• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT (SKA) DI RUANG HCU RSUP Dr. KARIADI SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT (SKA) DI RUANG HCU RSUP Dr. KARIADI SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sindrom Koroner Akut a. Pengertian

Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah

kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi (Irmalita dkk, 2015).

Sindrom koroner akut adalah terminologi yang digunakan pada keadaan gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut (Lily, 2012). Sindrom koroner akut merupakan sekumpulan gejala yang diakhibatkan oleh gangguan aliran darah pembuluh darah koroner secara akut. Umumnya disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat kerak aterosklerosis yang lalu mengalami perobekan dan hal ini memicu terjadinya gumpalan-gumpalan darah (thrombosis) (Erik, 2005).

b. Klasifikasi

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi (Lily, 2012):

1) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial infarction)

2) Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation myocardial infarction)

3) Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris) Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI)

(2)

medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan marka jantung ( Darma,2009).

c. Patofisiologi

Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma

pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white tromhbus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).

Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena proses

hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan

(3)

Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis (Irmalita dkk, 2015).

d. Manifestasi klinik

Terbentuknya trombus akibat proses patofisiologi SKA

menyebabkan darah sulit mengalir ke otot jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam mati. Gejala yang khas dari SKA adalah rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina). Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah, leher, bahu atau lengan serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri ini dapat pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau penderita yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya menjadi lebih berat atau lebih sering.

Selain gejala gejala yang khas tersebut, bisa juga terjadi penderita hanya mengeluh seolah pencernaannya yang terganggu atau hanya berupa nyeri yang terasa di ulu hati. Keluhan diatas dapat disertai dengan sesak, muntah atau keringat dingin. SKA dapat bermanifestasi sebagai angina tidak stabil atau serangan jantung dan dapat berakhibat kematian (Erik, 2005).

2. Kecemasan a. Pengertian.

Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan

(4)

dan perilaku atau tidak langsung melalui respon kognitif dan afektif, termasuk terjadinya mekanisme koping / pertahanan diri.

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis (Asmadi, 2008).

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan yaitu (Videbeck, 2008):

1) Teori Biologi

Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya kecemasan yang berlawanan dengan penyebab psikologis.

2) Teori Psikodinamik

a) Psikoanalisis

Mekanisme pertahanan merupakan upaya manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap kecemasan. Individu yang mengalami gangguan kecemasan diyakini menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari beberapa mekanisme pertahanan, yang menempatkan individu tersebut pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual Freud.

b) Teori interpersonal

Kecemasan timbul dari masalah-masalah hubungan interpersonal.

c) Teori Perilaku

Ahli teori perilaku memandang kecemasan sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu.

Sebaliknya, perilaku dapat diubah atau “dibuang” melalui

(5)

b. Tingkatan kecemasan dan karakteristiknya

Kecemasan menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan fisiologis yang tidak nyaman. Cara untuk mengurangi rasa tidak nyaman ini, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyamanan dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar. Sedangkan respon negatif dari kecemasan dapat menimbulkan perilaku maladaptive. Respon

individu terhadap kecemasan beragam dari kecemasan ringan sampai panik. Tingkatan kecemasan dan beberapa karakteristiknya yaitu dari cemas ringan, sedang, berat dan panic (Stuart, 2013). Tingkat kecemasan seseorang bisa merupakan sesuatu yang khas sebagai suatu sifat, meskipun demikian tingkat kecemasan bisa berubah-ubah mengikuti perubahan situasi dan perubahan organismik sebagai sesuatu keadaan (Hall, 2008). Kategori tingkat kecemasan yaitu (Stuart, 2013): 1) Kecemasan ringan

Beberapa respon kecemasan ringan antara lain:

a) Respon fisiologis: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin.

b) Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, dan tingkat pembelajaran optimal.

c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, dan tenang.

2) Kecemasan sedang

(6)

a) Respon fisiologis: sering napas pendek, nadi ekstra sistoldan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/ konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.

b) Respon kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkanyang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. c) Respon perilaku dan emosi: tidak nyaman, mudah tersinggung,

gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan

lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman. 3) Kecemasan berat

Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; individu memperlihatkan respon takut dan distress. Beberapa karakteristik kecemasan berat yang perlu dipahami yaitu :

a) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lainnya.

b) Respon fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, hiperventilasi, penglihatan berkabut, serta tampak tegang.

c) Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi serta membutuhkan banyak pengetahuan/ tuntunan, dan lapangan persepsi menyempit.

d) Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi terganggu (verbalisasi cepat).

4) Panik

Panik merupakan tingkat tertinggi dari kecemasan. Semua

pikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon

(7)

a) Respon fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

b) Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi dan ketidakmampuan memahami situasi.

c) Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri

(aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.

Gambar 2.1

Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(Stuart, 2013)

c. Faktor pencetus kecemasan

Faktor yang menjadi pencetus kecemasan yaitu (Stuart, 2013):

1) Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dari seseorang.

d. Gejala Kecemasan

(8)

Tetapi kecemasan dapat pula menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang kecemasan yang terus berkepanjangan (Videbeck, 2008).

Rasa marah yang lebih mudah timbul, sakit kepala, getaran anggota tubuh serta aktivitas berlebihan dari sistem otonomik, tekanan nadi yang meningkat menandai keadaan pikiran yang diliputi oleh kecemasan.

3. Dukungan Keluarga a. Pengertian keluarga

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih

mempunyai hubungan kekerabatan /hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, yaitu:

1) Keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu.

Keluarga berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.

2) Keluarga merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan anggotanya.

3) Keluarga menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.

(9)

b. Fungsi keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut: 1) Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan b) Memelihara dan membesarkan anak c) Memenuhi kebutuhan gizi

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga 2) Fungsi psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga d) Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. 4) Fungsi ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang seperti pendidikan anak, jaminan hari tua, dan lain-lain.

5) Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

b) Mempersi apkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

(10)

c. Tugas keluarga dalam pemeliharaan bidang kesehatan

Tugas keluarga dalam pemeliharaan bidang kesehatan antara lain (Friedman, 2008)

1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga

Kesehatan merupakankebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dank arena kesehatan juga seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahanyang dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota kelurga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggungjawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dikaji kapan terjadinya, perubahan apa yang dialami dan seberapa besar perubahan tersebut. 2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.

Tugas inimerupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga memiliki keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga.

3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh

tindakan lanjutan agar masalah tidak semakin parah.

4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

(11)

Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik kepada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan ksehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai konsep ehat sakit. d. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga dengan penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersikap mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Muhith, 2016). Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2008)

1) Jenis dukungan keluarga antara lain: a) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit b) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi)

c) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

d) Dukungan emosional e) Dukungan jaringan sosial

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi

2) Ciri- ciri dukungan keluarga antara lain:

(12)

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan sama atau hampir sama.

b) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak

menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

c) Bantuan instrumental, bantuan ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita serta menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan d) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang

diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negative yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

e) Dukungan jaringan sosial, yaitu dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, dan orang- orang disekitar. Penilaian ini mengacu pada pemberian kenyamanan

pada orang lain, merawatnya atau menghargainya.

Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan

(13)

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Hernilawati, 2013).

4. Konsep HCU (High Care Unit)

a. Pengertian

HCU adalah unit perawatan khusus di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi repirasi, hemodinamik, dan kesadaran

namun masih memerlukan pemantauan secara ketat (Kemenkes RI, 2011). Unit ini berada diantara ICU (Intensif Care Unit) dan ruang rawat biasa artinya tidak perlu perwatan ICU namun belum dapat pula dirawat di ruang rawat inap biasa.

Ruang lingkup pemantauan yang dilakukan di ruang HCU antara lain (Kemenkes RI, 2011) :

1) Tingkat kesadaran

2) Fungsi pernafasan dan sirkulasi tiap jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan menggunakan monitor bedside.

3) Oksigenasi dengan menggunakan oksimetri secara terus menerus. 4) Keseimbangan cairan dengan pengukuran tiap shift atau disesuakan

dengan kondisi pasien.

b. Jenis ruang HCU (Kemenkes RI, 2011)

1) Separated/ conventional/ freestanding HCU adalah HCU yang berdiri sendiri (Independent), terpisah dari ICU.

2) Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU. 3) Paralel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan)

dengan ICU.

c. Kriteria masuk dan keluar ruang HCU

1) Kriteria masuk

(14)

Infarc, CHF (Cronic Heart Failure), CKD (Cronic Kidney Disease)).

b) Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperative.

2) Kriteria keluar

a) Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat b) Pasien yang mengalami perburukan kondisi sehingga

memerlukan alat bantu pernafasan.

3) Tidak indikasi masuk HCU

a) Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (misalnya : kanker stadium akhir)

b) Pasien atau keluarga yang menolak dirawat di HCU dengan alasan tertentu dan telah menandatangani Informed Concent.

Gambar 2.2

Alur Pelayanan ruang HCU

Sumber :Kemenkes RI ( 2011) Gawat

Tidak Ya

Poliklinik IGD

Meninggal ICU Bangsal

Kamar operasi Pasien baru

(15)

B. Kerangka Teori

Keterangan:

= diteliti = tidak diteliti Ruang HCU

1. Memerlukan pemantauan ketat dengan monitor bed side dan oksimetri terus menerus 2. Semua aktifitas harian dibantu perawat 3. Keluarga tidak menunggu 24 jam

Respon kecemasan Keluarga

Faktor pencetus:

1.Ancaman terhadap integritas seseorang

2.Ancaman terhadap sistem diri

Efek positi

Gejala yang khas dari SKA adalah rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada, cemas

Lepasnya hormone adrenalinmeningkatkan katekolamin vasokonstriksi pembuluh darah Tekanan darah dan Nadi meningkat  kebutuhan Oksigen Meningkat  beresiko memperluas infark

(16)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. 4

Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel Yang diukur = Ada hubungan

D. Variable Penelitian

1. Variabel Independent : Dukungan keluarga 2. Variabel Dependent : Kecemasan

E. Hipotesis / Pertanyaan Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan tingkat kecemasan dengan dukungan keluarga pada pasien sindrom koroner akut di ruang HCU RSUP Dr. Kariadi Semarang.

(17)

Gambar

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan
Gambar 2.2 Alur Pelayanan ruang HCU
Gambar 2. 4

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelelangan paket tersebut diatas dan berdasarkan hasil evaluasi Pokja Pekerjaan Konstruksi terhadap penawaran perusahaan Saudara, diharapkan kehadirannya pada

Popper berpendapat bahwa teori ilmiah yang terbaik harus dapat difalsifikasi setidaknya secara prinsip bila tidak sesuai dengan kenyataan empiris.. Sedangkan Thomas Kuhn menciptakan

Pada usia dua tahun. saya suka membelikan mainan edukatif. Seperti bentuk-bentuk angka, huruf dan gambar. Saya sebenarnya tidak bermaksud mengajari membaca. Tapi

Demikian disampaikan, atas partisipasi dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih. Jakarta, 12 Juli

bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2002

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 04

[r]