DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… i
SAMBUTAN KETUA PANITIA………... ii
SAMBUTAN REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR……… iv
SAMBUTAN DEKAN FAULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI
INDONESIA ENPASAR…………...………...……….…
vi
DAFTAR ISI……….………...………...…….… vii
MAKALAH SESI UTAMA………... ix
DALAM SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
Prof. Dr. Faruk, SU... 1
PERAN PERGURUAN TINGGI SENI DALAM MEMBANGUN SENIMAN
DAN DESAINER BERKARAKTER KEBANGSAAN
Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum………
11
KOMIK WAYANG INDONESIA DALAM POLITIK IDENTITAS
Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum………... 34
NUSARUPA: SILANG BUDAYA
Drs. Eddy Soetriyono... 38
MAKALAH CALL PAPER... 48
SENI DAN BUDAYA BALI DALAM KEPUNGAN PARIWISATA
Dr. Drs. I Wayan Mudana, M.Par... 49
AKULTURASI SENI DAN BUDAYA DI DESA PEGAYAMAN
BULELENG BALI
Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si ……….
74
SENI RUPA REPRESENTASIONAL INDONESIA DAN KEMUNGKINAN
PEMBACAAN SEJARAH BARU
PARADOK YADNYA DAN JUDI DALAM KARYA RUPA
Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. Dr. I Ketut Suteja, S.ST., M.Sn.
Dra. Ni Kadek Karuni, M.Sn... 96
BINEKON: ANIMASI UNTUK MENGHARGAI KEBERAGAMAN
INDONESIA (IDEALISME KREATOR DALAM MEMPRESENTASIKAN
SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI IKON KARAKTER ANIMASI)
Ehwan Kurniawan, M.Sn...
116
PENANAMAN NILAI DAN KARAKTER BANGSA DALAM SENI RUPA
DAN DESAIN MELALUI KARTUN STUDI KASUS: MAJALAH KARTUN
BOG-BOG EDISI 2010-2012
Dr. Drs. I Wayan Swandi, M.Si...
133
NASIONALISME DALAM BAHASA RUPA UANG KERTASINDONESIA
MASA REVOLUSI
NATIONALISM IN THE VISUAL LANGUAGE OF INDONESIAN BANK
NOTE REVOLUTIONARY PERIOD
Drs. Baskoro Suryo Banindro, M.Sn……….………
147
SENJATA DEWATA NAWA SANGGA SPIRIT PERJUANGAN MENUJU
MASYARAKAT EGALITER
165
PEMASARAN PRODUK SENI BERBASIS PRAMUWISATA UNTUK
MEMBANGKITKAN KINERJA SENIMAN PADA ERA GLOBALISASI DI
GIANYAR BALI
Pande Ketut Ribek, SE., M.M...
185
EUFORIA MENCECAP RASA MILITER
Dr. Andrian Dektisa H... 200
MANAJEMEN PRODUKSI BILINGUAL DOKUMENTER
TOPENG ARSA WIJAYA
Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A, Ni Kadek Dwiyani, S.S., M.Hum…...……. 221
PERKEMBANGAN FESYEN KEBAYA DI ZAMAN POSTMODERN DI
KOTA DENPASAR
Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn. M.Erg...
236
KAJIAN IKONOGRAFI COMMISSIONED WORKSTREET ART
WAYAN MUSTIKA
I Gusti Ngurah Wirawan, S.Sn………...………... 252
TO BUILD THE WORLD A NEW: STUDI IKONOGRAFI DESAIN EKSIBISI
PAVILIUN INDONESIA DI WORLD’S FAIR NEW YORK TAHUN
I Kadek Dwi Noorwatha, S.Sn., M.Ds...
265
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR SEBAGAI PENGAJEG SENI
DAN SENIMAN YANG BERKARAKTER
I Nyoman Payuyasa, S.Pd., M.Pd...
286
MELACAK VISUALISASI NILAI PERJUANGAN DALAM CERITA
TANTRI
Dr. Dra Sri Supriyatini, M.Sn... 301
CILI SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN BRAND COKELAT BALI
Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn., M.Sn...
317
PERANAN WACANA “AJEG BALI” DALAM MENINGKATKAN SENI
KERAJINAN SARANA UPACARA DI GIANYAR BALI
Dra. Ni Kadek Karuni, M.sn., Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn………
338
PEMBUATAN DESAIN ILUSTRASI FOTO PADA BAJU KAOS ENGAN
MEDIA FOTOGRAFI DIGITAL UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA
BUDAYA DI PURA TANAH LOT TABANAN DAN PURA TAMAN AYUN
BADUNG BALI
I Made Saryana, S.Sn., M.Sn., Anis Raharjo, S.Sn.,M.Sn., Amoga Lelo
Octaviano, S.Sos., M.Sn………
359
PROGRAM BERITA TELEVISI BERBAHASA BALI “GATRA BALI” DI
TVRI BALI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI MASSA
Ni Kadek Dwiyani, S.S., M.Hum, I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn………
385
NOTULEN……… 401
AKULTURASI SENI DAN BUDAYA
DI DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI
Oleh: Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si
Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar email:
arbawirawan10@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan dokumentasi data tertulis dan audio visual dalam bentuk film dokumenter. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini untuk menciptakan film dokumenter
observational/direct cinema akulturasi seni dan budaya masyarakat Hindu dan Islam di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui usulan penelitian ini adalah a). Mengidentifikasi berbagai seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. b). Mengetahui persepsi masyarakat tentang seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. c). Merumuskan akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali sebagai ide penciptaan film dokumenter. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif. Sumber data ditentukan melalui metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sample dilakukan di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. Metode yang akan dipergunakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah metode
Representing reality. Bahwa film dokumenter upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunakan fakta dan data. Jadi prinsipnya film dokumenter dibuat berdasarkan fakta dan dituntut untuk setia kepada fakta tersebut. Hasil dan pembahasan penelitian dan penciptaan film dokumenter jenis observational/direct cinema. Film ini mengisahkan tentang beberapa orang di Desa Pegayaman. Subjek-subjek dalam film ini tidak dalam kondisi yang sama, namun samasama berjuang melestarikan akulturasi budaya Islam dan Hindu Bali di wilayah tersebut. Bangun informasi dalam film ini merupakan gabungan dari hasil interview subjek-subjek yang terpilih, dari hasil riset visual. Pada akhirnya penelitian dan penciptaan ini mampu sebagai kampanye akulturasi masyarakat Indonesia yang multikultur danberkarakter kebangsaan.
Key words: akulturasi seni dan budaya di desa Pegayaman
Abstract
This research is documentation of written data and audio visual in the documentary film. The long-term goal of this research is to create an observational / direct cinema documentation that acculturates art and culture of Hindu and Muslim communities in Pegayaman Village, Buleleng, Bali. Specific objectives to be achieved through this research proposal are: a). Identifying various art and culture in Pegayaman Village,
The results and discussion of research of documentary film is categorized as type of observational /direct cinema. This film describes some people in Pegayaman Village. The subjects in the film are not in the same condition, but they equally struggling to preserve the acculturation of Islamic and Hindu Balinese culture in the region. Build information in this film is a combination of the results of interview subjects selected, from the results of visual research. At the end this research and film making is capable as a multicultural acculturation campaign of Indonesian society and national character.
Keywords: acculturation arts and culture in Pegayaman village.
PENDAHULUAN
Pentingnya penelitian dan penciptaan seni film dokumenter di Desa Pegayaman terdapat tiga
alasan. Pertama, mencari bentuk-bentuk akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman. Kedua,
mengetahui persepsi masyarakat, dan ketiga, merumuskannya sebagai ide penciptaan film
dokumenter. Salah satu ide penciptaan Tari Bordah yang berkembang sejak Islam masuk ke desa
ini tahun 1887. Tari Bordahmerupakan akulturasi seni dan budaya Bali. Namun generasi muda
Desa Pegayaman tidak lagi tertarik menarikan tari yang mengandung unsur keagaman Islam. Seni
dan budaya desa khususnya Tari Bordah dewasa ini mulai ditinggalkan.
Untuk itu penulis melaksanakan penelitian dan penciptaan selama tiga tahun. Tahun pertama,
untukpenelitian secara mendalam seni dan budaya Desa Pegayaman. Akulturasi Hindu dan Islam.
Pegayaman adalah desa yang dihuni oleh lebih dari 5.600 jiwa dengan 90% di antaranya beragama
Islam. Hubungan kerjasama antara masyarakat Muslim di Pegayaman dan masyarakat Hindu di
sekitarnya telah terjalin sejak abad ke-16 Masehi. Masyarakat Muslim di daerah tersebut menyerap
banyak budaya Bali, contohnya dalam penggunaan bahasa Bali sehari-hari (logat Buleleng).
Dalam sistem pengaturan desa, Pegayaman menerapkan sistem banjar dengan membagi desa
menjadi lima banjar, yaitu Dauh Margi (Barat Jalan), Dangin Margi (Timur Jalan), Kubu Lebah,
Kubu, dan Amertasari. Pertaniannyapun di daerah Pegayaman mengandalkan sistem pengairan
Akulturasi seni dan budaya Hindu dan Islam di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten
Buleleng Bali, telah berkembang sejak abad ke-16. Penduduk Desa di
Pegayaman berasal dari Makasar-Jawa dan Bugis-Makasar yang datang pada masa Ki Barak Panji
Sakti. Akulturasi seni dan budaya yang terjadi tidak sebatas mengadopsi nama-nama orang Bali,
seperti: Wayan Muhhamad, Made Hanif, Komang Ibrahim dll. Tetapi akulturasi juga terjadi pada
seni budaya Bali, antara agama Hindudan agama Islam. Kekayaan seni dan budaya Bali membawa
perkembangan seni dan budaya masyarakat Pegayaman. Berbagai aktivitas keagamaan yang
dilaksanakan mengalami sentuhan seni tradisional Bali.
Keanekaragaman dan akulturasi seni budaya Bali, agama Hindu, dan
agama Islam terlihat di desa ini pada beberapa hal, contohnya seni burde (burdah) dan sokok base
(daun sirih). Seni burde adalah perpaduan lantunan sholawat, seni tabuh dan gerak tari
Pegayaman. Seni tabuh dan tari ini terdapat nada, lagu, dan tariannya mirip dengan seni tradisional
Bali. Sementara sokok base adalah rangkaian daun sirih, kembang, buah, dan telur, pada batang
pisang yang mirip dengan pajegan, sarana upacara di pura bagi masyarakat Hindu. Maka menarik
diteliti keprihatinan terhadap karya seni dan budaya masyarakat Desa Pegayaman yang mulai
ditinggalkan. Generasi muda desa tidak lagi mau mewarisi seni yang bernuansa agama dan sarat
denga makna akulturasi Hindu dan Islam.
Permasalahan yang diketengahkan dalam penelitian ini, antara lain: 1). Bagaimana
bentuk-bentuk akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman Buleleng, Bali?; 2). Bagaimana persepsi
masyarakat Pegayaman terhadap akulturasi seni dan budayanya? dan Bagaimana merumuskan
akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah. Teknik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2008: 1). Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi/pengamatan, wawancara, perekaman dan studi dokumentasi (foto dan
berita). Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil analisis disampaikan
dengan metode informatif. Penentuan sumber data dilakukan dengan purposive sampling.
Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang
dapat memberikan data secara maksimal. Teknik sampling ini digunakan untuk mengambil sampel
wawancara tokoh masyarakat Desa Pegayaman. Sedangkan accidental sampling yaitu
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih
dahulu, dilakukan untuk mendapatkan data dari responden mengenai jenis-jenis seni dan budaya
yang ada. Sumber data dari responden dikumpulkan menggunakan metode wawancara, kuisioner
dan metode sarasehan (FGD). Data–data yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Berwujud
kata-kata, kalimatkalimat, paragraf-paragraf yang dinyatakan dalam bentuk narasi bersifat deskriptif .
PEMBAHASAN
Ada sejumlah penelitian tentang Desa Pegayaman yang berkaitan dengan penelitian ini.
termasuk tesis Susi (2006), Abadi (2012), Soviawan (2013), dan skripsi
Tesis dengan judul: Stereotif Masyarakat Pegayaman Dalam Komunikasi Antarbudaya:
Sebuah Kajian Budaya (2006) hasil penelitian Susi Andri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mengkaji bagaimanakah proses terbentuknya setereotif, faktor penyebab, dan
dampak stereotif terhadap masyarakat Pegayaman. Sehingga tesis ini merupakan pintu masuk bagi
penulis.Namun karena perbedaan teori yang dipergunakan membedah permasalahan maka
dipergunakan secara selektif.
Sumber referensi lain jurnal: Moh. Mashur Abadi (2012), dengan judul”PesantrenDesa
Pegayaman Meleburnya Jagat Bali dalam Kearifan Islam” Kesadaran diri muslim Desa
Pegayaman sebagai orang Bali, meneruskan dan membimbing mereka seperti para pendahulunya.
Memberikan perspektif seorang peneliti muslim terhadap muslim Desa Pegayaman. Penelitian
lainnya karya I Putu Sovian, (2013), “Menyama BrayaDalam Kehidupan Masyarakat Islam dan
Hindu di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng”. Hasil penelitian konsep
menyama braya dapat mempererat hubungan Hindu dan Islam. Penelitian ini juga penting sebagai
penelitian penulis, walaupun hanya membandingkan konsep menyama braya.
Sumber referensi penelitian Ni Ketut Puspa Cahyani (2015), dengan judul “Tari Bordah Di
Desa Pegayaman Sukasada, Buleleng. Penelitian ini khusus membahas tentang Tari Bordah
menggunakan teori bentuk dan teori fungsi. Hasil penelitian menunjukkan Tari Bordah
dipertunjukkan dalam tari tunggal dan berpasangan. Gerakannya mengambil gerakan pencak silat
kuno yang berasal dari Irak. Tari Bordah berfungsi sebagai tarian hiburan pada saat upacara besar
Islam yakni Maulud Nabi. Penelitian ini sebagai sumber khususnya seni Tari Bordah. Penelitian
ini juga berperan memperkaya penulis dalam meneliti seni dan budaya Desa Pegayaman dalam
Hindu dan Islam. Penelitian Cahyani menemukan hampir punahnya khususnya penari
Bordahkarena generasi muda tidak lagi menarikannya.
Hasil penelitian di Desa Pegayaman terhadap bentuk-bentuk akulturasi seni dan budaya di
Desa Pegayaman Buleleng, Bali terdapat pada tari Bordah dan Hardah. Kedua tarian ini
mengadopsi bahasa Bali sebagai dari syair yang dilantunkannya. Begitu juga salah satu budaya
ngejot (membawakan kue dan makanan) saat lebaran kepada umat hindu. Ngejot saat galungan
(hari umat Hindu) membawakan kue dan makanan kepada umat muslim telah berlangsung lama.
Pada saat hari raya umat Islam umat Hindu diundang untuk mengiringi dengan tetabuhan gong.
Dilain pihak umat Islam menonton ketika ada tari-tarian atau bondres pada saat odalan di desa
tetangga. Film dokumenter yang berkembang pada akhir abad ke-19, mendokumentasikan
keluarga Eskimo selama lebih dari lima belas tahun oleh seorang geolog. Kumpulan dokumentasi
tersebut kemudian diedit menjadi sebuah film. Film yang berjudul “Nanook of the North”. Geolog
yang bernama Robert J. Flaherty, yang kemudian disebut menjadi bapak film dokumenter (Tanzil,
2010: 6). Bentuk film dokumenter dapat dibagi ketiga bagian besar, yaitu: a). Expository, b). Direct
Cinema/Observational, dan, c). Cinema Verite. Pembagian ini adalah ringkasan dari aneka ragam
bentuk film dokumenter yang berkembang sepanjang sejarah. Film dokumenter yang pertama:
Film dokumenter Expository adalah bentuk film dokumenter ini menampilkan pesan secara
langsung, melalui narasi berupa teks maupun suara. Tokoh pembuat film dokumenter expository
adalah John Grierson yang banyak bercerita tentang buruh, gelandangan (Barnouw, 1983: 90).
Penciptaan karya seni film dokumenter tidak mempergunakan aliran ini, karena mempergunakan
pendekatan observatif.
Film dokumenter Direct Cinema/Observational adalah pendekatan observatif terhadap subjek film dengan shoting yang informal. Pembuat berusaha sedikit mungkin berpengaruh terhadap keseharian subjeknya (Rabiger, 1992: 23). Dalam penciptaan ini dipergunakan gaya
Berbagai informasi yang penting diletakkan oleh pembuat film dalam susunan yang tidak ketat. Diusahakan tidak mengalami reduksi. Penonton memiliki kesempatan menyusun logikanya sendiri. Film dokumenter Cinema Verite adalah jenis yang melakukan intervensi dan menggunakan kamera sebagai pemicu memunculkan krisis. Dalam aliran ini pembuat film cenderung dengan sengaja melakukan provokasi untuk memunculkan kejadian-kejadian tak terduga (Taylor, 1997: 29). Dalam penciptaan ini tidak mempergunakan aliran ini.
Film ini adalah Film dokumenter Direct Cinema/Observational dengan menambahkan
beberapa ilustrasi kegiatan subjek pendukung. Film ini dibuka kondisi geografis di Desa
Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali yang hijau persawahan dan desa
yang berbentuk labirin. Ibu Rihil Manum (Ibu Manum) guru agama di SDN 1 Pegayaman tanpa
sibuk memasak didapur. Beberapa kali ibu Manum (begitu panggilannya) tampak menyeka
keringat yang membasahi pelipisnya. Pagi itu selepas memasak di dapurnya, Ibu Manum secara
perlahan dan sabar mulai mengajari anak-anak membaca Al-Quran dengan menggunakan bahasa
Bali.
Dilain pihak Pak Salam membersihkan hama yang mengganggu padinya. Pagi itu Pak Salam
tampak dengan tekun melakukan hal tersebut. Suara istri mengingatkan Pak
Salam untuk segera berangkat menuju sekolah untuk mengajar kesenian Bordah dan Hadrah.
Selain Bordah disekolah tersebut juga diajarkan tari Puspanjali. Sekolah sudah tanpak ramai, Sri
(Ibu guru Tari Puspanjali)terlihat serius mengajarkan Tari Puspanjali kepada murid SD N 1
Pegayaman. Sri adalah guru praktek mahasiswa Undiksha
Tari Bordah di Desa Pegayaman pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1944 sebelum
kemerdekaan RI. Tarian ini dibawakan oleh dua orang penari laki-laki yang umurnya di atas 40
tahun. Bordah biasanya dipentaskan mulai pukul 22.00 Wita sampai dengan keesokan harinya
pukul 04.00 Wita. Dalam pementasannya tari Bordah dibawakan dengan menggunakan
gerak-gerak improvisasi tergantung dari syair yang dilantunkan. Ada 160 bait syair yang di dalamnya
benyak menggunakan bahasa Bali, dan syair yang dilantunkan mirip dengan kidung(nyanyian)
yang dilantumkan pada saat upacara agama Hindu.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah rebana besar yang berjumlah
enam buah. Jumlah penari dan penabuh dalam pementasan Bordah tidak ditentukan, itu semua
tergantung situasi upacara dan kondisi tempat pementasan. Pengaruh budaya Bali juga dapat
dilihat dalam penggunaan kostum yang memakai udeng (ikat kepala tradisional Bali), dan kain
kekancutan (kain tradisional Bali).
KESIMPULAN
Tari Bordah masuk ke Bali pada tahun 1887, awalnya berkembang di kerajaan Goa Makasar.
Selanjutnya berkembang ke Kampung Bugis Singaraja, lalu ke Desa Loloan, Jembrana. Akan
tetapi keberadaan tari Bordah di Desa Loloan Jembrana tidak berkembang dengan baik. Akhirnya
tari Bordah berkembang di desa Pegayaman Buleleng sampai sekarang. Bordah di Pegayaman
berbeda dengan Bordah pada umumnya yang lebih pada kesenian qasidah atau pembacaan
syair-syair salawat. Tarian ini sangat kental dengan ciri khas budaya Bali bila dilihat dari segi pakaian,
syair, logat, dan iramanya bersumber dari kebudayaan Bali. Tari Bordah yang hampir punah
Pegayaman, Kecamatan Sukasada Buleleng Bali. Siswa setiap hari sabtu melaksanakan latihan
dengan mendatangkan guru dari desa tersebut. Selain Bordah SD
N 1 Pegayaman juga mengajarkan tari Puspanjali, silat khas gaya Pegayaman dan Hardah.
Tari Puspanjali sebuah tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang seniman dari Bali
yakni N.L.N. Swasthi Wijaya Badem pada tahun 1989. Nama dari Puspanjali sendiri berasal dari
dua kata yakni puspa dan anjali yang masing-masing memiliki arti bunga dan menghormat. Dari
nama tersebut tentu akan kita dapati tujuan tarian puspanjali yakni sebagai tarian penghormatan
bagi para tamu. Tari Puspanjali yang diajarkan di Pegayaman disesuaikan dengan budaya Islam
denganmemodifikasi kostum dan penambahan sajadah untuk penarinya. Semua gerakan sesuai
dengan agem yang diajarkan. Tari Puspanjali di desa Pegayaman memiliki persepsi dan makna
akulturasi
Islam dan Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
Andrini, Susi. 2006. Stereotif Masyarakat Pegayaman Dalam Komunikasi Antarbudaya: Sebuah Kajian Budaya. Program Pascasarjana: Universitas Udayana.
Barnouw, Erick. 1983. Documentary, A History of The Non-Fiction Film. New York: Oxford University Press.
Cahyani, Ni Ketut Puspa. 2015. Tari Bordah di Desa Pegayaman Sukasada, Buleleng. Program Seni Tari: ISI Denpasar.
Mashur Abadi, Moh. 2012. Pesntren Desa Pegayaman Meleburnya Jagat Bali dalam Kearifan Islam. Pascasarjana STAIN: Pemekasan.
Rabiger, Michel. 1992. Directing Documentary. Focal Press: Boston-London.
Soviawan, I Putu. 2013. Menyama Braya Dalam Masyarakat Islam dan Hindu di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jurnal: Jurusan Pendidikan PKn.
Taylor, L.& Barbara. 1997. I. Cross-Culture Film Making: A Handbook forMaking Documentary and Ethnographic Films and videos. University of California Press: Berkeley.
Lampiran
Gambar 1 Masjid sebagai pusat kegiatan masyaraka desa Pegayaman.
Sumber: Penulis
Gambar 2 Pemandangan desa dari atas rumah seperti labirin.
Sumber: Penulis
Gambar 3 Persiapan upacar lebaran Sumber: Penulis
Gambar 4 tari Bordah oleh anak-anak desa Pegayaman. Sumber: Tribun Bali