PERAN KOMUNITAS MATA AIR DALAM PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL BERBASIS MASYARKAT (STUDI KASUS KOMUNITAS MATA AIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA).
ACTION MATA AIR COMMUNITY IN NON FORMAL EDUCATION BASED COMMUNITY (CASE STUDY MATA AIR COMMUNITY YOGYAKARTA) Oleh: Ahmad Rumawi, Universitas Negeri Yogyakarta, mawinusantara@gmail.com Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Peran Komunitas Mata Air Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pendidikan non formal berbasis masyarakat, (2) Pelaksanaan program pendidikan non formal berbasis masyarakat di Komunitas Mata Air DIY, (3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan non formal di Komunitas Mata Air DIY. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini yaitu Komunitas Mata Air DIY dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang dilakukan dalam analisis data yaitu display data, reduksi, dan penarikan kesimpulan. Triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peran Komunitas Mata Air DIY yaitu melaksanakan sosialisasi, seleksi, pendampingan belajar, dan evaluasi. (2) Pelaksanaan bimbingan belajar dilakukan di pondok pesantren yang menjadi kerja sama dengan Komunitas Mata Air DIY. Bimbingan belajar berlangsung selama satu bulan dengan kegiatan belajar materi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) dan kegiatan pendukung berupa outbond.
(3) Faktor pendukung berupa sarana dan prasarana yang mendukung, tentor yang kompeten di bidannya, dan kehidupan sosial masyarakat pondok yang kondusif. Faktor penghambat berupa kemampuan peserta didik memiliki keterbatasan dalam pemahaman materi, dan sebagian peserta didik yang memiliki kekurangan kemampuan bersosial.
Kata kunci : Pendidikan non formal, Masyarakat, Komunitas
Abstract
This study aims to describe (1) The action of Mata Air Community on non formal education based community in Yogyakarta (2) Operation non formal education by Mata Air Yogyakarta, (3) Supporting factors and demotivating in implementation of non formal education based community by Mata Air Community. The study used a qualitative approach with descriptive type. Methods of data collection used are observation, interview, and documentation. Data analysis techniques used are data reduction, data display, and conclusion. Data validity techniques with triangulation of methods and data sources. The results showed that: (1) Action of Mata Air Yogyakarta on non formal education is socialitation, selection, mentoring, and evaluation. (2) Operation non formal education by Mata Air Yogyakarta in islamic boarding school who deal with it. Time during in one mounth, with mentoring study and outbond, (3) Supporting factor is infrastrukur, mentor, and kondition. Demotivating is, ability student who can’t socialitation with good in community.
PENDAHULUAN
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan kota yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi. Terdapat banyak institusi pendidikan dengan beragam fungsi
dan tujuannya. Menurut data Dinas
Pendidikan, Pemuda, & Olahraga (Dikpora) DIY terdapat 5.070 institusi pendidikan formal dan pendidikan non formal di
Yogyakarta (Dikpora DIY, 2012).
Banyaknya bentuk pendidikan yang ada
menjadikan DIY kawah cadradimuka
pendidikan di Indonesia dengan sebutannya Kota Pendidikan.
Berdasarkan data mengenai angka putus sekolah, DIY masih memiliki jumlah angka putus sekolah yang tinggi. Jumlah masyarakat yang mengalami putus sekolah mencapai 0,7 % dan masih jauh dari target ketetapan wajib belajar 12 tahun (PSKK UGM, 2016). Hal itu menunjukkan bahwa banyaknya insitusi pendidikan yang dimiliki
DIY belum merata ke seluruh
masyarakatnya. Padahal pendidikan
berperan penting dalam berbagai bidang bagi kehidupan bangsa. Baharuddin dalam Pratiwi (2014) mengatkan bahwa tingginya biaya pendidikan merupakan penghambat utama dunia pendidikan tidak dapat diakses oleh masyarakat secara merata.
Pendidikan merupakan hal yang
penting bagi suatu negara dengan fungsinya mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, adanya pendidikan yang baik dan berkualitas maka akan semakin meningkat pula kecakapan hidup seseorang sehingga seseorang dapat berguna bagi bangsa dan negaranya.
Kemajuan teknologi dan informasi menjadikan kebutuhan akan pendidikan meningkat untu bisa memberikan lebih banyak pembelajaran bagi peserta didik. Akibatnya pendidikan formal belum mampu
memberikan sepenuhnya kebutuhan
pendidikan di masyarakat. Pendidikan non formal menjadi salah satu solusi dari semua
permasalahan tersebut. Solusi yang
diberikan yaitu bahwa pendidikan non formal mampu memberikan pembelajaran pada peserta didik dengan lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan inividu sehingga keberadaanya dapat menjadi pengganti pendidikan formal. Hal ini telah tercatat dalam UU No 34 tahun 1991 tentang pendidikan non formal bahwa fungsi pendidikan non formal adalah menjadi
penambah, pelengkap, dan pengganti
pendidikan formal.
Setiap daerah memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri yang berkaitan dengan komunitas. Komunitas di daerah muncul berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dialami di tengah masyarakat di berbagai daerah tak tekecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyakya permasalahan akan akses pendidikan memunculkan beragam
komunitas yang berkaitan dengan
pendidikan sebagai upaya memberikan jawaban atas permasalah yang ada. Salah satu komunitas di DIY yang bergerak di ranah pendidikan yaitu Komunitas Mata Air. Komunitas Mata Air DIY memiliki berbagai program yang difokuskan pada dunia pendidikan dengan visi utama menciptakan generasi elite birds.
Dari berbagai program Komunitas Mata Air DIY, terdapat bentuk sistem pendidikan yang mampu menjawab banyak permasalahan di dalam masyarakat sesuai dengan konsep Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan tersebut adalah pendidikan non formal berbasis masyarakat. Di dalam
pendidikan berbasis masyarakat di
Komunitas Mata Air DIY, sistem perekrutan peserta didik lebih bersifat kekeluargaan dan pesaudaraan.
Komunitas Mata Air memiliki
program yang dilakukan setiap tahunnya
secara konsisten dan sustainable
dari penyuluhan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan masuk perguruan tinggi, pendampingan dalam proses masuk perguruan tinggi, advokasi beasiswa, dan
ajang penghargaan bagi siswa yang
berprestasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini mengambil judul Peran Komunitas Mata Air Dalam Program
Pendidikan Non Formal Berbasis
Masyarakat (Studi Kasus Komunitas Mata Air Daerah Istimewa Yogyakarta)
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini berada di Komunitas Mata Air Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari -Maret 2017.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang bertindak memberikan informasi dalam penelitian ini antara lain:
1. Anggota Komunitas Mata Air DIY yang berinisial R, F, H, TF, IP, AS, dan AL.
2. Pengurus Komunitas Mata Air DIY yang berinisial SU dan AS.
3. Alumni Komunitas Mata Air DIY yang berinisial SUN, R dan PU. Prosedur
Jenis penelitian ini adalah kualitatif
dengan jenis deskriptif. Semua data
diperoleh melalui metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang dipergunakan
adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan obervasi di Komunitas Mata Air DIY. Selain itu, sumber data sekunder diperoleh melalui buku, internet, dan jurnal. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih
subyek penelitian sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, dan membuat simpulan atas beberapa temuan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis data selama
dilapangan model Miles dan Huberman yang dilakukan melalui 3 tahap, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan Conclusion Drawing/ Verification.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Peran Komunitas Mata Air dalam Pendidikan Non Formal Berbasis Masyarakat.
Peran Komunitas Mata Air DIY yaitu: a. peran tutor Komunitas Mata Air DIY mencari tutor yang menguasai bidangnya
untuk kemudian menjadi pendamping
sekaligus tempat konsultasi bagi peseta didik. Tutor diambil sebagian besar dari para alumni bimbingan tersebut. Selain agar lebih mudah dalam hal mencari tenaga pengajar akademik juga sebagai cara agar anggota dapat saling berkumpul bersama bertukar pikiran dari anggota baru dan anggota lama. Hal itu selaras dengan pendapat Nurhattati
bahwa tujuan pendidikan berbasis
masyarakat yaitu intellectual and academic learning (pembelajaran akademik dan saling
betukar pikiran antar anggota) (Nurhattati Fuad 2014 :87 ). b, peran komunitas Secara aktif keseluruhan anggota Komunitas Mata Air DIY melakukan berbagai kegiatan mulai dari sebelum program, selama program
pendidikan, dan setetelahnya. Bentuk
kegiatan dengan mengajak semua anggota juga masyarakat secara bersama dilakukan
agar di dalam komunitas terwujud
kebersamaan tanpa ada pembedaan. Hal ini sesuai dengan peran komunitas menurut Galbraith yaitu accept diversity (menerima perbedaan) yaitu menghindari pemisahan masyarakat berdasarkan usia, kelas sosial,
jenis kelamin dengan tujuan dapat
mengembangkan masyarakat secara
menyeluruh. c, peran organisasi Di dalam
Komunitas Mata Air DIY terdapat
kelembagaan atau organisasi yang mengatur
semua kegiatan dan mengkoordinir
berjalannya tiap program. Fungsi organisasi
ini sebagai sarana berkembangnya
kemampuan personal dan intra personal. Personal seperti kemampuan manajemen waktu, cara berpendapat di dalam forum, dan keterampilan berpikir. Keterampilan
intra personal seperti kemampuan
memecahkan masalah, membuat keputusan bersama, dan kemampuan bersosialisasi dengan banyak orang di dalam organisasi dan di luar oganisasi. d, peran masyarakat : Konsep pendidikan berbasis masyarakat tentu banyak melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Hal serupa juga dilakukan dalam pendidikan non formal berbagai masyarakat di Komunitas Mata Air DIY.
Proses implementasi mulai dari
penjangkauan dan sosialisasi, pelaksanaan, hingga pada evaluasi program dilakukan di
tengah masyarakat. Dalam proses
penjangkauan dan sosialisasi, panitia bekerja sama dengan sekolah Ma’rif. Meski banyak pula sekolah lain yang bekerja sama, sekolah Ma’rif menjadi kerja sama utama. Hal ini dikarenakan sekolah tersebut
memiliki kekhasan agama yang sesuai dengan konsep di Komunitas Mata Air. 2. Pelaksanaan Pendidikan Non Formal
di Komunitas Mata Air
Pelaksanaan pendidikan non formal di Komunitas Mata Air dilakukan dengan cara sosialisasi, seleksi, pendampingan, dan evaluasi.
Sosialisasi dilakukan untuk
menjangkau masyarakat lebih luas. Melalui sosialisasi yang dilakukan di sekolah- sekolah SLTA terutama SMA Ma’rif ketika menjelang ujian nasional, maka target
sasaran peserta didik menjadi lebih
terarahkan. Proses sosialisasi dilakukan oleh panitia pelaksana secara bergantian. Selain
sosialisasi yang dilakukan dengan
mendatangi sekolah terdapat pula bentuk lain yaitu dengan adanya sosialisasi di sosial media. Website resmi yaitu mataair.or.id memberikan link pendaftaran menuju seleksi penerimaan peserta didik baru.
Kuota peserta didik di Komunitas Mata Air DIY terbatas, maka dari itu banyaknya pendaftar yang masuk harus dilakukan seleksi yang ketat. Calon peserta didik yang mendaftar mencapai ratusan tiap tahunnya tersebut hanya diambil 70 peserta didik. Jumlah tersebut dibagi rata antara laki-laki dan perempuan. Seleksi dilakukan dengan memberikan tes tertulis kepada calon peserta didik layaknya tes ujian akhir sekolah. Soal yang diberikan pada ujian seleksi tidak jauh berberda dengan soal ujian nasional. Terdapat tambahan soal lain yang harus dikerjakan siswa berupa tes psikologi atau yang biasa disebut tes potensi akademik (TPA).
Tahap selanjutnya dari seleksi yaitu pendampingan belajar. Bimbingan belajar
untuk mempersiapkan ujian masuk
perguruan tinggi ini dinamakan dengan Bimbinan Paska Ujian Nasional (BPUN), karena memang dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan ujian nasional.
Sebelum masuk proses pembelajaran, peserta didik bertemu dengan panitia, alumni, dan masyarakat sekitar tempat pelaksanaan melakukan technical meeting (halal bi halal) di pertemuan pertama. Ketua Mata Air DIY dan manajer memberikan sambutan. Para peserta didik yang juga baru bertemu dengan baik dengan teman belajar dan calon tentor saling berkenalan.
Tahapan paling akhir dalam Bimbinan Paska Ujian Nasional (BPUN) yaitu evaluasi bersama seluruh kegiatan selama satu bulan. Evaluasi dilakukan di rumah penginapan, tahun-tahun sebelumnya Komunitas Mata
Air menggunakan gedung penelitian
Geologi UGM yang berada di Parang Tritis sebagai tempat evaluasi besama. Tahun 2016 menggunakan tempat sewaan di Kaliurang sebagai tempat evaluasi. Adanya tempat evaluasi berbeda dengan tempat pelaksanaan program pembelajaran yaitu bahwa dilakukannya evaluasi sekaligus acara malam keakraban (makrab) dan pembukaan pengumumunan hasil Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi
(SBMPTN).
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Berikut faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan Bimbingan Paksa Ujian Nasional di Komunitas Mata Air DIY :
Faktor pendukung : 1. Kehidupan sosial masyarakat di tempat pelaksanaan program
berupa budaya pesantren mendukung
keberhasilan peserta didik untuk belajar secara kondusif dan fokus. 2. Tutor memiliki kemampuan yang sesuai dengan materi yang diampu karena masih mempelajarinya di perguruan tingginya. Selain itu tutor dapat dimintai penjelasan materi di luar kelas hingga peserta didik benar-benar paham. 3. Materi yang diberikan serta buku acuan yang dirancang sangat sesuai dengan soal ujian yang akan dihadapi peserta didik, juga
mengikuti kurikulum. 4. Suasana
pertemanan antara sesama peserta ataupun peserta dengan panitia bersifat kekeluargaan sehingga interaksi lebih mudah dibangun serta semua masyarakat lebih leluasa dalam melaksanakan semua program. 5.Terdapat motivasi tambahan dari mereka yang sudah
lulus, yang merupakan alumni dari
komunitas tersebut. 6. Terdapat kegiatan rohani berupa pengajian yang mejadikan peserta didik memiliki mental dan karakter yang baik.
Faktor penghambat dari pelaksanaan program : 1. Kepribadian peserta didik yang berbeda-beda sehingga ada beberapa peserta yang memiliki keterbatasan bersosialisasi baik antar peserta didik ataupun dari peserta didik dengan panitia. 2, Kemampuan peserta didik yang belum terbiasa dengan soal-soal yang dikerjakan. Beberapa peserta didik merasa kesulitan karena materi yang
diterima belum pernah diajarkan di
sekolahnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran Komunitas Mata Air Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pendidikan non formal berbasis masyarakat maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Komunitas Mata Air DIY melaksanakan sosialisasi di sekolah-sekolah di DIY dengan tujuan memberikan informasi
mengenai program pendampingan
Bimbingan Paska Ujian Nasional
(BPUN).
2. Komunitas Mata Air DIY melaksanakan seleksi melalui tes tertulis berupa soal Matamatika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Tes Potensi Akademik (TPA) di kampus Universitas Negeri
Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada.
3. Komunitas Mata Air DIY melaksanakan kegiatan pendampingan selama satu bulan di Pondok Pesantren Ora Aji dengan jadwal yang terstruktur mulai dari belajar, motivasi, dan rekreasi. 4. Komunitas Mata Air DIY melaksanakan
evaluasi untuk mengetahui berbagai
permasalahan yang dihadapi dan
penyelesaian masalah di kemudian hari
agar dapat menjadi perhatian di
kepengurusan tahun selanjutnya
5. Peran Komunitas Mata Air DIY dalam
pendidikan non formal berbasis
masyarakat memiliki faktor pendukung berupa kehidupan sosial masyarakat yang kondusif, sarana dan prasarana pembelajaran, tutor yang kompeten di bidangnya, buku acuan yang sesuai kurikulum, suasana pertemanan yang bersifat kekeluargaan, kehidupan sosial
budaya pesantren yang kondusif,
motivasi belajar, dan kegiatan
peribadahan.
6. Faktor penghambat berupa sebagian
siswa tidak mendapatkan materi
pembelajaran ketika di SLTA,
keterbatasan kemampuan bersosialisasi, dan kondisi peserta yang kelelahan karena jadwal yang sangat padat .
Pelaksanaan pendampingan bagi lansia dalam menuju lansia sejahtera di Unit Rehabilitasi Sosial “Wiloso Wredho”
Purworejo melalui berbagai kegiatan
pelayanan sosial dan pembinaan atau
bimbingan sosial. Bentuk kegiatan
pembinaan meliputi bimbingan
fisik/olahraga, bimbingan sosial, bimbingan
kesehatan dan pelayanan pengobatan,
bimbingan mental spiritual/keagamaan dan
bimbingan keterampilan. Pelaksanaan
pembinaan meliputi penentuan materi,
metode dan media yang digunakan.
Penentuan materi sepenuhnya diserahkan
kepada instruktur kegiatan. Metode yang
digunakan dalam penyampaian materi
adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek. Media pembelajaran yang digunakan seperti buku dan leaflet. Pelaksanaan pembinaan didasarkan pada metode pekerjaaan sosial menggunakan
metode bimbingan perseorangan dan
kelompok. Manfaat pelaksanaan pembinaan adalah terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani dan sosial lansia. Adanya peran
pendamping dalam pelaksanaan
pendampingan lansia di Unit Rehabilitasi Sosial “Wiloso Wredho” Purworejo seperti
peran pemberi motivasi (motivator),
pembela (advocator), pemungkin (enabler), penghubung (mediator), dan pembimbing (supervisor). Faktor pendukung pelaksanaan pendampingan adalah a) adanya kerjasama yang baik antar pendamping dan pihak luar/lembaga terkait dalam pelaksanaan pembinaan, b) adanya dukungan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, c) adanya Sumber Daya Manusia (SDM), d) kondisi geografis Unit Rehabilitasi Sosial “Wiloso Wredho” Purworejo yang cukup strategis.
Faktor penghambat pelaksanaan
pendampingan adalah a) keterbatasan sarana dan prasarana, b) rendahnya motivasi lansia
mengikuti kegiatan pembinaan, c)
keterbatasan kondisi fisik dan mental
penerima manfaat/lansia menghambat
jalannya kegiatan pembinaan. Pelaksanaan pendampingan yang diberikan oleh Unit Rehabilitasi Sosial “Wiloso Wredho”
Purworejo memberikan manfaat bagi
kehidupan lansia yaitu terpenuhinya
kebutuhan lansia secara jasmani, rohani maupun sosialnya. Hal tersebut ditandai dengan kondisi fisik (jasmani) lansia yang lebih terjamin melalui kegiatan olahraga, pemeriksaan kesehatan, dan pemenuhan makanan yang bergizi. Asupan gizi yang baik berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup lansia. Selain kondisi fisik lansia yang lebih terjamin, manfaat
pendampingan juga ditunjukkan pada kebutuhan rohani melalui kegiatan ceramah keagamaan. Manfaat yang ketiga adalah terpenuhinya kebutuhan sosial melalui komunikasi untuk menjalin keakraban antar lansia, sehingga lansia tidak lagi merasa bosan dan kesepian dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya. Dengan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut maka dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan saran-saran yaitu:
1. Bagi Komunitas Mata Air DIY
a. Memberikan bimbingan lebih intens pada peserta didik yang belum menerima materi agar kemampuan pemahaman dapat mengimbangi peserta lain yang sudah terbiasa dengan materi yang diajarkan. b. Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia agar dapat membimbing pada peserta didik yang memiliki kekurangan dalam hal bersosialisasi akademik ataupun mental.
c. Meningkatkan kualitas seleksi
peserta didik agar mampu
mendapatkan individu yang lebih berkualitas.
2. Bagi Peserta Didik
a. Membuat persiapan lebih awal bila banyak materi yang belum diajarkan di sekolah agar dapat menyesuaikan diri ketika melakukan pembelajaran. b. Membentuk kelompok belajar agar
dapat saling membantu dalam
menyelesaikan kesulitan peserta
didik lain baik dalam akademik ataupun sosial.
c. Melakukan konsultasi pada tutor di luar pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian maka
terdapat beberapa saran yang peneliti ajukan, diantaranya:
1. Bagi Pemerintah
Pemberian alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Jawa Tengah kepada Unit
Rehabilitasi Sosial “Wiloso Wredho” Purworejo agar ditambah, sehingga dapat
digunakan untuk melengkapi dan
membenahi sarana prasarana yang belum
ada untuk mendukung pelaksanaan
pendampingan selanjutnya. 2. Bagi Lembaga
a. Unit Rehabilitasi Sosial “Wiloso
Wredho” Purworejo untuk merekrut
tenaga Pekerja Sosial guna
menanggulangi keterbatasan tenaga
pelayanan di panti.
b. Peran pendamping diperlukan dalam kegiatan pembinaan lansia sehingga perlu dipertahankan. Peran pendamping
yang perlu dipertahankan adalah
pemberi motivasi (motivator),
pemungkin (enabler) dan pembimbing
(supervisor). Selain ketiga peran
pendamping yang dipertahankan, peran
pendamping juga perlu ditambah
maupun diperluas sehingga tujuan
pendampingan pada lansia dapat
tercapai secara optimal.
c. Kurangnya motivasi lansia dalam
mengikuti kegiatan, sehingga
disarankan kepada pihak-pihak yang terkait pembinaan untuk memberikan motivasi secara berulang-ulang pada setiap kegiatan pembinaan sehingga kesadaran lansia akan muncul.
DAFTAR PUSTAKA Artikel
PSKKK UGM (2015) Putus Sekolah : Ketiadaan Biaya Masih Jadi Alasan Utama. Media Center PSKK UGM. Edtor.
Fahmi, E J. (2008). Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Hasim, M. (2007). Implementasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (case study Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening, Salatiga. Septian, R T. (2007). Perkembangan
Perpustakaan Berbasis Komunitas Studi Kasus Pada Ruma Cahaya, Melati Taman Baca dan Kedai Baca Sanggar Baruda.
Sari, K M. (2009). Peran Perpustakaan Masyarakat.
Utami, Ruli. (2016). Pendampingan Anak Jalanan Melalui Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) di Rumah Singgah Hafara Kasihan Bantul.
Paper
Pratiwi, Endah Puspa. Pengembangan
Pendidikan Non Formal Melalui Program Keaksaraan
Fungsional Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Prasojo, Lantip Diat. Implementasi
Teknologi Informasi Dalam Pendidikan Non Formal
Berbasis Masyarakat.
Hasim, M. Pembelajaran Berbasis
Masyarakat di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga.
Masdudi. Demokratisasi Manajemen
Pendidikan Berbasis Masyarakat. Buku Bacaan
Abdul Kadir dkk. (2012). Dasar-dasar pendidikan. Jakarta : Kencana
Tanzeh, A. (2001). Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras
Aditya, Dodiet. (2012). Konsep Dasar Masyarkat. Surakarta : ASKEB Komunitas
Siswoyo, D. (2013). Ilmu Pendidian. Yoyakarta : UNY Press
Ihsan, F. (2003). Dasar Dasar
Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, N. (2002). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya
Fuad, N. (2014). Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta : Bumi Aksara. Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru
Pendidikan Nasional. Jakarta: Runeka Cipta
Umberto Sihombing. (1990). Pendidikan Luar Sekolah, Kini dan Masa
Depan:Konsep, Kiat, dan Pelaksanaan. Jakarta: PD. Mahkota Zulkarnain, W. (2013). Dinamika Kelompok.
Jakarta : Bumi Aksara Undang-Undang
Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.