• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata-kunci : Kebiasaan Sholat, Portofolio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kata-kunci : Kebiasaan Sholat, Portofolio"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN SHOLAT MELALUI

PEMBERIAN TUGAS PORTOFOLIO PADA PESERTA DIDIK

KELAS IX SMP 3 WONOKERTO

Khabib Jundan, S.Ag., M.S.I.

Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ

kerjasama dengan Kementrian Agama RI

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), dengan judul, Upaya Meningkatkan Kebiasaan Sholat Melalui Pemberian Tugas Portofolio Pada Peserta Didik Kelas IX SMP 3 Wonokerto. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan agama Islam pada peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto, yang masih rendah. Rendahnya minat peserta didik terhadap pendidikan agama ini boleh jadi disebabkan oleh penerapan metode atau strategi dalam proses pembelajaran yang kurang menarik, disamping sebab-sebab lain. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam pendekatan pembiasaan ini menurutnya antara lain: Metode Latihan (Drill), Metode Pemberian Tugas, Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen. Dan dalam penelitian ini, peneliti mengambil metode pemberian tugas yang berbentuk tugas portofolio untuk meningkatkan kebiasaan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto

Kata-kunci : Kebiasaan Sholat, Portofolio

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

▸ Baca selengkapnya: bundel portofolio

(2)

didik terhadap mata pelajaran pendidikan agama sangat minim dibandingkan kepada mata pelajaran lain.

Rendahnya minat peserta didik terhadap pendidikan agama ini boleh jadi disebabkan oleh penerapan metode atau strategi dalam proses pembelajaran yang kurang menarik, disamping sebab-sebab lain. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

Dengan demikian, jelas bahwa metode atau strategi pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk dapat menggali minat peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran. Sebuah adagium mengatakan bahwa “At -Thariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi). Untuk itu seorang guru dituntut agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran.

Sholat merupakan salah satu materi terpenting dalam pendidikan agama Islam. Sholat adalah merupakan pangkal tolak pembinaan kepribadian seseorang muslim, dan menjadi tiang agama seorang muslim, satu-satunya ibadah yang diwajibkan secara berulang setiap hari, seumur hidup. Apabila pembinaan sholat itu terabaikan akan meruntuhkan sendi-sendi Islam itu sendiri sekali gus meluluhlantahkan pembinaan umatnya. Pendidikan sholat ini harus dimulai sejak dini. Rosulullah sendiri mengajarkan kepada para orangtua untuk memerintahkan anaknya sholat pada usia 7 tahun, dan memukul mereka jika tidak mau sholat pada usia 10 tahun. Mendirikan shalat artinya melaksanakan shalat dengan sebaik- baiknya sesuai dengan aturan, kemudian menterjemahkan nilai- nilai shalat dalam kehidupan sehari- hari. Bila seorang Muslim rajin dalam melaksanakan shalat, maka akan tercermin dalam kehidupan sehari- harinya, baik mengenai ibadahnya, akhlaknya dan dalam kehidupan social kemasyarakatan lainnya.

(3)

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Seberapa besarkah peningkatan kebiasan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui

pemberian tugas portofolio?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan agama Islam pada peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto. Sedang secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam terutama materi sholat fardhu pada kompetensi dasar peserta didik dapat mengamalkan sholat fardhu dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menguji penerapan metode pemberian tugas portofolio untuk

meningkatkan kebiasaan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto.

3. Memberikan pengalaman empirik pada guru dalam memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.

2. Manfaat

Dari Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat, antara lain:

a. Bagi peserta didik

a. Peserta didik dapat memperoleh motivasi dan nilai yang dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi sikap kebiasaan.

b. Meningkatnya pengamalan sholat fardhu peserta didik.

b. Bagi Guru

a. Memperoleh pengalaman profesional yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas selanjutnya,

b. Meningkatnya profesionalisme guru.

c. Bagi Sekolah

a. Mendapat sumbangan pemikiran yang baik dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.

b. Meningkatnya keberhasilan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Kedudukan Sholat

Sholat menurut bahasa Arab ialah “ do’a dan pujian nabi (Pia Khoirotun Nisa,

2009), sedangkan secara istilah sholat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan

dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah ta’ala dan

(4)

mempunyai fungsi yang sangat penting bagi seorang muslim. Sholat diwajibkan bagi tiap-tiap muslim dewasa dan berakal. Perintah sholat berbeda dengan perintah ibadah lainnya, perintah sholat diterima langsung oleh Rasulullah tanpa perantara malaikat Jibril. Dalam sehari semalam seorang muslim diwajibkan melaksanakan sholat dalam lima waktu:

1. Sholat Subuh; terdiri dari dua rakaat, waktunya dimulai dari terbit fajar sidiq hingga terbit matahari.

2. Sholat Dhuhur; terdiri dari empat rakaat, waktunya mulai dari condongnya matahari dari pertengahan langit hingga panjang banyangan benda sama dengan panjang bendanya.

3. Sholat Ashar; terdiri dari empat rakaat, waktunya ketika panjang banyangan benda sama panjang dengan bendanya sampai dengan terbenam matahari.

4. Sholat Maghrib; terdiri dari tiga rakaat, waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya mega merah.

5. Sholat Isya; terdiri dari empat rakaat dan waktunya dimulai dari hilangnya mega/awan merah hingga terbitnya fajar sidiq.

Agama Islam menilai sholat itu sebagai tiang agama dan penting artinya untuk kesempurnaan beragama. Nabi s.a.w., telah bersabda :

ةلاّصلا

قا نمف ني ّدلا دامع

ما

مده دقف اهكرت نمو ني ّدلا ماقا دقف اه

ني ّدلا

“ Sholat itu tiang agama, barang siapa yang mengerjakannya

berarti ia telah menegakan agama dan barang siapa yang

meninggalkannya

berati ia telah meobohkan agama “.

Dengan demikian, seseorang yang rajin menjalankan sholat maka agamanya akan semakin baik sebaliknya seseorang yang meninggalkan sholat maka ia telah menghancurkan agama pada dirinya dan agamanya secara keseluruhan.

Sebagai seorang muslim yang hidupnya didasari dengan keimanan, untuk memelihara keimanan itu, memperbaiki dan meningkatkannya, ibadah sholat itulah yang berperanan. Maka manusia yang sholatnya baik adalah manusia yang tinggi kadar imannya dan selalu mendapat hidayah Allah s.w.t.

Sholat adalah pekerjaan hamba yang beriman dalam situasi menghadapkan wajah dan sukmanya kepada Zat yang Maha Suci. Maka manakala sholat itu dilakukan secara tekun dan kontinu, menjadi alat pendidikan rohani yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak sholat itu dilakukan dengan kesadaran bukan dengan keterpaksaan dan tekanan apapun, berarti sebanyak itu rohani dan jasmani dilatih berhadapan dengan Zat yang Maha Suci. Efeknya membawa kesucian

(5)

siapa engkau berhubungan dan bergaul, nanti akan kukatakan kepadamu siapa

engkau.”.

Kesucian rohani dan jasmani akan memancarkan akhlak yang mulia, sikap hidup yang dinamis penuh amal sholih. Sebaliknya akan terhindar dari berbagai perbuatan dosa, keji dan mungkar. Allah s.w.t. berfirman:

"

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)

keji dan mungkar

." (Q.S. Al Ankabuut: 45).

B. Pendidikan Sholat Bagi Anak-Anak

Salah satu kewajiban orangtua adalah mendidik anak-anaknya untuk taat pada perintah Allah. Salah satunya dengan mengajarkan sholat. Dan pendidikan sholat ini dimulai sejak dini. Rosulullah sendiri mengajarkan kepada para orangtua untuk memerintahkan anaknya sholat pada usia 7 tahun, dan memukul mereka jika tidak mau sholat pada usia 10 tahun. Rasulullah Saw: Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah di antara mereka pada tempat tidurnya.(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadits ini shahih atas syrah Muslim) (Najmudin, dkk, 2009:21).

Pada taraf pemulaan pendidikan sholat diberikan kepada anak-anak supaya mereka membiasakan diri melakukan perbuatan baik. Mengingat kedudukan dan fungsi sholat yang begitu teramat penting bagi seorang muslim, maka oleh karenanya pendidikan sholat dari sejak kecil harus mendapat perhatian yang baik. Pepatah lama mengatakan, Pelajaran di waktu kecil ibarat melukis di atas batu, pendidikan di waktu besar ibarat melukis di atas air. Untuk itu pembentukan kepribadian anak yang paling utama ialah di waktu kecil. Dari sini si anak dilatih untuk membiasakan diri melaksanakan sholat hingga kelak sholat merupakan kebiasaan yang berjalan secara otomatis yang berdampak pada hidupnya kepada perbuatan yang baik dan menjauhi segala perbuatan yang keji. Diperingatkan kepada kedua orangtua dari si anak, bahwa tanggungjawab mereka terhadap anak yang dilahirkan dengan fitrah yang suci dan kemaslahatan hidupnya tergantung kepada pemeliharaan dan pendidikan yang diberikan oleh ibu-bapak. Sebagaimana Rasulullah SAW, telah bersabda : “

Tiap-tiap anak dilahirkan dalam fitrah yang suci sehingga dia pandai

berkata-kata, maka ibu-bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi atau

Nasrani atau majusi

“.

(6)

anak-anak, agar mereka membiasakan diri untuk melaksanakan sholat. Kebiasaan satu faktor penting bagi kehidupan manusia. Yang dimaksud kebiasaan disini yaitu, sesuatu perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.

C. Metode Pemberian Tugas Portofolio

Metode berasal dari bahasa Yunani “ Metodos “. Kata ini terdiri dari dua suku

kata yaitu “ Metha “ yang berarti melalui atau melewati dan “ hodos’ jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.(Abudin Nata, 2000: 34) Mulyana mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Sedangkan Joyce dan Weil mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas. Dan Udin menyatakan, metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Pemberian tugas (resitasi) merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Dengan padatnya isi materi pelajaran akan sangat menyita waktu peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan, bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan penugasan atau assignment yang diharapkan adalah yang bersifat divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai alernatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja. Metode penugasan ini dapat berbentuk tugas di kelas (lembar kerja), tugas proyek, tugas portofolio, tugas rumah dan lain-lain. (www.forumpenelitian.blogspot.com).

(7)

diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis maupun adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik. Portofolio adalah bundel, yakni kumpulan/dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun metode pembelajaran berbasis portofolio sebagai adjective, portofolio seringkali disandingkan dengan pembelajaran maka dikenal dengan pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning, sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio based assesment).

Dengan demikian penugasan portofolio merupakan salah satu bentuk metode penugasan nonformal yang berupa pengumpulan berkas atau dokumen dari masing-masing karya peserta didik, baik dalam bentuk CD, cassette, print-out, file, metode, foto dan lain-lain yang disimpan dalam file atau folder. Dokumen portofolio ini menjadi dasar bagi guru untuk melakukan penilaian secara otentik dan obyektif kepada peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat diukur. Disamping itu, portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu ke waktu dan dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain. Portofolio juga sangat berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk lebih berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Karena kemampuan tugas portofolio ini dalam mendokumentasikan proses maupun produk peserta didik, maka teknik portofolio dipandang sebagai assesmen yang bersifat othentik.

Menurut O’Malley & Pierce metode penugasan portofolio yang dapat

dikembangkan yaitu: a) portofolio pameran, b) portofolio koleksi, dan c) portofolio penilaian (www.forumpenelitian.blogspot.com). Selanjutnya ketiga jenis portofolio tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Portofolio Pameran

(8)

bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Para tamu biasanya dipandu oleh anak-anak untuk mendapatkan keterangan tentang karya terbaik yang telah berhasil mereka buat. Portofolio pameran biasanya cenderung berupa produk akhir. Diadakannya pameran karya para peserta didik tersebut sekaligus juga berfungsi sebagai reinforcement yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan selfesteem para peserta didik.

2. Portofolio Koleksi

Portofolio koleksi berisi kumpulan hasil karya peserta didik yang terkait dengan tugas-tugas harian. Untuk itu, portofolio jenis ini lebih bersifat formatif. Sekaligus portofolio koleksi dapat difungsikan sebagai fungsi diagnostik. Mengingat fungsi dan sifatnya yang spesifik tersebut, maka guru dapat menggunakan portofolio ini untuk mengamati proses kemajuan pembelajaran anak. Agar portofolio ini benar-benar memberikan hasil yang otentik, guru harus memonitor perkembangan tugas-tugas peserta didik melalui konferensi dan observasi. Portofolio koleksi disebut juga dengan working folders karena isinya menunjukkan proses perkembangan draft awal dari suatu karya, outline, karya belum jadi, dan produk akhir.

3. Portofolio Penilaian

Berbeda dengan dua jenis portofolio sebelumnya, portofolio penilaian merupakan seleksi dari sekumpulan karya peserta didik terbaik untuk diases. Portofolio jenis ini tidak saja memfokuskan pada refleksi proses tetapi juga produk pembelajaran. Agar diperoleh gambaran tentang kemajuan suatu peserta didik, maka portofolio ini harus berisi produk akhir yang dilengkapi dengan sekumpulan bukti proses, penilaian sendiri oleh peserta didik, penilaian guru, dan kesimpulan tentang proses dan hasil karya peserta didik. Dengan demikian portofolio penilaian dapat digunakan oleh guru sebagai alat penilaian (sebagai fungsi sumatif) dan sekaligus juga dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. (www.forumpenelitian.blogspot.com).

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

(9)

B. Gambaran Umum Penelitian (Siklus Tindakan)

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, tahapan setiap siklus secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus 1

Pada siklus ini dilaksanakan penjelasan tentang kedudukan dan fungsi sholat dalam kehidupan. Kemudian peserta didik diberikan tugas untuk melaksanakan sholat 40 waktu sholat secara berturut-turut dan melaporkan hasilnya kepada guru. Indikator keberhasilan diukur dari meningkatnya secara kuantitatif pelaksanaan sholat peserta didik. Dari hasil tugas peserta didik dilakukan verifikasi dan validasib data melalui data observasi dan wawancara, kemudian dilakukan refleksi.

2. Siklus 2

Pada siklus ke-2 ini diberikan motivasi tentang kebutuhan pendekatan hamba kepada Rab-nya dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui sholat lima waktu. Kemudian kembali peserta didik diberikan tugas melaksanakan sholat 40 waktu sholat secara berturut-turut dan melaporkan hasilnya kepada guru. Indikator keberhasilan diukur dari meningkatnya secara kuantitatif pelaksanaan sholat peserta didik. Dari hasil tugas peserta didik dilakukan verifikasi dan validasib data melalui data observasi dan wawancara, kemudian dilakukan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Tindakan

Keberhasilan pendidikan agama adalah sejauhmana peserta didik mampu melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya. Bertitik tolak dari hal ini, untuk mengetahui mutu pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah, setiap akhir tahun pendidikan di satuan pendidikan dilaksanakan evaluasi. Sejauh ini evalusi atau pengukuran keberhasilan pendidikan agama Islam pada tingkat SMP masih lebih besar bertumpu pada aspek kognitif dan psikomotorik dan kurang dalam aspek afektif, sedangkan pengamalan ajaran Islam lebih pada aspek afektif.

SMP 3 Wonokerto dalam beberapa tahun ini berupaya memperkaya evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan mengevaluasi/menilai pengamalan ajaran agama peserta didik dengan menggunakan metode pemberian tugas portofolio. Peserta didik diperintahkan untuk melaksanakan beberapa amalan seperti sholat fardhu, sholat sunat, puasa senin-kamis

ataupun tadarus al Qur’an. Kemudian peserta didik diminta membuat

laporannya kepada guru.

(10)

pengamalan sholat peserta didik berdasarkan pengamatan peneliti dan beberapa guru lain seperti guru bahasa inggris yang beberapa kali menanyakan kebiasaan sholat peserta didik, diperoleh data bahwa pengamalan/kebiasaan sholat peserta didik masih rendah. Data tersebut diperkuat dengan hasil angket yang disebarkan peneliti.

Dari hasil angket di peroleh data sebagai berikut:

1. Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX A

Tabel 2

Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik

Kelas IX A

Sholat Subuh Dhuhur Ashar Maghrib Isya”

Kategori JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL

Jumlah 13 15 2 2 6 18 5 4 7 23 2 1 0 1 18 14 5 8 15 5

Prosentase 39 45 6 6 18 55 15 12 21 70 6 3 0 3 55 42 15 24 45 15

2. Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX B

Tabel 3

Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik

Kelas IX B

Sholat Subuh Dhuhur Ashar Maghrib Isya”

Kategori JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL

Jumlah 12 10 5 3 1 16 8 5 2 15 9 4 0 3 11 16 3 6 11 10

Prosentase 40 33 17 10 3 53 27 17 7 50 30 13 0 10 37 53 10 20 37 33

3. Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX C

Tabel 4

Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik

Kelas IX C

Sholat Subuh Dhuhur Ashar Maghrib Isya”

Kategori JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL

Jumlah 12 14 4 2 3 22 7 0 7 19 4 2 0 3 12 17 3 15 11 3

Prosentase 38 44 13 6 9 69 22 0 22 59 13 6 0 9 38 53 9 47 34 9

4. Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX D

Tabel 5

Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik

(11)

Sholat Subuh Dhuhur Ashar Maghrib Isya” Kategori JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL JS J SR SL

Jumlah 10 15 1 4 1 13 12 4 1 14 10 5 0 0 11 19 0 5 17 8

Prosentase 33 50 3 13 3 43 40 13 3 47 33 17 0 0 37 63 0 17 57 27

5. Nilai/Kategori Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik

Tabel 6

Nilai/Kategori Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik

KELAS IX URAIAN

KATEGORI

A B C D E

A

JUMLAH 1 4 5 17 6

PROSENTASE 3,0 12,1 15,2 51,5 18,2

B

JUMLAH 4 4 9 10 3

PROSENTASE 12,9 12,9 29,0 32,3 9,7

C

JUMLAH 0 4 9 15 4

PROSENTASE 0,0 12,9 29,0 48,4 12,9

D

JUMLAH 1 7 11 11 0

PROSENTASE 3,3 23,3 36,7 36,7 0,0

TOTAL

JUMLAH 6 19 34 53 13

PROSENTASE 4,8 15,2 27,2 42,4 10,4

Keterangan :

A : 19 - 20 : BAIK SEKALI

B : 16 - 18 : BAIK

C : 13 - 15 : CUKUP

D : 10 - 12 : KURANG

(12)

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa kebiasaan sholat peserta didik sangat kurang. Dari 125 peserta didik baru 11 peserta didik (8,75%) yang selalu melaksanakan shalat Subuh; 2 peserta didik IX A (6%), 3 peserta didik IX B (10%), 2 peserta didik IX C (6%) dan 4 peserta didik IX D (13%), 13 peserta didik (10,5%) yang selalu melaksanakan sholat Dhuhur; 4 peserta didik IX A (12%), 5 peserta didik IX B (17%) dan 4 peserta didik IX D (13%) bahkan tak satupun peserta didik kelas IX C yang selalu shalat Dhuhur. Sholat Ashar selalu dilaksanakan hanya oleh 12 peserta didik (9,8%); 1 peserta didik IX A (3%), 4 peserta didik IX B (13%),2 peserta didik IX C (6%), 5 peserta didik IX D (17%). Jumlah peserta didik yang selalu melaksanakan sholat Maghrib baru 66 peserta didik (53,1%); 14 peserta didik IX A (42%), 16 peserta didik IX B (53%), 17 peserta didik IX C (53%), 19 peserta didik IX D (63%). Dan sholat Isya baru ada 26 peserta didik (21,1%) yang selalu melaksanakan; 5 peserta didik IX A (15%), 10 peserta didik IX B (33%), 3 peserta didik IX C (9%), dan 8 peserta didik IX D (27%).

Sedangkan kategori jarang sekali melaksanakan sholat terdapat 47 peserta didik (37,6%) untuk sholat Subuh, 11 peserta didik (8,8%) untuk Dhuhur, 17 peserta

didik (13,6%) untuk sholat Ashar, dan 11 (8,8%) untuk sholat Isya’. Sementara

kategori tertinggi untuk kebiasaan sholat peserta didik adalah jarang masing-masing untuk sholat Subuh (54 peserta didik/43,2 %), sholat Dhuhur (69 peserta

didik/55,2%), sholat Ashar (71 peserta didik/56,8%), sering untuk sholat Isya’

(54 peserta didik/43,2%) dan selalu untuk sholat Maghrib (66 peserta didik/52,8%). Namun demikian meski kategori tertinggi sholat Maghrib adalah selalu, baru terdapat 52,8%, dengan demikian masih terdapat hampir separuh peserta didik (47,2%) yang belum melaksanakan dengan baik.

Kemudian dilihat dari kategori kebiasaan masing-masing peserta didik dalam melaksanakan sholat lima waktu secara penuh diperoleh data hanya 6 peserta didik (4,8%) yang baik sekali, 19 peserta didik (15,2%), 34 peserta didik (27,2%) kategori baik, 13 peserta didik (10,4%) kategori kurang sekali, dan yang tertinggi adalah kategori kurang yakni 53 peserta didik atau 42,4%.

B. Pasca Tindakan

1. Siklus I

Dari data pra tindakan di atas, diperoleh data bahwa kebiasaan sholat peserta didik dalam kategori jarang dan kurang. Untuk itu, perli diilakukan tindakan untuk dapat mendorong dan meningkatkan kebiasaan sholat tersebut dan diplihlah metode tugas portofolio. Untuk melaksanakan tindakan ini dilakukan perencanaan bersama meliputi:

(13)

Dari hasil diskusi ditetapkan peserta didik diberikan tugas untuk melaksanakan 40 kali/waktu sholat fardhu secara berturut-turut dan membuat laporan pelaksanaan sholat tersebut. Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih kapan akan memulai tugas tersebut, tidak diwajibkan berjamaah dan laporan ditandatangani oleh saksi. Sebelum tindakan dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan penjelasan tentang kedudukan dan fungsi sholat dalam kehidupan. Kemudian peserta didik membuat dan melaporkan rencana terhadap pelaksanaan tugas.

Hasil tindakan siklus I tersebut diperoleh data :

Tabel 7

Frekwensi Sholat Siklus I

NO KELAS URAIAN SUBUH DHUHUR ASHAR MAGHRIB ISYA'

1 IX A Jumlah 92 143 126 195 165

Prosentase 46,0 71,5 63,0 97,5 82,5

2 IX B

Jumlah 86 131 121 150 141

Prosentase 56,6 86,2 79,6 98,7 92,8

3 IX C

Jumlah 113 139 135 192 135

Prosentase 47,1 57,9 56,3 80,0 56,3

4 IX D

Jumlah 115 169 163 182 169

Prosentase 62,5 91,8 88,6 98,9 91,8

5 TOTAL

Jumlah 406 582 545 719 610

Prosentase 56 80 75 99 84

Tabel 8

Kategori Kebiasaan Sholat Peserta didik

Siklus I

KELAS IX URAIAN

KATEGORI

(14)

A

JUMLAH 2 10 5 3 4

PROSENTASE 8,00 40,00 20,00 12,00 16,00

B

JUMLAH 9 5 2 2 1

PROSENTASE 11,84 6,58 2,63 2,63 1,32

C

JUMLAH 8 2 6 4 5

PROSENTASE 0,25 0,06 0,19 0,13 0,16

D

JUMLAH 12 7 2 1 1

PROSENTASE 52,17 30,43 8,70 4,35 4,35

TOTAL

JUMLAH 31 24 15 10 11

PROSENTASE 34,1 26,4 16,5 11,0 12,1

Keterangan :

A : 36 - 40 : BAIK SEKALI

B : 31 - 35 : BAIK

C : 26 - 30 : CUKUP

D : 21 - 25 : KURANG

E : < 20 : KURANG SEKALI

Data yang masuk dalam siklus ini dari 125 peserta didik hanya 94 peserta didik, dan dari 94 terdapat 3 peserta didik yang dalam masa siklus tersebut datang bulan sehingga tidak dapat dimasukkan dalam analisis. Maka data yang dapat dijadikan sumber dalam siklus ini hanya 91 (73%), artinya ada 27% peserta didik yang tidak berpartisipasi.

Dari data dapat yang dianalisa dilihat bahwa frekwensi sholat dilaksanakan peserta didik masing-masing 56%, 80%, 75%, 99%, dan 84% untuk

sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’. Hal ini berarti ada

(15)

didik dalam kategori jarang untuk sholat Subuh (54 peserta didik/43,2 %), Dhuhur (69 peserta didik/55,2%), Ashar (71 peserta didik/56,8%), sering

untuk sholat Isya’(54 peserta didik/43,2%) dan selalu untuk sholat Maghrib (66 peserta didik/52,8%).

Sedangkan untuk kebiasaan sholat masing-masing peserta didik juga mengalami peningkatan yakni yang semula 4,8% kategori A, 15,2% kategori B, 27,2% kategori C, 42,4% kategori D, dan 10, 4% kategori E menjadi 34,1% kategori A, 26,4% kategori B, 16,5% kategori C, 11% kategori D, 12,1% kategori E.

Dari data kebiasaan sholat selama siklus I ini juga diperoleh data bahwa kategori tertinggi kebiasaan melaksanakan sholat peserta didik adalah baik sekali (34,1% atau 31 peserta didik), namun demikian masih banyak peserta didik yang kebiasaan sholatnya dalam kategori kurang sekali (12,1% atau 11 peserta didik). Hal ini tentunya harus dilakukan tindakan kembali untuk menguranginya.

2. Siklus II

Pada siklus ke-2 ini, peserta didik terlebih dahulu diberikan motivasi tentang kebutuhan pendekatan hamba kepada Rab-nya dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui sholat lima waktu terutama bila dikaitkan dengan makin dekatnya UN. Pengaitan UN dimaksudkan agar sholat menjadi satu kebutuhan peserta didik terutama dalam usahannya mencapai kesuksesan UN. Dengan demikian motivasi peserta didik untuk membiasakan melaksanakan sholat semakin besar dan partisipasi peserta didik makin bertambah. Kemudian setelah pemberian motivasi, kembali dilakukan diskusi untuk perencanaan siklus II berisi:

a. Menentukan jumlah sholat yang dilaksanakan b. Menentukan kriteria/aturan pelaksanaan c. Membuat instrumen

Setelah diskusi peserta didik diminta untuk menyusun rencana pelaksanaan tugas. Dari pelaksanaan tugas portofolio siklus II ini diperoleh hasil partisipasi peserta didik tetap hanya 91 peserta didik yang diantaranya terdapat 6 peserta didik halangan datang bulan, yang berarti partisipasi peserta didik tetap. Kemudian dari data 85 peserta didik diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 9

Frekwensi Sholat Siklus II

NO KELAS URAIAN SUBUH DHUHUR ASHAR MAGHRIB ISYA'

(16)

Prosentase 44,8 71,9 73,4 99,5 78,6

2

IX B

Jumlah 61 103 101 120 108

Prosentase 47,7 80,5 78,9 93,8 84,4

3

IX C

Jumlah 108 129 129 168 144

Prosentase 64,3 76,8 76,8 100,0 85,7

4

IX D

Jumlah 103 158 142 165 134

Prosentase 61,3 94,0 84,5 98,2 79,8

5

TOTAL

Jumlah 358 528 513 644 537

Prosentase 53 78 75 95 79

Tabel 10

Kategori Kebiasaan Sholat Peserta didik

Siklus II

KELAS IX URAIAN

KATEGORI

A B C D E

A

JUMLAH 2 11 4 4 3

PROSENTASE 8,33 45,83 16,67 16,67 12,50

B

JUMLAH 6 6 1 2 1

PROSENTASE 37,50 37,50 6,25 12,50 6,25

C

JUMLAH 9 4 5 4 2

PROSENTASE 42,86 19,05 23,81 19,05 9,52

(17)

PROSENTASE 47,62 23,81 23,81 0,00 4,76

TOTAL

JUMLAH 27 26 15 10 7

PROSENTASE 31,8 30,6 17,6 11,8 8,2

Keterangan :

A : 36 - 40 : BAIK SEKALI

B : 31 - 35 : BAIK

C : 26 - 30 : CUKUP

D : 21 - 25 : KURANG

E : < 20 : KURANG SEKALI

Hasil yang diperoleh dari siklus II ini bila dibandingkan dengan siklus I terjadi penurunan pada frekwensi sholat. Frekwensi sholat yang dilaksanakan peserta didik pada siklus I 56%, 80%, 75%, 99%, dan 84%

untuk sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ menjadi 53%, 78%, 75%, 95% dan 79% pada siklus II, sehingga ada penurunan masing-masing 3%, 2%, 0%, 4% dan 5% atau rata-rata turun 2,8%.

Dari data juga diperoleh hasil, kategori kebiasaan sholat peserta didik siklus II: 31,8%, 30,6%, 17,6%, 11,8% dan 8,2% untuk kategori A,B,C,D dan E, bila dibandingkan dengan hasil siklus I yang 34,1% kategori A, 26,4% kategori B, 16,5% kategori C, 11% kategori D, 12,1% kategori E, diperoleh hasil: peserta didik yang kebiasaan sholatnya A (baik sekali) turun 2,3%, B (baik) naik 4,2%, kategori C (cukup) naik 1,1%, kategori D (kurang) turun/lebih banyak 0,8% dan kategori E (kurang sekali) naik/lebih sedikit 3,9%. Namun demikian kategori tertinggi tetap kategori A (baik sekali) dan kategori E telah berkurang dari 11 peserta didik menjadi 7 peserta didik.

(18)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa simpulan minor dan mayor sebagai berikut :

1. Kebiasaan sholat peserta didik sebelum tindakan (keadaan awal) dalam kategori kurang (C).

2. Setelah diberi tindakan berupa pemberian tugas portofolio, dalam siklus I kebiasaan sholat peserta didik mengalami peningkatan menjadi kategori baik sekali (A).

3. Dalam tindakan ke-2/siklus II pemberian tugas portofolio, kebiasaan sholat peserta didik tetap dalam kategori baik sekali (A), namun ada penurunan dalam prosentase dari 34,1% atau 31 peserta didik menjadi 31,8 atau 27 peserta didik, sedangkan kategori kurang sekali (E) mengalami peningkatan yang semula 12,1% atau 11 peserta didik menjadi 7 peserta didik atau 8,2%.

4. Ada peningkatan kebiasaan sholat melalui pemberian tugas portofolio pada peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2011-2012”.

B. Saran

Dari hasil maupun proses penelitian yang telah dilakukan, untuk meningkatkan hasil pendidikan agama Islam terutama dalam bidang pengamalan sholat sehari-hari maupun untuk meningkatkan hasil penelitian serupa pada waktu yang akan datang, dapat diberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Dibutuhkan kebijakan dari Kepala Sekolah sebagai tindak lanjut penelitian ini dan sebagai upaya meningkatkan out put pendidikan dengan upaya menerapkan dan membudayakan nilai-nilai Islam.

2. Mengingat dari hasil penelitian ini kebiasaan sholat peserta didik rendah, maka diperlukan langkah lebih lanjut untuk meningkatkannya salah satunya agar sekolah melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah.

3. Untuk memperoleh hasil yang optimal, bagi peneliti dengan topik pengamalan/pembiasaan agar dapat merancang penelitian dengan waktu yang lebih dalam masing-masing siklus tindakan.

4. Untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam penelitian, diperlukan optimalisas dan keterlibatan seluruh pihak baik kepala sekolah, guru-guru lain maupun orang tua dan pihak lain yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Perst, 2000.

(19)

Maria Ulfah, Pelaksanaan Pembelajaran Portofolio Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di SMA Negeri 4 Kota Tegal, dalam httpalfinnitihardjo.ohlog.com.

Najmudin, dkk, Studi Islam 2. Surakarta: LPID-UMS, 2009.

Nana Sujana Ibrahim, Pengantar dan Penelitian Pendidikan,Bandung: Sinar Baru, 1989

Pia Khoirotun Nisa, Pendidikan Sholat Bagi Anak, Blog: Aura Panta Rei Communica, diunduh 28 Pebruari 2012 Pukul 11.08 WIB.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, Cet ke-5

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Bandung, Citra Umbara, 2006

Sofwan Iskandar, Pendidikan Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, Depok: CV. Arya Duta, 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta: 2006

Sukidin, Basrowi dan Suranto, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia, 2010

Gambar

Tabel 4 Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik
Tabel 6
Tabel 7 Frekwensi Sholat Siklus I
Tabel 9
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akuntansi dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (Portofolio Based Learning),

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berbasis portofolio lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran

a. Perbedaan tangggapan mahasiswa terhadap pembelajaran PKn antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan PKn dengan model pembelajaran berbasis portofolio dengan mahasiswa

Peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran two stay two stray dengan media portofolio ini, dimulai dari kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dengan

Dengan latar belakang inilah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction Berbasis Portofolio

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui apa saja kombinasi sekuritas yang bisa membentuk suatu portofolio yang optimal dengan menerapkan metode Single Index

Model pembelajaran berbasis portofolio memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pembelajaran konvensional karena dengan model pembelajaran portofolio disamping siswa

Depdiknas 2005 Metode BCCT Beyond Centers and Circle Time atau yang biasa disebut dengan “SELI” Metode Sentra dan Lingkaran atau sekarang lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra