• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI - Proceeding : Akulturasi Seni Dan Budaya Di Desa Pegayaman Buleleng Bali - ISI Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAFTAR ISI - Proceeding : Akulturasi Seni Dan Budaya Di Desa Pegayaman Buleleng Bali - ISI Denpasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

SAMBUTAN KETUA PANITIA………... ii

SAMBUTAN REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR……… iv

SAMBUTAN DEKAN FAULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI

INDONESIA ENPASAR…………...………...……….…

vi

DAFTAR ISI……….………...………...…….… vii

MAKALAH SESI UTAMA………... ix

(2)

DALAM SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

Prof. Dr. Faruk, SU... 1

PERAN PERGURUAN TINGGI SENI DALAM MEMBANGUN SENIMAN

DAN DESAINER BERKARAKTER KEBANGSAAN

Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum………

11

KOMIK WAYANG INDONESIA DALAM POLITIK IDENTITAS

Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum………... 34

NUSARUPA: SILANG BUDAYA

Drs. Eddy Soetriyono... 38

MAKALAH CALL PAPER... 48

SENI DAN BUDAYA BALI DALAM KEPUNGAN PARIWISATA

Dr. Drs. I Wayan Mudana, M.Par... 49

AKULTURASI SENI DAN BUDAYA DI DESA PEGAYAMAN

BULELENG BALI

Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si ……….

74

SENI RUPA REPRESENTASIONAL INDONESIA DAN KEMUNGKINAN

PEMBACAAN SEJARAH BARU

(3)

PARADOK YADNYA DAN JUDI DALAM KARYA RUPA

Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. Dr. I Ketut Suteja, S.ST., M.Sn.

Dra. Ni Kadek Karuni, M.Sn... 96

BINEKON: ANIMASI UNTUK MENGHARGAI KEBERAGAMAN

INDONESIA (IDEALISME KREATOR DALAM MEMPRESENTASIKAN

SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI IKON KARAKTER ANIMASI)

Ehwan Kurniawan, M.Sn...

116

PENANAMAN NILAI DAN KARAKTER BANGSA DALAM SENI RUPA

DAN DESAIN MELALUI KARTUN STUDI KASUS: MAJALAH KARTUN

BOG-BOG EDISI 2010-2012

Dr. Drs. I Wayan Swandi, M.Si...

133

NASIONALISME DALAM BAHASA RUPA UANG KERTASINDONESIA

MASA REVOLUSI

NATIONALISM IN THE VISUAL LANGUAGE OF INDONESIAN BANK

NOTE REVOLUTIONARY PERIOD

Drs. Baskoro Suryo Banindro, M.Sn……….………

147

SENJATA DEWATA NAWA SANGGA SPIRIT PERJUANGAN MENUJU

MASYARAKAT EGALITER

(4)

165

PEMASARAN PRODUK SENI BERBASIS PRAMUWISATA UNTUK

MEMBANGKITKAN KINERJA SENIMAN PADA ERA GLOBALISASI DI

GIANYAR BALI

Pande Ketut Ribek, SE., M.M...

185

EUFORIA MENCECAP RASA MILITER

Dr. Andrian Dektisa H... 200

MANAJEMEN PRODUKSI BILINGUAL DOKUMENTER

TOPENG ARSA WIJAYA

Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A, Ni Kadek Dwiyani, S.S., M.Hum…...……. 221

PERKEMBANGAN FESYEN KEBAYA DI ZAMAN POSTMODERN DI

KOTA DENPASAR

Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn. M.Erg...

236

KAJIAN IKONOGRAFI COMMISSIONED WORKSTREET ART

WAYAN MUSTIKA

I Gusti Ngurah Wirawan, S.Sn………...………... 252

TO BUILD THE WORLD A NEW: STUDI IKONOGRAFI DESAIN EKSIBISI

PAVILIUN INDONESIA DI WORLD’S FAIR NEW YORK TAHUN

(5)

I Kadek Dwi Noorwatha, S.Sn., M.Ds...

265

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR SEBAGAI PENGAJEG SENI

DAN SENIMAN YANG BERKARAKTER

I Nyoman Payuyasa, S.Pd., M.Pd...

286

MELACAK VISUALISASI NILAI PERJUANGAN DALAM CERITA

TANTRI

Dr. Dra Sri Supriyatini, M.Sn... 301

CILI SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN BRAND COKELAT BALI

Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn., M.Sn...

317

PERANAN WACANA “AJEG BALI” DALAM MENINGKATKAN SENI

KERAJINAN SARANA UPACARA DI GIANYAR BALI

Dra. Ni Kadek Karuni, M.sn., Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn………

338

PEMBUATAN DESAIN ILUSTRASI FOTO PADA BAJU KAOS ENGAN

MEDIA FOTOGRAFI DIGITAL UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA

BUDAYA DI PURA TANAH LOT TABANAN DAN PURA TAMAN AYUN

BADUNG BALI

I Made Saryana, S.Sn., M.Sn., Anis Raharjo, S.Sn.,M.Sn., Amoga Lelo

Octaviano, S.Sos., M.Sn………

359

PROGRAM BERITA TELEVISI BERBAHASA BALI “GATRA BALI” DI

TVRI BALI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI MASSA

Ni Kadek Dwiyani, S.S., M.Hum, I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn………

385

NOTULEN……… 401

(6)

AKULTURASI SENI DAN BUDAYA

DI DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI

Oleh: Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si

Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar email:

arbawirawan10@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan dokumentasi data tertulis dan audio visual dalam bentuk film dokumenter. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini untuk menciptakan film dokumenter

observational/direct cinema akulturasi seni dan budaya masyarakat Hindu dan Islam di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui usulan penelitian ini adalah a). Mengidentifikasi berbagai seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. b). Mengetahui persepsi masyarakat tentang seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. c). Merumuskan akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali sebagai ide penciptaan film dokumenter. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif. Sumber data ditentukan melalui metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sample dilakukan di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali. Metode yang akan dipergunakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah metode

Representing reality. Bahwa film dokumenter upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunakan fakta dan data. Jadi prinsipnya film dokumenter dibuat berdasarkan fakta dan dituntut untuk setia kepada fakta tersebut. Hasil dan pembahasan penelitian dan penciptaan film dokumenter jenis observational/direct cinema. Film ini mengisahkan tentang beberapa orang di Desa Pegayaman. Subjek-subjek dalam film ini tidak dalam kondisi yang sama, namun samasama berjuang melestarikan akulturasi budaya Islam dan Hindu Bali di wilayah tersebut. Bangun informasi dalam film ini merupakan gabungan dari hasil interview subjek-subjek yang terpilih, dari hasil riset visual. Pada akhirnya penelitian dan penciptaan ini mampu sebagai kampanye akulturasi masyarakat Indonesia yang multikultur danberkarakter kebangsaan.

Key words: akulturasi seni dan budaya di desa Pegayaman

Abstract

This research is documentation of written data and audio visual in the documentary film. The long-term goal of this research is to create an observational / direct cinema documentation that acculturates art and culture of Hindu and Muslim communities in Pegayaman Village, Buleleng, Bali. Specific objectives to be achieved through this research proposal are: a). Identifying various art and culture in Pegayaman Village,

(7)

The results and discussion of research of documentary film is categorized as type of observational /direct cinema. This film describes some people in Pegayaman Village. The subjects in the film are not in the same condition, but they equally struggling to preserve the acculturation of Islamic and Hindu Balinese culture in the region. Build information in this film is a combination of the results of interview subjects selected, from the results of visual research. At the end this research and film making is capable as a multicultural acculturation campaign of Indonesian society and national character.

Keywords: acculturation arts and culture in Pegayaman village.

PENDAHULUAN

Pentingnya penelitian dan penciptaan seni film dokumenter di Desa Pegayaman terdapat tiga

alasan. Pertama, mencari bentuk-bentuk akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman. Kedua,

mengetahui persepsi masyarakat, dan ketiga, merumuskannya sebagai ide penciptaan film

dokumenter. Salah satu ide penciptaan Tari Bordah yang berkembang sejak Islam masuk ke desa

ini tahun 1887. Tari Bordahmerupakan akulturasi seni dan budaya Bali. Namun generasi muda

Desa Pegayaman tidak lagi tertarik menarikan tari yang mengandung unsur keagaman Islam. Seni

dan budaya desa khususnya Tari Bordah dewasa ini mulai ditinggalkan.

Untuk itu penulis melaksanakan penelitian dan penciptaan selama tiga tahun. Tahun pertama,

untukpenelitian secara mendalam seni dan budaya Desa Pegayaman. Akulturasi Hindu dan Islam.

Pegayaman adalah desa yang dihuni oleh lebih dari 5.600 jiwa dengan 90% di antaranya beragama

Islam. Hubungan kerjasama antara masyarakat Muslim di Pegayaman dan masyarakat Hindu di

sekitarnya telah terjalin sejak abad ke-16 Masehi. Masyarakat Muslim di daerah tersebut menyerap

banyak budaya Bali, contohnya dalam penggunaan bahasa Bali sehari-hari (logat Buleleng).

Dalam sistem pengaturan desa, Pegayaman menerapkan sistem banjar dengan membagi desa

menjadi lima banjar, yaitu Dauh Margi (Barat Jalan), Dangin Margi (Timur Jalan), Kubu Lebah,

Kubu, dan Amertasari. Pertaniannyapun di daerah Pegayaman mengandalkan sistem pengairan

(8)

Akulturasi seni dan budaya Hindu dan Islam di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten

Buleleng Bali, telah berkembang sejak abad ke-16. Penduduk Desa di

Pegayaman berasal dari Makasar-Jawa dan Bugis-Makasar yang datang pada masa Ki Barak Panji

Sakti. Akulturasi seni dan budaya yang terjadi tidak sebatas mengadopsi nama-nama orang Bali,

seperti: Wayan Muhhamad, Made Hanif, Komang Ibrahim dll. Tetapi akulturasi juga terjadi pada

seni budaya Bali, antara agama Hindudan agama Islam. Kekayaan seni dan budaya Bali membawa

perkembangan seni dan budaya masyarakat Pegayaman. Berbagai aktivitas keagamaan yang

dilaksanakan mengalami sentuhan seni tradisional Bali.

Keanekaragaman dan akulturasi seni budaya Bali, agama Hindu, dan

agama Islam terlihat di desa ini pada beberapa hal, contohnya seni burde (burdah) dan sokok base

(daun sirih). Seni burde adalah perpaduan lantunan sholawat, seni tabuh dan gerak tari

Pegayaman. Seni tabuh dan tari ini terdapat nada, lagu, dan tariannya mirip dengan seni tradisional

Bali. Sementara sokok base adalah rangkaian daun sirih, kembang, buah, dan telur, pada batang

pisang yang mirip dengan pajegan, sarana upacara di pura bagi masyarakat Hindu. Maka menarik

diteliti keprihatinan terhadap karya seni dan budaya masyarakat Desa Pegayaman yang mulai

ditinggalkan. Generasi muda desa tidak lagi mau mewarisi seni yang bernuansa agama dan sarat

denga makna akulturasi Hindu dan Islam.

Permasalahan yang diketengahkan dalam penelitian ini, antara lain: 1). Bagaimana

bentuk-bentuk akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman Buleleng, Bali?; 2). Bagaimana persepsi

masyarakat Pegayaman terhadap akulturasi seni dan budayanya? dan Bagaimana merumuskan

akulturasi seni dan budaya di Desa Pegayaman, Buleleng,

(9)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan secara tepat

sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah. Teknik pengumpulan data

dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2008: 1). Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan observasi/pengamatan, wawancara, perekaman dan studi dokumentasi (foto dan

berita). Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil analisis disampaikan

dengan metode informatif. Penentuan sumber data dilakukan dengan purposive sampling.

Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang

dapat memberikan data secara maksimal. Teknik sampling ini digunakan untuk mengambil sampel

wawancara tokoh masyarakat Desa Pegayaman. Sedangkan accidental sampling yaitu

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih

dahulu, dilakukan untuk mendapatkan data dari responden mengenai jenis-jenis seni dan budaya

yang ada. Sumber data dari responden dikumpulkan menggunakan metode wawancara, kuisioner

dan metode sarasehan (FGD). Data–data yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Berwujud

kata-kata, kalimatkalimat, paragraf-paragraf yang dinyatakan dalam bentuk narasi bersifat deskriptif .

PEMBAHASAN

Ada sejumlah penelitian tentang Desa Pegayaman yang berkaitan dengan penelitian ini.

termasuk tesis Susi (2006), Abadi (2012), Soviawan (2013), dan skripsi

(10)

Tesis dengan judul: Stereotif Masyarakat Pegayaman Dalam Komunikasi Antarbudaya:

Sebuah Kajian Budaya (2006) hasil penelitian Susi Andri. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan mengkaji bagaimanakah proses terbentuknya setereotif, faktor penyebab, dan

dampak stereotif terhadap masyarakat Pegayaman. Sehingga tesis ini merupakan pintu masuk bagi

penulis.Namun karena perbedaan teori yang dipergunakan membedah permasalahan maka

dipergunakan secara selektif.

Sumber referensi lain jurnal: Moh. Mashur Abadi (2012), dengan judul”PesantrenDesa

Pegayaman Meleburnya Jagat Bali dalam Kearifan Islam” Kesadaran diri muslim Desa

Pegayaman sebagai orang Bali, meneruskan dan membimbing mereka seperti para pendahulunya.

Memberikan perspektif seorang peneliti muslim terhadap muslim Desa Pegayaman. Penelitian

lainnya karya I Putu Sovian, (2013), “Menyama BrayaDalam Kehidupan Masyarakat Islam dan

Hindu di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng”. Hasil penelitian konsep

menyama braya dapat mempererat hubungan Hindu dan Islam. Penelitian ini juga penting sebagai

penelitian penulis, walaupun hanya membandingkan konsep menyama braya.

Sumber referensi penelitian Ni Ketut Puspa Cahyani (2015), dengan judul “Tari Bordah Di

Desa Pegayaman Sukasada, Buleleng. Penelitian ini khusus membahas tentang Tari Bordah

menggunakan teori bentuk dan teori fungsi. Hasil penelitian menunjukkan Tari Bordah

dipertunjukkan dalam tari tunggal dan berpasangan. Gerakannya mengambil gerakan pencak silat

kuno yang berasal dari Irak. Tari Bordah berfungsi sebagai tarian hiburan pada saat upacara besar

Islam yakni Maulud Nabi. Penelitian ini sebagai sumber khususnya seni Tari Bordah. Penelitian

ini juga berperan memperkaya penulis dalam meneliti seni dan budaya Desa Pegayaman dalam

(11)

Hindu dan Islam. Penelitian Cahyani menemukan hampir punahnya khususnya penari

Bordahkarena generasi muda tidak lagi menarikannya.

Hasil penelitian di Desa Pegayaman terhadap bentuk-bentuk akulturasi seni dan budaya di

Desa Pegayaman Buleleng, Bali terdapat pada tari Bordah dan Hardah. Kedua tarian ini

mengadopsi bahasa Bali sebagai dari syair yang dilantunkannya. Begitu juga salah satu budaya

ngejot (membawakan kue dan makanan) saat lebaran kepada umat hindu. Ngejot saat galungan

(hari umat Hindu) membawakan kue dan makanan kepada umat muslim telah berlangsung lama.

Pada saat hari raya umat Islam umat Hindu diundang untuk mengiringi dengan tetabuhan gong.

Dilain pihak umat Islam menonton ketika ada tari-tarian atau bondres pada saat odalan di desa

tetangga. Film dokumenter yang berkembang pada akhir abad ke-19, mendokumentasikan

keluarga Eskimo selama lebih dari lima belas tahun oleh seorang geolog. Kumpulan dokumentasi

tersebut kemudian diedit menjadi sebuah film. Film yang berjudul “Nanook of the North”. Geolog

yang bernama Robert J. Flaherty, yang kemudian disebut menjadi bapak film dokumenter (Tanzil,

2010: 6). Bentuk film dokumenter dapat dibagi ketiga bagian besar, yaitu: a). Expository, b). Direct

Cinema/Observational, dan, c). Cinema Verite. Pembagian ini adalah ringkasan dari aneka ragam

bentuk film dokumenter yang berkembang sepanjang sejarah. Film dokumenter yang pertama:

Film dokumenter Expository adalah bentuk film dokumenter ini menampilkan pesan secara

langsung, melalui narasi berupa teks maupun suara. Tokoh pembuat film dokumenter expository

adalah John Grierson yang banyak bercerita tentang buruh, gelandangan (Barnouw, 1983: 90).

Penciptaan karya seni film dokumenter tidak mempergunakan aliran ini, karena mempergunakan

pendekatan observatif.

Film dokumenter Direct Cinema/Observational adalah pendekatan observatif terhadap subjek film dengan shoting yang informal. Pembuat berusaha sedikit mungkin berpengaruh terhadap keseharian subjeknya (Rabiger, 1992: 23). Dalam penciptaan ini dipergunakan gaya

(12)

Berbagai informasi yang penting diletakkan oleh pembuat film dalam susunan yang tidak ketat. Diusahakan tidak mengalami reduksi. Penonton memiliki kesempatan menyusun logikanya sendiri. Film dokumenter Cinema Verite adalah jenis yang melakukan intervensi dan menggunakan kamera sebagai pemicu memunculkan krisis. Dalam aliran ini pembuat film cenderung dengan sengaja melakukan provokasi untuk memunculkan kejadian-kejadian tak terduga (Taylor, 1997: 29). Dalam penciptaan ini tidak mempergunakan aliran ini.

Film ini adalah Film dokumenter Direct Cinema/Observational dengan menambahkan

beberapa ilustrasi kegiatan subjek pendukung. Film ini dibuka kondisi geografis di Desa

Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali yang hijau persawahan dan desa

yang berbentuk labirin. Ibu Rihil Manum (Ibu Manum) guru agama di SDN 1 Pegayaman tanpa

sibuk memasak didapur. Beberapa kali ibu Manum (begitu panggilannya) tampak menyeka

keringat yang membasahi pelipisnya. Pagi itu selepas memasak di dapurnya, Ibu Manum secara

perlahan dan sabar mulai mengajari anak-anak membaca Al-Quran dengan menggunakan bahasa

Bali.

Dilain pihak Pak Salam membersihkan hama yang mengganggu padinya. Pagi itu Pak Salam

tampak dengan tekun melakukan hal tersebut. Suara istri mengingatkan Pak

Salam untuk segera berangkat menuju sekolah untuk mengajar kesenian Bordah dan Hadrah.

Selain Bordah disekolah tersebut juga diajarkan tari Puspanjali. Sekolah sudah tanpak ramai, Sri

(Ibu guru Tari Puspanjali)terlihat serius mengajarkan Tari Puspanjali kepada murid SD N 1

Pegayaman. Sri adalah guru praktek mahasiswa Undiksha

(13)

Tari Bordah di Desa Pegayaman pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1944 sebelum

kemerdekaan RI. Tarian ini dibawakan oleh dua orang penari laki-laki yang umurnya di atas 40

tahun. Bordah biasanya dipentaskan mulai pukul 22.00 Wita sampai dengan keesokan harinya

pukul 04.00 Wita. Dalam pementasannya tari Bordah dibawakan dengan menggunakan

gerak-gerak improvisasi tergantung dari syair yang dilantunkan. Ada 160 bait syair yang di dalamnya

benyak menggunakan bahasa Bali, dan syair yang dilantunkan mirip dengan kidung(nyanyian)

yang dilantumkan pada saat upacara agama Hindu.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah rebana besar yang berjumlah

enam buah. Jumlah penari dan penabuh dalam pementasan Bordah tidak ditentukan, itu semua

tergantung situasi upacara dan kondisi tempat pementasan. Pengaruh budaya Bali juga dapat

dilihat dalam penggunaan kostum yang memakai udeng (ikat kepala tradisional Bali), dan kain

kekancutan (kain tradisional Bali).

KESIMPULAN

Tari Bordah masuk ke Bali pada tahun 1887, awalnya berkembang di kerajaan Goa Makasar.

Selanjutnya berkembang ke Kampung Bugis Singaraja, lalu ke Desa Loloan, Jembrana. Akan

tetapi keberadaan tari Bordah di Desa Loloan Jembrana tidak berkembang dengan baik. Akhirnya

tari Bordah berkembang di desa Pegayaman Buleleng sampai sekarang. Bordah di Pegayaman

berbeda dengan Bordah pada umumnya yang lebih pada kesenian qasidah atau pembacaan

syair-syair salawat. Tarian ini sangat kental dengan ciri khas budaya Bali bila dilihat dari segi pakaian,

syair, logat, dan iramanya bersumber dari kebudayaan Bali. Tari Bordah yang hampir punah

(14)

Pegayaman, Kecamatan Sukasada Buleleng Bali. Siswa setiap hari sabtu melaksanakan latihan

dengan mendatangkan guru dari desa tersebut. Selain Bordah SD

N 1 Pegayaman juga mengajarkan tari Puspanjali, silat khas gaya Pegayaman dan Hardah.

Tari Puspanjali sebuah tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang seniman dari Bali

yakni N.L.N. Swasthi Wijaya Badem pada tahun 1989. Nama dari Puspanjali sendiri berasal dari

dua kata yakni puspa dan anjali yang masing-masing memiliki arti bunga dan menghormat. Dari

nama tersebut tentu akan kita dapati tujuan tarian puspanjali yakni sebagai tarian penghormatan

bagi para tamu. Tari Puspanjali yang diajarkan di Pegayaman disesuaikan dengan budaya Islam

denganmemodifikasi kostum dan penambahan sajadah untuk penarinya. Semua gerakan sesuai

dengan agem yang diajarkan. Tari Puspanjali di desa Pegayaman memiliki persepsi dan makna

akulturasi

Islam dan Hindu.

DAFTAR PUSTAKA

Andrini, Susi. 2006. Stereotif Masyarakat Pegayaman Dalam Komunikasi Antarbudaya: Sebuah Kajian Budaya. Program Pascasarjana: Universitas Udayana.

Barnouw, Erick. 1983. Documentary, A History of The Non-Fiction Film. New York: Oxford University Press.

Cahyani, Ni Ketut Puspa. 2015. Tari Bordah di Desa Pegayaman Sukasada, Buleleng. Program Seni Tari: ISI Denpasar.

Mashur Abadi, Moh. 2012. Pesntren Desa Pegayaman Meleburnya Jagat Bali dalam Kearifan Islam. Pascasarjana STAIN: Pemekasan.

Rabiger, Michel. 1992. Directing Documentary. Focal Press: Boston-London.

(15)

Soviawan, I Putu. 2013. Menyama Braya Dalam Masyarakat Islam dan Hindu di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jurnal: Jurusan Pendidikan PKn.

Taylor, L.& Barbara. 1997. I. Cross-Culture Film Making: A Handbook forMaking Documentary and Ethnographic Films and videos. University of California Press: Berkeley.

Lampiran

Gambar 1 Masjid sebagai pusat kegiatan masyaraka desa Pegayaman.

Sumber: Penulis

Gambar 2 Pemandangan desa dari atas rumah seperti labirin.

Sumber: Penulis

Gambar 3 Persiapan upacar lebaran Sumber: Penulis

Gambar 4 tari Bordah oleh anak-anak desa Pegayaman. Sumber: Tribun Bali

Gambar

Gambar 1 Masjid sebagai pusat kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Halaman home user, sebagai halaman depan Aplikasi Tempat Wisata Kabupaten Sragen Berbasis Android.Pada halaman home user menampilkan informasi menu yaitu ATM,

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan searah (positif) promosi jabatan terhadap prestasi kerja karyawan dengan tingkat signifikansi

Distributor merupakan Aktor yang berperan untuk selalu mengupdate data stok pupuk di gudang dan melakukan permintaan atau permohonan penerbitan lembar DO apabila

Pemimpin yang humanis dapat membangun hubungan yang baik antara sesama rekan kerja, atasan dan bawahan, sehingga kondisi ini diharapkan akan membangun budaya oraganisasi,

Pada sistem utama, beban daya yang akan dibangkitkan oleh panel surya akan digunakan untuk mesin produksi es balok berkapasitas 2 ton dengan daya sebesar 8,16

Dalam pandangan keagamaan banyak ulama masa tabi’in itu, bersama dengan masa para sahabat sebelumnya dan masa tabi’ tabi’in (tābi‘ al-tābi‘īn “para pengikut dari

Adapun hasil penelitian ini adalah : (1) Kualitas Jasa (kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik) memiliki pengaruh positif dan signifikan pada

Docteur Co-tutelle with IFFSTAR, Universite dArtois, Ecole Centrale Group, Universite Lille 1, Universite Blaise Pascal, Universite Le Havre, Universite de La Rochele,