• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah. Penelitian yang berjudul Hubungan antara Self-Regulated Learning dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah. Penelitian yang berjudul Hubungan antara Self-Regulated Learning dan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah

Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Self-Regulated Learning dan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk STAN di Indonesia College Surakarta” ini mengambil tempat penelitian di Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar Indonesia College di Surakarta. Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar (LKBB) Indonesia College adalah institusi pendidikan yang telah berdiri sejak tahun 1993, dengan akta pendirian: No. 5 Tanggal 24 November 1993. Kantor pusat administratif LKBB Indonesia College bertempat di Yogyakarta. Indonesia College sampai tahun ini telah berkembang dan memiliki beberapa kantor cabang, antara lain di Surabaya, Semarang, Malang, dan Surakarta. Kantor Indonesia College cabang Surakarta berlokasi di Jalan Palur Km 05 Karanganyar Surakarta.

LKBB Indonesia College memfokuskan kegiatan pada bimbingan khusus dan kedinasan. Indonesia College telah banyak memiliki pengalaman meloloskan peserta bimbingannya ke perguruan tinggi negeri, swasta, maupun kedinasan. Indonesia College juga membuka Program Intensif Khusus yang disebut PINSUS 2014. Program PINSUS di Indonesia College berusaha untuk membantu peserta bimbingannya yang ingin melanjutkan pendidikan ke STAN, STIS, STPN,

(2)

commit to user

POLTEKKES, AMG, serta perguruan tinggi negeri melalui jalur SBMPTN untuk lolos dalam ujian seleksi masuk.

B. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Persiapan yang perlu dilakukan untuk penelitian ini meliputi perijinan/administrasi dan penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

1. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi penelitian merupakan persiapan yang dilakukan peneliti berkaitan dengan urusan perijinan pelakasanaan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Proses permohonan ijin penelitian tersebut melalui serangkaian tahap, antara lain:

a. Peneliti mengajukan ijin penelitian secara lisan kepada pimpinan Indonesia College Surakarta pada hari Selasa, 17 Juni 2014. Pimpinan Indonesia College Surakarta kemudian menyetujui untuk dilakukan penelitian pada siswa siswi bimbingan belajar program persiapan ujian seleksi masuk STAN. Pihak Indonesia College Surakarta memberikan ijin agar penelitian dilaksanakan pada saat try out ke-4 yaitu hari Minggu, tanggal 22 Juni 2014 dengan catatan surat ijin penelitian menyusul.

b. Peneliti meminta surat ijin penelitian dengan nomor 8023/UN27.06.6.2/PN/2014 dari pihak Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta melalui bagian Tata

(3)

commit to user

Usaha pada tanggal 27 Juni 2014. Surat ijin penelitian tersebut ditujukan kepada Manajer Indonesia College cabang Surakarta selaku pimpinan tempat akan dilaksanakannya penelitian.

2. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam skala psikologi yaitu skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, skala self-regulated learning dan skala dukungan sosial keluarga. Ketiga skala yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini sebelumnya telah melalui tahap professional judgement oleh dosen pembimbing.

a. Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Casbarro (2005) yaitu reaksi kognitif, reaksi afektif, dan reaksi motorik. Jumlah aitem total skala kecemasan menghadapi ujian ini sebanyak 40 aitem yang terdiri dari 22 aitem favorable dan 18 aitem unfavorable.

b. Skala Self-Regulated Learning

Regulasi diri dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala self-regulated learning yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek regulasi diri yang dikemukakan oleh Ormrod (2003), yaitu menentukan tujuan dan standar diri (self determined goal and standards), memantau diri (self monitoring), memberikan instruksi pada diri (self instructions), evaluasi diri (self evaluation), dan

(4)

commit to user

menentukan kemungkinan pada diri (self imposed contingencies). Jumlah aitem total skala self-regulated learning ini sebanyak 40 aitem yang terdiri dari 23 aitem favourable dan 17 aitem unfavourable.

c. Skala Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan sosial keluarga dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala dukungan sosial keluarga yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Sarafino (2006), yaitu emotional support (dukungan emosional), esteem support (dukungan penghargaan), tangible or instrumental support (dukungan instrumental), informational support (dukungan informatif), dan network support (dukungan jaringan sosial). Jumlah aitem total skala dukungan sosial keluarga ini sebanyak 40 aitem yang terdiri dari 23 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Teknik Penentuan Sampel

Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti bimbingan belajar persiapan ujian seleksi masuk STAN di Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar di Indonesia College Surakarta. Pengambilan sampel ditentukan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti, yaitu mendaftar di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), memiliki nilai rata-rata ujian tulis pada ijazah lebih dari 7,00, dan mengikuti

(5)

commit to user

try out terakhir persiapan ujian seleksi masuk STAN. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 106 siswa dari 145 total populasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan try out terpakai. Try out terpakai berarti ketiga alat ukur penelitian hanya akan diberikan sekali kepada responden kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga didapatkan aitem valid, selanjutnya skor dari aitem dari ketiga skala sebagai alat ukur digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar Indonesia College Surakarta diketahui bahwa jumlah siswa yang mengikuti program persiapan ujian seleksi masuk STAN sebanyak 145 siswa, namun jumlah responden yang memenuhi kriteria sebanyak 106 siswa. Jumlah responden dalam try out akan sekaligus menjadi responden penelitian, yaitu berjumlah 106 siswa. Responden yang ditemui pada saat melakukan pengumpulan data diminta untuk memberikan respon dengan mengisi ketiga skala.

Try out terpakai memiliki beberapa kelemahan, antara lain tidak dapat menghindari aitem-aitem yang kurang jelas maksudnya, tidak dapat memperbaiki aitem yang menghasilkan jawaban yang dangkal, serta tidak dapat menghilangkan aitem yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Sedikitnya jumlah aitem skala yang gugur dan nilai reliabilitas yang tinggi dalam ketiga skala yang digunakan sebagai alat ukur diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan penelitian ini.

(6)

commit to user

Alasan penggunaan teknik try out terpakai dalam penelitian ini dengan pertimbangan keterbatasan waktu penelitian. Pelaksanaan ujian seleksi masuk STAN hanya diselenggarakan sekali dalam setahun sehingga peneliti memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan penelitian mengenai kecemasan siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN.

3. Pengambilan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan pada Minggu, 22 Juni 2014 sampai dengan Senin, 23 Juni 2014 pada siswa siswi Indonesia College Surakarta yang mengikuti try out ke-4 persiapan ujian seleksi masuk STAN. Jumlah responden yang diperoleh dalam uji coba skala ini sebanyak 106 siswa, yang terdiri dari 88 siswa yang mengikuti try out pada hari minggu dan 18 siswa yang mengikuti try out susulan pada hari senin. Peneliti menggunakan try out terpakai dalam penelitian ini, sehingga jumlah responden yang digunakan dalam uji coba skala merupakan keseluruhan dari jumlah sampel yaitu 106 siswa Indonesia College Surakarta yang mengikuti try out ke-4 persiapan ujian seleksi masuk STAN.

Peneliti melakukan uji coba menggunakan tiga jenis skala yaitu skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang terdiri dari 40 aitem, skala self-regulated learning yang terdiri dari 40 aitem, dan skala dukungan sosial keluarga yang terdiri dari 40 aitem. Ketiga skala tersebut diberikan dan diisi oleh responden pada hari Minggu, 22 Juni 2014 pada pukul 12.00 atau setelah melaksanakan try out ke-4 persiapan ujian seleksi masuk STAN. Skala yang terkumpul pada hari minggu berjumlah 88 eksemplar. Pihak bimbingan belajar

(7)

commit to user

mengatakan bahwa akan diadakan try out susulan pada hari Senin, 23 Juni 2014. Oleh karena itu, peneliti menitipkan ketiga jenis skala tersebut kepada pihak bimbingan belajar untuk diberikan kepada siswa (responden) yang mengikuti try out susulan. Jumlah skala yang terkumpul dari try out susulan sebanyak 18 eksemplar.

4. Skoring Alat Ukur Penelitian

Skoring alat ukur penelitian dilakukan terhadap jawaban-jawaban responden pada skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, skala self-regulated learning, dan skala dukungan sosial keluarga. Pemberian skor dilakukan dengan menjumlahkan skor aitem-aitem yang didapatkan dari hasil pengerjaan skala. Skor masing-masing aitem bergerak dari 1 sampai dengan 4 dengan memperhatikan sifat aitem favorable dan unfavorable.

Pemberian skor item favorable bergerak dari skor 4 untuk pilihan jawaban “Sangat Sesuai” (SS), 3 untuk pilihan jawaban “Sesuai” (S), 2 untuk pilihan jawaban “Tidak Sesuai” (TS), dan 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS). Pemberian skor item unfavorable bergerak dari skor 4 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS), 3 untuk pilihan jawaban “Tidak Sesuai” (TS), 2 untuk pilihan jawaban “Sesuai” (S), dan 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Sesuai” (SS). Total skor yang didapatkan dari pengisian skala responden dipakai untuk analisis data.

5. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala

Data yang telah terkumpul dari ketiga alat ukur kemudian dinilai sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan, untuk selanjutnya diuji

(8)

commit to user

validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan berdasarkan pada professional judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing sebagai pihak yang berkompeten. Berdasarkan professional judgment, penampilan alat ukur dinyatakan telah memenuhi kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur sehingga face validity dari ketiga alat ukur dalam penelitian ini telah terpenuhi. Pengujian validitas internal menggunakan uji dua ekor dengan taraf signifikansi 0,05. Daya beda aitem untuk ketiga alat ukur diuji menggunakan teknik Product Moment Pearson dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 untuk perhitungannya. Kriteria pengujian menurut Priyatno (2012) sebagai berikut.

a. Jika rhitung ≥ rtabel (uji dua ekor dengan signifikansi 0,05) dan bernilai positif, maka aitem tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total, sehingga dapat dinyatakan valid.

b. Jika rhitung < rtabel (uji dua ekor dengan signifikansi 0,05), maka aitem tersebut tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total, sehingga dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi dari sebuah alat ukur. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s Alpha dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 untuk perhitungannya. Reliabilitas suatu alat ukur dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang nilainya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas (semakin mendekati angka 1,00), maka semakin tinggi pula reliabilitasnya, sebaliknya semakin

(9)

commit to user

rendah koefisien reliabilitas (semakin mendekati angka 0), maka semakin rendah pula reliabilitasnya. Batasan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan pendapat dari Sunyoto (2012) yaitu batasan alat ukur dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 dan dinyatakan tidak reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≤ 0,60. Adapun hasil skoring, validitas, dan reliabilitas untuk ketiga skala adalah sebagai berikut:

a. Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Hasil analisis skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk menunjukkan adanya korelasi antara skor item dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebanyak 106 diperoleh nilai rtabel sebesar 0,191. Skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk sebelum diujicobakan terdiri dari 40 aitem. Setelah melalui uji validitas diketahui bahwa terdapat 5 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 2, 20, 24, 25, dan 35. Jumlah aitem yang dinyatakan valid sebanyak 35 aitem, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 27, 28 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40, dengan indeks daya beda berkisar antara 0,194 sampai dengan 0,638. Distribusi aitem skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di berikut ini.

(10)

commit to user Tabel 6

Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk yang Valid dan Gugur

No. Aspek Indikator

Nomor Aitem

Total

Fav Unfav

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Kognitif Ketegangan pikiran. 15, 23 2 10, 32, 40 - 5 1 Sulit berkonsentrasi. 6, 34 24 17, 39 - 4 1 Mengalami mental blocking. 5, 29 - 11, 31 - 4 -

2. Motorik Tubuh gemetar. 4, 28,

30 - 12, 37 - 5 -

Menggerak-gerakkan anggota badan.

7, 18 35 19 - 3 1

3. Afektif Perasaan takut yang menyebabkan khawatir. 3, 8, 13, 14, 21, 26, 27, 33 - 1, 9, 16, 22, 36, 38 20, 25 14 2 Total 35 5

Hasil uji reliabilitas skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk menunjukkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,870. Hal ini berarti bahwa skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dapat dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Tabel 7

Uji Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Cronbach's Alpha N of Items

(11)

commit to user

b. Skala Self-Regulated Learning

Hasil analisis skala self-regulated learning menunjukkan adanya korelasi antara skor item dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebanyak 106 diperoleh nilai rtabel sebesar 0,191. Skala self-regulated learning sebelum diujicobakan terdiri dari 40 aitem. Setelah melalui uji validitas diketahui bahwa terdapat 7 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 5, 8, 9, 11, 35, 38, dan 40. Jumlah aitem yang dinyatakan valid sebanyak 33 aitem, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 27, 28 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39, dengan indeks daya beda berkisar antara 0,296 sampai dengan 0,657. Distribusi aitem skala self-regulated learning yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8

Distribusi Aitem Skala Self-Regulated Learning yang Valid dan Gugur

No. Aspek Indikator

Nomor Aitem

Total

Fav Unfav

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Menentukan Tujuan dan Standar Diri (Self Determined Goal and Standards) Menetapkan standar untuk perilaku diri sendiri.

3, 37 - 18, 27 - 4 -

Mengevaluasi

kinerja diri sendiri. 6, 36 - 29 - 3 -

Menetapkan tujuan diri sendiri. 19, 39 - 15, 31 - 4 - 2. Memantau Diri (Self Monitoring) Mengetahui kinerja yang sudah baik dan yang perlu perbaikan. 20 5 - 9, 35 1 3 Memantau dan mengobservasi perilaku diri. 7, 21, 34 - 16 - 4 -

(12)

commit to user 3. Memberikan Instruksi pada Diri (Self Instructions) Berkomunikasi dengan diri. 12, 33 - - 38 2 1 Mengendalikan perilaku diri. 13, 22 - 25, 28 - 4 - 4. Evaluasi Diri (Self Evaluation) Menilai perilaku diri. 23 - 4, 26 - 3 - Melakukan evaluasi diri. 14, 32 - 10 - 3 - 5. Menentukan Kemungkinan pada Diri (Self Imposed Contingencies)

Bangga dengan diri

sendiri. 2 40 17 8, 11 2 3

Memperkirakan

perilaku. 1, 24 - 30 - 3 -

Total 33 7

Hasil uji reliabilitas skala self-regulated learning menunjukkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,891. Hal ini berarti bahwa skala self-regulated learning dapat dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Tabel 9

Uji Reliabilitas Skala Self-regulated Learning

Cronbach’s Alpha N of Items

0,891 33

c. Skala Dukungan Sosial Keluarga

Hasil analisis skala dukungan sosial keluarga menunjukkan adanya korelasi antara skor item dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebanyak 106 diperoleh nilai rtabel sebesar 0,191. Skala dukungan sosial keluarga sebelum diujicobakan terdiri dari 40 aitem. Setelah melalui uji validitas diketahui bahwa terdapat 2 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 15 dan 17. Jumlah aitem yang dinyatakan valid sebanyak 38

(13)

commit to user

aitem, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, dengan indeks daya beda berkisar antara 0,265 sampai dengan 0,695. Distribusi aitem skala dukungan sosial keluarga yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10

Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial Keluarga yang Valid dan Gugur

No. Aspek Indikator

Nomor Aitem Total

Fav Unfav

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

1. Dukungan Emosional Diperhatikan dan dipedulikan oleh keluarga. 2, 11, 21 - 14, 34 - 5 - Memperoleh dukungan empati dari orang tua dan saudara. 20, 40 - 3 - 3 - Mendapat kepercayaan dari keluarga. 1, 22 - 37 - 3 - 2. Dukungan Penghargaan Pemberian dorongan dan semangat. 23, 32 - 4, 26 - 8 - Dukungan terhadap gagasan diri. 5, 38 - 13, 27 - 4 - 3. Dukungan Instrumental Memiliki waktu luang bersama keluarga. 6, 9, 33, 35 - 25 15 5 1 Mendapatkan bantuan secara langsung. 12, 24 - 8, 29 - 4 - 4. Dukungan Informatif Mendapatkan nasehat dan umpan balik. 7, 10, 19, 36, 39 - 16, 28, 30 - 8 -

(14)

commit to user

5. Dukungan

Jaringan Sosial

Merasa dianggap sebagai bagian dari keluarga.

18 - 31 17 2 1

Total 38 2

Hasil uji reliabilitas skala dukungan sosial keluarga menunjukkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,905. Hal ini berarti bahwa skala dukungan sosial keluarga dapat dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Tabel 11

Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Keluarga

Cronbach's Alpha N of Items

0,905 38

D. Hasil Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan ketiga variabel. Ketiga variabel tersebut adalah kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, self-regulated learning, dan dukungan sosial keluarga. Penggunaan analisis regresi berganda juga dapat digunakan untuk mengetahui hubungan parsial antara dua variabel, yaitu hubungan antara kecemasan menghadapi ujian seleksi dengan self-regulated learning dan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dengan dukungan sosial keluarga. Perhitungan analisis data dilakukan setelah syarat uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun uji asumsi klasik terpenuhi. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan progam komputer Statistical Product And Service Solution (SPSS) versi 16.0.

(15)

commit to user

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Asumsi Dasar 1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau (p > 0,05) (Priyatno, 2012). Hasil perhitungan uji normalitas data penelitian yang dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 12 Hasil Uji Normalitas

Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk Self-Regulated Learning Dukungan Sosial Keluarga N 106 106 106 Kolmogorov-Smirnov Z 0,549 0,832 0,634

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,924 0,493 0,816

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 12, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (2-tailed) dari variabel kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk menunjukkan angka sebesar 0,924 yang berarti lebih besar dari 0,05. Nilai signifikansi (2-tailed) dari variabel self-regulated learning menunjukkan angka sebesar 0,493 yang berarti lebih besar dari 0,05.

(16)

commit to user

Nilai signifikansi (2-tailed) dari variabel dukungan sosial keluarga menunjukkan angka sebesar 0,816 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan variabel penelitian, yaitu kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, self-regulated learning, dan dukungan sosial keluarga memiliki sebaran normal sehingga sampel penelitian dapat mewakili populasi.

2) Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan linier atau tidak secara signifikan (Ghozali, 2011). Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan test of linierity dengan bantuan program Statistical Product And Service Solution (SPSS) versi 16.0. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila nilai signifikansi (pada kolom Linierity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2012). Adapun, hasil analisis uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13

Hasil Analisis Uji Linieritas Self-Regulated Learning

df F Sig. Kecemasan Menghadapi USM * Self-Regulated Learning Between Groups (Combined) 39 2,373 0,000 Linearity 1 42,276 0,000 Deviation from Linearity 38 1,323 0,157

(17)

commit to user Tabel 14

Hasil Analisis Uji Linieritas Dukungan Sosial Keluarga

df F Sig. Kecemasan Menghadapi USM * Dukungan Sosial Keluarga Between Groups (Combined) 44 1,758 0,021 Linearity 1 25,400 0,000 Deviation from Linearity 43 1,208 0,246

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa nilai signifikansi pada kolom linearity antara kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dengan self-regulated learning sebesar 0,000. Karena signifikansi tersebut kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dengan self-regulated learning terdapat hubungan yang linear.

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa nilai signifikansi pada kolom linearity antara kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dengan dukungan sosial keluarga sebesar 0,000. Karena signifikansi tersebut kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dengan dukungan sosial keluarga terdapat hubungan yang linear.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi berhubungan linear sempurna atau mendekati sempurnaantara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

(18)

commit to user

antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Priyatno, 2012). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 5 mengindikasikan terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 5, maka mengindikasikan tidak terjadi multikolinearitas (Priyatno, 2012).

Tabel 15

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) Self-Regulated Learning 0,751 1,331 Dukungan Sosial Keluarga 0,751 1,331

a. Dependent Variable: Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa kedua variabel dalam penelitian ini memenuhi syarat dengan nilai VIF masing-masing untuk variabel budaya organisasi menghasilkan nilai VIF 1,331 dan regulasi emosi sebesar 1,331.

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

(19)

commit to user

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghazali, 2009).

Cara mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED = Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu X

dengan nilai residualnya (SRESID = Regression Studentized Predicted

Value) pada sumbu Y. Jika dalam plot tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas.

Gambar 2

Scatterplot sebagai Uji Heteroskedastisitas

Gambar 1 menunjukkan bahwa persebaran titik-titik pada scatterplot tidak membentuk suatu pola tertentu. Titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada data penelitian, sehingga uji heteroskedastisitas terpenuhi.

(20)

commit to user

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-l. Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan nilai Dubin-Watson, dengan bantuan program komputer Statistical Product And Service Solution (SPSS) versi 16.0. Ketentuan dalam metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW), adalah sebagai berikut:

a) Jika dw lebih kecil dari dl atau lebih besar dari 4-dl, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

b) Jika dw terletak antara du dan 4-du, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.

c) Jika dw terletak antara dl dan du atau 4-du dan 4-dl, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 0,553a 0,306 0,292 9,191 1,740

a. Predictors: (Constant), Self-Regulated Learning, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Berdasarkan tabel 16, nilai DW yang ditunjukkan pada kolom Durbin-Watson sebesar 1,740. Pada tabel Durbin-Watson untuk jumlah sampel (N) sebanyak 106 orang, jumlah variabel bebas (k)

(21)

commit to user

adalah 2, dan signifikansi (α) adalah 0,05, maka diperoleh nilai dl sebesar 1,645 dan du sebesar 1,722. Berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan, DW hitung berada di antara du dan 4-du, yaitu 1,722 < 1,740 < 2,278. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi, yang berarti uji autokorelasi terpenuhi.

2. Analisis Regresi Berganda

Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi, maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Menurut Priyatno (2012), analisis regresi berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

a. Uji Simultan F

Uji simultan F digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel tergantung dengan variabel-variabel bebas secara bersama-sama. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan, yaitu 0,05 atau jika nilai Fhitung > nilai Ftabel, maka hasil uji F tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung. Hasil uji F yang dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 disajikan pada tabel 17.

(22)

commit to user Tabel 17 Hasil Uji Simultan F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3828,221 2 1914,111 22,658 0,000a

Residual 8701,137 103 84,477

Total 12529,358 105

a. Predictors: (Constant), Self-Regulated Learning, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Hasil uji F yang disajikan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (p-value) pada kolom signifikansi sebesar 0.000 yang berarti dengan taraf signifikansi 0,05, p-value < 0,05. Nilai Fhitung yang diperoleh melalui perhitungan uji F pada kolom F sebesar 22,658, sedangkan Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2 dan df 2 (n-k-1) = 103 menunjukkan angka sebesar 3,085. Hasil tersebut memperlihatkan nilai Fhitung (22,658) > Ftabel (3,085), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama dari penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan positif dan signifikan antara self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk.

b. Uji Simultan T

Uji simultan T dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tergantung, sehingga dapat diketahui hipotesis diterima atau ditolak (Priyatno, 2012). Hasil dari uji T dapat dilihat pada output dari

(23)

commit to user

tabel Coefficients hasil analisis regresi linier berganda. Kriteria uji t, antara lain:

1) Apabila Thitung > Ttabel , maka variabel bebas mampu mempengaruhi variabel tergantung secara signifikan.

2) Apabila Thitung < Ttabel , maka variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tergantung secara signifikan.

Hasil uji simultan t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18 Hasil Uji Simultan T

Model Unstandardized Coefficients T Sig. Correlations B Zero-order Partial 1 (Constant) 147,545 14,445 0,000 Self-Regulated Learning -0,436 -4,253 0,000 -0,516 -0,386 Dukungan Sosial Keluarga -0,193 -2,403 0,018 -0,428 -0,230 a. Dependent Variable: Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Berdasarkan hasil uji T yang disajikan pada tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (p-value) untuk variabel self-regulated learning pada kolom signifikansi sebesar 0.000 yang berarti dengan taraf signifikansi 0,05, p-value < 0,05. Nilai Thitung untuk self-regulated learning yang diperoleh melalui perhitungan uji T pada kolom T sebesar -4,253, sedangkan Ttabel dengan taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2 dan df 2 (n-k-1) = 103 menunjukkan angka sebesar 1,660. Hasil tersebut memperlihatkan nilai Thitung (4,253) > Ttabel (1,660), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dari penelitian ini dapat diterima, yaitu

(24)

commit to user

ada hubungan secara signifikan antara self-regulated learning terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk.

Self-regulated learning dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk menunjukan adanya hubungan yang rendah secara parsial. Hal ini ditunjukkan melalui nilai korelasi sebesar 0,386. Arah hubungan yang ditunjukkan oleh self-regulated learning dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk adalah negatif, sehingga semakin tinggi self-regulated learning yang dimiliki siswa, maka tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang dialami semakin rendah.

Selanjutnya, nilai signifikansi (p-value) untuk variabel dukungan sosial keluarga pada kolom signifikansi sebesar 0.018, dengan taraf signifikansi 0,05, maka p-value < 0,05. Nilai Thitung untuk dukungan sosial keluarga yang diperoleh melalui perhitungan uji T pada kolom T sebesar -2,403, sedangkan Ttabel dengan taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) adalah 2 dan df 2 (n-k-1) adalah 103 menunjukkan angka sebesar 1,660. Hasil tersebut memperlihatkan nilai Thitung (2,403) > Ttabel (1,660), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga dari penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan secara signifikan antara dukungan sosial keluarga terhadapkecemasan menghadapi ujian seleksi masuk.

Dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk menunjukan adanya hubungan yang rendah secara parsial. Hal ini ditunjukkan melalui nilai korelasi sebesar 0,230. Arah hubungan yang ditunjukkan pada hubungan dukungan sosial keluarga dengan

(25)

commit to user

kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk adalah bersifat negatif, sehingga semakin banyak dukungan sosial keluarga yang diterima siswa, maka tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang dialami akan semakin rendah.

c. Koefisien Korelasi Ganda (R) dan Koefisien Determinasi (齸2)

Koefisien korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Koefisien R menyatakan kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya jika nilai R mendekati 0 maka hubungannya semakin lemah (Priyatno, 2012). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien sebagai berikut.

Tabel 19

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ganda (R)

No. Interval Nilai R Interpretasi 1. 0,000 - 0,199 Sangat rendah

2. 0,200 - 0,399 Rendah

3. 0,400 - 0,599 Sedang

4. 0,600 - 0,799 Kuat

5. 0,800 - 1,000 Sangat kuat

Sumber: disadur dari Sugiyono, 2013

Koefisien determinasi 慰齸 digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. 慰齸 adalah koefisien determinan atau koefisien penentu yang menyatakan seberapa besar variabel Y dapat dijelaskan oleh

(26)

commit to user

X1 dan X2. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk model regresi yang memiliki variabel lebih dari dua maka digunakan Adjusted R Square.

Nilai koefisien korelasi ganda dan determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel hasil model summary dari hasil analisis regresi linierberganda (Lihat tabel 20).

Tabel 20 Hasil Model Summary

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 0,553a 0,306 0,292 9,191 1,740

a. Predictors: (Constant), Self-Regulated Learning, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Hasil analisis korelasi ganda dapat dilihat pada output model summary dari hasil analisis regresi linier berganda. Nilai R yang ditunjukkan pada tabel sebesar 0,553. Berdasarkan pedoman dalam menginterpretasi koefisien menurut Sugiyono (2013), angka tersebut mengindikasikan bahwa hubungan antara self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dalam kategori sedang, yaitu 0,400 < x < 0,599 (Lihat tabel 19).

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai R Square 0,306. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh yang diberikan oleh self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga secara bersama-sama terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk adalah sebesar 30,6%. Sisanya 69,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(27)

commit to user

3. Data Deskriptif

Berikut ini akan disajikan deskripsi data penelitian. Deskripsi data penelitian dijelaskan sebagai gambaran umum mengenai data penelitian yang lengkap dan dapat diliat pada tabel berikut.

Tabel 21 Hasil Data Deskriptif

Skala N Data hipotetik M SD

(σ) Data empirik M SD (σ) Skor min. Skor maks. Skor min. Skor maks. Kecemasan Menghadapi USM 106 35 140 87,5 17,5 43 111 79,4 10,924 Self-Regulated Learning 106 33 132 82,5 16,5 76 126 102,2 10,087 Dukungan Sosial Keluarga 106 38 152 95 19 94 149 122,2 12,899

Hasil analisis deskriptif dari skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, skala self-regulated learning, dan skala dukungan sosial keluarga tersebut akan digolongkan dalam lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi diperlukan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2008). Berikut kriteria kategorisasi responden pada penelitian ini.

a. Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Penggolongan subjek dalam lima kategorisasi pada skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk disajikan pada tabel berikut.

(28)

commit to user Tabel 22

Kriteria Kategorisasi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah

Responden % Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk Sangat rendah 35 ≤ X < 56 2 1,9 Rendah 56 ≤ X < 77 40 37,7 Sedang 77 ≤ X < 98 60 56,6 Tinggi 98 ≤ X < 119 4 3,8 Sangat Tinggi 119 ≤ X ≤ 140 0 0 Berdasarkan kategori skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa pada umumnya tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi yang dialami siswa berada pada kategori sedang, dengan persentase 56,6%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk mengalami tingkat kecemasan yang normal.

b. Skala Self-Regulated Learning

Penggolongan subjek dalam lima kategorisasi pada skala self-regulated learning disajikan pada tabel berikut.

Tabel 23

Kriteria Kategorisasi Skala Self-Regulated Learning

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah

Responden % Self-Regulated Learning Sangat rendah 33 ≤ X < 52,8 0 0 Rendah 52,8 ≤ X < 72,6 0 0 Sedang 72,6 ≤ X < 92,4 16 15,1 Tinggi 92,4 ≤ X < 112,2 73 68,9 Sangat Tinggi 112,2 ≤ X ≤ 132 17 16 Berdasarkan kategori skala self-regulated learning yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa pada umumnya tingkat kecemasan

(29)

commit to user

menghadapi ujian seleksi yang dialami siswa berada pada kategori tinggi, dengan persentase 68,9%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk memiliki self-regulated learning yang baik.

c. Skala Dukungan Sosial Keluarga

Penggolongan subjek dalam lima kategorisasi pada skala dukungan sosial keluarga disajikan pada tabel berikut.

Tabel 24

Kriteria Kategorisasi Skala Dukungan Sosial Keluarga

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah

Responden % Dukungan Sosial Keluarga Sangat rendah 38 ≤ X < 60,8 0 0 Rendah 60,8 ≤ X < 83,6 0 0 Sedang 83,6 ≤ X < 106,4 11 10,4 Tinggi 106,4 ≤ X < 129,2 61 57,5 Sangat Tinggi 129,2 ≤ X ≤ 152 34 32,1 Berdasarkan kategori skala self-regulated learning yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa pada umumnya tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi yang dialami siswa berada pada kategori tinggi, dengan persentase 68,9%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk mendapatkan dukungan sosial dari keluarga dengan baik.

4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

a. Sumbangan Relatif

Winarsunu (2006) mengemukakan sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing variabel

(30)

commit to user

prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi. Maksudnya kemampuan masing-masing variabel prediktor dalam mempengaruhi kriterium.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil sumbangan relatif terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk untuk variabel self-regulated learning sebesar 70,9%, sedangkan untuk variabel dukungan sosial keluarga sebesar 29,1%. Hal ini berarti self-regulated learning memberikan sumbangan relatif terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk lebih besar daripada dukungan sosial keluarga.

b. Sumbangan Efektif

Winarsunu (2006) mengemukakan sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui ukuran sumbangan prediktor terhadap keseluruhan efektivitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil sumbangan efektif terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk untuk variabel self-regulated learning sebesar 21,7%, sedangkan untuk variabel dukungan sosial keluarga sebesar 8,9%. Hal ini berarti self-regulated learning memberikan sumbangan efektif terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk lebih besar daripada dukungan sosial keluarga.

E. Pembahasan

Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini terpenuhi, yaitu ada hubungan secara signifikan antara self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi

(31)

commit to user

masuk STAN. Hasil tersebut ditunjukkan oleh nilai Fhitung pada uji simultan (uji F) sebesar 22,658 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 3,085 dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga secara bersama-sama memiliki hubungan dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk. Semakin tinggi kemampuan self-regulated learning yang dimiliki siswa dan semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diterima siswa, maka semakin rendah tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang mungkin dialami oleh siswa, berlaku juga sebaliknya. Hubungan yang terjadi antara self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk dalam penelitian ini termasuk pada kategori hubungan yang sedang. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,553.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang antara lain faktor sosial lingkungan, biologis, behavioral, serta kognitif dan emosional (Nevid dkk, 2005). Faktor-faktor kecemasan yang disoroti dalam penelitian ini adalah faktor sosial lingkungan serta faktor kognitif dan emosional. Bentuk dari faktor sosial lingkungan berupa dukungan sosial yang diterima oleh siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Dukungan sosial yang paling dibutuhkan oleh siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN terutama dari keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat yang memiliki ikatan batin dengan siswa. Sedangkan bentuk dari faktor kognitif dan emosional berupa konflik psikologis yang tidak terselesaikan, faktor-faktor kognitif meliputi cara pandang dan sikap siswa untuk persiapan menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Siswa yang berpandangan bahwa ujian seleksi masuk

(32)

commit to user

STAN merupakan suatu ujian yang membutuhkan persiapan yang baik akan menerapkan pengaturan diri dalam belajarnya (self-regulated learning). Penerapan self-regulated learning berperan dalam proses belajar siswa sehingga mereka merasa yakin dan percaya diri dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Hal ini menunjukkan bahwa self-regulated learning yang baik dan dukungan sosial keluarga yang tercukupi mempengaruhi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN.

Siswa dengan kemampuan self-regulated learning yang tinggi mampu menerapkan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapainya (Montalvo & Torres, 2004). Siswa bimbingan belajar Indonesia College Surakarta yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN paham betul dengan tujuan yang ingin dicapainya, yaitu lolos dalam ujian seleksi masuk STAN. Mereka selanjutnya menetapkan serangkaian strategi untuk lolos dalam ujian seleksi masuk STAN seperti mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out, dan membuat jadwal belajar untuk menunjang proses belajar mereka. Siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka disebut self-regulated learner (Zimmerman, 1989). Proses belajar tersebut selanjutnya akan memberikan keyakinan yang positif pada siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Mereka merasa mampu untuk menghadapi ujian seleksi masuk karena sudah terbiasa mengerjakan soal-soal. Menurut Nevid dkk (2005) faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain faktor kognitif, seperti ketakutan yang berlebihan dan keyakinan-keyakinan yang

(33)

commit to user

irasional. Oleh karena itu, siswa dengan self-regulated learning yang tinggi memiliki tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk STAN yang rendah. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian eksperimen Tooranposhti (2011) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara kecemasan menghadapi ujian (test anxiety) yang dialami siswa pada sebelum (pre test) dan sesudah (post test) menerapkan regulasi diri dalam belajar. Siswa yang menerapkan self-regulated learning memiliki kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menerapkan self-regulated learning. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung pendapat tokoh-tokoh tersebut bahwa siswa dengan self-regulated learning yang tinggi memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian yang rendah.

Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan (Az-Zahrani, 2005). Siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN membutuhkan dukungan dari keluarganya. Menurut Hurlock (2001) dukungan yang paling diharapkan oleh remaja (siswa) dalam menghadapi krisis akademik adalah dukungan dari keluarganya, terutama dari orangtua dan saudara. Saran dan nasehat sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk. Bantuan moral maupun material juga sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai penunjang proses belajarnya, sebab proses belajar yang baik sangat berpengaruh pada hasil belajarnya dan hasil belajar menentukan keyakinan serta kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Oleh karena itu, dukungan sosial keluarga berperan dalam mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN.

(34)

commit to user

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rauzatul Jannah (2013), yaitu terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa yang menerima dukungan sosial keluarga yang baik dengan yang tidak. Siswa dengan dukungan sosial keluarga yang baik menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan selama proses belajar siswa dengan dukungan sosial keluarga yang baik memperoleh perhatian, dorongan semangat, dan kepercayaan dari keluarga. Tidak hanya itu, siswa yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN juga mendapatkan saran, nasehat, serta bantuan moral dan material yang dibutuhkan untuk menghadapi ujian seleksi masuk STAN dari keluarganya. Dukungan sosial keluarga tersebut kemudian meningkatkan kepercayaan diri siswa sehingga kecemasan dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN dapat berkurang. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung pendapat tokoh-tokoh tersebut bahwa ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk.

Persentase sumbangan pengaruh variabel self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga secara bersama-sama terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk sebesar 30,6%, sedangkan 69,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti di penelitian ini. Menurut hasil perhitungan sumbangan relatif dan efektif menunjukkan bahwa self-regulated learning lebih dominan dibandingkan dukungan sosial keluarga dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk. Hasil sumbangan relatif untuk variabel self-regulated learning terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi

(35)

commit to user

masuk sebesar 70,9%, sedangkan untuk variabel dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk sebesar 29,1%. Selain itu, untuk hasil sumbangan efektif variabel self-regulated learning terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk sebesar 21,7%, sedangkan untuk variabel dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk sebesar 8,9%.

Uji hipotesis juga menunjukkan bahwa hipotesis kedua dan ketiga diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara self-regulated learning terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk STAN dan hubungan antara dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Hasil tersebut didasarkan pada nilai Thitung untuk self-regulated learning sebesar -4,253, sedangkan nilai Ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,660, dan nilai yaitu -0,436. Hasil tersebut memperlihatkan nilai Thitung (4,253) > Ttabel (1,660). Self-regulated learning dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk memiliki hubungan yang rendah secara parsial, dengan nilai korelasi 0,386. Arah hubungan yang ditunjukkan oleh self-regulated learning dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk adalah negatif, sehingga semakin baik self-regulated learning yang dimiliki siswa, maka tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang dialami semakin rendah.

Hasil Thitung pada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk sebesar -2,403, sedangkan Ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,660. Hasil tersebut memperlihatkan nilai Thitung (2,403) > Ttabel (1,660). Dukungan sosial keluarga dengan kecemasan

(36)

commit to user

menghadapi ujian seleksi masuk memiliki hubungan yang rendah secara parsial, dengan nilai korelasi sebesar 0,230. Arah hubungan yang ditunjukkan pada hubungan dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk adalah bersifat negatif, sehingga semakin banyak dukungan sosial keluarga yang diterima siswa, maka tingkat kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk yang dialami akan semakin rendah.

Berdasarkan kategorisasi data deskriptif yang dilakukan pada skala kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, diperoleh hasil tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN sebersar 1,9% pada taraf sangat rendah, 37,7% pada taraf rendah, 56,6% pada taraf sedang, dan 3,8% pada taraf tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di bimbingan Indonesia College Surakarta yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN memiliki kecemasan pada taraf sedang. Siswa dengan kecemasan sedang cenderung lebih memfokuskan diri untuk menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Kecemasan yang dimiliki siswa tersebut memotivasi siswa untuk belajar mempersiapkan ujian seleksi masuk STAN.

Berdasarkan kategorisasi skala self-regulated learning, diketahui bahwa 15,1% siswa memiliki kemampuan self-regulated learning pada taraf sedang, 68,9% siswa pada taraf tinggi, dan 16% siswa pada taraf sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kemampuan self-regulated learning yang dimiliki siswa Indonesia College Surakarta yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN berada pada taraf tinggi. Siswa melakukan perencanaan dan strategi

(37)

commit to user

khusus dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka bisa lolos dalam ujian seleksi masuk STAN.

Berdasarkan kategorisasi dari skala dukungan sosial keluarga, diperoleh hasil bahwa 10,4% siswa memperoleh dukungan sosial keluarga pada taraf sedang, 57,5% siswa pada taraf tinggi, dan 32,1% siswa pada taraf sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum dukungan sosial keluarga yang diperoleh siswa Indonesia College Surakarta yang akan menghadapi ujian seleksi masuk STAN berada pada taraf tinggi. Siswa memperoleh dukungan dari keluarganya dalam menghadapi ujian seleksi masuk STAN. Dukungan tersebut antara lain berupa perhatian, saran, dan nasehat.

Selama proses penelitian berlangsung, peneliti mengalami beberapa kendala, keterbatasan dan kekurangan, seperti keterbatasan waktu pengambilan data, keterbatasan jumlah subjek, dan penelitian ini menggunakan try-out terpakai. Pelaksanaan penelitian ini juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain belum adanya penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menghadapi ujian seleksi masuk, serta hasil penelitian ini mampu membuktikan seluruh hipotesis yang ditarik pada awal penelitian.

Gambar

Tabel 12  Hasil Uji Normalitas
Gambar  1  menunjukkan  bahwa  persebaran  titik-titik  pada  scatterplot  tidak  membentuk  suatu  pola  tertentu
tabel Coefficients hasil analisis regresi linier berganda. Kriteria uji t, antara  lain:
Tabel 20  Hasil Model Summary
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Untuk teman-teman UKM Paduan Suara STIE Perbanas Surabaya yang sudah memberikan pengalaman berorganisasi serta doa dan dukungan kepada saya selama penyelesaian skripsi

Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Pengetahuan Akhlakul Karimah Siswa.. Kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam

Hasil wawancara dengan Bapak Yasin Yusuf selaku kepala madrasah MTs Mifatahul Falah Pati pada tanggal 19 November 2016.. Anak merupakan makhluk sosial yang tidak bisa

 Sarana pembelajaran (ruang kelas, lab, studio, komputer, in focus, SIAT, ATK) telah tersedia dan berfungsi dengan baik, minimal 3 hari sebelum perkuliahan

Temuan ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang diajukan bukanlah faktor yang secara individual dapat menjelaskan manajemen laba, namun keberadaan Free cash flow,

penelitian yang dilakukan oleh Cintia Ery Deprika (2017) yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan usia ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jawaban atas permasalahan yang diteliti, yakni gambaran mengenai keterangan hak waris yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas rendemen polimer poly(2,5-furylene vinylene) hasil sintesis dari bahan dasar kulit kakao, dan