UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN CTL
PADA SISWA KELAS V B SD KANISIUS SENGKAN TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh Olivia Dewi Maharani
NIM : 081134235
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN CTL
PADA SISWA KELAS V B SD KANISIUS SENGKAN TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh Olivia Dewi Maharani
NIM : 081134235
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Kupersembahkan karya ini untuk :
Yesus Kristus
penolongku.Diriku sendiri
Kedua orang tuaku tercinta :
Y. Djoko Lelono & Alm. Anastasia Sri Mulat
Kepala Sekolahku :
M. Sri Wartini
Kekasihku tercinta :
Surojo Dwi Prasetyo
Kakakku tersayang :
Lucia Christi Wulandari
Keluarga besarku
Serta rekan-rekan seperjuangan
Yang telah memberikan cinta, doa, dukungan dengan tulus
v
”Veni Vidi Vici”
”I came I saw I Conguered”
“Hanya 5% manusia yang berpikir.
Hanya 10% dari mereka merasa
telah berpikir. Sisanya 85% memilih
mati daripada berpikir”
(Thomas Alva Edison)
viii
ABSTRAK
Olivia Dewi Maharani. 2010. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian Pecahan Melalui Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas V B SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran 2009/2010. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara kolaboratif (PTK kolaboratif). Penelitian kolaboratif ini dilakukan antara peneliti dan guru bidang studi matematika sebagai kolaboratornya. Sedangkan penelitian kolaboratif ini sendiri dilakukan di bawah penelitian payung yang dilakukan oleh Drs. Th. Sugiarto Pudjohartono, MT dan Drs. A. Sardjana, M.Pd. Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan semester genap tahun ajaran 2009/2010, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta melalui pendekatanContextual Teaching and Learning(CTL).
Dalam penelitian ini hanya terdapat 1 siklus di mana dalam 1 siklus tersebut terdapat 3 kemampuan yang ingin ditingkatkan. Kemampuan tersebut yaitu 1) pemahaman konsep pecahan, 2) pemahaman konsep perkalian pecahan, 3) pemahaman konsep pembagian pecahan. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka instrumen dalam penelitian ini berbentuk butir soal (tes). Tes yang sudah dipersiapkan tersebut diujicobakan pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan sehingga terkumpul data hasil belajar siswa. Kemudian peneliti mengolah data tersebut untuk mencari rata-rata kelas, jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), serta persentase jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas KKM.
ix
ABSTRACT
Olivia Dewi Maharani. 2010. Efforts to Increasing Comprehension of Multiplication and Piece Distribution Concept using CTL Approach on Class V B of Kanisius Sengkan Elementary School Academic Year 2010/2011. Study Program S1 Schoolteacher Education Base University Sanata Dharma Yogyakarta.
This research used Class Action Research that was done collaboratively (PTK collaborative). This collaborative research was done between researcher and mathematics teacher as the collaborator. This research aims to increase student’s comprehension towards multiplication concept in class V B of Kanisius Sengkan Elementary School, Depok, Sleman, Yogyakarta in the second semester academic year 2009/2010 using Contextual Teaching and Learning (CTL) approach.
This research applied 1 cycle which consists of 3 actions. The first action is about student’s comprehension towards the concept of fraction. The second action is about multiplication concept comprehension. The third action is about distribution concept comprehension. Based on the research aim, the instrument is in a form of test. The test prepared was tested to the class V B students of Kanisius Sengkan Elementary School. Then researcher processed the result of the test to look for the class average, student’s accomplishment based on Minimum Accomplishmen Criteria (KKM), and also the percentage of the result.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih,
rahmat dan penyertaanNya, sehingga skripsi yang berjudul ” Upaya Peningkatan
Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian Pecahan Melalui Pendekatan CTL
Pada Siswa Kelas V B SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran 2009/2010” ini dapat
terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan
Program Studi S1-PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, di Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan
waktu, pengetahuan, dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan
berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M. Si selaku Ketua Program Studi PGSD di Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. Th. Sugiarto Pudjohartono, MT selaku dosen Pembimbing I
4. Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen Pembimbing II
5. M. Sri Wartini selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang
telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
6. R. Aris Yuwono selaku kolaborator yang juga sebagai guru matematika kelas
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
xiii
F. Batasan Pengertian ... 8
G. Sistematika Laporan... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Matematika ... 11
B. Pemahaman ... 13
C. Pecahan ... 13
D. Pengenalan Konsep Pecahan... 14
E. Perkalian dan Pembagian Pecahan... 19
F. PendekatanContextual Teaching Learning(CTL) ... 29
G. Kerangka Berfikir... 34
H. Hipotesis Tindakan... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian ... 36
B. Desain Penelitian... 37
C. Rencana Penelitian ... 43
D. Data dan Metode Pengumpulan ... 52
E. Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57
B. Tabulasi Data dan Analisis Data ... 79
C. Pembahasan... 87
xiv
B. Saran... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator ... 6
Tabel 3.1 Waktu penelitian ... 36
Tabel 3.2 Kriteria keberhasilan ... 42
Tabel 3.3. Pengumpulan data ... 53
Tabel 3.4. Distribusi jumlah soal Pre Test dan Post Test menurut tipe dalam kisi-kisi perencanaan penyusunan soal tes ... 54
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 59
Tabel 4.2. Ketepatan Penggunaan Pendekatan CTL dalam Pembelajaran .... 80
Tabel 4.3. Ketepatan Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran... 82
Tabel 4.4. Daftar Nilai Siswa Kelas V B SD Kanisius Sengkan serta Persentase Ketuntasan Belajar Siswa ... 85
Tabel 4.5. Kriteria Capaian yang Ditentukan serta Ketercapaiannya pada Setiap Siklus ... 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Contoh Gambar Pecahan... 15
Gambar 2.2. Contoh Alat Peraga Pita Pecahan... 18
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 94
Lampiran 2 RPP... 96
Lampiran 3 LKS ... 105
Lampiran 4 Rubrik Penilaian Observasi Guru ... 153
Lampiran 5 Rubrik Penilaian Observasi Siswa ... 170
Lampiran 6 Soal Pre Test, Evaluasi setiap pertemuan, dan Post Test... 181
Lampiran 7 Kunci Jawaban ... 219
Lampiran 8 Foto-Foto Kegiatan Siswa... 223
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD... 226
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada di
setiap jenjang pendidikan dari mulai Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dikarenakan dasar pembentuk logika
berpikir seseorang adalah matematika. Melalui pembelajaran matematika,
diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan penalarannya secara logis, kritis, kreatif,
analitis, dan sistematis.
Pada jenjang pendidikan SD, materi matematika kelas I – V terdiri
dari bilangan dan geometri serta pengukuran. Di kelas VI, materi matematika
sudah mendapat penambahan menjadi bilangan dan geometri, pengukuran,
serta pengolahan data. Pada jenjang pendidikan SMP, materi matematika
terdiri dari bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, serta peluang dan
statistik. Pada jenjang pendidikan SMA kelas X, materi matematika terdiri
dari aljabar, trigonometri, dan geometri. Sedangkan untuk kelas XI dan XII,
materi matematika yang ada di tiap program/jurusan, berbeda-beda.
Pada jenjang pendidikan SD, materi bilangan (pecahan) merupakan
sudah mulai diperkenalkan kepada siswa. Kemudian di kelas IV dan V,
materi pecahan mulai dikembangkan dan diperdalam. Sehingga pemahaman
materi pecahan di tingkat bawah dapat dijadikan dasar untuk jenjang
pendidikan di atasnya.
Materi pecahan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika siswa
diminta untuk mengambil
2 1
dari 10 buah kelengkeng yang ada di atas meja.
Jika siswa belum mengerti serta memahami arti
2 1
, maka siswa akan
kebingungan untuk memilih berapa banyak buah kelengkeng yang harus
diambil. Oleh karena itu, materi pecahan merupakan materi yang sangat
penting untuk dipelajari.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa SD Kanisius Sengkan
yang beralamatkan di Jalan Kaliurang Km 7, Depok, Sleman, Yogyakarta
tentang materi pecahan, diketahui bahwa ternyata masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
pecahan. Yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan pecahan tersebut tidak hanya kelas V saja tetapi juga kelas
III dan IV. Siswa kelas III masih merasa kesulitan jika diminta untuk
membandingkan dua pecahan yang penyebutnya berbeda. Selain itu, siswa
kelas IV juga merasa kesulitan jika diminta untuk mencari pecahan yang
ke bentuk lain, memahami konsep perkalian dan pembagian pecahan, serta
menyelesaikan soal cerita.
Di samping itu, setelah dilakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran matematika kelas V SD Kanisius Sengkan, diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal perkalian dan pembagian
pecahan masih rendah. Terlihat dari hasil yang diperoleh siswa SD Kanisius
Sengkan pada tahun-tahun sebelumnya baik saat Pre Test, Post Test, maupun
saat Ulangan Harian. Hampir 50 % siswa yang nilainya berada di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terjadi karena pemahaman
konsep perkalian dan pembagian pecahan belum tertanam dengan baik di
benak siswa.
Dari hasil pengamatan di kelas, terungkap bahwa salah satu
penyebabnya adalah guru melakukan pembelajaran perkalian dan pembagian
pecahan dengan hanya memeberikan langkah-langkah pengerjaan secara
mekanik/hafalan saja. Guru kurang menggunakan media pembelajaran yang
juga menuntut keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Akibatnya siswa
merasa kesulitan memahami konsep perkalian dan pembagian pecahan.
Menurut Muslich (2007:196), belajar adalah seluruh rangkaian
kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang sehingga
mengakibatkan perubahan dalam dirinya yang berupa penambahan
pengetahuan dan kemahiran berdasarkan alat indra dan pengalamannya. Jadi,
dalam proses belajar yang sedang berlangsung, siswa tidak hanya menghafal
menghubungkan konsep-konsep/fakta-fakta menjadi pemahaman yang utuh.
Sehingga konsep-konsep/fakta-fakta yang telah dipelajari tersebut dapat
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan salah
satu pendekatan yang tepat dalam memperbaiki pembelajaran Matematika
yang masih rendah. Melalui pendekatan CTL, guru dapat mengaitkan materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Sehingga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan yang telah
dimiliki siswa tersebut diperoleh dari bentukan (konstruksi) pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL,
mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, memperoleh sesuatu, serta
mengecek sejauh mana pemahaman siswa akan sesuatu. Hal ini dapat
dilakukan melalui kegiatan bertanya. Misal, untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa akan materi perkalian dan pembagian pecahan di kelas V,
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang konsep pecahan terlebih
dahulu, yaitu arti dari bilangan setengah yang sering mereka dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui pertanyaan tersebut, guru bermaksud menggali
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah tersebut. Kemudian guru
community) melalui pengamatan terhadap model atau alat peraga yang telah
disajikan oleh guru.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan melakukan suatu
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara kolaboratif antara peneliti
dan guru matematika kelas V B. Penelitian dilakukan pada siswa kelas V B
SD Kanisius Sengkan, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman semester genap
tahun ajaran 2009/2010, yang menekankan pada peningkatan pemahaman
siswa atas perkalian dan pembagian melalui pendekatan CTL.
Maka judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diambil oleh
peneliti adalah ”Upaya Peningkatan Pemahaman siswa Atas Konsep
Perkalian dan Pembagian pada Pecahan di Kelas V B SD Kanisius Sengkan
melalui Pendekatan CTL”. Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatam
CTL adalah untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran yang
masih bersifat konvensional. Karena dalam pendekatan CTL, proses
pembelajaran yang dilakukan disertai dengan pemodelan sehingga siswa
lebih mudah memahami konsep pecahan yang bersifat abstrak.
B. Batasan Masalah
Materi yang diangkat dalam PTK kolaboratif di kelas V B SD
Kanisius Sengkan adalah Pecahan. Adapun standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator yang ingin dicapai dalam materi pecahan ini dapat dilihat
siswa atas konsep perkalian dan pembagian pada pecahan biasa, pecahan
campuran, pecahan desimal, dan persen. Sedangkan CTL yang akan
dikembangkan lebih menitikberatkan pada konstruktivisme dan pemodelan.
Sebagai alat peraga yang akan digunakan, peneliti menggunakan alat peraga
kertas transparasi dan alat peraga pita pecahan.
Tabel 1.1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
No Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
1. 5. Menggunakan
pecahan
dalam
pemecahan
masalah.
5.3. Mengalikan
dan membagi
berbagai
bentuk
pecahan
5.3.1.Memahami konsep
pecahan.
5.3.2.Mengenal arti
perkalian pecahan.
5.3.3.Menunjukkan hasil
perkalian berbagai
bentuk pecahan
5.3.4.Mengenal arti
pembagian pecahan.
5.3.5.Menunjukkan hasil
perkalian berbagai
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
kolaboratif ini adalah “apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun ajaran
2009/2010?”
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas,
maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu untuk meningkatkan
pemahaman konsep perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V B
SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2009/2010 melalui pendekatanContextual Teaching and Learning(CTL).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1) Bagi Siswa
a. Siswa mengalami perubahan yang baik dalam mengalikan dan
membagi bilangan pecahan.
c. Siswa menjadi senang dalam mengikuti pelajaran matematika
sehingga minat belajar matematika semakin besar.
2) Bagi Guru
a. Mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajar guru
agar mampu merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan mengaktifkan siswa.
b. Guru dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
kertas transparansi dan pita pecahan pada mata pelajaran matematika.
c. Mendorong/memotivasi orang lain untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menanamkan konsep perkalian dan pembagian pecahan
dengan menggunakan alat peraga kertas transparansi dan pita pecahan.
3) Bagi Sekolah
a. Menambah salah satu koleksi bacaan untuk orang lain.
F. Batasan Pengertian
1. PTK kolaboratif adalah penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran yang dilakukan guru bekerja sama dengan pihak lain.
(Asy’ari, M., dkk, 2007)
2. Operasi perkalian dan pembagian pada pecahan adalah kemampuan siswa
dalam menentukan dengan tepat jawaban dari hasil perkalian dan
perolehan skor tes hasil belajar siswa tentang operasi perkalian dan
pembagian pada pecahan.
3. Alat peraga adalah suatu alat bantu yang berupa contoh konkret yang
digunakan guru dalam membantu siswa membentuk pengetahuannya.
4. Alat peraga kertas transparansi adalah suatu alat peraga yang terbuat dari
kertas transparansi yang dipotong-potong berbentuk persegi dengan
ukuran 12 cm x 12 cm. dalam hal ini, bagian yang diarsir dalam kertas
tersebut menunjukkan nilai pecahan dari kertas tersebut.
5. Pita pecahan adalah alat peraga pecahan yang terbuat dari kertas lipat yang
dipotong-potong menjadi 8 bagian yang sama panjang menyerupai bentuk
pita (persegi panjang).
6. CTL adalah model pembelajaran yang berawal dari mengambil hal-hal
yang dialami siswa sehari-hari pada kehidupan nyata kemudian diangkat
ke dalam konsep matematika.
G. Sistematika Laporan
Penelitian terdiri dari 5 bab yaitu Pendahuluan, Kajian Pustaka,
Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, serta Penutup. Pada Bab I yaitu
Pendahuluan, berisi tentang latar belakang dari Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat
penelitian, batasan pengertian, dan sistematika laporan. Pada Bab II yaitu
Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam sub bab pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) akan diulas beberapa pengertian, alasan, dan komponen utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain itu, di Bab II juga berisi tentang pengertian pecahan, alat peraga yang akan digunakan dalam
penelitian ini, kerangka berfikir, serta hipotesis tindakan. Pada Bab III berisi
Metode Penelitian yang memaparkan seting, desain, dan rencana penelitian
yang terdiri dari 3 tindakan. Yang pertama tentang pemahaman konsep
pecahan, yang kedua tentang tentang operasi perkalian pecahan, dan yang
ketiga tentang opoerasi pembagian pecahan. Selain itu, di Bab III juga
memaparkan data dan metode pengumpula serta analisis data tersebut.
Pelaksanaan, tabulasi data, analisis data, dan pembahasan akan diuraikan pada
Bab IV. Sedangkan pada Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Matematika
Matematika berasal dari kata Yunani yaitu “Mathematikos” yang berarti secara ilmu pasti ataumathemayang berarti ajaran, pengetahuan, ilmu pengetahuan. Jadi, matematika merupakan pengetahuan abstrak deduktif,
yang kesimpulannya ditarik berdasarkan kesimpulan dari kaidah-kaidah
tertentu melalui deduksi.
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan
berhasil jika dalam proses pembelajaran terdapat 3 kegiatan yang berlangsung
secara optimal. Pertama, proses pengajaran yang diarahkan pada
konsep-konsep dan struktur-struktur. Konsep-konsep-konsep yang ada harus diberikan
terlebih dahulu, baru diadakan latihan-latihan. Kedua, siswa diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda. Konsep itu akan menjadi lebih
tertanam jika siswa dapat mengamati secara langsung tentang apa yang
dipelajari dengan menggunakan media pembelajaran. Ketiga, siswa aktif
Selain itu, proses belajar matematika juga akan berlangsung secara
optimal jika dalam pembelajarannya melalui 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Enaktif
Suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan dipelajari secara aktif
dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi yang nyata.
2. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan dipresentasikan
(diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar,
atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret.
3. Tahap Simbolik
Suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan dipresentasikan dalam
bentuk simbol abstrak, baik simbol verbal (misalkan huruf, kata, atau
kalimat), lambang matematika, maupun lambang abstrak lainnya.(Mansur,
2007:222)
Sebagai contoh, pada tahap enaktif, siswa Sekolah Dasar kelas V yang
sedang mempelajari tentang pecahan, diajak untuk memanipulasi benda/objek
konkret atau situasi yang nyata. Siswa diminta untuk membagi kue tart
menjadi dua bagian yang sama besar. Kemudian pada tahap ikonik, siswa
diberikan penjelasan tentang hubungan dua kue tart tersebut dengan
menggunakan gambar. Selanjutnya pada tahap simbolik, siswa dibimbing
untuk menuliskan lambang pecahan yang menunjukkan 1 bagian dari 2
bagian yang sama yaitu
2 1
B. Pemahaman
Setiap manusia pasti memiliki pemahaman akan sesuatu. Dengan
pemahaman yang mereka miliki tersebut, maka seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan benar. Pemahaman adalah proses, cara,
perbuatan memahami suatu hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002:811). Seseorang dikatakan paham apabila ia dapat mengerti benar dan mengetahui
akan apa yang telah ia pelajari.
C. Pecahan
Pecahan merupakan salah satu materi Matematika yang berkelanjutan.
Sejak kelas III semester genap, materi pecahan sudah mulai diperkenalkan.
Yang kemudian di kelas IV dan V, materi pecahan lebih diperdalam dan
dikembangkan.
Pecahan berarti bagian dari keseluruhan bagian yang sama besar.
Sebagai contoh bilangan pecahan
4 1
yang berarti 1 bagian dari 4 bagian yang
sama besar. Di mana 4 bagian tersebut merupakan bagian dari keseluruhan
yang ada.
Setiap bilangan pecahan memiliki 2 unsur pembentuk, yaitu
penyebut dipisahkan dengan garis lurus mendatar (horizontal) bukan dengan
garis miring (/). Sebagai contoh
2 1
,
3 1
,
4 1
,
5 1
, dan sebagainya.
Pada bilangan pecahan
5 1
, angka 1 yang letaknya di atas garis lurus
mendatar (horizontal) disebut pembilang. Pembilang menunjukkan
banyaknya bagian yang digunakan (diambil) dari keseluruhan bagian yang
ada. Sedangkan angka 5 yang letaknya di bawah garis lurus mendatar
(horizontal) disebut penyebut. Penyebut menunjukkan banyaknya
bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan yang ada (utuh). Dalam contoh
bilangan pecahan
5 1
, jumlah bagian keseluruhannya ada 5 bagian.
D. Pengenalan Konsep Pecahan
Pengenalan konsep pecahan dapat didahului dengan soal cerita yang
menggunakan obyek-obyek nyata, misalnya apel, jeruk, semangka, kue, dan
lain-lain. Alat peraga selanjutnya yang dapat digunakan untuk membantu
siswa dalam memahami konsep pecahan serta membantu guru dalam
menunjukkan nilai suatu pecahan adalah dengan menggunakan gambar yang
Gambar 2.1. Contoh Gambar Pecahan
Pecahan
2 1
dapat diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk
lingkaran atau persegi, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain.
Selanjutnya, bagian yang dilipat dibuka dan diarsir, sehingga akan didapatkan
gambar daerah yang diarsir (Sukayati,2003:3).
Untuk memahami arti pecahan, membandingkan besar kecilnya nilai
suatu pecahan, serta menunjukkan pecahan-pecahan yang senilai dapat
digunakan alat perga pita pecahan. Alat peraga pita pecahan adalah suatu alat
peraga yang terbuat dari kertas lipat yang dipotong-potong menjadi beberapa
bagian yang sama panjang sehingga menyerupai bentuk pita persegi panjang
yang kemudian ditempel secara bersusun pada kertas HVS.
Dengan menggunakan pita pecahan, siswa menjadi lebih terlibat aktif
dalam mengkonstruksi pengetahuannya tentang pecahan serta menemukan
jawabannya sendiri dengan bimbingan dari guru. Dengan demikian
diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas siswa dan lebih
termotivasi dalam belajar matematika, sehingga mereka dapat memperoleh
Pemilihan alat peraga pita pecahan dikarenakan alat peraga ini lebih
mudah dalam cara pembuatannya. Diikuti dengan penguatan ketrampilan
melipat, menggunting, dan menempel. Di samping itu, penggunaan alat
peraga pita pecahan dapat dilakukan di mana saja, baik di sekolah maupun di
rumah, dan yang paling utama adalah dapat memenuhi fungsi alat peraga
secara penuh.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Potonglah kertas lipat menjadi 8 bagian yang sama panjang.
b. Potongan pita pecahan pertama menunjukkan nilai 1 bagian. Tempelkan
salah satu bagian tersebut di sebelah atas kertas yang sudah disediakan
(lihat gambar 2.2).
c. Potongan pita pecahan kedua dipotong menjadi 2 bagian yang sama
panjang sehingga menunjukkan nilai
2 1
.
d. Tempelkanlah pada kolom nomor 2 dengan menggunakan warna yang
e. Potongan pita pecahan ketiga dipotong menjadi 3 bagian yang sama
panjang sehingga menunjukkan nilai
3 1
.
f. Dengan menggunakan warna yang berbeda lagi, tempelkanlah pada tugas
nomor 3 (lihat gambar 2.2).
g. Potongan pita pecahan keempat dipotong menjadi 4 bagian yang sama
panjang sehingga menunjukkan nilai
4 1
.
h. Dengan menggunakan warna yang berbeda lagi, tempelkanlah pada tugas
nomor 4 (lihat gambar 2.2).
i. Potongan pita pecahan kelima dipotong menjadi 5 bagian yang sama
panjang sehingga menunjukkan nilai
5 1
.
j. Dengan menggunakan warna yang berbeda lagi, tempelkanlah pada tugas
k. Potongan pita pecahan keenam dipotong menjadi 10 bagian yang sama
panjang sehingga menunjukkan nilai
10 1
.
l. Dengan menggunakan warna yang berbeda lagi, tempelkanlah pada tugas
nomor 6 (lihat gambar 2.2).
m. Sehingga hasilnya dapat dilihat seperti pada gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2. Contoh Alat Peraga Pita Pecahan
1.
2.
3.
4.
5.
E. Perkalian dan Pembagian Pecahan
1. Perkalian Pecahan
Perkalian dapat diartikan sebagai penjumlahan berulang. Dalam
perkalian pecahan itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu perkalian pecahan
dengan bilangan asli dan perkalian pecahan dengan pecahan. Alat peraga
yang dapat digunakan dalam perkalian pecahan adalah dengan kertas
transparansi. Alat peraga kertas transparansi adalah suatu alat peraga yang
terbuat dari kertas transparansi yang dipotong-potong berbentuk persegi
dengan ukuran 12 cm x 12 cm dan diarsir sesuai nilai pecahannya
masing-masing. Alat peraga ini sengaja dibuat pada kertas transparansi agar siswa
lebih mudah dalam menemukan arti pecahan dan nilai suatu pecahan
dalam melakukan operasi perkalian pecahan. Adapun langkah-langkah
pembuatannya sebagai berikut:
b. Potongan kertas transparansi pertama menunjukkan nilai 1 bagian.
c. Potongan kertas transparansi kedua dibagi menjadi 2 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
2 1
bagian.
d. Potongan kertas transparansi ketiga dibagi menjadi 3 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
3 1
bagian.
e. Potongan kertas transparansi keempat dibagi menjadi 4 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
4 1
f. Potongan kertas transparansi kelima dibagi menjadi 5 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
5 1
bagian.
g. Potongan kertas transparansi keenam dibagi menjadi 6 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
6 1
bagian.
h. Potongan kertas transparansi ketujuh dibagi menjadi 8 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
8 1
i. Potongan kertas transparansi kedelapan dibagi menjadi 10 bagian sama
besar dan salah satu bagian diarsir sehingga menunjukkan nilai
10 1
bagian.
Adapun cara penggunaannya untuk dapat menjawab soal-soal
perkalian adalah sebagai berikut:
a. Perkalian bilangan asli dengan pecahan
Dalam pelaksanaan pembelajaran, diharapkan guru mengangkat
permasalahan-permasalahan keseharian, misalnya setiap kelompok
membutuhkan
2 1
bagian dari kertas asturo berwarna untuk membuat
hiasan kelas. Berapa bagian yang diperlukan jika ada 2 kelompok?
Ambillah alat peraga kertas transparansi yang bernilai
2 1
x =
Dengan menggunakan konsep penjumlahan berulang, akan didapat
konsep perkalian sebagai berikut:
2 1
+
2 1
=
2 1 1
=
2 2
2 x
Sehingga ”bilangan asli dikalikan dengan pecahan maka hasilnya adalah bilangan asli dikalikan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap”atau dalam bentuk umum a x
c
b. Perkalian pecahan dengan bilangan asli
Masalah yang dapat diangkat dalam proses pembelajaran misalnya,
luas taman di depan rumah adalah 2 m2, dan
5 2
bagiannya akan dibuat
kolam. Berapa luas kolam tersebut?
5 2
x 2 = …. artinya adalah
5 2
dari 2. Dengan menggunakan 2 buah
kertas transparansi diperoleh gambar sebagai berikut.
Setiap petak mewakili
5 1
bagian dari 1. Jadi dari gambar terlihat
bahwa ada 4 petak
5 1
an atau dalam
kalimat matematika adalah
5 2
x 2 =
5 4
Sehingga ”bilangan pecahan dikalikan dengan bilangan asli maka hasilnya adalah pembilang dikalikan bilangan asli, sedangkan penyebutnya tetap”atau dalam bentuk umum
c. Perkalian pecahan dengan pecahan
Masalah yang dapat diangkat dalam proses pembelajaran misalnya, ibu
mempunyai
2 1
bagian dari kue cake. Jika ibu menghidangkan
3 1
nya
untuk tamu, maka berapa bagian yang ibu hidangkan tersebut?
Ambillah alat peraga kertas transparansi yang bernilai
2 1
Ambillah alat peraga kertas transparansi yang bernilai
3 1
Tempelkan kedua alat peraga kertas transparansi tadi sehingga tampak
daerah yang diarsir dua kali.
x =
Dari kegiatan yang telah dilakukan tersebut, dapat dilihat bahwa ada
bagian yang terarsir dua kali. Bagian yang terarsir dua kali tersebut
merupakan jawaban dari pertanyaan
2 1
x
3 1
=
Sehingga ”pecahan dikalikan dengan pecahan adalah pembilang dikalikan pembilang dan penyebut dikalikan penyebut”atau dalam
bentuk umum
d. Perkalian pecahan campuran
Misalnya 2
Dapat dicari dengan peragaan luasan 3
2. Pembagian Pecahan
Pembagian dapat diartikan sebagai pengurangan berulang. Dalam
pembagian pecahan itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu pembagian pecahan
dengan bilangan asli dan pembagian pecahan dengan pecahan. Alat peraga
yang dapat digunakan dalam pembagian pecahan adalah dengan pita
pecahan.
Adapun cara penggunaannya untuk dapat menjawab soal-soal
pembagian adalah sebagai berikut:
a. Pembagian bilangan asli dengan pecahan biasa
Dalam pelaksanaan pembelajaran, diharapkan guru mengangkat
permasalahan-permasalahan keseharian, misalnya adik mempunyai 1
meter pita. Masing-masing bunga memerlukan pita
3 1
m. Berapa
bunga yang dapat dibuat?
1 :
3 1
= ….
Dengan menggunakan konsep pengurangan berulang, akan didapat
konsep perkalian sebagai berikut:
1
-Sehingga ”bilangan asli dibagi dengan pecahan biasa maka pembagian berubah menjadi perkalian tetapi pecahannya dibalik (penyebut menjadi pembilang dan pembilang menjadi penyebut)”
atau dalam bentuk umum a x
c
b. Pembagian pecahan biasa dengan bilangan asli
Masalah yang dapat diangkat dalam proses pembelajaran misalnya, ibu
mempunyai
2 1
roti yang akan diberikan kepada 2 anaknya sehingga
masing-masing mendapat bagian yang sama besar. Berapa bagian yang
Ambilllah pita pecahan yang bernilai
2 1
kemudian potong menjadi 2
bagian sama besar! Sehingga diperoleh seperti berikut:
Pada gambar tampak bahwa bagian dari masing masing anak adalah
4
Sehingga ”pecahan biasa dibagi dengan bilangan asli maka pembilang dari pecahan tersebut tetap sedangkan penyebutnya dikalikan dengan bilangan asli”atau dalam bentuk umum
b
c. Pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa
Masalah yang dapat diangkat dalam proses pembelajaran misalnya,
kakak mempunyai
2 1
m pita yang akan dibuat hiasan. Masing-masing
hiasan membutuhkan pita
4 1
m, maka berapa hiasan yang dibuat?
Ambillah pita pecahan yang bernilai
2
1 hiasan 1 hiasan
Dari gambar tampak bahwa ada 2 hiasan yang dapat dibuat dari
= n, artinya atau
b
Sehingga dapat disimpulkan secara umum bahwa
b
d. Pembagian pecahan campuran
Misalnya 1
Dengan menggunakan konsep pembagian pecahan biasa dengan
pecahan biasa, maka pecahan campuran 1
2
bentuk pecahan biasa terlebih dahulu.
F. PendekatanContextual Teaching Learning(CTL)
Suparno (2006:71) menyatakan bahwa “mengajar adalah suatu proses
membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri.” Guru lebih
berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa dalam
membentuk pengetahuannya tentang sesuatu. Keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran sangatlah penting. Oleh karena itu, melalui kegiatan
pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, diharapkan hasil belajar
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
CTL adalah pembelajaran yang berawal dari mengambil hal-hal yang
dialami siswa sehari-hari pada kehidupan nyata kemudian diangkat ke dalam
konsep matematika. Langkah-langkah pembelajaran diawali dari konteks
kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Kemudian, guru memfasilitasi
siswa untuk mengangkat objek tersebut ke dalam konsep matematika melalui
tanya jawab, diskusi, inkuiri, sehingga siswa dapat membentuk
pengetahuannya sendiri tentang konsep matematika.
Perlunya pendekatan CTL dalam proses pembelajaran didasarkan
pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan
antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam
kehidupan nyata. Hal ini dikarenakan pemahaman konsep akademik yang
mereka peroleh masih abstrak, tidak diikuti dengan pemahaman atau
CTL melibatkan 7 komponen utama pembelajaran (Muslich,
2007:44), yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis dari pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) yang menekankan pada bentukan (konstruksi) pengetahuan dan keterampilan baru lewat
fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Dengan kata
lain, konstruktivisme adalah pembelajaran yang berawal dari mengambil
hal-hal yang dialami siswa sehari-hari pada kehidupan nyata kemudian
diangkat ke dalam konsep matematika.
Konstruktivisme membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna
karena dalam kegiatan ini siswa bekerja sendiri, menemukan, dan
membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Atas dasar
pengertian tersebut, prinsip dasar konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a. proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran
b. informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih
penting daripada informasi verbalistis.
c. siswa bebas menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
d. siswa bebas menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
e. pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman
sendiri.
f. pengalaman siswa dibangun dengan 2 cara, yang pertama dengan
pengetahuan yang sudah ada. Yang kedua dengan akomodasi, yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasikan untuk
menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman baru.
2. Bertanya (questioning)
Dengan bertanya, siswa dapat terdorong untuk mengetahui sesuatu
dan memperoleh informasi sekaligus membantu guru untuk mengetahui
perkembangan kemampuan berpikir siswa. Manfaat yang dapat diperoleh
dengan kegiatan bertanya antara lain:
a. penggalian informasi dan konfirmasi terhadap apa yang sudah
diketahui menjadi lebih efektif.
b. mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
c. dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk
menggali informsi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan
respon siswa, mengetahui kadar keingintahuan siswa, dan dapat
menyegarkan pengetahuan siswa.
3. Menemukan (inquiry)
Komponen “menemukan” merupakan kegiatan inti CTL yang
diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan pengetahuan yang diperoleh
sendiri oleh siswa. Siklus inquiry adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan. Manfaat yang dapat
b. informasi yang diperoleh menjadi lebih mantap karena disertai
bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
Siklus dalam kegiatan menemukan(inquiry)yaitu: a. mengamati atau melakukan observasi(observation)
b. bertanya(questioning)
c. mengajukan dugaan sementara(hiphotesis)
c. dalam mengumpulkan data, menganalisis, dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain(data gathering)
d. merumuskan kesimpulan(conclussion).
4. Masyarakat belajar (learning community)
Hasil belajar diperoleh dari hasil kerja sama atau sharing dengan orang lain baik di dalam maupun di luar kelas. Sharingterjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi serta ada
komunikasi dua atau multiarah. Pembelajaran dikemas dalam diskusi
kelompok yang anggotanya heterogen. Yang terlibat dalam masyarakat
belajar bisa menjadi sumber belajar.
5. Pemodelan (modeling)
Pemodelan sangat diperlukan untuk mengefektifkan pembelajaran.
Dengan adanya pemodelan, biasanya konsep akan lebih mudah dipahami
siswa. Model yang dimaksud bisa pemberian contoh tentang cara
mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, atau mempertontonkan
6. Refleksi (reflection)
Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari dan
merenungkan kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi selama
pembelajaran, dapat menyadari bahwa pengetahuan yang baru saja
diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Perenungan merupakan respons atas
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diperolehnya. Perenuangan
dapat dilakukan dengan cara membuat catatan singkat, diskusi dengan
teman sejawat, atau unjuk kerja.
7. Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen ini merupakan ciri khusus dari pendekatan CTL, yaitu
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Manfaat yang
dapat diperoleh dengan kegiatan penilaian autentik (authentic assessment)
antara lain:
a. dapat mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa.
b. penilaian proses dan hasil dapat dilakukan secara seimbang.
c. memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan penilaian
diri (self assessment) dan penilaian sesama (peer assessment).
d. dapat mengukur keterampilan dan performansi siswa dengan kriteria
yang jelas.
e. dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik
G. Kerangka Berfikir
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak. Sehingga
dalam proses pembelajarannya, diperlukan alat peraga yang dapat membantu
siswa memahami materi yang dipelajari. Salah satu materi yang dipelajari di
kelas V B SD Kanisius Sengkan semester genap tahun ajaran 2009/2010,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta adalah operasi perkalian
dan pembagian pecahan.
Bruner dalam teorinya (Agus, 2007:4) menyatakan bahwa belajar
matematika akan berhasil jika dalam proses pengajarannya, siswa diarahkan
pada konsep-konsep dan struktur-struktur. Pemahaman konsep yang baik
sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan
prasyarat pemahaman konsep sebelumnya. Konsep itu akan menjadi lebih
tertanam jika siswa dapat mengamati secara langsung tentang apa yang
dipelajari dengan menggunakan media pembelajaran. Pecahan merupakan
salah satu materi matematika yang berkelanjutan. Maka, untuk memahami
konsep yang baru, diperlukan pemahaman konsep pecahan terlebih dahulu.
Untuk dapat memahami konsep perkalian dan pembagian pecahan, siswa
dibantu dengan menggunakan alat peraga kertas transparansi dan pita
pecahan. Selain itu, dalam proses pengajarannya siswa juga harus terlibat
Oleh karena itu, diperlukan proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melibatkan 7 komponen utama, yaitu konstruktivisme (construktivisme),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Dengan pembelajaran yang menekankan pada ketujuh komponen dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), maka dapat diharapkan pemahaman siswa atas konsep perkalian dan pembagian pecahan menjadi meningkat.
H. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman siswa atas konsep perkalian dan pembagian pada pecahan di kelas V B SD
Kanisius Sengkan semester genap tahun ajaran 2009/2010, Kecamatan
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Keterangan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept
1 Meminta ijin
kepala sekolah
untuk melakukan penelitian.
√
2 Observasi
masalah di kelas
√
3 Penyusunan
proposal penelitian
√
4 Pengumpulan
data
√
5 Pengolahan data √ √
6 Penyusunan
laporan
√ √
7 Perbaikan laporan √ √
8 Ujian akhir. √
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan
yang beralamatkan di Jalan Kaliurang Km 7, Depok, Sleman, Yogyakarta,
3. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V B SD
Kanisius Sengkan semester genap tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah
30 siswa yang terdiri dari 15 putra dan 15 putri.
4. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami
konsep perkalian dan pembagian pecahan.
B. Desain Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan secara kolaboratif (PTK kolaboratif). PTK kolaboratif adalah
penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan proses pembelajaran
yang dilakukan guru bekerja sama dengan pihak lain. (Maslichah, dkk,
2007). Menurut Kemmis dan Tagart (1986) Penelitian Tindakan Kelas itu
sendiri adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang
dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk
memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan serta situasi di mana
pekerjaan itu dilakukan. Secara singkatnya Penelitian Tindakan Kelas
dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran
yang ada.
Penelitian kolaboratif ini dilakukan antara peneliti dan guru bidang
studi matematika sebagai kolaboratornya. Sedangkan penelitian
kolaboratif ini sendiri dilakukan di bawah penelitian payung yang
dilakukan oleh dosen dengan judul ”Pengembangan Media Pembelajaran
Topik Pecahan di SD yang Mendukung Pembelajaran dengan Pendekatan
CTL”. Ide dan penggunaan alat peraga pecahan pada penelitian ini berasal
dari dosen. Tugas peneliti adalah mengembangkan ide dan alat peraga
pecahan tersebut. Kemudian, peneliti melaporkan efektifitas penggunaan
alat peraga pecahan yang telah dibuat dalam meningkatkan pemahaman
konsep perkalian dan pembagian pecahan. Hasilnya akan digunakan
sebagai data pendukung penelitian payung dosen.
Pada penelitian ini, peneliti merancang pembelajaran matematika
yang menggunakan pendekatan CTL dengan menitik beratkan pada
konstruktivisme dan pemodelan. Setelah itu, peneliti memberi pedoman
dan penjelasan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan CTL tersebut kepada guru matematika kelas V
B yang bertugas sebagai kolaboratornya. Selama penelitian berlangsung,
guru matematika kelas V B yang bersangkutan melakukan pembelajaran
matematika berdasarkan rancangan kegiatan yang telah disusun oleh
sesuai rancangan peneliti, peneliti mengobservasi pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
Yang akan diobservasi peneliti selama pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan CTL pada materi pecahan
kelas V B, antara lain: peran siswa dan guru dalam pembelajaran
matematika, ketepatan siswa dalam menggunakan alat peraga pecahan,
penjelasan guru atas materi pecahan, serta efektivitas alat peraga pecahan
sebagai alat bantu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi perkalian dan pembagian pecahan. Hasil dari observasi ini
nantinya akan digunakan peneliti sebagai bahan refleksi dalam
melaksanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
2. Model Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif yang akan
dilakukan antara peneliti dan guru matematika kelas V B SD Kanisius
Sengkan terdiri dari beberapa siklus. Masing-masing siklus mempunyai 4
Gambar 3.1. Bagan alur model Penelitian Tindakan Kelas
Keempat tahapan model skema spiral Penelitian Tindakan Kelas
menurut Kemmis dan Mc Taggart (Kasbolah, 2001:63) tersebut adalah
tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan, atau merubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.
P
Refleksi Pen
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang dilaksanakan
sesuai dengan pedoman yang telah direncanakan.
c. Pengamatan (Observasi)
Dalam kegiatan pengamatan, peneliti mengamati hasil atau dampak
dari tindakan yang telah dilaksanakan melalui teknik observasi.
d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi, peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan yang telah
dilakukan. Melalui refleksi yang mendalam, dapat ditarik kesimpulan
yang mantap dan tajam (Sukajati, 2008:18).
3. Rencana Tindakan
Dalam Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif yang akan
dilakukan antara peneliti dan guru matematika kelas V B SD Kanisius
Sengkan, peneliti merencanakan 3 kemampuan yang akan ditingkatkan.
Ketiga kemampuan tersebut yaitu:
a. Kemampuan pemahaman konsep pecahan
b. Kemampuan pemahaman konsep perkalian pada pecahan
Adapun tindakan yang digunakan untuk meningkatkan ketiga
kemampuan tersebut adalah pembelajaran melalui pendekatan CTL.
Dalam pendekatan CTL terdapat 7 komponen, namun peneliti hanya
menekankan pada 2 komponen saja. Dua komponen tersebut adalah
konstruktivisme dan pemodelan.:
4. Kriteria Keberhasilan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika kelas V B SD
Kanisius Sengkan adalah 60. Kriteria keberhasilan pada setiap kemampuan
yang ingin ditingkatkan adalah 65% siswa tuntas KKM. Untuk lebih
jelasnya, kriteria keberhasilan pada tiap kemampuan yang ingin
ditingkatkan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kriteria Keberhasilan
Kemampuan yang Akan Ditingkatkan
Kondisi Awal Kriteria Keberhasilan
Pemahaman konsep
pecahan
50% dari 26 siswa mampu menguasai konsep pecahan (memperoleh nilai di atas KKM).
65% dari 26 siswa mampu menguasai konsep pecahan (memperoleh nilai di atas KKM).
Pemahaman konsep
perkalian pecahan
50% dari 26 siswa mampu menguasai konsep perkalian pecahan (memperoleh nilai di atas KKM).
65% dari 26 siswa mampu menguasai konsep perkalian pecahan (memperoleh nilai di atas KKM).
Pemahaman konsep
pembagian pecahan
38,46% dari 26 siswa
mampu menguasai konsep
pembagian pecahan
(memperoleh nilai di atas KKM).
65% dari 26 siswa mampu
menguasai konsep
pembagian pecahan
C. Rencana Penelitian
1. Persiapan
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah didapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa
siswa dan guru bidang studi matematika kelas V B SD Kanisius
Sengkan. Dari hasil wawancara tersebut, diperoleh data bahwa
pemahaman konsep tentang perkalian dan pembagian pecahan masih
rendah.
b. Analisis materi
Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini tentang perkalian dan
pembagian pecahan. Adapun standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator materi perkalian dan pembagian pecahan dapat dilihat pada
tabel 1.1.
c. Mempersiapkan silabus (dapat dilihat pada lampiran 1)
d. Menyusun RPP (dapat dilihat pada lampiran 2), LKS, soal tes, dan
catatan pengamatan proses pembelajaran.
2. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini ada 3 kemampuan yang akan ditingkatkan.
Yang pertama adalah pemahaman konsep pecahan, yang kedua adalah
pemahaman konsep perkalian, dan yang ketiga adalah pemahaman konsep
pembagian pecahan.
Adapun tindakan yang akan dikenakan terhadap ketiga kemampuan
tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan CTL yang menekankan
pada komponen masyarakat belajar dan pemodelan.
a. Pemahaman Konsep Pecahan SIKLUS I
Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru melakukan tanya jawab untuk mengingat kembali tentang
konsep pecahan dengan menggunakan alat peraga yang sering
dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah anggota
masing-masing 3 orang.
c. Siswa dibagikan LKS.
d. Setiap kelompok mendapatkan 1 lembar HVS, 6 potongan kertas
lipat ukuran 16 cm x 2 cm (usahakan tiap kelompok warnanya
e. Siswa melakukan kegiatan seperti yang tertera pada LKS secara
berkelompok.
f. Ambil salah satu potongan kertas lipat, lalu dtempel di bagian atas
kertas HVS.
g. Salah satu potongan kertas lipat yang lain dipotong menjadi 2
bagian yang sama panjang.
h. Dengan menggunakan warna yang berbeda, (bisa bertukar warna
dengan teman yang lain), ditempel pada tugas nomor 2
i. Potongan-potongan kertas yang lain lagi dipotong menjadi 3, 4, 5,
dan 10 bagian yang sama panjang.
j. Dengan menggunakan warna yang berbeda lagi, ditempel pada
tugas nomor 3, 4, 5, dan 6
k. Siswa dalam kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan pada LKS
l. Membuat kesimpulan bersama.
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatat antara lain tentang
ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan
siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Guru mencermati catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi
tersebut dengan membandingkan antara kondisi awal, KKM, hasil
evaluasi, dan target ketuntasan siklus I. Melalui refleksi yang telah
dilakukan, dapat diketahui apakah siklus I dapat dihentikan atau
harus diulang kembali pada siklus II.
b. Pemahaman Konsep Perkalian Pecahan SIKLUS I
Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru melakukan tanya jawab tentang konsep yang telah dimiliki
siswa tentang pecahan dengan menggunakan alat peraga.
b. Siswa dibagi dalam kelompok (masing-masing kelompok
beranggotakan 3 orang).
c. Siswa dibagikan LKS.
d. Setiap kelompok mendapat 1 buah amplop yang berisi alat peraga
pecahan yang terbuat dari kertas transparansi.
e. Siswa melakukan kegiatan seperti yang tertulis pada LKS.
f. Setiap kelompok diminta untuk menggunakan alat peraga dalam
menyelesaikan soal perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa
dan pecahan biasa dengan pecahan campuran serta menjelaskan
bagaimana cara mereka menunjukkannya.
g. Siswa dalam kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan pada
h. Siswa bersama guru membahas kegiatan yang telah dilakukan.
i. Membuat kesimpulan bersama.
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatat antara lain tentang
ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan
siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Guru mencermati catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi
atau ditemui saat pelaksanaan pembelajaran lalu menganalisis data
tersebut dengan membandingkan antara kondisi awal, KKM, hasil
evaluasi, dan target ketuntasan siklus I.
Pertemuan 2 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru melakukan tanya jawab tentang konsep yang telah dimiliki
siswa tentang pecahan dengan menggunakan alat peraga.
b. Guru memberikan masalah yang sering dijumpai siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Siswa mencoba memecahkan masalah yang telah disajikan guru.
d. Siswa dibagi dalam kelompok (masing-masing kelompok
e. Siswa dibagikan LKS.
f. Setiap kelompok mendapat 1 buah amplop yang berisi alat peraga
pecahan yang terbuat dari kertas transparansi.
g. Siswa melakukan kegiatan seperti yang tertulis pada LKS.
h. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan soal perkalian
pecahan biasa dengan pecahan desimal dan pecahan biasa dengan
persen serta menjelaskan bagaimana cara mereka menunjukkannya.
i. Siswa dalam kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan pada
LKS.
j. Siswa bersama guru membahas kegiatan yang telah dilakukan.
k. Membuat kesimpulan bersama.
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan
instrument lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatat antara
lain tentang ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat
peraga, keaktifan siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Guru mencermati catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi
atau ditemui saat pelaksanaan pembelajaran lalu menganalisis data
tersebut dengan membandingkan antara kondisi awal, KKM, hasil
dilakukan, dapat diketahui apakah siklus I dapat dihentikan atau
harus diulang kembali pada siklus II.
c. Pemahaman Konsep Pembagian Pecahan SIKLUS I
Pertemuan 1 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru melakukan tanya jawab tentang konsep yang telah dimiliki
siswa tentang pembagian pecahan.
b. Siswa dibagi dalam kelompok (masing-masing kelompok
beranggotakan 3 orang).
c. Siswa dibagikan LKS.
d. Setiap kelompok mendapat 1 buah amplop yang berisi pita pecahan
dan kertas lipat.
e. Siswa melakukan kegiatan seperti yang tertulis pada LKS.
f. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan soal pembagian
pecahan biasa dengan pecahan biasa dan pecahan campuran
dengan pecahan biasa serta menjelaskan bagaimana cara mereka
menunjukkannya.
g. Siswa dalam kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan pada
LKS.
h. Siswa bersama guru membahas kegiatan yang telah dilakukan.
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatat antara lain tentang
ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan
siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya
dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari pertemuan
pertama.
Pertemuan 2 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Guru melakukan tanya jawab tentang konsep yang telah dimiliki
siswa tentang pecahan dengan menggunakan alat peraga.
b. Siswa dibagi dalam kelompok (masing-masing kelompok
beranggotakan 3 orang).
c. Siswa dibagikan LKS.
d. Setiap kelompok mendapat 1 buah amplop yang berisi alat peraga
pita pecahan dan kertas lipat.
f. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan soal pembagian
pecahan biasa dengan pecahan desimal dan pecahan biasa dengan
persen serta menjelaskan bagaimana cara mereka menunjukkannya.
g. Siswa dalam kelompok berdiskusi menjawab pertanyaan pada
LKS.
h. Siswa bersama guru membahas kegiatan yang telah dilakukan.
i. Membuat kesimpulan bersama.
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatat antara lain tentang
ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan
siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Mengidentifikasi dan melihat kesulitan anak serta hambatannya
dalam proses pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari pertemuan
kedua.
Pertemuan 3 (2x40 menit) 1) Rencana Tindakan
a. Siswa mengerjakan soal-soal tertulis yang telah disediakan oleh
b. Siswa dan guru membahas soal evaluasi yang telah dikerjakan
siswa.
c. Guru melakukan penilaian dari hasil test.
2) Rencana Pelaksanaan
Melaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi:
Peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul dengan instrument
lembar pengamatan. Hal-hal yang perlu dicatat antara lain tentang
ketepatan siswa dan guru dalam penggunaan alat peraga, keaktifan
siswa, serta ketepatan jawaban siswa.
4) Refleksi:
Guru merefleksikan dan menganalisis data dengan membandingkan
antara kondisi awal, KKM, hasil evaluasi setiap pertemuan dan
target ketuntasannya serta menarik kesimpulan tentang ada tidaknya
peningkatan pemahaman siswa atas perkalian dan pembagian
pecahan. Melalui refleksi yang telah dilakukan, dapat diketahui
apakah siklus I dapat dihentikan atau harus diulang kembali pada
siklus II.
D. Data dan Metode Pengumpulan
Peubah dalam penelitian ini adalah kemampuan melakukan operasi
observasi yang dilakukan terhadap guru dan siswa, serta skor hasil evaluasi.
Untuk instrument yang dipilih dalam pengumpulan data berupa butir soal.
Secara jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Pengumpulan Data
Peubah Indikator Data yang Diperlukan
Skor hasil tes tertulis
Tes tertulis Butir soal
Karena penelitian ini merupakan PTK kolaboratif yang melibatkan
guru matematika kelas V B SD Kanisius Sengkan sebagai kolaboratornya,
maka instrumen yang disusun tidak hanya tes tertulis bagi siswa tetapi juga
ada instrumen observasi terhadap proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL dan alat peraga.
1. Instrumen Observasi
Observasi dilakukan dengan cara observasi sistematis. Observasi
sistematis yaitu observasi yang dilakukan pengamat (peneliti) dengan
menggunakan pedoman instrumen pengamatan. Observasi dilakukan
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas V B SD Kanisius
yang dilakukan kepada guru meliputi penguasaan materi pembelajaran,
pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan media
pembelajaran/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa, dan penilaian yang dilakukan. Sedangkan observasi
yang dilakukan kepada siswa meliputi ketepatan menggunakan alat peraga,
keaktifan siswa, dan ketepatan jawaban siswa. Instrument observasi yang
dilakukan pada guru selengkapnya dapat dilihat pada Rubrik Penilaian
Observasi Guru (terlampir). Sedangkan instrument observasi yang
dilakukan pada siswa selengkapnya dapat dilihat pada Rubrik Observasi
Penilaian Siswa (terlampir).
2. Tes
Soal-soal dalam penelitian ini disusun/dikembangkan berdasarkan
indikatornya. Jumlah soal pada setiap indikator berbeda-beda. Namun tipe
soal dalam penelitian ini semuanya sama yaitu isian Adapun kisi-kisinya
dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4. Distribusi jumlah soal Pre Test dan Post Test menurut tipe dalam kisi-kisi perencanaan penyusunan soal tes.
Kompetensi Dasar Indikator Tipe Soal
No. Soal
Jumlah Soal
5.3.1. Memahami konsep pecahan.
Isian 1-8 8
5.3.1. Mengenal arti perkalian pecahan
Isian 9-11 3
5.3. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
5.3.2. Menunjukkan hasil perkalian berbagai bentuk
pecahan (pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan persen).
5.3.3. Mengenal arti pembagian pecahan.
Isian 12-13 2
5.3.4. Menunjukkan hasil perkalian berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan persen).
Isian 18-21 4
TOTAL JUMLAH SOAL 21
E. Analisis Data
Karena keterbatasan data dan waktu yang dimiliki oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ini, maka kondisi awal diambil dengan menggunakan
Pre Test. Sedangkan untuk persentase keberhasilan pada setiap siklus diambil
dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap pertemuan. Untuk menjawab
pertanyaan dalam penelitian ini tentang peningkatan prestasi belajar siswa
terhadap pemahaman siswa atas konsep perkalian dan pembagian pada
pecahan, akan dijawab dengan menganalisis hasil evaluasi dan hasil
observasi.
1. Tes Tertulis
Nilai =skor yang diperoleh siswa x 10
Rata-rata kelas =nilai yang diperoleh seluruh siswa
siswa
Persentase ketuntasan =siswa tuntas x 100%
Persentase ketidaktuntasan =siswa tidak tuntas x 100%
siswa
2. Kinerja
a. Ketepatan penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran
Dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:
Ketepatan = Jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal
Kriteria ketepatan penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran
0% - 25% = tidak tepat
26% - 50% = kurang tepat
51% - 75% = tepat
76% - 100% = sangat tepat
b. Ketepatan penggunaan alat peraga
Dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:
Ketepatan = Jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal
Kriteria ketepatan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
0% - 25% = tidak tepat
26% - 50% = kurang tepat
51% - 75% = tepat