• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF DALAM KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA TRANSPORTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF DALAM KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA TRANSPORTASI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Maria Ariana Restiva Agustanti

052214072

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Maria Ariana Restiva Agustanti

052214072

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

V Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi dan

menyertai saya melalui berkat dan kuasa-Nya

dalam kehidupan saya.

V Bunda Maria santa pelindungku yang selalu

menjaga setiap langkah perjalanan hidupku

V Orang Tua dan Keluarga yang telah membesarkan

saya dengan penuh cinta kasih, doa dan

dukungan hingga saat ini.

V Dosen-dosen yang telah membimbing saya dalam

setiap kegiatan perkuliahan.

V Semua sahabat dan teman yang telah memberikan

(6)

v (Luk 18:27)

Aku berkata : “Aku terlalu capai”

Tuhan berkata : “AKU akan memberikan kelegaan padamu” (Mat 11:28) Aku berkata : “Aku tidak bisa meneruskan”

Tuhan berkata : “Kasih karunia’KU cukup” (2 Kor 12:9) Aku berkata : “Aku tidak mengerti”

Tuhan berkata : “AKU akan menuntun langkahmu” (Amsal 3:5-6)

Aku berkata : “Aku tidak bisa melakukannya” Tuhan berkata : “Kamu bisa melakukan semuanya”

(Filipi 4:13)

Aku berkata : “Aku takut”

Tuhan berkata : “AKU tidak memberikan roh ketakutan” (2 Tim 1:7)

Mintalah maka akan diberikan kepadamu...

Carilah maka kamu akan mendapatkan...

Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu...

Kebahagiaan akan datang pada waktunya, bukan menurut waktu kita tapi menurut

waktu-NYA.

Kau memperoleh kekuatan, keberanian dan rasa percaya diri dari setiap pengalaman yang membuatmu berhenti sejenak untuk menghadapi rasa takutmu, dan kau dapat berkata pada dirimu sendiri : “Aku telah tabah menghadapi kengerian ini. Aku pasti mampu menghadapi hal berikutnya”

(7)

vi

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Agustus 2009

(8)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Maria Ariana Restiva Ag.

NIM : 052214072

Demi kepentingan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul “Analisis Sikap dan Norma Subyektif dalam Keputusan Penggunaan Jasa Transportasi Bus Trans Jogja” Studi Kasus pada Konsumen Bus Trans Joja di Kota Yogyakarta. Dengan demikain saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkodean data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya ke Internet untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta.

Pada tanggal 3 Oktober 2009

Yang menyatakan,

(9)

viii

Maria Ariana Restiva Agustanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

(10)

ix

Maria Ariana Restiva Ag. Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

(11)

x

limpahan anugerah, berkat, rahmat, dan kasih-Nya yang begitu besar sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul “ Analisis

Sikap dan Norma Subyektif dalam Keputusan Penggunaan Jasa Transportasi”. Studi Kasus pada Konsumen Bus Trans Jogja di Kota Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang dalam dan tulus kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan berkat, kesehatan dan kekuatan

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., Q.I.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Venantius Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. selaku Kepala

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

(12)

xi

6. Bapak Drs. L. Bambang Harnoto, M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang

dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ekonomi Manajemen, yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada saya.

8. Perpustakan Universitas Sanata Dharma dan Sekretariat FE yang banyak

memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Segenap pihak Bappeda, Dinas Perhubungan dan PT Jogja Tugu Trans yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta

seluruh responden yang telah membantu penulis dengan mengisi kuesioner

guna melengkapi data yang penulis perlukan.

10.Untuk Orang Tuaku dan keluargaku terima kasih atas cinta, kasih sayang, doa,

dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripi ini.

11.Untuk Mas’ku Anggario Niko Sena F. yang selama ini mendampingi,

memberikan support, semangat, doa dan selalu ada saat saya merasa senang

dan susah. Makasih ya mas...

12.Tim survei’ku: Hesty, Virza dan Andi terima kasih atas bantuannya

(13)

xii

14.Buat teman-temanku anak Manajemen 2005 dan semua rekan penulis yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan

persahabatan yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,

penulis sangat berterima kasih atas segala masukan baik yang berupa saran maupun

kritik yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

berguna bagi semua pihak.

Yogyakarta, Agustus 2009

Penulis

(14)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...……… vi

ABSTRAK ...………. vii

ASTRACT ………...………. viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR GAMBAR ………... xvi

DAFTAR TABEL ………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xviii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 3

C. Batasan Masalah ………...… 4

D. Tujuan Penelitian ………... 4

E. Manfaat Penelitian ………. 5

(15)

xiv

C. Kualitas Pelayanan Jasa ………. 12

D. Pentingnya Kepuasaan Pelanggan Bagi Pemasar ………….. 16

E. Perilaku Konsumen ……… 17

F. Teori Model Tindakan Beralarasan ……… 20

G. Sikap……… ……….. 21

H. Norma Subyektif……… 22

I. Niat………. 23

J. Perilaku……….. 24

K. Penilitian Sebelumnya……… 24

L. Kerangka Teoretis Penelitian………. 26

M. Hipotesis………. 27

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 28

A. Jenis Penelitian ……….. 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian ……… 28

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ………. 29

D. Variabel Penelitian ………. 29

E. Populasi dan Sampel ……….. 30

F. Teknik Pengambilan Sampel ………. 31

(16)

xv

K. Uji Kesesuaian dan Uji Statistik ……… 41

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 45

A. Gambaran Umum PT. Jogja Tugu Trans ……… 45

1. Latar Belakang PT. Jogja Tugu Trans……….. 45

2. Prinsip Sistem Buy The Service………. 46

3. Data Umum PT. Jogja Tugu Trans……… 47

4. Visi dan Misi PT. Jogja Tugu Trans………. 47

5. Pelayanan PT. Jogja Tugu Trans………... 48

6. Aspek Teknis………. 50

7. Rute Trayek Bus Trans Jogja……… 52

B. Struktur Manajemen PT. Jogja Tugu Trans……….……….. 54

C. Tugas dan Wewenang Masing-masing Bagian Struktur Organisasi……….….. 55

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……… 57

A. Variabel Penelitian ……… 57

B. Analisis profil Konsumen ……….. 58

C. Pengujian Instrumen Penelitian ………. 60

D. Pengujian Model ……… 62

(17)

xvi

A. Kesimpulan ……… 74

B. Saran ……….. 77

C. Keterbatasan ……….. 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 79

(18)

xvii

Gambar II.2 Kerangka Teoretis Penelitian ………... 26

Gambar III.1 Diagram Alur (Path Diagram) …………...………….. 37

(19)

xviii

Tabel III.2 Goodness of Fit Indices ……….…... 43

Tabel V.1 Responden berdasarkan Jenis Kelamin …….………. 58

Tabel V.2 Responden berdasarkan Usia ………... 58

Tabel V.3 Responden berdasarkan Pendidikan ……….. 59

Tabel V.4 Responden berdasarkan Pekerjaan ………. . 59

Tabel V.5 Responden berdasarkan frekuensi ……..……… 60

Tabel V.6 Hasil Uji Reliabilitas ………..… 62

Tabel V.7 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit …….………. 65

Tabel V.8 Regression Weight ………. 67

Tabel V.9 Standardized Regression Weight ………... 70

(20)

xix

Lampiran II Karakteristik Responden ... 86

Lampiran III Jawaban Responden ... 91

Lampiran IV Analisis Presentase ... 109

Lampiran V Uji Reliabilitas ... 111

Lampiran VI Uji Validitas ... 117

Lampiran VII Structural Equation Modeling (SEM) ... 118

Lampiran VIII Tabel Chi-square (χ2) ... 126

(21)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia bisnis baik industri penghasil barang maupun jasa

persaingan semakin kompetitif karena setiap perusahaan pada umumnya

mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari laba, bertahan hidup (survive)

dan berkembang. Kunci untuk mempertahankan kinerja bisnis adalah dengan

memuaskan dan mempertahankan konsumen, sebab konsumen adalah kunci

dari eksistensi perusahaan. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen menjadi

sesuatu yang esensial bagi keberhasilan perusahan, karena berdasarkan

kepuasan tersebut akan menjadi dasar bagi pembelian kembali, loyalitas

konsumen dan keuntungan jangka panjang perusahaan.

Iklim kompetisi yang semakin sengit menyebabkan norma kepuasan

merupakan tawaran yang diberikan oleh semua pelaku pasar, untuk itu

kegiatan bisnis harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumennya. Hal

tersebut juga berlaku pada bisnis jasa transportasi darat, laut maupun udara.

Bisnis transportasi darat khususnya bus di kota Yogyakarta mengalami

pembaharuan dengan adanya bus baru bernama Trans Jogja. Bus ini

menawarkan sesuatu yang berbeda dalam hal layanan dan fasilitas

dibandingkan dengan bus yang lain di kota Yogyakarta, dengan biaya Rp

3.000,- konsumen dapat merasakan kenyamanan menggunakan jasa

(22)

transportasi tersebut sampai ke tujuan. Munculnya bus Trans Jogja ini

otomatis mengubah perilaku masyarakat pengguna jasa transportasi, baik dari

segi kebutuhan, gengsi maupun cita rasa.

Bus Trans Jogja merupakan pendatang baru di dalam bisnis

transportasi di kota Yogyakarta dan agar dapat bersaing dengan bus kota yang

lain maka bus Trans Jogja melakukan upaya khusus melalui pendekatan

manajemennya. Mengingat bisnis jasa sebagai suatu sistem, maka untuk dapat

bersaing dengan yang lain, perusahaan harus lebih memperhatikan

komponen-komponen dalam sistem pemasaran jasa.

Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahap yaitu :

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku purna pembelian (Kotler, 2008:197). Selain faktor

tersebut, faktor internal pun mempengaruhi jalannya proses keputusan

konsumen. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan personalitas seperti

kepribadian, konsep diri, persepsi subyektif konsumen terhadap informasi,

produk dan situasi pembelian.

Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)

untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat

memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut (Dharmmesta,

2000:93), oleh karena itu, bagi pemasar perlu mempelajari faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi sikap konsumen yang diharapkan dapat membuat sikap

(23)

Menurut Murray (dalam Santi dan Adirinekso, 2006:57) konsumen

dalam memutuskan pembelian jasa cenderung mengandalkan informasi dari

mulut ke mulut (dari orang lain) untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian

yang sering menyertai keputusan pembelian, hal ini disebabkan oleh sifat

intangibility yang dimiliki oleh jasa yang tidak memungkinkan konsumen

melakukan judgement kualitas dan kinerja produk berdasarkan produk itu

sendiri, oleh karena itu pemasar perlu mengetahui orang-orang di sekitar

konsumen yang berpengaruh bagi konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Analisis Sikap dan Norma Subyektif dalam

Keputusan Penggunaan Jasa Transportasi”. Studi kasus pada konsumen bus

Trans Jogja di kota Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah sikap berpengaruh terhadap niat?

2. Apakah norma subyektif berpengaruh terhadap niat?

(24)

C. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak pada rumusan masalah tersebut, maka penulis perlu

membatasi permasalahan dengan tujuan agar pembahasannya tidak terlalu

luas. Berikut adalah pembatasan masalah yang dimaksud:

1. Penelitian hanya dilakukan pada konsumen yang pernah menggunakan

jasa transportasi bus Trans Jogja.

2. Dalam penelitian variabel sikap dibatasi pada aspek kognitif dan aspek

afektif.

3. Dalam penelitian variabel aspek kognitif dibatasi pada keterandalan,

perhatian, jaminan dan kesigapan.

4. Dalam penelitian variabel aspek afektif dibatasi pada fasilitas fisik,

perlengkapan dan suasana.

5. Dalam penelitian variabel aspek norma subyektif dibatasi pada keluarga

dan teman.

6. Dalam penelitian variabel niat dibatasi pada niat untuk menggunakan.

7. Dalam penelitian variabel perilaku dibatasi pada keputusan penggunaan

ulang.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap niat.

2. Untuk mengetahui pengaruh norma subyektif terhadap niat.

(25)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi

perusahaan dalam upaya melakukan evaluasi perbaikan dan

penyempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang telah ada guna untuk

lebih meningkatkan potensi keunggulan daya saing sehingga kepuasan

konsumen dapat tercapai.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi tambahan

untuk melengkapi kepustakaan Universitas Sanata Dharma dalam

memberikan informasi pengetahuan bagi para pembaca.

3. Bagi Penulis

Dengan mengadakan penelitian ini penulis dapat mengetahui,

menganalisis dan menerapkan teori-teori yang didapatkan di bangku

perkuliahan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh

perusahaan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

(26)

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan landasan teori yang digunakan untuk

menunjang penelitian, antara lain konsep jasa, pengertian perilaku

konsumen, dimensi kualitas jasa, pengertian kepercayaan, sikap,

norma subyektif, perilaku, dan niat.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini mencakup tentang jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel penelitian, jenis

dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengambilan

sampel, teknik pengumpulan data, metode pengujian instrumen

dan analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan tentang sejarah munculnya bus Trans Jogja, visi

dan misi, struktur manajemen dan rute trayek bus Trans Jogja.

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengemukakan tentang analisis data yang telah

dikumpulkan berdasarkan teknik analisis data yang telah

ditentukan serta pembahasannya.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan

saran yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait serta

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler (1997:8) adalah suatu proses sosial dan

manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan

produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain, sedangkan menurut

Dharmmesta (2000:7) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan

bisnis yang dirancang untuk merencanakan, mendistribusikan,

menentukan harga, mempromosikan barang untuk memuaskan keinginan

dan kebutuhan baik kepada konsumen pada saat ini maupun konsumen

pontesial.

Dari definisi-definisi pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa

pemasaran bukan hanya proses penjualan barang atau jasa, melainkan

lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan barang atau jasa apa yang

diinginkan oleh konsumen dengan menciptakan, menawarkan kemudian

menjualnya kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial.

2. Manajeman Pemasaran

Dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan perlu

adanya suatu kegiatan pokok agar perusahaan dapat menjual produk dan

(28)

memperoleh laba. Pemasaran begitu penting sehingga tidak dapat

dipandang sebagai fungsi tersendiri, melainkan merupakan fungsi

keseluruhan bisnis dilihat dari sudut pandang hasil akhirnya, yakni dari

pemenuhan kebutuhan pelanggan.

Menurut Stoner (dalam Handoko, 2001:8) manajemen adalah

suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunanaan sumber daya

organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan menurut

Kotler (2002:3) manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan ide, penetapan harga, promosi, serta penyaluran barang dan

jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan bagi tujuan individu

maupun organisasi.

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka

pemasaran bukan hanya untuk menjual barang atau jasa yang telah

diciptakan, tetapi untuk mengikat para konsumen sebagai pembeli

potensial terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.

3. Konsep Pemasaran

Dalam suatu perusahaan diperlukan suatu konsep untuk

memasarkan barang atau jasa agar manajer dapat mengetahui bagaimana

dan apa yang harus dilakukan sehingga pemasaran dapat berjalan sesuai

rencana. Menurut Dharmmesta (2000:17) konsep pemasaran adalah

(29)

konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup

perusahaan.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan perusahaan, ada 5 konsep

yang dapat dilakukan yaitu (Kotler, 1997:14) :

a. Konsep produk

Konsep produk adalah konsep bahwa konsumen akan memilih produk

yang menawarkan kualitas dan prestasi paling baik serta keistimewaan

yang dapat menonjol, oleh karena itu organisasi harus merencanakan

usaha terus-menerus dan melakukan perbaikan produk.

b. Konsep produksi

Konsep produksi adalah konsep bahwa konsumen akan memakai

produk yang tersedia dan sesuai dengan kemampuan, oleh karena itu

manajemen harus berkonsentrasi pada peningkatan efisiensi produksi

dan distribusi.

c. Konsep penjualan

Konsep penjualan adalah konsep bahwa konsumen tidak akan

membeli cukup banyak produk, terkecuali organisasi menjalankan

usaha promosi dan penjualan secara agresif.

d. Konsep pemasaran

Konsep pemasaran adalah konsep bahwa kunci sukses untuk mencapai

(30)

sasaran (target market) dan pemberian keputusan yang diinginkan

secara lebih efektif dari pada efisien pesaing.

e. Konsep pemasaran berwawasan atau sosial

Konsep pemasaran berwawasan atau sosial adalah konsep bahwa

konsep pemasaran kemasyarakatan menyatakan bahwa tugas suatu

organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat dari

pasar sasaran dan memberikan kepuasan serta memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat.

B. Konsep Jasa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa

(service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi

(personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak

pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa.

Menurut Kotler (dalam Umar, 2003:3) jasa adalah setiap tindakan atau

perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang

pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu. Sedangkan menurut Zethaml (dalam

Lupiyoadi dan Hamdan, 2006:6) jasa merupakan semua aktivitas ekonomi

yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang pada

(31)

nilai tambah (misalnya: kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan)

konsumen.

Dari definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa jasa

mencakup semua aktivitas yang outputnya bukan produk atau konstruksi fisik

yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang

sama atau simultan dan nilai tambah yang diberikan dalam bentuk yang secara

prinsip intangible, yaitu : kenyamanan, hiburan, kecepatan, pelayanan dan

kesehatan bagi konsumen.

Lovelock (dalam Umar, 2003:4) terdapat delapan aspek mendasar

yang membedakan jasa dengan barang fisik yaitu :

1. Produk jasa yang dikonsumsi tidak dapat dimiliki oleh konsumen.

2. Produk jasa merupakan suatu kinerja yang sifatnya intangibles.

3. Dalam proses produksi jasa, konsumen memiliki peran yang lebih besar

untuk turut serta pengolahannya dibandingkan dengan produk barang

fisik.

4. Orang-orang yang terlibat dalam proses jasa berperan sedikit-banyak

dalam pembentukan atau mendesain jasa.

5. Dalam hal operasionalisasi masukan atau keluaran, produk jasa lebih

variasi.

6. Produk jasa tertentu sulit dievaluasi oleh konsumen.

7. Jasa tidak dapat disimpan.

(32)

C. Kualitas Pelayanan Jasa

1. Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Lewis dan Booms (dalam Tjiptono, 2005:121) pengertian

kualitas pelayanan jasa adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan

yang diberikan mampu sesuai dengan eskpektasi pelanggan.

Sedangkan menurut Lovelock dan Wright (2007:96) kualitas

pelayanan jasa adalah evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan

terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan.

Dari dua pengertian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan

bahwa kualitas pelayanan yang baik atau bermutu sangat penting

dilakukan dalam perusahaan karena dengan kualitas yang baik konsumen

akan terpuaskan. Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas jasa tergantung

pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya

secara konsisten.

2. Dimensi Kualitas Jasa

Kepuasan pelanggan tidak datang dengan sendirinya, banyak

faktor yang digunakan untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Sebuah

penelitian yang dilakukan pada beberapa perusahaan jasa menghasilkan

sebuah pendekatan kualitas pelayanan yaitu SERVQUAL. Menurut

Zeithaml et al., (dalam Umar, 2002:37) ada lima dimensi dalam

(33)

a. Keterandalan yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

sesuai dengan janji yang ditawarkan.

b. Kesigapan yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang

meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan

karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan

pelanggan/pasien.

c. Jaminan yaitu meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan

terhadap produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian dan

kesopanan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam

memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan

didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam

menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi

kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dimensi:

1) Kompetensi (competence), artinya ketrampilan dan pengetahuan

yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.

2) Kesopanan (courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan

sikap karyawan.

3) Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi

(34)

d. Perhatian, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan

kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,

kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan

usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan

pelanggannya. Dimensi emphaty ini merupakan gabungan dari

dimensi:

1) Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa

yang ditawarkan perusahaan.

2) Komusikasi (communication), merupakan kemampuan

melakukan untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan

atau memperoleh masukan dari pelanggan.

3) Pemahaman pada pelanggan (understanding the customer),

meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami

kebutuhan dan keinginan pelanggan.

e. Bentuk fisik, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan

ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan

dan kenyaman ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan

penampilan karyawan.

3. Pengukuran Kualitas Pelayanan Jasa

Mengukur kualitas jasa berarti mengevaluasi atau

membandingakan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang

(35)

ada tiga aspek penting yang saling berkaitan yaitu : apa yang diukur,

metode pengukuran, dan skala pengukuran.

Pengukuran seperti ini diharapkan dapat dilakukan secara

berkesinambungan agar dapat mengetahui setiap perubahan yang terjadi

dalam kaitannya dengan jaringan relasi yang berhubungnan dengan

konsumen. Tetapi hingga saat ini belum ada ukuran tunggal yang terbaik

yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan yang disepakati

secara universal.

Model pengukuran Pasuraman A et al. membuat skala multi-item

yang diberi nama SERVQUAL, yaitu dirancang untuk mengukur harapan

dan persepsi pelanggan, serta kesenjangan (gap) di antara keduanya

dalam dimensi-dimensi utama kualitas jasa. Pengukuran dapat dilakukan

dengan Skala Likert, dimana responden menyatakan pernyataan tentang

sikap seseorang terhadap sesuatu. Responden diminta mengisi pernyataan

dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu,

misalnya :

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

(36)

D. Pentingnya kepuasan pelanggan bagi pemasar

Keunggulan suatu jasa pelayanan tergantung dari keunikan serta

kualitas pelayanan yang diperlihatkan oleh jasa tersebut. Konsumen akan

menilai apakah kualitas pelayanan sesuai dengan harapan dan keinginan

konsumen, dengan demikian konsumen butuh komitmen dan keyakinan dari

perusahaan untuk menyediakan pelayanan yang maksimal kepada konsumen.

Menurut Kotler (1997:22) pentingnya kepuasan pelanggan

diperhatikan oleh pemasar disebabkan adanya beberapa keuntungan bagi

pemasar, yaitu:

1. Stay loyal longer, artinya dengan tercapainya kepuasan pelanggan secara

berkelanjutan, maka pemasar bisa tersenyum puas karena loyalitas

pelanggan tercapai.

2. Talks favorably about the company and it’s product, artinya jika

pelanggan puas maka secara psikologi ia akan menyebarkan kepada orang

lain.

3. Offers products ideas to the company, artinya pelanggan yang merasa

puas memiliki sense of belonging dan bisa memberikan masukan, ide dan

pendapat kepada perusahaan yang memproduksi produk yang

dikonsumsinya.

4. Cost less to serve than new costomers because transaction are routinized,

artinya jika pemasar telah mampu mempertahankan

(37)

akan sebesar biaya yang harus perusahaan keluarkan guna menarik

konsumen untuk menjadi pelanggan barunya.

E. Perilaku Konsumen

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses

dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk dapat menciptakan

dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan itu tercapai maka perusahaan

harus dapat memahami perilaku konsumennya.

Menurut Mowen (dalam Umar, 2003:4) perilaku konsumen sebagai

sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang,

jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan menurut Louden (dalam Umar,

2003:4) perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan

aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan

jasa. Sementara menurut Hanna (dalam Umar, 2003:4) perilaku konsumen

merupakan suatu bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, termasuk

segala sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat

diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan

(38)

internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang

atau jasa yang diinginkan.

Engel et al., (1995: 46-57) mengemukakan ada tiga faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:

a. Pengaruh lingkungan yang meliputi: budaya, kelas sosial, pengaruh

pribadi, keluarga dan situasi.

b. Perbedaan individu yang meliputi: sumber daya konsumen, motivasi dan

keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.

c. Proses psikologis yang meliputi: pengolahan informasi, pembelajaran,

perubahan sikap dan perilaku.

Menurut Kotler (2008:197) ada lima tahap dalam proses keputusan

pembelian. Tahap-tahap proses keputusan pembelian tersebut adalah :

1. Pengenalan Kebutuhan

Dalam tahap ini pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan.

Pemasar perlu meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau

masalah yang timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah

itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu itu.

2. Pencarian Informasi

Seorang pembeli atau konsumen yang telah mengenali kebutuhannya akan

mencari informasi tentang barang atau jasa yang dibutuhkannya. Jika

(39)

Sumber informasi konsumen dapat berasal dari sumber pribadi, sumber

komersial, sumber publik dan sumber eksperimental.

3. Evaluasi Alternatif

Konsumen akan dihadapkan pada beberapa alternatif sehingga akan

mengevaluasi merek yang akan dipilih. Seorang pemasar perlu untuk

mengetahui bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai

pada keputusan pemilihan merek tertentu.

4. Keputusan Pembelian

Setelah melakukan evaluasi konsumen akan memutuskan produk mana

yang akan dibeli. Keputusan untuk memodifikasi, menunda atau

menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang

dirasakan.

5. Perilaku Purna Pembelian

Tugas pemasar tidak hanya sampai pada saat produk sudah dibeli, tetapi

berkelanjutan sampai pada periode setelah pembelian. Keputusan

konsumen terhadap produk akan mempengaruhi perilaku berikutnya.

Seorang konsumen yang puas kemungkinannya lebih besar untuk membeli

produk tersebut pada waktu berikutnya dan akan menyampaikan hal-hal

(40)

F. Teori Model Tindakan yang Beralasan

Menurut Fishbein (dalam Dharmmesta, 1992:40) teori tindakan yang

beralasan (Theory of Reasoned Action) merupakan model sikap yang

membahas kaitan antara sikap, minat berperilaku dan perilaku di samping

faktor lain seperti norma subyektif. Bentuk formulasi matematis dari model

tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar II.1

(41)

G. Sikap

Sikap adalah evaluasi menyeluruh yang dapat berkisar dari ekstrem

positif hingga ekstrem negatif (Engel et al., 1995:53). Sikap merupakan

sejauh mana perasaan seseorang terhadap suatu obyek, pernyataan

positif/negatif, suka/tidak suka, setuju/tidak setuju, yang cenderung mengacu

pada perasaan/evaluasi terhadap suatu obyek seberapa jauh penerimaan suatu

pesan merubah anggapan mengenai suatu obyek dari anggapan itu sikap

penerima akan obyeknya akan berubah. Sedangkan menurut Dharmmesta

(2000:93) sikap (attitude) seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah

terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan

yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.

Dari definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap adalah suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran yang dipersiapkan untuk

memberikan tanggapan terhadap suatu objek, yang diorganisir melalui

pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis

pada perilaku.

Menurut Assael (1995:267-269) sikap melibatkan tiga komponen yang

saling berhubungan, antara lain:

1. Komponen Kognitif

Komponen ini berisikan kesadaran dan pengetahuan seseorang terhadap

obyek atau fenomena. Komponen kognitif berisi kepercayaan mengenai

(42)

2. Komponen Afektif

Komponen akektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang

terhadap suatu obyek sikap. Secara umum disamakan dengan perasaan

yang dimiliki terhadap sesuatu. Respon afektif mengarah pada referensi

dan kesenangan terhadap suatu obyek.

3. Komponen perilaku

Komponen ini menunjukkan bagaimana perilaku dan kecenderungan

berperilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan obyek yang dihadapinya. Asumsi dasar adalah bahwa

kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku dan responnya

mengacu perilaku pembelian.

H. Norma Subyektif

Menurut Mowen (dalam Mangkunegara dalam Wicaksono, 2005:22)

mendevinisikan norma subyektif sebagai sikap menilai apa yang dipercaya

konsumen bahwa orang lain akan berfikir konsumen harus melakukannya.

Dengan kata lain, norma subyektif memperkenalkan formulasi pengaruh

kelompok referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Norma subyektif

terdiri dari:

1. Keluarga, terdiri dari: ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, om, tante.

(43)

I. Niat

Menurut Howard (dalam Mangkunegara dalam Wicaksono, 2005:22)

niat adalah prediksi yang meliputi kapan, dimana dan bagaimana konsumen

bertindak terhadap suatu merek dan dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan.

Sedangkan menurut Amirullah (2002:25) niat sebagai perhatian pembeli

terhadap merek produk yang akan dibeli.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa niat

adalah sebuah prediksi yang meliputi kapan, dimana, dan bagaimana

konsumen bertindak atau mempunyai perhatian membeli terhadap merek

produk yang akan dibeli.

Menurut Engel et al., (1995:201) niat pembelian dapat dikatagorikan

menjadi menjadi dua, yaitu :

1. Niat kategori satu, umumnya dirujuk sebagai pembelian yang terencana

sepenuhnya dalam pengertian bahwa ada niat untuk membeli baik produk

maupun merek.

2. Niat kategori dua, dipandang sebagai pembelian yang terencana walaupun

pilihan merek dibuat di tempat penjualan, sehingga niat hanya mencakup

produk.

Sekalipun sikap seseorang terhadap suatu obyek yang bersifat

positif masih belum pasti obyek itu akan dibelinya. Calon pembeli tidak

(44)

membeli bukan merupakan suatu ikatan atau komitmen, melainkan hanya

merupakan ramalan tentang perilaku yang mungkin dilakukan.

J. Perilaku

Perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen untuk

memiliki, menggunakan atau membuang barang atau jasa. Sebelum bertindak

orang seringkali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan

kemungkinan tindakan yang mungkin dilakukan. Keinginan berperilaku

didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara

tertentu dalam rangka memiliki, menggunakan dan membuang barang atau

jasa.

K. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

1. Jurnal: Santi dan Gidion P. Adirinekso. 2006. Aspek Cognitive, Affective,

dan Subjective Norm dalam Keputusan Pembelian Konsumen pada

Industri Jasa Penerbangan di Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah mencoba untuk menganalisis pengaruh dari

aspek cognitive, aspek affective dan subjective norm dalam keputusan

pembelian konsumen pada industri jasa penerbangan di Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan

wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah

(45)

sebanyak 186 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah

SEM (Structural Equation Modeling). Hasil analisis data menunjukkan

bahwa: aspek cognitive dan aspek affective berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perilaku pembelian konsumen, attitude juga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumen, subjective

norm berpengaruh positif terhadap perilaku konsumen namun tidak

signifikan.

2. Skripsi: Agustinus Wicaksono. 2005. Analisis Pengaruh Tanggapan

Kognitif Konsumen Pada Pengulangan Pesan Iklan terhadap Niat Beli

Konsumen.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana tanggapan

kognitif konsumen pada pengulangan pesan iklan mie Sedaap di media

TV. 2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tanggapan kognitif pada

pengulangan pesan iklan mie Sedaap antara konsumen laki-laki dan

konsumen perempuan. 3) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh

tanggapan kognitif konsumen pada pengulangan pesan iklan mie Sedaap

terhadap niat beli konsumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah kuesioner dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa aktif universitas Sanata Dharma pada tahun ajaran 2003/2004

yang biasa menonton TV. Sampel yang diteliti adalah sebesar 100

(46)

presentase, metode rata-rata, uji Chi-Square dan analisis linier berganda.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) Tanggapan kognitif konsumen

pada pengulangan pesan iklan mie Sedaap positif dengan nilai rata-rata

m=3,7275. 2) Tidak ada perbedaan tanggapan kognitif pada pengulangan

pesan iklan mie Sedaap antara konsumen laki-laki dan perempuan dengan

nilai Chi-square hitung = 2,501 (probabilitas , 0,005). 3) Tanggapan

kognitif pada pengulangan pesan iklan mie Sedaap berpengaruh positif

dan signifikan terhadap niat beli konsumen, serta tanggapan kognitif

konsumen pada pengulangan pesan iklan mie Sedaap berpengaruh sebesar

54,9% terhadap niat beli konsumen.

L. Kerangka Teoretis Penelitian

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang disesuaikan

atau dibentuk sesuai dengan kebutuhan penelitian. Untuk memudahkan

pemahaman tentang skripsi ini, maka peneliti menyusun kerangka teoretis

sebagai berikut:

Gambar II.2 Kerangka Teoretis

Perilaku (Y2) Sikap (X1)

Niat (Y1) Norma

(47)

M.Hipotesis

Sikap seseorang adalah keadaan mudah terpengaruh untuk

memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat memulai

atau membimbing tingkah laku orang tersebut, apabila sikap konsumen

positif maka akan menimbulkan niat dalam diri konsumen. Berdasarkan teori

di atas maka hipotesis pertama adalah sebagai berikut:

H1 : Sikap berpengaruh positif terhadap Niat

Konsumen dalam memutuskan pembelian jasa cenderung

mengandalkan informasi dari mulut ke mulut (dari orang lain) untuk

mengurangi risiko dan ketidakpastian yang sering menyertai keputusan

pembelian, oleh karena itu apabila informasi yang diperoleh konsumen positif

maka akan menimbulkan niat Berdasarkan teori di atas maka hipotesis kedua

adalah sebagai berikut:

H2 : Norma subjektif berpengaruh positif terhadap niat.

Niat adalah suatu proposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan

yang akan datang, sedangkan perilaku adalah tindakan konsumen untuk

menggunakan, memiliki atau menolak barang atau jasa. Berdasarkan teori

Reasoned Action yang dikemukakan oleh Fishbein dan Azjen bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh niat seseorang untuk melakukan perilaku.

Berdasarkan teori di atas maka hipotesis ketiga adalah sebagai berikut :

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus

merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam

terhadap gejala tertentu. Menurut Umar (1997:29) penelitian studi kasus

adalah penelitian yang terperinci mengenai suatu objek tertentu dalam kurun

waktu tertentu, termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya yang cukup

mendalam dan menyeluruh. Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku

pada kasus yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada

kasus lain.

B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah konsumen

yang pernah menggunakan jasa transportasi bus Trans Jogja di kota

Yogyakarta.

2. Objek

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sikap yang

terdiri dari: afektif (fasilitas fisik, perlengkapan,suasana) dan kognitif

(keterandalan, perhatian, jaminan, kesigapan). Norma subyektif yang

(49)

terdiri dari: keluarga dan teman. Niat yang terdiri dari: niat untuk

menggunakan. Perilaku yang terdiri dari : penggunaan ulang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi pada shelter Trans

Jogja Malioboro I , Malioboro II, RS. Dr. Yap, RS. Bethesda dan Taman

Pintar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan April-Mei 2009

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Terukur (Measured Variables)

Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui

penelitian lapangan atau survei. Sering disebut juga indicator variables,

observed variables atau manifest variables yang digambarkan dalam

bentuk segi empat atau bujur sangkar.

Dalam penelitian ini variabel terukurnya adalah : keterandalan (X1.1.1),

Perhatian (X1.1.2), Jaminan (X1.1.3), Kesigapan (X1.1.4), Fasilitas fisik

(X1.2.1), Perlengkapan (X1.2.2), Suasana (X1.2.3), Keluarga (X2.1),

(50)

2. Variabel Laten (Latent Variables)

Variabel laten adalah sebuah variabel bentukan yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Sering disebut juga

construct atau unobserved variables yang digambarkan dalam bentuk

lingkar atau oval atau elips.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel laten adalah : Kognitif

(X1.1), Afektif (X1.2), Sikap (X1), Norma subyektif (X2), Niat (Y1) dan

Perilaku (Y2).

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2002:55). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang

pernah menggunakan jasa transportasi bus Trans Jogja.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau sekumpulan data yang diambil atau

diseleksi dari suatu populasi (Santoso, 2003:2). Penentuan jumlah sampel

menurut Hair et al., (dalam Ferdinand 2002:47), disarankan ukuran

sampel yang sesuai adalah 100 hingga 200 responden atau 5-10 kali

(51)

interpretasi dengan SEM. Dalam penelitian ini sampel yang dibutuhkan

sebanyak 200 responden.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling

dimana sekelompok subjek dipilih atas dasar ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu

yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Ciri-ciri yang dimaksut

adalah : berusia minimal 15 tahun dan minimal 3 kali dalam 1 bulan terakhir

menggunakan jasa transportasi bus Trans Jogja.

G. Definisi Operasional 1. Sikap

Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk

memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat

memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap terdiri dari

dua komponen yaitu:

a. Kognitif: terdiri dari keyakinan dan pengetahuan konsumen tentang

produk. Kognitif diukur dengan indikator: keterandalan, perhatian,

jaminan dan kesigapan.

b. Afektif: merupakan perasaan atau emosi kita terhadap obyek tertentu.

Afektif diukur dengan indikator: fasilitas fisik, perlengkapan dan

(52)

2. Norma Subyektif

Norma subyektif adalah sikap yang menilai apa yang dipercaya konsumen

bahwa orang lain akan berfikir konsumen harus melakukannya. Norma

subyektif diukur dengan indikator: teman dan keluarga.

3. Niat

Niat adalah suatu proposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan

yang akan datang atau sebagai perhatian pembeli terhadap merk produk

yang akan dibeli. Niat diukur dengan indikator niat untuk menggunakan.

4. Perilaku

Perilau adalah tindakan konsumen untuk menggunakan, memiliki atau

menolak suatu barang atau jasa. Perilaku diukur dengan indikator

pembelian ulang.

H. Teknik pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden.

I. Teknik Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur

yang digunakan dalam penelitian layak digunakan atau tidak. Adapun alat

(53)

1. Uji Validitas

Menurut Umar (2007:59) validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur

penelitian tentang isi atau arti sebenarnya sehingga dapat menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Dalam

penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk yang disebut

Confirmatory Factor Analysis (CFA), faktor loading dianggap signifikan,

apabila standardized loading estimate sama dengan 0,50 atau lebih dan

idealnya 0,70 (Ghozali, 2008:135). Pada penelitian ini, validitas konstruk

dihitung dengan menggunakan AMOS 16.0.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator

sebuah konstruk yang menunjukkan derajat dimana masing-masing

indikator itu menghasilkan sebuah konstruk atau faktor laten yang umum

(Ferdinand, 2002:62). Pada penelitian ini untuk menguji reliabilitas

menggunakan Chronbach’s Alpha yang memiliki nilai ≥ 0,70 (Ferdinand,

2002:219). Pada penelitian ini uji reliabilitas dihitung dengan program

SPSS 15.0 for Windows.

J. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah

Analisis Kuantatatif. Analisis kuantitatif adalah merupakan metode analisis

(54)

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Structural Equation Modeling

(SEM).

Structural Equation Modeling (SEM) adalah teknik Multivarian

dikombinasikan dengan aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk

menilai sebuah rangkaian dari interelasi ketergantungan hubungan secara

bersama. SEM meliputi segala kelompok dari model yang dikenal dengan

banyak nama, antara lain analisis struktur covarian, latent variable analysis,

confirmatory factor analysis, dan LiSREL analysis. Akibat dari sebuah evolusi

dalam multiequation modeling dibangun dari prinsip-prinsip ekonomi

matematika dan digabung dengan prinsip dalam ukuran psikologi dan

sosiologi. SEM telah muncul sebagai alat integral dalam pengelolaan dan riset

akademi.

Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan

teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan

yang relatif “rumit”, secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat

dibangun antara satu atau beberapa variabel yang dipengaruhi (dependent)

dengan satu atau beberapa variabel yang mempengaruhi (independent).

Variabel terikat adalah variabel yang dituju oleh satu atau beberapa anak

panah satu arah. Dalam penelitian ini variabel terikat meliputi : niat dan

perilaku. Variabel bebas adalah variabel yang tidak dituju oleh anak panah

(55)

Masing-masing variabel terikat dan variabel bebas dapat

berbentuk faktor (atau konstruk, yang dibangun dari beberapa variabel

indikator). Beberapa konversi yang berlaku dalam diagram SEM, adalah :

1. Variabel terukur (Measured Variable)

Variabel ini disebut juga observed variables, indicator variables atau

manifest variables, digambarkan dalam bentuk segi empat atau bujur

sangkar. Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari

melalui penelitian lapangan, misalnya melalui instrumen survei.

2. Variabel laten

Variabel laten adalah sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Karena

merupakan variabel bentukan, maka disebut latent variables. Nama

lain untuk variabel laten adalah construct atau unobserved variables.

Faktor atau konstruk atau variabel laten ini digambarkan dalam bentuk

diagram lingkar atau oval elips. Untuk membuat pemodelan SEM

diperlukan beberapa langkah, yaitu :

a. Pengembangan Model teoritis

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah

pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai

justifikasi teoritis yang kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi

secara empirik melalui komputasi program SEM. Oleh karena itu

(56)

eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna

mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang

dikembangkannya. Tanpa dasar yang kuat SEM tidak dapat

digunakan. Hal ini disebabkan karena SEM tidak digunakan untuk

menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk

mengkonfirmasi model teoritis, melalui data empirik.

b. Pengembangan diagram alur (Path diagram)

Pada langkah kedua, model teoretis yang telah dibangun pada

langkah pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram.

Path diagram tersebut akan mempermudah melihat

hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya. Sedemikian jauh,

diketahui bahwa hubungan-hubungan kausal biasanya dinyatakan

dalam bentuk persamaan. Tetapi dalam SEM (termasuk

didalamnya operasi program AMOS 4.01. dan versi-versi

sebelumnya) hubungan kausalitas itu cukup digambarkan dalam

sebuah path diagram, dan selanjutnya bahasa program akan

mengkonvensi gambar-gambar persamaan, dan persamaan menjadi

estimasi. Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur,

yaitu :

1) Konstruk Eksogen (Exogenous Constructs)

Konstruk eksogen dikenal juga sebagai “source variables” atau

(57)

Kognitif : X1.1

yang lain dalam model. Secara diagramatis konstruk eksogen

adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung

panah.

2) Konstruk Endogen (Endogenous Constructs)

Konstruk endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh

satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat

memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya,

tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal

dengan konstruk endogen.

Gambar III.1

Diagram Alur (Path Diagram) Keterandalan : X1.1.1

Perhatian : X1.1.2

Jaminan : X1.1.3

Kesigapan : X1.1.4

Fasilitas fisik : X1.2.1

Perlengkapan : X1.2.2

(58)

c. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model

Perbedaan SEM dengan teknik-teknik multivariate lainnya adalah

dalam input data yang digunakan dalam pemodelan dan

estimasinya. SEM hanya menggunakan matriks varians atau

kovarians atau matriks korelasi sebagai data input keseluruhan

estimasi yang dilakukannya.

Teknik Estimasi yang tersedia dalam AMOS 4.0 adalah :

1) Maximum Likehood Estimation (ML)

2) Generalized Least Square Estimation (GLS)

3) Unweigthed Least Square Estimation (ULS)

4) Scale Free Least Square Estimation (SLS)

5) Asymptotically Distribution-Free Estimation (ADF)

Tabel III.1

Memilih Teknik Estimasi

Pertimbangan Teknik yang

dapat dipilih

Keterangan

Bila asumsi normalitas dipenuhi dan ukuran sampel kecil 100-200

ML ULS dan SLS biasanya tidak menghasilkan uji χ2,

karena itu tidak menarik perhatian peneliti.

Bila asumsi normalitas dipenuhi dan ukuran sampel antara 200-500

ML dan GLS Bila ukuran sampel kurang dari 500, hasil GLS cukup baik. Bila asumsi normalitas

kurang dipenuhi dan ukuran sampel lebih dari 2500

(59)

Dalam penelitian ini Teknik Estimasi dalam Structural

Equation Modeling yang digunakan adalah Maximum Likelihood

Estimation (ML), karena sampel yang digunakan sebanyak 200

responden.

d. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi

Problem indetifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut

ini:

1) Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah

sangat besar.

2) Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

seharusnya disajikan.

3) Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians

error yang negatif.

e. Evaluasi Kriteria Goodness-of-fit

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah

terhadap berbagai kriteria goodness-of-fit. Untuk itu tindakan

pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang

(60)

Asumsi-asumsi dalam SEM adalah :

1) Ukuran sampel

Ukuran sampel yang harus dipernuhi dalam pemodelan ini

adalah minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan

perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated parameter.

2) Normalitas dan Linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi

normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut

untuk pemodelan SEM.

3) Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai

ekstrim baik secara univariate maupun multivariate yaitu yang

muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya

dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi

lainnya.

4) Multicollinearity dan Singularity

Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks

kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat

kecil memberi indikasi adanya problem multikolinearitas atau

(61)

K. Uji Kesesuaian dan Uji Statistic 1. Uji Kesesuaian

a. χ2-Chi-Square Statistic

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

likelihood ratio Chi-square Statistic. Model yang diuji akan dipandang

baik atau memuaskan bila nilai χ2 rendah. Semakin kecil nilai χ2 semakin baik model itu.

b. RMSEA-The Root Mean Square Error of Approximation

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai

RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila

model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA lebih kecil atau sama

dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan sebuah close fit dari model itu.

c. GFI-Goodness of Fit Index

GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang

nilai antar 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi

(62)

d. AGFI-Adjusted Goodness-of-Fit Index

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit Index ini dapat di-adjust terhadap degrees of freedom yang tersedia untuk menguji

diterima tidaknya model. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah

matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan

sebagai tingkatan yang baik (good overall) model fit (baik) sedangkan

besaran nilai antara 0,90 - 0,95 menunjukkan tingkatan cukup.

e. Ratio χ2 to Degrees of Freedom (χ2/DF)

The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi dengan

degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF sebagai

salah satu indikator untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

CMIN/DF adalah statistik chi-square, χ2 dibagi DF sehingga disebut χ2 relatif. Nilai χ2 relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbukckle,

1997).

f. TLI-Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

(63)

model. Nilai yang direkomendasikan adalah lebih besar dari atau sama

dengan 0,95.

g. CFI-Comparative Fit Index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1 dimana

semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi.

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI lebih besar atau sama dengan

0,9.

Tabel III.2

Goodness-of-fit Indices

Goodness of fit index Cut-off-value X²-Chi-square Diharapkan kecil Significance Probability ≥ 0.05

RMSEA ≤ 0.06

GFI ≥ 0.09

AGFI ≥ 0.09

CMIN/DF ≤ 2.00

TLI ≥ 0.95

CFI ≥ 0.95

2. Interprestasi dan Modifikasi Model

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan

memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi

syarat pengujian yang dilakukan. Model yang baik mempunyai

Standardized Residual Variance yang kecil. Angka 2,58 merupakan

(64)

3. Analisis Persentase

Analisis kuantitatif adalah merupakan metode analisis data

dengan melakukan perhitungan statistik. Dalam penelitian ini analisis

persentase digunakan untuk menghitung persentase profil konsumen

Bus Trans Jogja di kota Yogyakarta. Rumus yang digunakan :

P = x100% N

n

Keterangan :

P : Jumlah persentase

n : Jumlah subyek yang diteliti

(65)

A. Gambaran Umum PT Jogja Tugu Trans

1. Latar Belakang PT Jogja Tugu Trans

Kota Yogyakarta yang juga disebut sebagai “Kota Budaya” dan

“Kota Pelajar” merupakan kota yang memiliki tingkat mobilitas penduduk

yang tinggi keadaan tersebut memerlukan adanya sarana transportasi yang

handal, aman, nyaman dengan jadwal yang pasti, oleh karena itu,

Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Peraturan

Daerah No. 10 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di

jalan dengan kendaraan umum bermaksud memperbaiki sistem angkutan

perkotaan di DIY melalui peningkatan pelayanan angkutan orang di jalan

dengan kendaraan umum dengan sistem pembelian pelayanan (Buy The

Service).

Dalam program ini, pemerintah Propinsi DIY bekerja sama dengan

PT Jogja Tugu Trans, adalah sebuah PT (Perseroan Terbatas) yang

merupakan wadah konsorsium dari 4 (empat) koperasi dan 1 (satu) BUMN

yaitu ASPADA, KOPATA, PUSKOPKAR DIY, PEMUDA dan PERUM

DAMRI, yang memiliki trayek serta pengalaman dalam mengoperasikan

sarana angkutan di Propinsi DIY diharapkan oleh pemerintah menjadi

operator dalam program “Buy The Service” secara profesional. PT Jogja

Tugu Trans dalam pengelolaan sistem transportasi “Buy The Service

(66)

selaku penjual layanan diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan

sistem pelayanan transportasi perkotaan DIY. Selain itu, ada tujuan-tujuan

yang ingin dicapai dengan adanya sistem ini seperti:

a. Mengurangi kemacetan lalu lintas di wilayah DIY

b. Meningkatkan keamanan, kenyamanan dan ketepatan waktu dalam

menggunakan fasilitas transportasi dengan sistem “Buy The Service”.

c. Memberikan fasilitas pelayanan transportasi yang murah dan

terjangkau kepada masyarakat.

d. Mengubah paradigma masyarakat terhadap angkutan umum.

e. Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.

f. Mengurangi konsumsi BBM.

g. Mengurangi beban parkir di dalam kota.

h. Mengurangi polusi udara dan suara.

2. Prinsip Sistem Buy The Service:

a. Mengganti sistem setoran menjadi sistem pembelian pelayanan.

b. Operator dibayar berdasarkan kilometer layanan, bukan jumlah

penumpang.

c. Operator / pengemudi / Kru hanya berkosentrasi pada pelayanan prima

kepada masyarakat.

d. Adanya standar pelayanan tertentu yang harus dipenuhi.

e. Berbasis public service, bukan profit.

(67)

3. Data Umum PT Jogja Tugu Trans:

Nama : PT Jogja Tugu Trans

Wilayah Kerja : Daerah Istimewa Yogyakarta

Akta Pendirian : No. 12 Tanggal 22 Juni 2007

Bidang Usaha : Usaha Jasa Transportasi

Bidang Hukum : SK. Pengesahan Perseroan Terbatas “PT” Menteri

Kehakiman NO. W22-0129 HT.01.01-Th 2007

Tanggal 6 Agustus 2007

No. HO : 0788-0169.MG/2007

6842/12

No. SIUP : 0006/MG/2007

7363/16

No. TDP : 120516001371

7641/33

NPWP : 02.645.241.7-541.000

4. Visi dan Misi PT Jogja Tugu Trans

a. Visi : Menjadi perusahaan transportasi yang terkemuka

b. Misi :

1) Melayani masyarakat dalam bidang transportasi dengan sepenuh

hati.

2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat transportasi yang

(68)

3) Mendukung pelaksanaan reformasi transportasi angkutan umum di

DIY.

4) Menyediakan layanan transportasi yang dapat diandalkan dan

memenuhi standar pelayanan minimal.

5. Pelayanan PT Jogja Tugu Trans

a. Lokasi Perusahaan

PT Jogja Tugu Trans, sesuai dengan Akta Pendiriannya Nomer : 12

tanggal 22 Juni 2007 oleh Notaris Muhammad Haryanto, SH,

beralamat di jalan Bintaran Tengah NO. 5 Yogyakarta. Namun karena

perkembangan operasional, PT Jogja Tugu Trans sekarang

berkedudukan di Jalan Raya Jogja – Wonosari Km. 4,5 No.24 B

Yogyakarta.

b. Operasional

PT Jogja Tugu Trans mengoperasikan 54 unit bus dengan

ketentuan 48 unit bus yang efektif beroperasional pada 6 (enam) jalur

yang ada yaitu Jalur IA, IB, IIA, IIB, IIIA, dan IIIB. Serta 6 (enam)

unit bus lainnya digunakan sebagai cadangan. Perolehan 54 unit bus

ini, 20 unit bus merupakan bantuan dari Pemerintah Daerah

Yogyakarta dan 34 unit bus merupakan tanggung jawab dari PT Jogja

Tugu Trans masing-masing jalur ada 8 (delapan) bus. Evaluasi selama

ini sering terjadi penambahan bus dikarenakan lonjakan penumpang,

sehingga bus yang ada tidak dapat menampung, khususnya untuk jalur

(69)

Trans telah menambah masing-masing 1 (satu) unit bus pada jalur IA

dan IB sehingga khusus jalur tersebut masing masing ada 9 (sembilan)

unit bus.

c. Sumber Daya Manusia (MSDM)

Dalam perekutan SDM, PT Jogja Tugu Trans memberikan

kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan

profesionalisme, namun juga tidak menganggurkan orang-orang yang

sudah lama bekerja dan berkecimpung di dunia transportasi di DIY

sepanjang yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan yang

ditetapkan perusahaan. Untuk mempersiapkan SDM yang mampu

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, PT Jogja Tugu

Trans juga memberikan pembekalan dan pelatihan, seperti:

1) Mengadakan pendidikan dan pelatihan terhadap Pramudi pada

tanggal 4-6 Desember 2007 selama 3 (tiga) hari di BLPT Jalan

Kiai Mojo No. 70 Yogyakarta bekerja sama dengan Dinas

perhubungan Propinsi DIY.

2) Melakukan Pembinaan Fisik dan Kerohanian di Mandala Krida.

3) Melakukan Test Drive untuk menilai kemampuan Pramudi di

Mandala Krida dan di beberapa shelter.

4) Melakukan Test Drive untuk menilai kemampuan armada ke

daerah Patuk, Wonosari.

5) Melakukan pendidikan teknik selama 3 (tiga) hari di PT Jogja

(70)

6) Mengadakan pembekalan dan pelatihan bagi teknisi dengan

mendatangkan tenaga ahli seperti dari THERMO KING (PT Irama

Sejuk Sentosa), Karoseri Laksana, Karoseri Tri Sakti, PT Korindo

Motors (Hyundai Bus) dan Mitsubishi Bus.

7) Beberapa kali melakukan pelatihan terhadap pramugara dan

pramugari untuk memberikan pelayanan yang professional kepada

masyarakat.

8) Mengadakan pembekalan akhir untuk seluruh karyawan PT Jogja

Tugu Trans pada tanggal 29 Januari 2008 di Jogja Expo Center.

6. Aspek Teknis

PT Jogja Tugu Trans juga telah mempersiapkan armada dan tenaga

teknisi yang handal untuk menunjang kelancaran operasional Bus Trans

Jogja. Spesifikasi armada bus yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan

Propinsi DIY adalah:

Kendaraan : Bus Sedang

Merek/Tipe Body : Standar Umum Karoseri

Kapasitas Bus : 22 penumpang duduk, 20 penumpang

berdiri, 1 pengemudi

Model : Bus Pariwisata

Warna : Hijau Metalik khas Kota Jogja, dengan

Gambar

Gambar  II.1
Gambar II.2
Gambar III.1 Diagram Alur (Path Diagram)
Tabel III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

konjungsi.. Oleh karena itu, teks eksplanasi kompleks sangat penting diajarkan pada siswa, agar siswa memahami struktur dan unsur kebahasaan yang ada pada teks tersebut. Serta

Tindak pidana narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersama-sama, bahkan merupakan satu sindikat yang terorganisasi

(1) Dinas Olahraga, Pemuda dan Pariwisata dipimpin oleh seorang Kepala, mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah

Pada kebanyakan bayi baru lahir , hiperbilirubinemia tak terkonjugasi merupakan fenomena transisional yang normal , tetapi pada beberapa bayi, terjadi peningkatan bilirubin

Lamanya waktu instansi penyelenggara PTSP di bidang penanaman modal telah melakukan pelayanan perizinan dan nonperizinan tersebut, selanjutnya disesuaikan dengan

Pengambilan Pengetahuan, dimana tahapan ini menjelaskan bagaimana memproses suatu dokumen mulai dari usulan sampai dapat tersimpan dengan rapi di Knowledge Management

Dari uraian di atas, jika dibandingkan dengan teori Arnstein maka tingkatan partisipasi untuk kriteria penentuan ide awal pada Kelurahan/Desa selain Desa Beji berada pada

penentuan Kelulusan 4 Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat : - Menjelaskan pengolahan nilai ujian praktik kejuruan sesuai lembar penilaian ujian praktik -