• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-LEARNING SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU DI PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E-LEARNING SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU DI PERGURUAN TINGGI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

149

E-LEARNING

SEBAGAI ALTERNATIF MODEL

PEMBELAJARAN

DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU DI PERGURUAN

TINGGI

Oleh : Moh. Sutomo1

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi (IT= Information Teknology) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis IT menjadi tak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke pendidikan modern dalam bentuk digital, baik

secara isi (content) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah

banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya

implementasi e-learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan

universitas) maupun industry (Cisco, IBM, Oracle, dsb).

E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik.

Dengan demikian, e-Learning menjadi salah satu alternatif pembelajaran karena keunggulan yang dimilikinya. Sayangnya, meskipun disadari e-learning dapat membantu mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatannya belum populer di sekolah-sekolah bahkan di perguruan tinggi di Indonesia.

Key Word: E-Learning, Model Pembelajaran, Mutu Pendidikan

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi (Information Teknology=IT) yang

sangat pesat membawa dampak yang begitu besar bagi pola hubungan

antar individu, antar komunitas, bahkan antar negara atau bangsa.2

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi ini telah mengubah

1Penulis adalah Guru SMPN 2 Yosowilangun dan Dosen Tetap STAI Bustanul Ulum Yosowilangun Lumajang

2 Wahid, Fathul. 2007, Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi:Peluang dan Tantangan(online), (www.geocities.com diakses tanggal 18 April 2012)

(2)

150

pemikiran baru di masyarakat, peran ilmu pengetahuan sangatlah menonjol yang menuntut sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga tidak terjadi ketimpangan antara perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan kemampuan Sumber Daya Manusia yang ada.

Perkembangan teknologi informasi saat ini, terutama internet, telah mampu menghadirkan ruang-ruang interaksi virtual serta menyediakan

informasi/resources dalam jumlah yang melimpah yang bisa diakses secara

cepat. Oleh karena batasan ruang dan waktu dalam proses belajar semakin terbuka bahkan dirasa semakin menghilang secara perlahan-lahan. Dengan demikian berbagai aktivitas keseharian termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan sebenarnya bisa dilakukan dengan lebih mudah, murah, efisien, serta demokratis. Jika pada masa lalu sumber pengetahuan terpusat pada institusi-institusi pendidikan formal maka saat ini sumber pengetahuan tersebar di berbagai lokasi yang melintasi batas-batas institusi, geografis

maupun negara.3

Konsep yang kemudian terkenal dalam dunia pendidikan, dengan

sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi

pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents)

dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh

masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning

khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan perguruan tinggi). Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas. Namun, beberapa perguruan tinggi

lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa

yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa.

Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah

satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang

menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli

kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh

3 Wahono. 2008, MeluruskanSalah Kaprah tentang e-learning (online),

(3)

151 mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten bahkan di daerah pedesaan. Hal ini seiring dengan berkembangnya program pemerintah di bidang teknologi komuniksi serta semakin meluasnya jaringan internet yang dapat di akses hingga di seluruh pelosok pedesaan. Bahkan perkembangan internet yang dapat diakses dengan menggunakan telepon genggam (HP).

Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan

pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang kondusif ini, beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai persiapan, seperti penugasan para dosen untuk:

1. Mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan belajar elektronik,

2. Mengidentifikasi berbagai platform pembelajaran elektronik yang

tersedia, dan,

3. Melakukan eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran

elektronik tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan.

Dengan demikian seharusnya guru atau dosen tidak lagi memposisikan diri sebagai pemegang otoritas pengetahuan namun lebih sebagai mediator yang berperan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang lebih partisipatif. Konsekuensi dari hal ini adalah selayaknya paradigma yang digunakan bukan lagi menekankan pada

aspek teaching(mengajar) namun lebih menitikberatkan pada

proses learning (belajar).4

Dalam kondisi demikian sangat mungkin kualitas seorang siswa /mahassiswa lebih baik dari kepandaian seorang guru/dosen. Proses yang

lebih menekankan pada learning telah menempatkan guru/dosen dan

siswa/mahasiswa sebagai ‘mitra’ dalam belajar. Guru/dosen telah

menempatkan diri sebagai fasilitator dalam belajar dari siswa/mahasiswa, dan tidak berhak lagi untuk memaksakan pendapatnya. Sebaliknya siswa telah menempatkan dirinya sebagai aktor pembelajar aktif yang memahami kebutuhan dirinya dan mengupayakan pencapaian pemahaman akan

pengetahuan secara mandiri. Untuk menuju kesana, maka

siswa/mahasiswa bisa mengoptimalkan web, homepage, search engine dan

fasilitas-fasilitas lain yang tersedia saat ini, seperti di banyak perguruan

tinggi atau kampus-kampus yang sudah memiliki fasilitas e-learning, digital

library dan lain sebagainya.

4 Syahrul, Aini dan Saleh., 2004, Teknologi Informasi dan Pendidikan (online, (http://educare.e-fkipunla.net, diakses tanggal 20 Maret 2012)

(4)

152

Pengertian dan Manfaat E-Learning

Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun

1970-an5 . Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan

pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah:

on-line learning, internet-enabled learning, virtuallearning, atau web-basedlearning

dansebagainya.

E-Learning merupakan suatu teknologi informasi yang di

implementasikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam sumber

pembelajaran. Oleh karena itu E-Learning merupakan sesuatu yang relatif

baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu e- yang

merupakan singkatan dari elektronika dan learning yang berarti

pembelajaran. Jadi e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan

jasa/bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.

Karena itu, maka e-Learning sering disebut pula dengan on-line course. E

-Learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Kini, e-Learning

menjadi salah satu alternatif pembelajaran karena keunggulan yang

dimilikinya. Sayangnya, meskipun disadari e-learning dapat membantu

mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatannya belum populer di sekolah-sekolah bahkan di perguruan

tinggi di Indonesia.6

Electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara

untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah

yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning

adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat

bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran

yang yang relatif baru di Indonesia.

Sebelum lebih lanjut membahas mengenai apakah memang

e-learning itu penting untuk proses pembelajaran pada lingkungan sekolah,

ada baiknya kita fahami defenisi mengenai e-learning itu sendiri agar kita

tidak bias dalam memahaminya. Terdapat banyak ahli yang memberikan

interpretasi mengenai e-learning itu sendiri, diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. E-learning (electronic learning) adalah pembelajaran baik secara formal

maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti

5 Sembel, Roy. 2004, Yang Perlu Anda Tahu Tentang E-Learning (Online), (h@p://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2004/0217/man01.html, di akses tanggal 23 Maret 2012)

6 h@p:/ media.diknas.go.id/media/document/5084.pdf, dalam Peran Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Pengembangan e-Learning, oleh Ahmad Sopian.

(5)

153

internet, intranet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan

lain-lain. Akan tetapi, e-learning pembelajaran yang lebih dominan

menggunakan internet (berbasis web).

2. E-learning adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning

merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau

murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk

menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning

juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh

sebuah program studi atau program pendidikan.7

3. E-learningmerupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer

lain. Untuk menyampaikan pembelajaran, e-learning selalu

diidentikkan dengan penggunaan internet. Namun sebenarnya media penyampaian sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd, mp3,

PDA, dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada

e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang

luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang

menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning sehingga

biaya yang disiapkan relatif lebih murah.

Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar

elektronik (e-learning), yaitu: (1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui

pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com), (2) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan (3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.

Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.

7 Peran Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Pengembangan e-Learning, oleh Ahmad Sopian , dalam h@p:/ media.diknas.go.id/media/document/5084.pdf.

(6)

154

Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa

pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran

yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya .

Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:

1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan

guru atau instruktur (EnhanceInteractivity).

2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan

saja (Time And Place Flexibility).

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (Potential to Reach a

Global Audience).

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(Easy Updating Of Content As Well As Archivable Capabilities).

Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan

tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan

dengan dosen.

2. Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas.

3. E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam

meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi.

4. Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling

memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi.

5. Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali

informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas Karakteristik E-Learning

Selanjutnya sebagai suatu sistem yang menggabungkan beberapa

konsep dan teori pembelajaran, maka e-learning memiliki karakteristik,

diantaranya adalah :

1. Non-linearity, Pemakai (user) bebas untuk mengakses objek

pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai.

2. Self-managing, Dosen dapat mengelola sendiri proses pembelajaran

dengan mengikuti struktur yang telah dibuat.

3. Feedback-Interactivity, Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktif

dan disediakan feedback pada proses pembelajaran.

4. Multimedia-Learners style, E-learning menyediakan fasilitas multimedia.

Keuntungan dengan menggunakan multimedia, siswa dapat memahami lebih jelas dan nyata sesuai dengan latar belakang siswanya.

(7)

155

5. Just in time, E-learning menyediakan kapan saja jika diperlukan

pemakai, untuk menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

6. Dynamic Updating, Mempunyai kemampuan memperbaharui isi materi

secara onlinepada perubahan yang terbaru.

7. Easy Accessibility/Access Ease, Hanya menggunakan browser (dan

mungkin beberapadevice yang terpasang).

8. Collaborative learning, Dengan tool pembelajaran memungkinkan bisa

saling interaksi, maksudnya bisa berkomunikasi secara langsung pada

waktu yang bersamaan (synchronous) atau berkomunikasi pada waktu

yang berbeda (asynchronous). Pemakai bisa berkomunikasi dengan

pembuat materi, siswa yang lain.8

Penerapan Program E-Learning Pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh

perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan.

Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan

pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi

e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan

pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:

1. Mengerti tentang e-learning,

2. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa.

3. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai

dengan perkembangan teknologi baru.

4. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara

elektronik.

5. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari.

6. Melakukan training dan praktek secara elektronik.

7. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan

keputusan.

8 Team, Univ Utrech&UNPAD, Panduan WebCT4.1 Untuk Pengajar, 2004 (http://www.webict.com/e-learning/ 2010)

(8)

156

8. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para

mahasiswanya.9

Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning,

program-program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara lain :

1. Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses

pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar

2. Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah,

bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (Frequently Ask Question),

sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online

3. Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi,

papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal

kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya.10

Strategi Penerapan E-Learning

Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan

proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu.

Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan

suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan

harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya

9 Koswara, E. 2006. Konsep Pendidikan Tinggi BerbasisE-learning : Peluang dan Tantangan. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 10 Salah satu contoh perguruan tinggi yang telah menerapkan e-learning secara baik dan berorientasi pada implementasi kampus digital adalah Universitas Bina Nusantara (UBINUS). Sistem yang dikembangkan disebut dengan Multi Canel Learning (MCL), dan e-learning merupakan salah satu chanelnya. MCL di Universitas Bina Nusantara merupakan model sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi yang terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu : (1) aktifitas dalam kelas (classroom); (2) aktifitas belajar mandiri (selfstudy); dan (3) aktifitas e-learning. Saat ini, seluruh mata kuliah telah menggunakan MCL dengan komposisi aktifitas classroom dan e-learning yang terus diatur mengarah pada e-learning. Untuk mendukung operasional MCL, Ubinus menggunakan Learning Management System buatan sendiri yang dapat diakses melalui alamat http://www.ubinus.ac.id.

(9)

157 mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan mahasiswa.

Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari

sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat

diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya,

tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah.

Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :

1. Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang

hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight

simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk

melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya

2. Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.

3. Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa. 4. Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus

yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut. 5. Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu

(10)

158

sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa

diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun

strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.11

Penutup

Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal

antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut.

Bila pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.

Teknologi informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah akan menghilangkan batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah:

1. Mahasiswa dapat dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun

tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara;

2. Mahasiswa dapat dengan mudah berguru dan berdiskusi dengan para

tenaga ahli atau pakar di bidang yang diminatinya;

3. Materi kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai

penjuru dunia tanpa tergantung pada perguruan tinggi dimana mahasiswa belajar.

Berbagai peluang tersebut diatas masih menghadapi tantangan baik dari biaya, kesiapan infrastuktur teknologi informasi, masyarakat, dan peraturan yang mendukung terhadap kelangsungan e-learning

11 Koswara, E. 2006. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005

(11)

159 DAFTAR PUSTKA

http:/ media.diknas.go.id/media/document/5084.pdf, Dalam Peran Pendidik

Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Pengembangan e-Learning, oleh

Ahmad Sopian.

Koswara, E. 2006. Konsep Pendidikan Tinggi BerbasisE-learning : Peluang dan

Tantangan. (Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan

Komunikasi Indonesia ITB), 75

Sembel, Roy. 2004, Yang Perlu Anda Tahu Tentang E-Learning (Online),

(h@p://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2004/0217/man01. html)

Syahrul, Aini dan Saleh., 2004, Teknologi Informasi dan Pendidikan (online,

(http://educare.e-fkipunla.net)

Team, Univ Utrech&UNPAD, Panduan WebCT4.1 Untuk Pengajar, 2004

(http://www.webict.com/e-learning)

Wahid, Fathul. 2007, Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi:Peluang dan

Tantangan(online), (www.geocities.com )

Wahono. 2008, MeluruskanSalah Kaprah tentTang E-Learning (Online),

(h@p://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi yang berjudul “

Pedoman wawancara untuk guru dan kepala sekolah/wakil kepala sekolah diberikan pada saat studi pendahuluan (pra-survey) untuk menggali realitas konflik dan strategi

Dalam aplikasi keluarga sehat, Indeks Keluarga Sehat (IKS) wilayah dihitung dari keluarga yang telah terdata lengkap, yaitu jumlah keluarga terdata lengkap dengan Indeks Keluarga

Deteksi Vigor Biokimiawi dan Vigor Fisiologi untuk Fenomena Pemulihan Vigor pada Tingkat Awal Deteriorasi dan Devigorasi Benih Kedelai (Glycine max (.L) Merr.)

berasal dari website lain yang sudah diindeks Google, halaman tersebut tidak dapat tampil lebih baik dari halaman aslinya.. Tanda lain bahwa website Anda berkualitas adalah

Visi pembangunan Kabupaten Serang Tahun 2011-2015 tersebut diharapkan mampu mendukung pencapaian visi pembangunan Kabupaten Serang Tahun 2006-2026 sebagaimana

[r]

Kemudian ada beberapa aspek kebutuhan berprestasi dalam diri individu yaitu bertanggung jawab dan kurang suka mendapat bantuan dari orang lain, mencapai