• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyalahsajian fakta-fakta material yang dilakukan secara sengaja dengan cara yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyalahsajian fakta-fakta material yang dilakukan secara sengaja dengan cara yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Kecurangan merupakan ketidakjujuran dalam bentuk penipuan yang disengaja atau penyalahsajian fakta-fakta material yang dilakukan secara sengaja dengan cara yang merugikan orang lain (Singleton dan Singleton 2010). Kecurangan terjadi karena adanya tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dari pelaku kecurangan. Kecurangan dapat dilakukan terhadap siapapun, termasuk oleh karyawan dan/atau manajemen puncak terhadap perusahaan. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengategorikan kecurangan yang dilakukan terhadap perusahaan ini sebagai occupational fraud.

Occupational fraud (setelah ini, kecurangan) telah terjadi dan merugikan beberapa perusahaan besar di dunia, salah satunya adalah Enron. Dilansir dari CNN, perusahaan ini bergerak di bidang energi dan pernah menjadi perusahaan terbesar keenam di dunia. Kecurangan yang terjadi di Enron dilakukan oleh manajemen puncak selama bertahun-tahun dengan cara melakukan penggelembungan pendapatan (earning overstatement). Kecurangan ini lalu terungkap setelah salah satu eksekutif puncaknya, yaitu Sherron Watkins, menemukan kejanggalan atas pencatatan akuntansi perusahaan tersebut (CNN 2017). Watkins pun berusaha mengkomunikasikan temuan tersebut

(2)

kepada Presiden Direktur Enron saat itu, yaitu Kenneth Lay. Akibat adanya kejanggalan tersebut, Enron lalu mengumumkan kerugian sebesar $618 juta pada kuarter ketiga 2001. Terungkapnya kecurangan berupa salah saji laporan keuangan ini membuat Securities and Exchange Commission(SEC) melakukan investigasi terhadap Enron. Fakta terungkap bahwa kecurangan dilakukan oleh manajemen Enron dan bekerja sama pula dengan auditor eksternalnya, yaitu Arthur Andersen yang berperan dalam penghilangan barang bukti (The New York Times 2006). Akibat dari kasus kecurangan ini, Enron mengumumkan kebangkrutan pada tahun 2001.

Besarnya pengaruh kecurangan terhadap keberlangsungan perusahaan, seperti yang terjadi pada Enron, mendorong banyaknya kajian mengenai kecurangan di perusahaan. Salah satu lembaga yang melakukan kajian tersebut adalah ACFE. Lembaga ini melakukan survei tahunan yang berjudul Report to The Nation. Menurut survei tersebut pada tahun 2016, rata-rata organisasi kehilangan 5% pendapatan tahunannya akibat kecurangan. Dari 2.410 kasus yang dianalisis oleh ACFE, total kerugian yang terdeteksi lebih dari $6,3 milyar. Kerugian terbesar ini datang dari penyalahgunaan laporan keuangan, dengan median kerugian sebesar $975.000. Padahal, menurut survei KPMG (2010) kerugian yang terdeteksi akibat kecurangan hanya sepertiga dari total kerugian yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kerugian akibat kecurangan seperti fenomena gunung es, yang hanya terlihat sebagian kecil saja.

(3)

Kecurangan terhadap perusahaan tidak hanya terjadi di luar negeri, tapi juga di Indonesia. Kecurangan merupakan salah satu hal yang diperhatikan dalam melakukan bisnis di Indonesia (Siregar dan Tenoyo 2015). Hal ini dikarenakan kecurangan dapat berpotensi menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan perlu meningkatkan kesadaran akan kecurangan serta melakukan tindakan pencegahan dan penanganan apabila terjadi kecurangan.

Menurut survei yang dilakukan Siregar dan Tenoyo (2015) terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia, pengendalian internal yang buruk merupakan faktor yang paling berperan dalam terjadinya kecurangan. Hal ini menunjukkan perlunya pengendalian internal yang memadai untuk mampu mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan serta melakukan penanganan atas kecurangan. Untuk menciptakan pengendalian internal yang memadai, diperlukan implementasi program yang secara komprehensif mampu memitigasi terjadinya kecurangan. Program-program ini terdiri dari pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan tindak lanjut kecurangan. Implementasi program mitigasi ini juga perlu dilakukan dengan kaidah-kaidah yang telah terbukti efektif agar mampu meminimalisasi terjadinya kecurangan.

PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang otomotif di Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan raksasa otomotif di dunia. Perusahaan ini berperan sebagai produsen dan eksportir produk-produk dan

(4)

komponen kendaraan. Sebagai salah satu anak perusahaan yang berpengaruh, PT. XYZ senantiasa melakukan perbaikan secara berkelanjutan dalam operasional perusahaannya. Salah satunya adalah dengan terus melakukan perbaikan dalam penanganan kecurangan di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan tidak adanya kecurangan dalam perusahaan di tahun 2017 (zero fraud).

Dalam mengatasi kecurangan, PT. XYZ memiliki Fraud Handling and

Whistle-Blowing Committee (FHWBC). FHWBC dibentuk pada bulan Januari 2017 sebagai

upaya untuk memusatkan penanganan atas kecurangan yang saat ini masih dilakukan sendiri-sendiri oleh divisi terjadinya kecurangan dan merupakan upaya untuk memberantas kecurangan di perusahaan. FHWBC bertanggung jawab atas penanganan kecurangan, dari pencegahan, pendeteksian, investigasi, hingga tindak lanjut atas kasus kecurangan. Dalam mencegah terjadinya kecurangan, FHWBC bekerja sama dengan Internal Audit mengadakan aktivitas-aktivitas internalisasi nilai-nilai bebas kecurangan, salah satunya dengan berpartisipasi dalam International Fraud Awareness Week (IFAW). Untuk mendeteksi adanya kecurangan, komite bersama dengan Internal Audit melakukan audit dan mengimplementasikan whistle-blowing system sebagai sarana pelaporan anonim untuk kecurangan yang terjadi di internal perusahaan. Komite juga memiliki Fraud Handling and Whistle Blowing Procedure (FHWBP), yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan investigasi dan tindak lanjut kasus kecurangan. Prosedur ini mencakup empat tahap, yaitu tahap penerimaan laporan kecurangan, tahap penilaian awal, tahap investigasi, dan tahap riviu dan perbaikan atas

(5)

terjadinya kecurangan. Penerapan prosedur ini dilakukan untuk setiap laporan kecurangan yang masuk ke FHWBC, sehingga prosedur ini sangat menentukan apakah kecurangan telah terjadi dan seberapa kerugian perusahaan, serta apa yang harus dilakukan perusahaan untuk mengatasinya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian melalui penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Implementasi Program Mitigasi Kecurangan Studi Kasus pada PT. XYZ”.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Dalam rangka meminimalisasi kerugian yang mungkin terjadi akibat kecurangan dan mencapai tujuan perusahaan, yaitu “zero fraud” atau perusahaan tanpa kecurangan, PT. XYZ memerlukan prosedur mitigasi kasus kecurangan yang sesuai dengan pedoman yang berlaku agar mampu berjalan secara efektif. Prosedur mitigasi ini telah diterapkan, namun masih berada dalam tahap awal implementasi, sehingga membutuhkan evaluasi. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah analisis implementasi program yang memadai dalam mitigasi kecurangan di PT. XYZ.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka pertanyaan penelitian yang dapat disusun, adalah:

1. Bagaimana desain pengendalian internal dalam program pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan penyelesaian kecurangan pada PT. XYZ? 2. Apakah program mitigasi kasus kecurangan pada PT. XYZ telah sesuai dengan

kaidah-kaidah tertentu, sehingga mampu mewujudkan program mitigasi kecurangan yang memadai dan efektif?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah program mitgasi kecurangan yang diimplementasikan di PT. XYZ telah sesuai dengan kaidah-kaidah

(7)

tertentu, sehingga mampu mewujudkan program mitigasi yang efektif. Porgram mitigasi ini juga harus memadai, sehingga mampu mewujudkan pengendalian internal yang baik. Prosedur mitigasi kecurangan yang memadai tersebut ditandai dengan adanya program mitigasi kecurangan yang terdiri dari pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan tindak lanjut kecurangan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas untuk melakukan perbaikan dalam prosedur mitigasi kecurangan dari PT. XYZ.

1.5 Motivasi Penelitian

Kecurangan merupakan salah satu faktor yang menjadi ancaman bagi perusahaan. Ancaman ini muncul karena kecurangan dapat menyebabkan perusahaan gagal mencapai tujuannya dan juga gagal untuk bertahan secara berkelanjutan, sehingga perlu adanya penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya risiko tersebut. Untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan, perusahaan mengimplementasikan program mitigasi kecurangan secara efektif. Program mitigasi kecurangan yang efektif ini terdiri dari pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan penyelesaian kasus kecurangan yang dilaksanakan secara komprehensif dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang secara umum diterapkan pada program mitigasi. Program mitigasi yang efektif ini akan mampu merumuskan aktivitas-aktivitas perbaikan, serta mampu mencegah risiko terjadinya kecurangan di masa depan. PT. XYZ telah melakukan implementasi atas prosedur ini, namun membutuhkan evaluasi untuk memastikan prosedur mitigasi ini dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu,

(8)

diperlukan adanya penelitian mengenai prosedur mitigasi kecurangan yang efektif melalui kepatuhan terhadap kaidah-kaidah yang berlaku umum, sehingga mampu meminimalisasi risiko yang terjadi akibat kecurangan di masa depan.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang terkait dan masyarakat yang membutuhkan informasi dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian terkait kecurangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, maupun untuk pengambilan keputusan.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran perbaikan bagi manajemen PT. XYZ untuk menyempurnakan prosedur mitigasi kecurangan, sehingga mampu mengurangi dampak terjadinya kecurangan dan menciptakan lingkungan perusahaan yang minim kecurangan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi fraud examiners dalam penanganan occupational fraud, sehingga mampu memberikan informasi dan pengambilan keputusan yang tepat.

(9)

1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan yang mendasari penelitan dilakukan oleh peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjabarkan teori-teori yang mendasari analisis dalam penelitian. Bab ini menggambarkan penelitan terdahulu dan kerangka pemikiran yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap data yang diperoleh peneliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, serta metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini mendeskripsikan profil PT. XYZ sebagai objek penelitian beserta data hasil penelitian dan pembahasannya.

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan pada Bab IV. Bab ini juga berisi saran untuk perbaikan serta keterbatasan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, Investasi, Tingkat Upah, dan Inflasi di Indonesia secara bersama - sama memberikan

Berdasarkan observasi, objek kajian belum memiliki sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia, sehingga hasil yang dicapai dari kriteria kayu bersertifikat adalah

(6) Tarif retribusi pelayanan medik dokter spesialis tamu, komponen jasa sarana sesuai dengan jenis dan klasifikasi pelayanan yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang

Dari seluruh alternatif yang memungkinkan tersebut kemudian terpilih alternatif membangun pusat jajanan serba ada dan taman kota sebagai pemanfaatan yang terbaik pada

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian terkait dengan perkembangan Desa Wisata Batik Tulis Giriloyo adalah bahwa peran masyarakat setempat dalam

Data dari konselor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, menunjukan angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Jawa Barat masih tinggi.

Hal tersebut turut mengubah konsep penyampaian informasi SIG yang bersifat standalone dimana program aplikasi SIG dan penyajiannya di-install pada sistem komputer