ketika bemsia 9 tahun, latiiah

ia hidup mandiri, dipisahkan dari tempat tidur orang tuanya. Ketika

setelah bemmur 13 tahun, berilah sangsi bila ia meninggalkan shalat.

(41)

Setelah sampai pada usia 16 tahun, nikahkanlah ia, setelah itu terlepastah

tanggung jawab orang tua terhadap segalah perbuatan anaknya, seraya

berkata dihadapanya". Aku telah mendidikmu, mengajarmu,

menikahkanmu, maka aku mohon perlindungan kepada Allah dari

fitnahan di dunia maupun siksaan di akhirat.'^

Implikasih dari hadis yang dikutib Imam Al-Ghazali ini memberikan

pengertian bahwa pengajar dan pendidikan itu dapat dilaksanakan secara

bertahap dan disesuaikan dengan perkembangan anak baik fisik maupun

fisikisnya dan bertanggung Jawab atas pendidikan anak minimal hingga

16 tahun. Selanjutnya pembentukan pribadi anak menjadi tanggung

jawab diri anak itu sendiri dan masyarakat secara luas.

Dengan demikian, bila ia paparkan perkembangan usia anak

berdasarkan hadis yang dinukil Imam A l - Ghazali tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Usia 00-06 tahun, adalah masa asuhan orang tua. Hendaklah orang

tua memelihara anak tersebut dari berbagai kotoran jasmani dan

rohani dari belengu- belenggu ketidak baikan sebagai simbolnya

diberikan upacara aqiqah serta diberi nama yang baik. Dan

pendidikan pada usia ini masih bersifat formal.

b. Usia 06- 09 tahun, adalah masa dimulainya pendidikan anak secara

formal. Pada masa ini akan telah mampu menerima pengertian dari

(42)

36

atau hukuman, tetapi dampak keduanya berbeda. Ganjaran

berdampak positif sedangkan hukuman berdampak negatif.

c. Usia 09-13 tahun adalah masa pendidikan kesusilaan dan latihan

kemandirian. Sebagai kelanjutan dari pembiasaan terhadap yang baik

dan pemberian pengertian tentang apa yang dibiasakan pada usia ini

dan harus mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk

antara yang manfaat dan yang sia- sia, serta mana yang pantas

dikerjakan dan mana yang perlu dihindari.

d. Usia 13-16 tahun di dalam masa ini sebagai pemeriksaan perilaku

anak didik tersebut sebagai evaluasi, dimulai pendidikan formal,

pendidikan kesusilaan dan pendidikan latihan kemandirian. Pada

konteks ini biasanya diadakan evaluasi selama tiga tahun dan jika

ditemukan kekurangan- kekurangan dalam mendidik anak dan untuk

membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab atas segala

perbuatanya, anak perlu diberikan sanksi.

e. Usia 16 tahun dan seterusnya adalah pendidikan kedewasaan,

menurut Islam anak usia ini setelah dianggap dewasa dan segala

yang dilakukan sudah mempunyai nilai tersendiri di hadapan

Allah'*. Pendidikan pada priode ke kelima (e) ini anak telah

mengalami kedewasaan nafsu seknya, yang banyak membutuhkan

penjagaan agar tidak terjadi ekses- ekses seksual yang merugikan.

maka sesuai dengan bagian akhir kondisi ini, orang tua telah

(43)

berkewajiban menikahkan anaknya, itulah sebaik-baiknya bagi

pencegahan akses-akses seksual tersebut.

Demikian periodesasi perkembangan anak berdasarkan didaktis yang

melahirkan pentahapan dalam kurikulum yang dirumuskan imam A l

-Ghazali. Adapun periodesasi berdasarkan psykologi dalam kaitanya

dengan kurikulum pendidikan yang dikemukakan Imam A l - Ghazali

adalah materi keilmuan yang disampaikan kepada murid hendaklah

secara berurutan. Seperti mulai dari hafalan dengan baik, mengerti,

memahami, menyakini, dan membenarkan terhadap apa yang

diterimanya'^.

Kurikulum disini dimaksudkan adalah kurikulum dalam arti yang

mikro, yattu seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada

peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun

pandangan Imam Al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari

pandangan mengenai ilmu pengetahuan.

Imam Al-Ghazali mengemukakan konsep kurikulum yang erat

kaitanya dengan ilmu pengetahuan. Ilmu dari Allah harus dituntut oleh

setiap manusia, oleh karenanya pendidikan harus membuat seorang anak

memiliki kesadaran terhadap hukum Islam melalui pelajaran al-Qur'an

dan al-hadis. Menurut Imam Al-Ghazali secara garis besar ilmu dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu:

(44)

38

a. Ilmu Mu'amalah adalah pengetahuan yang dapat dituliskan secara

sistematis dan berhubungan dengan kata- kata yang dapat diterima

dan dipelajari orang lain. Yang termasuk ilmu Mu'amalah adalah

sains, tekhnologi dan pengetahuan budaya.

b. Ilmu Mukasyafah adalah pengetahuan yang abstrak yang berada di

alam ide, pengetahuan ini sulit dtlukiskan dengan lisan atau tulisan,

tidak teijangkau oteh panca indra bahkan tidak mampu difikirkan

dengan akal. Sedangkan yang termasuk dalam ilmu Mukasyafah

adalah misalnya ilmu tasawuf (ilmunya yang bukan hakikatnya) yitu

untuk mendekatkan diri kepada Allah'^.

Imam Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga

kelompok ilmu yaitu:

a. Ilmu yang tercela banyak atau sedikit ilmu ini tak ada manfaatnya

bagi manusia, baik didunia atau di akhirat; misalnya ilmu sihir,

nujum, danperdukunan. Nilai ilmu ini bila dipelajari akan membawa

mudharat dan akan meragukan kebenaranada-Nya Allah.

b. Ilmu yang terpuji,banyak atau sedikitnya misalnya ilmu tauhid, ilmu

Agama. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa orang padajiwa yang

suci bersih dan terhindar dari keburukan.

c. Ilmu yang tertentu terpuji pada taraf tertentu yang tidak boleh

dialami karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman

dan ilhad. Misalnya ilmu filsafat. Ilmu ini hanya dapat dipahami

(45)

pada segelintir orang yang telah memiliki keimanan yang kuat dan

dasar pikiran yang matang.

Selain itu pula Imam At- Ghazali membagi isi kurikulum pendidikan

Islam dengan empat kelompok dengan mempertimbangkan jenis dan

kebutuhan ilmu itu sendri, yaitu:

1. Ilmu- Ilmu Al-Qur'an dan ilmu- ilmu agama, misalnya ilmu fiqh,

al-sunnah, tafsir dan seterusnya.

2. Ilmu- Ilmu Bahasa sebagai alat mempelajari ilmu Al-Qur'an dan

Ilmu agama.

3. Ilmu- Ilmu yang Kifayah, seperti ilmu kedokteran, matematika,

industri, pertanian teknologi, dan seterusnya.

4. Ilmu- Ilmu beberapa cabang ilmu filsafat"

Klasifikasi isi kurikulum tersebut berpijak atas kalsifikasi ilmu

pengetahuan dengan tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok menurut kuantitas yang mempelajari.

a. Ilmu fardlu'ain, yaitu ilmu yang harus diketahui oleh setiap

muslim yang bersumber dari kitab Allah.

b. Ilmu fardlu kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh

sebagian orang muslim saja. Seperti ilmu yang berkaitan dengan

masalah duniawi, misalnya ilmu hitung, kedokteran, teknik

1 fl pertanian, industri dan sebagainya.

M tadzi Safrony, Al-Ghzalai Berhicara Teniang Pendidikan, Islam, ( Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2013) hal. I ! 8

(46)

40

2. Kelompok menurut fungsinya

a. Ilmu tercela (madzmumah) yaitu ilmu yang tidak berguna untuk

masalah dunia dan masalah akhirat, serta mendatangkan

kerusakan, misalnya ilmu sihir, nujum, dan perdukunan.

b. Ilmu terpuji (mahmudah) ilmu-ilmu agama yang dapat

menyucikan jiwa dan menghindarkan hal-hal yang buruk serta

ilmu yang dapat mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT.

c. Ilmu terpuji dalam batas- batas tertentu dan tidak boleh

dipelajari secara mendalam karena mendatangkan ilhad (ateis),

seperti ilmu filsafat".

Selanjutnya Imam Al-Gazhali membagi ilmu model ini dengan

lima macam, yatu;

a. Olah raga (riyadliyah), seperti ilmu teknik matematika, dan

organ isasi.

b. Ilmu mantik (logika) yang digunakan untuk mendatangkan

pemahaman dan bukti dari dalil syar'i.

c. Ilmu uluhiyah (theology), yaitu ilmu yang digunakan untuk

memikirkan dzat Allah, seperti ilmu kalam.

d. Ilmu thab' iyah, yaitu ilmu yang digunakan mengetahui

sifat-sifat jasmani, seperti psikologi dan sebagainya.

e. Ilmu politik, dan rekayasa untuk kepentingan kemaslahatan

duhia.^**

(47)

3. Kelompok mmenurut sumbemya

a. Ilmu syariah yaitu ilmu-ilmu yang didapat dari Wahyu Ilahi dan

SabdaNabi.

b. Ilmu aqliyah, yaitu ilmu yang berasal dari akal pikiran setelah

mengadakan eksperimen dan akulturasi.

Disiplln diri

SKEMA I M A M A L - G H A Z A L I TENTANG I

Pengertian Penuh tentang Al-Qur'an

Pengetahuan tentang kenyataan (Mukasyafafh)

Paham Sufi

\

Pengetahuan praktis (Muamalah)

Bimbingan Ilahi

Pengetahuan intelektual (aqli)

I

Perolehan

1. Ilmu-ilmu Matematika dan logika a. Astronomi

b. Mustk

2. Ilmu Pengetahuan Alam a. Jenis-jenis eksistensi

b. Jenis-jenis "Sukma" (Makhluk hidup)

c. Kedokteran

d. Manifestasi dari yang tidak diteriihat dalam fenomena (Al-Atsal-Alawiyah)

e. Metaiografi f. Sifat-sifat zat kimia 3. Ilmu-ilmu spekulattf

a. Matematika b. Theoiogis

c. Yang gabib dan esensi benda-benda

d. Peibedaan paham e. Jiwa yang tenteram f. Malaikat dan Syaitan

g Ramalan dan keajaiban-keajaiban h. Keadaan Jiwa dan tawakal dan

nenalihatan saih

Pengetahuan intelektual (aqli)

Prinsip-prinsip Cabang-cabang (fiiru') Dasar-dasar ('Usui)

Qur'an dan Hadits

Kewajiban terhadap Allah

fibadah)

Yang diwajibkan dan yang dilarang

Wajib dan muharram Kewajiban terhadap orang lain (adat) Yang dianjurkan (Mustahab), yang dibiarkan (Mubah) yang tercela (Makruh) Kewaajiban terhadap diri sendiri (elika) Tingkat-tingkat per-kembangan Transaksi Niaga (Mu'amalah) Bisnis, dll. Kontrak-kontak (Mu'aqada) perkawinan, perceraian

Qur'an dan Hadits

Suftsme

(sebagai ilmu)

Filsafat Bahasa Arab

B^asa Arab

Hadits Al-Qur'an

(48)

42

Pada hakikatnya kurikulum dikaji berdasarkan tingkatan- tingkatan

pendidikan:

a. kurikulum dapat diartikan sebagai serangkaian tujuan pendidikan yang

menggabungkan berbagai kemampuan, nilai dan sikap yang harus

dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan jenjang

pendidikan.

b. Kurikulum dapat diartikan sebagai kerangka materi yang memberikan

gambaran tentang bidang- bidang pelajran yang perlu dipelajari oleh

para siswa untuk menguasai serangkaian kemampuan, nilai dan sikap

yang secara institusionai harus dikuasai para siswa setelah selesai

mempelajarinya.

c. Kurikulum sebagai garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang

telah dipilih untuk dijadikan objek bidang

d. Kurikulum adalah panduan dan bukan pelajaran yang disusun untuk

menunjang kegiatan proses pembelajaran.

e. Kurikulum diartikan sebagai bentuk- bentuk dan jenis kegiatan

pembelajaran yang dialami oleh para siswa".

Pengertian kurikulum diatas, sudah mengcakup semua aspek atau

komponen yang ada didalamnya dalam kaitanya dengan kurikulum pendidikan

Agama,

(49)

3. Pendidik dalam pandangan Imam Al-Ghazali

Dari segi bahasa, pendidik sebagaimana dijeiaskan oleh WJS

poerwadarminta adalah orang yang mendidik, pengertian Ini memberikan kesan,

bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.

Dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata berdekatan artinya dengan pendidik.

Kata tersebut seperti teacher yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang

berarti guru pribadi. Atau guru yang mengajar di rumah.

Selanjutnya dalam bahasa arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu'alim,

dan mu'addib. Kata Ustadz jamaknya asatldz yang berarti teacher (guru),

professor (guru akademik), jenjang dibidang intlektual, pelatih, penulis, dan

penyair. Adapun kata muddaris berarti teacher (guru) instructor (pelatih), lecture

(dosen), selanjumya kata mu'alim yang juga berarti teacher (guru), instructor

(pelatih), trainer (pemadu),. Selanjutnya kata mu'addib berarti educator pendidik

atau teacher in koranic school (guru dalam lembaga pendidikan al-Qu'an).^^

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk

mendidik. Sementara itu secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan

Islam adalah orang yang bertanggu jawab terhadap perkembangan peserta didik

dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif,

kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai -nilai ajaran Islam^^.

Kata pendidik tidak lepas dari adanya kata "pendidikan" umumnya

pengajaran sehingga muncui kata "pendidik" dari "pengajar" menurut Muh. Said

pandangan semacam ini dipengaruhi oleh kebiasan berfikir orang barat,

Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media, 2005) hal 113

(50)

44

khususnya orang belanda, yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan

kata op veoding (pendidikan). (Muh Said, 1981: 9). Pada dasamya pendidikan

dan pengajaran atau Ta'dib dan Ta'lim, mengajar dan mendidik, pengajar dan

pendidik, adalah sama^*.

Dalam para digma Jawa, pendidik diidentikkan dengan gum (gu dan ru)

yang berarti "digugu" dan "ditim" dikatakan digugu (dipercaya) karena guru

memiliki seperangkat ilmu yang memadai, pandangan yang luas dalam melihat

kehidupan ini. Dikatakan ditim (diikuti) karena gum memiliki kepribadian yang

utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panuatan dan suri

tauladan oteh peserta didik^^.

Dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia, pendidik sering

disebut ustadz atau kiai. Ustadz berasal dari bahasa arab yang berarti gum atau

gum besar. Sebutan ini dipakai dikalangan lembaga pendidikan Islam formal yang

pendidikan dan pengajarannya diselenggarakan dengan sistem madrasah (klasik)

seperti madrasah diniyah. Sedangakan kata kiai semula berasal dari bahasa jawa

yang dalam praktik kehidupannya dipakai untuk tiga jenis gelar yang sating

berbeda yaitu:

a. Sebagai gelar kehormatan yang dianggap kramat umpamanya, Kiai

Gamda Kencana

b. Gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya

(51)

c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam

yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar

kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya^^.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa jDcndidik dalam

perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat

kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas- tugas kemanusiaannya sesuai

dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini buka

hanya terbatas pada orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang

terlibat dalam proses pendidikan anak sejak dalam kandungan hingga dewasa,

bahkan sampai meninggal dunia."

Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekeijaan

harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang professional adalah

orang yang memiliki profesi. Apa profesi itu? Menurut Muthtar Luthfi seseorang

disebut memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria berikut ini: pertama profesi harus mengandung keahiian. Artinya suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu

keahlian yang khusus untuk profesi itu. Kedua profesi dipilih karena panggiian hidup dan dijalani sepenuh waktu.

Keahlian diproleh dengan cara mempelajari secara khusus. Dilakukan

sepenuh waktu maksudnya profesi itu dijalani dalam jangka yang panjang bahkan

seumur hidup. Jadi bukan dilakukan secara pert-time, melainkan full time; bukan

dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau pekerjaan sementara yang akan

M Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: P T Rineka Cipta, 2009) hat 120

(52)

46

ditinggalkan bila ditemukan pekerjaan lain yang dirasakan lebih

To

menguntungkan .

Untuk menjadi pendidik yang profesional tidaklah mudah karena karena ia

harus memiliki berbagai kompetensi keguruan. Kompetensi dasar bagi pendidik

ditentukan oleh tingkat kepekaanya dari bobot potensi dasar dan kecendrungan

yang dimilikinya. Bahwa calon pendidik perlu mempersiapkan diri untuk

menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan khusus yang

terkait dengan profesi keguruan, agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik,

serta dapat memenuhi keinginan dan harapan peserta didik.

Untuk mengenai posisi profesional pendidik, ada baiknya kita lihat

stratifikasi tenaga keija secara sediliana, tenaga keija dapat distratifikasikan

kedalam empat macam yaitu: pertama, pekeija terampil disiapkan untuk terampil melaksanakan tugas yang sifatnya operasional dan tidak banyak membutuhkan

pikiran. Kedua, teknisi terampil memiliki pengetahuan dasar teori, sehingga sedikit banyaknya memiliki wawasan dasar dari pelaksanaan tugasnya.

Ke/zga.teknisi ahli/ profesional mampu menjelaskan dan mempertanggung

jawabkan altematif atau putusan yang dipilih. Keempat, elite profesional memiliki

kemampuan lebih dari teknisi ahlF^.

Guru dipandang sebagai jabatan profesional, mengapa demikian karena

suatu pekerjaan dipandang memerlukan kemampuan profesional bila pekerjaan

tersebut memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus. Jabatan guru dinegara

maju (Amerika Serikat, Jerman, Inggris) sudah lama dipandang sebagai Jabatan

(53)

profesional karena dipersyaratkan pendidikan lanjut dan latihan khusus ( pasca S

l).OIeh karena keprofesionalan seorang guru tidak lepas dari latar belakang

akademik yang ditempuhnya sebelum menjadi guru. Semakin tinggi tingkat

akademik seseorang biasanya menunjukkan lebih matang dalam berfikir,

menganalisis berbagai macam permasalahan^**.

Pendidik disebut juga dengan, merupakan unsur manusiawi dalam

pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan

peranannya dalam pendidikan sebagai sumber yang menepati posisi dan

memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang

mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda

pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di

sekolah^'.

Dalan konteks pendidikan Islam "pendidik" sering disebut dengan

murabbi, mu'allim, mu'addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah tersebut

mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan

dalam konteks Islam. Disamping itu., istilah pendidik kadang kala disebut melalui

gelamya seperti istilah ustadz dan al-syakh.

Secara leksikal, guru berarti orang yang pekerjaannya mengajar, menurut

ahli bahasa Belanda, J,E,C Gericke dan T. Roorda seperti yang dikutip oleh Hadi

Supeno menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya

berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan pengajar. Sementara itu dalam

bahasa inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan guru.

(54)

48

Misalnya, teacher yang berarti guru atau pengajar, educator yang berarti pendidik

atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru pribadi, guru yang mengajar

dirumah, atau guru yang memberi les. Ada hal cukup menarik dalam pandangan

masyarakat jawa guru dapat dilacak melalui akronim gu dan ru. Gu diartikan

dapat "digugu" (dianut) dan ru berarti dapat "ditiru" (dijadikan teladan).^^

Imam Al-Ghazali berpandangan "idealistik" terhadap profesi guru.

Idealisasi guru menurutnya adalah orang yang berilmu, beramal dan mengajar.

Orang seperti ini adalah gambaran orang yang terhormat dikolong langit. Dari sini

Imam AI-Ghazali menekankan perlunya keterpaduan ilmu dengan amal.^^ Imam

Al-Ghazali mengibaratkan pekerjaan guru bagaikan mata hari atau minyak wangi.

Matahari adalah sumber cahaya yang dapat menerangi, bahkan memberikan

kehidupan. Sebab dengan ilmi yang diperoleh dari guru. Jelaslah baginya yang

benar dan yang salah, dan selanjutnya, dapat memperoleh kebahagian dunia dan

akhirat. Adapun mengenai minyak wangi adalah benda yang disukai setiap orang.

Karenah ilmu itu penitng bagi kehidupan manusia dunia dan akhirat sehingga

setiap orang pasti menuntutnya dan mencintainya.

imam Al-Ghazali seorang ahli didik Islam juga memandang bahwa

pendidik mempunyai kedudukan utama dan sangat penting. Imam Al-ghazali

dengan dalil aqlinya mengatakan bahwa menjadi pendidik sangatiah penting. Ia

berkata, "Mulia dan tidaknya pekerjaan itu diukur dengapa yang dikerjakan.

Tukang emas lebih mulia dari pada penyamak kulit karena tukang emas mengolah

emas satu logam yang amat mulia, dan penyamak mengolah kulit kerbau mati."

32

(55)

Pandangan Imam AL-Ghazali dalam bidang karya mengajar ini sangat

berpengaruh terhadap para pengajar dan para mubalig serta merangsang mereka

melakukan pekerjaan mengajar.^*

Seorang guru akan dikatakan professional apabila dia, sudah menguasai

aspek akademik yang dipelajari guru dari wada pembinaan atau lembaga tertentu,

professional guru itu dilihat dari segi bagaimana guru menghadapi

problem-problem yang menjadi persoalan, yang dihadapi dalam proses beiajar mengajar.

Guru bukan cuma diharapkan mampu memberikan materi secara baik akan tetapi

guru harus mampu memberikan penanaman nilai-nilai terhadap sisiwa, dan juga

diharapkan mampu menjadi seorang pendidik bukan hanya sebatas melepaskan

tanggung jawab sebagai seorang pengajar.

Guru yang professional la tidak hanya sekedar melepaskan tanggung

jawab sebagai guru melainkan bekerja keras untuk mencapai tujuan dari pada

program pengajaran, namun untuk mencapai segala kesuksesan itu guru perlu

didukung oleh berbagai aspek yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan

perkembangan pengajaran.^^

4. Peserta didik dalam pandangan Imam Al-Ghazali

Dengan berpijak pada paradigma "beiajar sepanjang masa" maka istilah

yang tepat untuk menyebutkan individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik

dan bukan anak didik. Peserta didik cakupanya lebih luas, yang tidak hanya

melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa. Sementara istilah anak

didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan

(56)

50

peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya

disekolah (pendidikan formal), tetapi juga lembaga pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan yang digunakan melakukan review disesuaikan dengan PICOT dimana P= problem/ pasien/ populasi yang pada penelitian ini merupakan caregiver lansia demensia

Hal ini meunjukkan bahwa tidak ada perbedaan median data pening- katan kemampuan pemecahan masa- lah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery learning

dapat dira*at dini.' Dia bahlGn nenyebut- kan usia sedini 4-5 tahun dengan kelaina. skeletal dan frmgsional perlu segera mendapatkan pera\4,atan orodonti. Namun cianelly

ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dapat membuat video feature interaktif tentang wisata di Kota Surabaya.. Video ini menggunakan

Kegiatan FGD dilakukan dengan melibatkan seluruh kompenen pengurus dan pengelola masjid di Kelurahan Taman Sari Ampenan Kota Mataram yang terkait dengan fokus pengabdian yaitu

• Bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi

Pada penelitian ini tidak ada hubungan langsung antara lemak dengan daya tahan jantung paru karena konsumsi lemak terlebih dahulu akan mempengaruhi kadar trigliserida darah,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan sukarela manajemen risiko terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada