• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata I (S-1) Pada Program Studi Ilmu Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata I (S-1) Pada Program Studi Ilmu Hukum"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata I (S-1) Pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh : ANISA RAMLA

D1A013031

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

ANISA RAMLA D1A013031

Menyetujui,

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

(3)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DISEMINARKAN PADA TANGGAL :………

Ketua,

Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM., MH. (………..)

NIP. 19540408 198803 2 001

Anggota I

Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum (………..) NIP. 19690210 199903 1 002

Anggota II

Dr. H. Muhaimin, SH., M.Hum (………..)

NIP. 19761001 200112 1 001

Mengetahui, Bagian Hukum Bisnis

Ketua,

(4)

SKRIPSI INI TELAH DITERIMA DAN DISAHKAN OLEH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

PADA TANGGAL :………

Dekan,

(5)

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri

mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kehancuran suatu kaum, maka tidak ada yang sanggup mencegahnya, dan tidak ada

perlindungan mereka selain dari Allah”. (Q.S. Ar –Ra’d : 11)

Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk

Orang Tua Tercinta, Kakak dan Adek Saya

Abdullah, Rahmatiah,

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya dan pertolongan-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Tinjauan Yuridis Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian” yang merupakan persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.

Shalawat serta salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang pada saat sekarang ini.

Selesainya penyusunan ini tidak terlepas dari budi baik berbagai pihak. Untuk itu, penyusun ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Mataram, Bapak Prof. Dr .H. Lalu Husni,SH.,M.Hum. yang telah memudahkan penyusun untuk menyelesaikan skripsi ini melalui kelengkapan yang di miliki oleh Fakultas Hukum Universitas Mataram.

(7)

untuk memberikan saran terkait dengan skripsi yang sedang penyusun selesaikan,

3. Ibu Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH.,MM., MH. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya kepada penyusun untuk konsultasi serta memberikan arahan yang sangat baik guna penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing juga yang telah meluangkan waktunya kepada penyusun untuk konsultasi serta memberikan arahan yang sangat baik guna penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Dr.H. Muhaimin, SH., M.Hum. yang telah memberikan saran-saran

dan arahan-arahan terkait kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat penyusun perbaikan dan lengkapi.

6. Orang Tua tercinta dan tersayang, Abdullah dan Rahmatiah yang tiada henti-hentinya memanjatkan do’a dan memberikan dukungan dari dulu sampai sekarang.

7. Kakek dan nenek tercinta, Temmaukke Daeng Manasse dan Salma, terimah kasih untuk nasehat, do’a dan dukungan yang diberikan dari dulu sampai sekarang.

8. Kakak dan adik ku tercinta, Akmalul Mukminin dan Sohwatul Muslimah yang selalu memberikan dukungan dari dulu sampai sekarang

(8)

10.sama dalam suka maupun duka serta selalu memberikan semangat, motivasi, dan bantuannya.

11.Teman-teman Semua teman-teman yang ada di Kampus Merah angkatan 2013 yang selalu bersama KKN TEMATIK di Desa Ubung Lombok Tengah yang terus bersama saling bahu-membahu untuk penyelesaian skripsi ini.

12.Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penyusun.

Semoga atas budi baik yang telah diberikan kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang lebih dari setimpal oleh Allah SWT. Penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapakan kepada berbagai pihak untuk memberikan kritik dan sarannya guna mencapai perbaikan yang semestinya.

Mataram, 20 Maret 2017 Penyusun,

(9)

RINGKASAN

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN

DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN Anisa Ramla

Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM., MH. Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum

Sektor pertanian saat ini merupakan sektor yang identik dengan ketidakpastian (uncertainty) kerena bergantung pada musim yang berpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen dan juga rusaknya prasarana pertanian. Kekhawatiran ketidakpastian ini, menimbulkan kebutuhan akan perlindungan asuransi. Berdasarkan uraian di atas, maka sudah selayaknya usaha pertanian seharusnya mendapat perhatian khusus untuk memperkecil risiko dalam bentuk asuransi, yang disebut dengan asuransi pertanian. Dasar hukum untuk melaksanakan asuransi pertanian muncul dengan terbitnya Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 merupakan peraturan hukum baru yang mengatur asuransi pertanian, perlu kiranya masyarakat mengetahui lebih jelas bagaimana pengaturan perjanjian asuransi pertanian dan bagaimana penerapannya dalam masyarakat serta mekanisme dalam mengikuti asuransi, serta kebijakan Pemerintah untuk melindungi petani dalam melakukan usahatani dalam bentuk asuransi pertanian.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2013, serta Bagaimana Penetapan Pembayaran Premi Dan Penggantian Kerugian Dalam Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2013, tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana pengaturan perjanjian Asuransi Usha Tani Padi (AUTP) menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, serta untuk menjelaskan bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, manfaat yang diharapkan adalah manfaat akademis, manfaat teoritis, manfaat praktis.

(10)

ditangani. Kedua, Pendekatan Konseptual, yaitu Pendekatan yang beranjak dari pandanganpandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum.

Hasil penelitian menyatakan : Pertama, pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian, sebelumnya telah diatur dalam KUHD dari pasal 299 sampai 301, meskipun tidak secara rinci, Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yang mengatur asuransi pertanian sebagai bentuk perlindungan pertanian yang mengancam hasil pertanian, ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 40/permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian, serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 02/KPTS/ SR.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi yang mengatur asuransi usahatani padi. Obyek pertanggungan dalam asuransi ini adalah sesuai dengan keputusan menteri pertanian yaitu padi, penanggung yaitu PT.Jasindo sebagai pelaksana tunggal asuransi pertanian kemudian bekerjasama dengan perusahaan BUMN dibidang pertanian dalam memberikan subsidi bantuan pembayaran premi, tertanggung yaitu kelompok tani, jangka waktu pertanggungan Polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen. Kemudian polis ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya, dimana didalam polis terdapat hak serta kewajiban masing-masing pihak, Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric. Kedua, penetapan pembayaran premi, pola pembayaran premi asuransi dibedakan dengan pola swadaya dan pola bantuan premi pemerintah, sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a) pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), (c) Perbankan, jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, dan (d) swadaya (oleh petani sendiri), Dimana petani membayar premi sebanyak 20% yaitu Rp.36.000,-ha. Sedangkan dari pemerintah sebanyak 80% yaitu Rp.144.000,-/ha. Penggantian kerugian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yaitu ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan yang telah ditentukan harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per hektar per musim tanam dihitung secara proporsional. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi.

(11)
(12)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN

DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 dan menjelaskan bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, manfaat yang diharapkan adalah manfaat akademis, manfaat teoritis, manfaat praktis. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: pengaturan perjanjian asuransi pertanian menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yaitu bahwa tertanggung adalah PT.Jasindo sebagai pelaksana tunggal yang bekerjasama dengan perusahaan BUMN dalam memberikan subsidi premi, tertanggung yaitu kelompok tani, obyek yang diasuransikan yaitu padi sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian, jangka waktu pertanggungan Polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen. Kemudian polis ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya, Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric. Serta penetapan pembayaran premi yaitu dari subsidi bantuan premi oleh pemerintah sebanyak 80% serta petani menanggung sebanyak 20%, Penggantian kerugian asuransi hasil pertanian yaitu ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan organism pengganggu tumbuhan . harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per hektar per musim tanam. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi, penggantian kerugian dihitung secara proporsional.

(13)

REVIEW OF JURIDIS INSURANCE OF AGRICULTURAL PRODUCTS BY LAW NUMBER 19 YEAR 2013 REGARDING PROTECTION AND

EMPOWERMENTOF AGRICULTURE ABSTRACT

The purpose of this study is to explain the regulation of rice farmers insurance agreement (AUTP) based on law No. 19 of 2013 and explain how the determination of premium payment and compensation in the rice farming insurance agreement (AUTP) pursuant to law No. 19 of 2013, expected benefits are academic benefist, theoretical bebefist, practical benefist. This type of research is normative research. The results showed that : the arrangement of agricultural insurance agreement according to law No. 19 of 2013 that the insured PT.Jasindo as a sole implementer in cooperation with the state-owned companies in providing premium subsidies, the insured is the farmer group, the insured object is rice in accordance with the decision minister of agriculture, coverage period an insurance policy is assued for one growing season with a term of coverage commencing on the dateof planting estimate and ending on the estimated date of harvest. Then the insurance policy overview policy is given to each participant farmer in the group, there are two main principles in insurance that is indemnity principle and parametric principle. As well as the stipulation of premium payment that is from the subsidy of premium contribution by the government as much as 80% and thefarmers bear as much as 20%, replacement af agricultural insurance losses that compensation is given to participants of rice farm insurance (AUTP) in case of floods, drought and or attack of plant pest organisms. The insurance coverage is set at 6.000.000 per hectare per planting season. The price of coverage is the basis for calculating the premium and maximum limit of indemnity, compensation is calculatedproportionally.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI DAN KETUA BAGIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN DEKAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

RINGKASAN ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan penelitian ... 5

2. Manfaat penelitian ... 5

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Pengertian Asuransi ... 7

2. Unsur-Unsur Asuransi ... 8

(15)

4. Pengertian Asuransi Pertanian ... 16

5. Unsur-Unsur Asuransi Pertanian... 17

6. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Pendekatan Penelitian ... 21

C. Sumber dan Bahan Hukum ... 22

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 23

E. Analisis Bahan Hukum ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Pengaturan Perjanjian Asuransi Pertanian Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindugan dan Pemberdayaan Pertanian ... 25

1. Landasan Operasional ... 25

2. Para Pihak dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ... 29

3. Obyek Asuransi Pertanian ... 36

4. Polis Asuransi Pertanian Sebagai Perjanjian... 37

5. Jangka Waktu Pertanggungan ... .44

6. Hak Dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung ... 45

7. Prinsip Asuransi Pertanian ... 48 B. Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam Perjanjian

(16)

Nomor 19 Tahun 2013 ... 51

1. Penetapan Pembayaran Premi ... 51

a. Pembayaran premi oleh petani (Tertanggung) ... 52

b. Pembagian Beban Pembayaran Premi Asuransi Pemerintah Pusat Dan Daerah ... 53

c. Mekanisme Penyaluran Bantuan Premi ... 55

2. Penggantian Kerugian Dalam Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 ... 57

a. Risiko dalam asuransi pertanian ... 57

b. Pembayaran klaim ... 58

1) Prosedur Penyelesaian Klaim. ... 59

2) Persetujuan Klaim ... 61

3) Pembayaran Ganti Rugi ... 61

4) Harga Pertanggungan ... 61

BAB V PENUTUP ... 63

A.Kesimpulan ... 63

B.Saran ... .64

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindung segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyak Indonesia, bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga negara, negara menyelenggarakan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani secara terencana, terarah, dan berkelanjutan.1

Indonesia sebagai negara agraris sedang menghadapi suatu tantangan. Pertanian sebagai penunjang kehidupan berjuta juta masyarakat, Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pesat. Sektor ini juga merupakan salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.2 Penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya disektor pertania tercatat lebih dari 50% (lima puluh persen) bukan hanya menyediakan bahan pangan saja tetapi sektor pertanian menyediakan lapangan kerja yang cukup besar, selain itu, sektor pertanian menyediakan bahan baku industri serta penyedia bahan

1

(18)

baku ekspor baik mentah maupun olahan.3 Sektor pertanian saat ini merupakan sektor yang identik dengan ketidakpastian (uncertainty) kerena bergantung pada musim yang berpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen dan juga rusaknya prasarana pertanian. Kekhawatiran ketidakpastian ini, menimbulkan kebutuhan akan perlindungan asuransi.4

Berdasarkan uraian di atas, maka sudah selayaknya usaha pertanian seharusnya mendapat perhatian khusus untuk memperkecil risiko dalam bentuk asuransi, yang disebut dengan asuransi pertanian.5Oleh karena itu, diterbitkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian yang mengatur mengenai asuransi pertanian.

Dalam Pasal 37 ayat (1) dijelaskan :

“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani sebagaimana dalam bentuk asuransi pertanian.”

Tujuan dari diterbitkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 untuk melindungi petani dalam melakukan usahataninya dalam bentuk asuransi pertanian. Dasar hukum pengaturan asuransi pertanian berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam KUHD. Pengaturan asuransi pertanian dalam KUHD tidak diatur secara rinci, sehingga pemerintah mengesahkan Undang-Undang

3

http://www.penyuluhanpertanian.com/peluang-pengembangan-asuransi-pertanian, di akses pada 15 oktober 2016 pukul 16.00

4

Junaidy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta,2011, hlm.47 5

(19)

Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian yang mengatur lebih lanjut asuransi pertanian.

Kemudian ditindak lanjuti dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian yang mengatur mengenai fasilitasi asuransi pertanian. Yang diundangkan pada tanggal 15 juli 2015, yaitu untuk memberikan kemudahan dalam meringankan perjanjian antara petani dengan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani.

(20)

Ketentuan perjanjian asuransi pertanian dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 sebagaimana dijelaskan diatas, menentukan tertanggung yang berkewajiban membayar premi adalah petani dan BUMN Pupuk, sedangkan dalam hal apabila terjadi peristiwa tidak pasti (evenemen) penanggung PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) akan membayar penggantian kerugian hanya kepada petani sementara BUMN Pupuk tidak menerima penggantian kerugian. Hal ini menenjukan adanya kekaburan norma, karna dalam ketentuan hukum asuransi umumnya yang berhak mendapat penggantian kerugian adalah tertanggung yang berkewajiban membayara premi yaitu petani dan BUMN Pupuk.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

(21)

2. Bagaimana Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang – Undang Nomor 19 tahun 2013 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang - Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan pertanian.

b. Untuk menjelaskan penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang - Undang Nomor 19 tahun 2013.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum asuransi mengenai asuransi hasil pertanian sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan pertanian.

b. Manfaat Teoritis

(22)

c. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan persoalan mengenai asuransi pertanian terhadap petani sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan pertanian. Selain itu, mensosialisasikan kepada petani mengenai asuransi tersebut agar petani mengerti dan memahami manfaat asuransi pertanian bagi usahataninya.

D.Ruang Lingkup Penelitian

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Asuransi

Di Indonesia, selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah itu tampaknya mengikuti istilah dalam Bahasa Belanda, yaitu assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan). Memang asuransi di Indonesia bermula dari negeri Belanda. Di Inggris digunakan istilah insurance dan

assurance yang mempunyai pengertian yang sama. Istilah insurance digunakan untuk asuransi jiwa.6

Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD, dijelaskan sebagai berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.”

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian, pengertian asuransi dijelaskan sebagai berikut :

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

6

(24)

b) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”.

2. Unsur-Unsur Asuransi a. Kesepakatan Para Pihak

Syarat-syarat perjanjian didalam Pasal 1320 KUHPerdata ialah: 1) Kesepakatan para pihak

Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi : (a) Benda yang menjadi obyek

(b) Pengalihan risiko dan pembayaran premi (c) Evenemen dan anti kerugian

(d) Syarat-syarat kuhusus asuransi

(e) Dibuat secara tertulis yang disebut polis.

Kesepakatan dalam melakukan perjanjian asuransi harus dibuat secara bebas, tidak berada dibawah pengaruh tekanan, atau paksaan dari pihak tertentu.

2) Kecakapan untuk membuat perjanjian

(25)

Kewenangan bersifat subyektif artinya kedua pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada dibawah perwalian (trusteeship), atau pemegang kuasa yang sah

(b) Obyektif7

Kewenangan yang bersifat obyektif artinya tertanggung mempunyai hubungan kebendaan dengan benda obyek asuransi karena benda tersebut kekayaan miliknya sendiri.

3) Suatu hal tertentu

Obyek yang diperjanjikan dalam asuransi harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung. Hubungan langsung artinya tertanggung memiliki sendiri harta kekayaan, jiwa atau raga yang menjadi obyek asuransi. Dikatakan ada hubungan tidak langsung apabila tertanggung hanya mempunyai kepentingan atas obyek asuransi. Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa dia adalah benar sebagai pemilik atau mempunyai kepentingan atas obyek asuransi.

4) Suatu sebab yang halal

Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan. Tujuan yang hendak dicapai oleh tertanggung dan penanggung adalah

7

(26)

beralihnya risisko atas obyek asuransi yang diimbangi dengan pembayaran premi.

Kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan, artinya suatu perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. Polis hanyalah sebagai alat bukti terjadinya pertanggungan.

Penutupan asuransi dalam praktiknya dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi.8

b. Premi Asuransi

Pengertian premi menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dalam Pasal 1 ayat (29), yaitu :

“Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian Asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.”

8

(27)

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau setidak-tidaknya asuransi tidak berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggunglah pihak yang berkepentingan.

Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut : 1) Dalam bentuk sejumlah uang

2) Dibayar lebih dahulu oleh tertanggung 3) Sebagai imbalan pengalihan risiko

4) Dihitung berdasarkan presentase terhadap nilai risiko yang dialihkan

(28)

membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung yang terkena peristiwa yang menimbulkan kerugian.

c. Kerugian

Kerugian adalah menurunnya atau hilangnya nilai ekonomi yang telah diharapkan, akibat terjadinya suatu peristiwa baik atas diri sendiri, keluarga, ataupun hak miliknya. Kerugian ini merupakan kerugian yang tidak diharapkan atau tidak dapat diduga, seperti misalnya penyusutan, tidaklah termasuk dalam pengertian kerugian.

Menurut Sonni Dwi Harsono kerugian dapat dibagi kedalam empat kelompok, yaitu:9

1) Kerugian atas hak milik, termasuk biaya perbaikan atau penggantian, misalnya untuk kendaraan bermotor, rumah, mesin, dan sebagainya akibat peristiwa yang tidak dapat diduga, yang datangnya dari luar dan tidak di sengaja.

2) Kerugian atas pendapatan atau penghasilan orang lain, yaitu kerugian yang dapat disebabkan oleh sakit, kecelakaan, ketidakmampuan bekerja, atau kematian, atau dapat pula disebabkan oleh kerusakan pada bangunan atau mesin-mesin yang memberikan atau menunjang penghasilan. Kerugian ini mempunyai akibat lebih serius dibandingkan kerugian atas hak milik, sebab

9

(29)

kemampuan untuk bekerja atau memberikan penghasilan merupakan nilai yang tinggi.

3) Kerugian yang timbul akibat tuntutan dari pihak ketiga, dimana setiap kerugian yang kita lakukan kemungkinan dapat memberikan tuntutan dari pihak ketiga yang menderita, baik diri maupun harta bendanya.

4) Kerugian yang timbul karena adanya pengeluaran yang tidak terduga, misalnya biaya pengobatan atau perawatan dokter dan lain-lain yang kadang-kadang cukup memberatkan kita.

d. Peristiwa Tidak Pasti.

Salah satu unsur penting dari asuransi adalah adanya peristiwa yang akan terjadi. Peristiwa (evenemen) itu belum diketahui akan terjadi atau kapan apa penyebabnya akan terjadi.

Satu syarat mutlak dalam suatu perjanjian pertanggungan kerugian adalah akibat dari suatu peristiwa tak tentu.Peristiwa (tidak tentu itu) harus berhubungan dengan kerugian itu.10

3. Prinsip – Prinsip Asuransi a. Iktikad Baik

Kedua belah pihak yang melakukan kontrak asuransi, baik penanggung maupun tertanggung harus menerapkan prinsip iktikadbaik yang presentasikan dengan keterbukaan atas semua informasi mengenai pertanggungan.11

10

(30)

Maksudnya adalah iktikad baik atas dasar saling saling mempercayai antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung dalam melaksanakan kontrak penutupan asuaransi, yaitu :

1) Pihak penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luas syarat atau kondisi dari asuransi yang bersangkutan dan menyelesaikan tuntutan ganti rugi sesuai dengan syarat dan kondisi pertanggungan.

2) Sebaliknya, pihak tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan . keterangan yang benar tentang sebab musabab terjadinya kerugian.12

b. Prinsip Kepentingan

Menurut ketentuan Pasal 268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala macam kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh bahaya, dan tidak dikecualikan oleh Undang – Undang, oleh karena itu, dalam hukum asuransi, ditentukan bahwa apabila seseorang menutup perjanjian asuransi, yang bersangkutan harus mempunyai kepentingan terhadap obyek yang diasuransikan . Operasional, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, hlm. 238

12

(31)

“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu perjanjian asuransi untuk diri sendiri, atau apabila seseorang yang untuknya telah telah diadakan suatu asuransi, pada saat diadakan asuransi tersebut tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang diasuransikan tersebut, maka penanggung tidak diwajibkan memberikan ganti kerugian.”

c. Prinsip Keseimbangan

Prinsip keseimbangan maksudnya adalah keseimbangan antara besarnya ganti rugi yang diterima oleh tertanggung dengan kerugian yang dideritanya. Untuk mengadakan keseimbangan antara kerugian yang diderita tertanggung dengan ganti rugi yang diberikan oleh penanggung, harus diketahui berapa nilai harga dari obyek yang diasuransikan. Pedoman perhitungan yaitu perbandingan antara jumlah risiko yang dipertanggungkan dengan nilai penuhnya dikalikan dengan jumlah kerugian yang diderita13. Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip keseimbangan hanya berlaku bagi asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang, yaitu asuransi kerugian. Oleh karena itu, mekanisme penanggung untuk mengkompensasi risiko yang menimpa tertanggung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali.14

d. Prinsip Subrogasi

Subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD adalah :

“Penanggung yang telah membayar kerugian barang yang dipertanggungkan, memperoleh semua hak yang sekiranya dimiliki oleh tertanggung terhadap pihak ketiga berkenaan dengan kerugian itu; dan tertanggung

13

Hasyami Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta,1995, hlm. 131

14

(32)

bertanggurgjawab untuk setiap perbuatan yang mungkin merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga itu”.

Dalam hukum asuransi, apabila tertanggung telah mendapatkan hak ganti kerugian dari penanggung, dia tidak boleh lagi mendapatkan hak dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak terhadap pihak ketiga itu beralih kepada penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian kepada tertanggung.

e. Prinsip Sebab Akibat15

Dengan ditutupnya perjanjian asuransi, maka menimbulkan kewajiban kepada penanggung untuk memberikan ganti kerugian karena tertanggung menderita kerugian. Kemungkinan yang akan terjadi, kerugian yang timbul disebabkan oleh serangkaian peristiwa yang menjadi penyebab kerugian berada dalam tanggungan penanggung. Dengan kata lain, harus ditelaah kaitan antara peristiwa-peristiwa tersebut dengan kerugian yang terjadi.

Dalam prinsip sebab akibat, dikehendaki bahwa akibat kerugian yang terjadi memang oleh suatu sebab yang merupakan tanggungan penanggung. Apabila tidak, penanggung dibebaskan dari kewajibannya.

4. Pengertian Asuransi Pertanian

Dalam Pasal 1 butir (16) Undang-Undang nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pengertian asuransi pertanian adalah

15

(33)

perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani.

Usahatani adalah kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari sarana produksi, produksi/budi daya, penanganan pasca panen, pengolahan, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.

5. Unsur-Unsur Asuransi Pertanian a. Kesepakatan Para Pihak

Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan, artinya suatu perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. Polis hanyalah sebagai alat bukti terjadinya pertanggungan.

Hubungan hukum yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah keterikatan yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas. Keterikatan tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain (secara timbal balik). Artinya sejak tercapai kesepakatan asuransi, tertanggung terikat dan wajib membayar premi kepada penanggung, dan sejak itu pula penanggung menerima pengalihan risiko.

(34)

penyembunyian hal-hal yang diketahui oleh tertanggung walaupun dengan iktikad baik mengakibatkan asuransi tersebut batal.

Dalam asuransi hasil pertanian, hal-hal yang wajib diberitahukan tertanggung kepada penanggung diatur dalam dalam Pasal 299 KUHD, yaitu :

1) Letak dan pembatasan lahan yang penghasilannya telah diasuransikan 2) Pemakaian lahan.

b. Premi Asuransi Pertanian

Penetapan pembayaran premi, pola pembayaran premi asuransi dibedakan dengan pola swadaya dan pola bantuan premi pemerintah, Sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a) pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), (c) Perbankan, jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, dan (d) Swadaya (oleh petani sendiri). Dimana petani membayar premi sebanyak 20% yaitu Rp.36.000,-ha. Sedangkan dari pemerintah sebanyak 80% yaitu Rp.144.000,-/ha.

c. Kerugian dalam Asuransi Pertanian

Ganti rugi diberikan kepada peserta asuransi pertanian padi sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yaitu : apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan:

(35)

b) Umur padi sudah melewati 30 hari (teknologi tabela).

c) Intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan luas kerusakan mencapai ≥75% pada setiap luas petak alami.

Dalam asuransi pertanian, hasil pertanian yang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kejadian luar biasa akan diganti dengan nilai pertanggungan sebesar Rp.6.000.000,- /Ha.

d. Peristiwa Tidak Pasti (Kejadian Luar Biasa)

Asuransi pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 dilakukan untuk melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:

a. bencana alam;

b. serangan organisme pengganggu tumbuhan; c. wabah penyakit hewan menular;

d. dampak perubahan iklim; dan/atau

e. jenis risiko-risiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.

(36)

6. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yang dimaksud dengan perlindungan petani adalah :

“Perlindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim.”

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) disebutkan pengertian pemberdayaan pertanian, adalah :

”Pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usahatani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan kelembagaan petani”,

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang meneliti peraturan perundang-undangan, teori hukum beserta berbagai gejalanya di masyarakat untuk dapat menjawab permasalahan atau isu hukum yang sedang diteliti.16

B. Metode Pendekatan

Dalam penelitian hukum ini digunakan berbagai pendekatan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah :

a. Pendekatan Pertauran Perundang-Undangan (Statute Approach)

Pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.17 Pendekatan perundang-undangan ini misalnya dilakukan dengan memperlajari konsistensi atau kesesuaian anatara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan Undang atau dengan Undang yang satu dengan Undang-Undang yang lain.

16

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. I, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 29

17

(38)

b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach)

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam perundang-undangan dan ilmu hukum.

C. Sumber dan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yang bersumber dari beberapa bahan hukum, meliputi :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan, yang meliputi :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 2) Polis Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) 3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

4) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pmberdayaan Pertanian

5) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian

6) Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian

(39)

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti :

1) Buku yang berkaiatan dengan pembahasan yang diteliti 2) Pendapat-pendapat para ahli

3) Karya tulis yang ada kaitannya dengan pembahasan yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, baik itu berupa rancangan undang-undang, kamus hukum, maupun ensiklopedia.

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini teknik yang diperoleh dengan cara studi dokumen, ini merupakan bahan hukum kepustakaan yang dikumpulkan dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan, buku-buku, laporan-laporan, arsip-arsip, literature atau karya tulis ilmiah lainnya yang berhubungan dengan permasalahan.

E. Analisis Bahan Hukum

(40)
(41)

BAB IV PEMBAHASAN

C. Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindugan dan Pemberdayaan Pertanian

1. Landasan Operasional

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, maka pemerintah wajib ikut andil dalam perlindungan pertanian guna menciptakan usaha pertanian yang maju. Salah satu perlindungan yang diberikan pemerintah yaitu dengan asuransi pertanian. Dasar hukum pengaturan asuransi pertanian berdasarkan peraturan Perundang-Undangan di Indonesia diatur dalam KUHD yakni, di dalam bab X bagian kedua Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) tepatnya di dalam Pasal 299, Pasal 300, dan Pasal 301.

Dalam Pasal 299 KUHD dijelaskan :

Selain syarat-syarat yang tercantum dalam Pasal 256, polis itu harus menyatakan:

(42)

Pasal 300 KUHD, dijelaskan:

”Pertanggungannya dapat diadakan untuk satu tahun atau lebih. Bila tidak ada penentuan waktu, dianggap bahwa pertanggungan itu diadakan untuk satu tahun”

Pasal 301, menjelaskan:

“Pada penyusunan penghitungan kerugian, dihitung berapa nilai hasil pada waktu dipanen atau dinikmati tanpa terjadinya bencana, dan nilainya setelah bencana itu .Penanggung membayar selisihnya sebagai ganti rugi”

Pemerintah Indonesia juga telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian. Peraturan asuransi pertanian yang mengatur secara umum asuransi pertanian. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013, Pasal 37 ayat (1) dijelaskan :

“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani dalam bentuk asuransi pertanian”.

Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 ada 2 (dua) jenis asuransi yang diatur yaitu asuransi tanaman meliputi asuransi tanamana pangan, perkebunan, hortikultura dan asuransi ternak18. Untuk pelaksanaannya diatur dalam peraturan menteri pertanian dan keputusan menteri pertanian.

18

(43)

Kemudian diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian, yaitu untuk memberikan kemudahan dalam meringankan perjanjian antara petani dengan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani, meliputi:

1) Kemudahan dalam pendaftaran menjadi peserta asuransi;

Kemudahan pendaftaran dilakukan melalui pendataan/inventarisasi Petani calon peserta asuransi oleh perusahaan asuransi yang diketahui oleh Dinas kabupaten/kota.

2) Kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi;

Kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi dilakukan melalui pertemuan Petani dengan perusahaan asuransi dengan melibatkan Dinas kabupaten/kota.

3) Sosialisasi program asuransi terhadap petani dan perusahaan asuransi; Sosialisasi program asuransi terhadap Petani dan perusahaan asuransi dilakukan oleh perusahaan asuransi dengan melibatkan Direktorat Jenderal, Dinas provinsi, dan/atau Dinas kabupaten/kota. Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain tahap pelaksanaan asuransi pertanian:

(44)

c) pendaftaran menjadi peserta dengan mengisi formulir pendaftaran dan membayar premi;

d) penerbitan Polis asuransi dilakukan setelah pendaftaran dan premi diterima dari Petani; dan

e) pengajuan Klaim dilakukan setelah Petani melaporkan kerusakan atau kerugian sesuai hasil pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan dari perusahaan asuransi.

4)Bantuan pembayaran premi.

Bantuan pembayaran Premi berasal dari APBN diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.19

Kemudian Kementrian Pertanian mengeluarkan keputusan yaitu Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi, yang mengatur tentang asuransi tanaman pangan padi.

Adapun peraturan yang mengatur tentang asuransi pertanian, yaitu: a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian d) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan pertanian

19

(45)

e) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

f) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068 );

g) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170); h) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian i) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:

02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi.

2. Para Pihak dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) a) Perusahaan Asuransi Pertanian (Penanggung)

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 8 ayat (1), dijelaskan:

(46)

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, Pasal 38 menyatakan:

“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menugaskan Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah di bidang asuransi untuk melaksanakan asuransi pertanian.”

Dengan demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menunjuk BUMN Asuransi, PT Jasindo (Persero), sebagai penjamin asuransi tunggal bagi petani yang mengalami gagal panen. PT. Jasindo berperan sebagai perusahaan asuransi dalam hal apabila terjadi gagal panen akibat kejadian luar biasa seperti area endemik, bencana alam, atau rusaknya infrastruktur pertanian, maka pemerintah diamanatkan untuk memberikan ganti rugi kepada para petani yang menjadi korban.

Mengenai asuransi dengan pola bantuan premi dijelaskan disini bahwa bersumber dari APBN, pelaksana asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan Penugasan Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan Sedangkan terhadap pelaksanaan asuransi ini, perlu dibentuk tim yang terdiri dari tim pusat, provinsi dan kabupaten/kota.20

20

(47)

Adapun mekanisme pelaksanaan AUTP :21

Penjelasan pelaksanaan AUTP:

a) Kelompok tani (tertanggung) dapat didampingi oleh petugas pertanian dalam mengisi formulir pendaftaran sesuai dengan formulir yang telah disediakan

b) Premi swadaya dibayarkan ke rekening asuransi pelaksana dan menyerahkan bukti pembayaran kepada asuransi pelaksana

Keputusan Menteri Pertanian Republic Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 Tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi.

(48)

d) Asuransi pelaksana melakukan penagihan bantuan premi kepada KEMENTAN DITJEN PSP, kemudian KEMENTAN mencairkan dana bantuan premi.

e) UPTD (MANTRI TANI/KCD) membuat rekapitulasi peserta asuransi (Form AUTP-3) berikut kelengkapannya (asli Form AUTP-1 dan Form AUTP-2) dan disampaikan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk menjadi dasar keputusan penetapan Peserta Definitif (Form AUTP-3)

f) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTP dengan memeriksa bukti pembayaran (asli) dari asuransi pelaksana. Selanjutnya, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menyampaikan DPD dan fotokopi Form AUTP-1 dan Form AUTP-2 ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan tembusan kepada Dinas Pertanian Provinsi

g) Dinas Pertanian Provinsi merekapitulasi DPD dari masing-masing Kabupaten/Kota dan menyampaikannya ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Form AUTP-4)

b) BUMN Pupuk

(49)

PT Petro Kimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Sriwijaya pemberi subsidi pembayaran premi.22

Sebagaimana dijelaskan Pasal 22 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian,menjelasakan :

“Asuransi pola bantuan premi yang bersumber dari APBN pelaksana perusahaan asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan penugasan sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan”.

Selain pemberi subsidi bantuan premi BUMN juga membina serta mendidik petani dalam melakukan usahataninya dengan baik. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 Pasal 19 ayat (4) dijelaskan bahwa :

“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya membina petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani dalam menghasilkan sarana produksi pertanian yang berkualitas”

Serta memberikan sarana yang dibutuhkan oleh kelompok tani. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang nomor 19 tahun 2013 Pasal 19, yaitu:

“Sarana produksi pertanian paling sedikit meliputi:

(1) Benih, bibit, bakalan ternak, pupuk, pestisida, pakan, dan obat hewan sesuai dengan standar mutu; dan

22

Imam Wahyudi, Skim Uji coba Asuransi Usahatani Padi Dan Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Denganpartisipasi Petani Dalam Program Autp, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

(50)

(2) Alat dan mesin Pertanian sesuai standar mutu dan kondisi spesifik lokasi.

(3) Penyediaan sarana produksi Pertanian diutamakan berasal dari produksi dalam negeri.”

c) Kelompok Tani (Tertanggung)

Tertanggung dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yaitu kelompok tani. Kriteria dan prasyarat petani-petani mana saja yang dijadikan calon peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Adapun kriteria yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:23

1) Petani padi sawah yang bergabung dalam kelompok tani aktif dan mempunyai pengurus lengkap;

2) Petani bersedia mengikuti anjuran teknis sesuai rekomendasi pengelolaan usaha tani setempat;

3) Petani bersedia mengikuti aturan asuransi pertanian, termasuk 4) membayar premi sebesar 20%;dan

5) Daftar calon peserta asuransi usaha tani padi diketahui oleh Dinas Pertanian setempat.

Kemudian kriterian petani calon peserta AUTP adalah24:

a) Yang memiliki lahan sawah dan melakukan usaha budidaya tanaman padi pada lahan paling luas 2 (dua) hektar.

23

Cometta S. Guritno,“Sosialisasi Asuransi Petanian di Jawa Timur sebagai Pilot Project”,

www.greenclimateproject.org/home/id/berita/21-berita-sub-project-2/64-socialization-of-agriculture-insurance-in-east-java-as-pilot-project, diakses pada 18 maret 2017

24

(51)

b) Petani penggarap yang tidak memiliki lahan usahatani dan menggarap lahan sawah paling luas 2 (dua) hektar.

(52)

petrokomia Gresik di lokasi penelitian memiliki peranan penting dalam rangka mendorong produktivitas padi petani melalui penyediaan teknologi, modal, sarana produksi pertanian yang sesuai dengan kalender tanam, jaminan harga serta jaminan hasil.25

3. Obyek Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)

Dalam hal ini yang menjadi obyek asuransi adalah tanaman pangan padi sesuai dengan keputusan menteri pertanian Nomor 02/Kpts/SR.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi. Yang mengatur tentang Asuransi Usahatani Padi (AUTP)

Tanaman padi dapat disebut sebagai obyek asuransi berdasarkan Pasal 268 KUHD, karena :

1) Dapat dinilai dengan uang

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras, beras merupakan komoditas strategi bagi banyak Negara, khususnya dikawasan asia, karena sebagian besar penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokok. Sampai saat ini sampai beberapa tahun kemudian beras/padi masih dijadikan makanan pokok oleh penduduk asia, termasuk Indonesia, sehingga ketergantungan penduduk asia terhadap komoditas ini masih sangat besar dalam memenuhi kebutuhannya.

25

(53)

2) Dapat ditakluk oleh macam-macam bahaya26

Usaha tani padi termasuk salah satu jenis usaha yang risiko dan ketidakpastian tinggi. Sumber risiko dan ketidakpastian yang sifatnya eksternal (tidak dapat dikendalikan oleh petani) berasal dari lingkungan alam terutama iklim, bencana alam, ataupun eksplosi organism pengganggu tumbuhan. Pada umumnya, petani menghadapi risiko dalam hal kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana alam atau serangan organism perusak tanaman.

3) Tidak dikecualikan oleh undang-undang

Artinya tanaman yang legal, contoh tanaman yang dikecualikan oleh undang-undang misalnya tanaman ganja dsb.

4. Polis Asuransi Pertanian Sebagai Perjanjian

Pengertian asuransi pertanian menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 Pasal 1 angka (16), ialah :

”Asuransi pertanian adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan

asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani”. Pengertian polis, ialah :27“

Polis asuransi pertanian adalah dokumen perikatan asuransi pertanian, memuat antara lain hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai bukti tertulis terjadinya perjanjian asuransi dan ditandatangani oleh penanggung”.

26

Sumaryanto dan A. R. Nurmanaf, “Simpul-Simpul Strategis Perkembangan Asuransi

Pertanian Untuk Usaha tani Padi Di Indonesia” Dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 25 (2) :

hlm. 89-90

27

(54)

Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara bertimbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi.28

Undang-Undang menentukan bahwa setiap polis harus memenuhi syarat minimal sebagaimana diatur dalam Pasal 256 KUHD sebagai syarta-syarat umum. Disamping syarta-syarat umum setiap jenis polis sesuai dengan jenis asuransi masih harus ditambah dengan syarat-syarat khusus. Pasal 256 KUHD menyebutkan bahwa kecuali yang mengenai pertanggungan jiwa maka harus menyatakan :

a) Hari ditutupnya pertanggungan, yaitu merupakan suatu saat atau moment yang penting saat tercapainya kata sepakat diantara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian asuransi, secara sah merupakan syarat sah perjanjian.

b)Nama orang yang menutup perjanjian asuransi atas tanggungan sendiri atau terhadap tanggungan orang ketiga.

c) Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang dipertanggungkan. d)Jumlah uang untuk pertanggungan

e) Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh sipenanggung

28

(55)

f) Saat mana pertanggungan atas bahaya tersebut mulai berlaku dan kapan saat berakhirnya

g)Premi atas pertanggungan tersebut

h)Pada umumnya semua kejadian yang kiranya dianggap penting bagi si penanggung untuk diketahuinya dan segala syarat yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak.

Pada asuransi pertanian, selain syarat-syarat khusus yang telah dikemukakan tadi, dalam polisnya harus dimuat juga ketentuan tambahan, yaitu ketentuan Pasal 299 KUHD tentang asuransi hasil pertanian :

(a) Letak dan perbatasan tanah-tanah yang hasilnya diasuransikan dan (b) Pemakaiannya

(56)

sangat besar dibanding dengan areal pertanian yang jauh dari sungai tersebut.29

Dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, di dalam polis mengenai pencantuman kejadian luar biasa yang menimpa hasil pertanian harus memuat :

1)Terhadap rincian tentang banjir dan kekeringan, akan dicantumkan didalam polis asuransi usaha tani padi dan berdasarkan kesepakatan bersama.

2)Kemudian terkait hama dan penyakit dibatasi pada hama atau penyakit utama yang selama ini dipantau oleh Kementerian Pertanian atau yang dijelaskan didalam polis asuransi usaha tani padi, tetapi juga hama dan penyakit setempat yang menyerang tanaman padi dan dicatat serta dilaporkan oleh pengendali organisme pengganggu tumbuhan dan pengamat hama dan penyakit.

3)Serta dalam ikhtisar polis (policy schedule) yaitu lembar lampiran pada polis berisi informasi tentang tertanggung, pokok-pokok pertanggungan, harga pertanggungan dan perhitungan premi.

29

(57)

Mekanisme pendaftaran calon peserta asuransi pertanian30 :

a) Tanaman padi yang dapat didaftarkan menjadi peserta asuransi harus tanaman padi maksimal berumur 30 hari, penilaian kelayakan menjadi peserta asuransi dilakukan oleh perusahaan asuransi pelaksana.

b)Kelompok tani dapat didampingi oleh petugas pertanian dalam mengisi formulir pendaftaran sesuai dengan formulir yang telah disediakan(Form AUTP-2).

c) Premi swadaya dibayarkan ke rekening asuransi pelaksana (penanggung) dan menyerahkan bukti pembayaran kepada asuransi pelaksana.

d)Asuransi pelaksana memberikan bukti asli yang terdiri dari: (a) pembayaran premi swadaya (20%) dan (b) polis/sertifikat asuransi kepada kelompok tani.

e) UPTD (MANTRI TANI/KCD) membuat rekapitulasi peserta asuransi (Form AUTP-3) berikut kelengkapannya (asli Form AUTP-1 dan Form AUTP-2) dan disampaikan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk menjadi dasar keputusan penetapan Peserta Definitif (Form AUTP f) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat Daftar Peserta Definitif

(DPD) AUTP dengan memeriksa bukti pembayaran (asli) dari asuransi pelaksana. Selanjutnya, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

30

(58)

menyampaikan DPD dan fotokopi Form AUTP-1 dan Form AUTP-2 ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan tembusan kepada Dinas Pertanian Provinsi ;

g)Dinas Pertanian Provinsi merekapitulasi DPD dari masing-masing Kabupaten/Kota dan menyampaikannya ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Form AUTP-4).

Adapun tahapan penerbitan polis Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), yaitu :

a) Agen asuransi bersama-sama Mantri Tani, dan atau PP, POPT-PHP melakukan pendaftaran calon peserta melalui Kelompok Tani dengan Formulir Pendaftaran Asuransi Usahatani Padi (FP-AUTP), dilengkapi dengan bukti pembayaran premi asuransi.

b) FP-AUTP ditandatangani oleh petani/kelompok tani dan diketahui oleh Mantri Tani, dan atau PP, POPT-PHP setempat. Berdasarkan dokumen tersebut Agen Asuransi membuat Rekapitulasi Peserta Asuransi Usahatani Padi (RP-AUTP) untuk diserahkan kepada perusahaan asuransi.

(59)

d) Polis asuransi usahatani padi diterima Kelompok Tani, sementara ikhtisar polis asuransi untuk dibagikan kepada masing-masing petani peserta asuransi dalam kelompoknya.

Berdasarkan ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) pada kelompok tani Ngudi Mulyo di Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur diatur mengenai prosedur penerbitan Polis dalam uji coba asuransi pertanian, yaitu : 31

a) PT.Petrokimia Gresik menandatangani perjanjian kerjasama asuransi usaha tani padi. Kemudian, agen asuransi bersama-sama dengan POPT-PHP menyiapkan formulir pendaftaran asuransi usaha tani padi dan melakukan pendaftaran calon peserta melalui kelompok-kelompok tani. b) Formulir ditandatangani dan agen asuransi membuat rekapitulasi peserta

asuransi usaha tani padi untuk diserahkan kepada perusahaan asuransi. c) Pihak penanggung akan menilai kelayakan obyek yang

dipertanggungkan melalui survei langsung kepada obyek yang akan dipertanggungkan dalam hal ini obyek yang akan dipertanggungkan adalah tanaman padi. Setelah dilakukan penilaian risiko dari obyek yang dipertanggungkan dan jika obyek yang dipertanggungkan telah memenuhi syarat, maka setelah itu,

31

(60)

d) Agen asuransi melakukan perhitungan premi yang menjadi bagian `yang harus dibayarkan oleh setiap petani dan melakukan penagihan premi secara tunai kepada petani saat pendaftaran. Premi yang telah disetor kemudian dihitung dan disetorkan seluruh sisa premi yang menjadi hak perusahaan asuransi ke rekening perusahaan asuransi di bank pemerintah setempat.

e) Perusahaan asuransi menerbitkan polis Asuransi Usaha tani Padi (AUTP) untuk setiap kelompok tani dan menyerahkannya melalui Agen Asuransi di setiap Kabupaten/Kota dan kecamatan setempat namun ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya. Perusahaan asuransi juga melakukan penagihan kepada PT Petrokimia Gresik sebesar 80% dengan melampirkan daftar peserta asuransi usaha tani padi, tembusan asli polis dan kuitansi yang kemudian dibayarkan selambat lambatnya 15 hari setelah tagihan diterima.

5. Jangka Waktu Pertanggungan

(61)

tahun. Selama waktu pertanggungan penanggung serta tertanggung harus tunduk pada isi perjanjian polis yang telah disepakati.

6. Hak Dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung a. Hak dan kewajiban tertanggung

Adapun hak tertanggung menurut KUHD, yaitu :

1)Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUHD) 2)Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260

KUHD)

3)Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena penanggung lalai menandatangani dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung (Pasal 261 KUHD)

4)Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari segala kewajibannya pada waktu yang akan datang. Untuk selanjutnya, tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi pertama (Pasal 272 KUHD)

5)Mengadakan solvabiliteit verzekering, karena tertanggung ragu-ragu akan kemampuan tertanggungnya (Pasal 280 KUHD).

(62)

tertanggung beriktikad baik, sedangkan penanggung bersangkutan belum menanggung risiko (Pasal 281 KUHD)

7)Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan dalam polis terjadi.

Adapun kewajiban tertanggung menurut KUHD ialah :

1)Membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD)

2)Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek yang diasuransikan (Pasal 251 KUHD)

3)Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari. Apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut, dapat menjadi salah satu alas an bagi penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian, bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung (Pasal 283 KUHD)

4)Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya b. Hak dan kewajiban penanggung

(63)

1) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian

2) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya

3) Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD)

4) Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung (Pasal 282 KUHD)

5) Melakukan asuransi kembali (reinsurance hervezekering) kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya (Pasal 271 KUHD)

Kewajiban penanggung ialah :

1) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian

2) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya 3) Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau

(64)

4) Menagih kepada BUMN mengenai bantuan subsidi pembayaran premi.

Tanggung Jawab Para Pihak Yang Terlibat Dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Purwanto (2011:45) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained)”. Hasil

Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi kemudian klien periksa dan

Selain data tersebut, MaPPI FHUI juga akan menyajikan data 17 perkara yang dipantau sejak sidang pertama (pembacaan dakwaan) namun tidak sampai sidang terakhir

Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam matauang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal-tanggal tersebut

Operasi dapat dilakukan oleh client-side karena operasi tersebut membutuhkan akses ke informasi atau fungsi yang tersedia pada client tetapi tidak pada server,

Kombinasi ekstrak etanolik herba meniran, daun sirih merah dan umbi keladi tikus menggunakan dosis kombinasi 25%, 50% dan 75% dari dosis optimum masing-masing

Suarat Keputusan Pembayaran Fasilitas Pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai (SKPFP BM-C) adalah surat keputusan pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai yang telah dibayar atas

Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa: variabel periklanan tergolong pada kategori cukup sebesar 68,72%, variabel promosi penjualan tergolong pada