IV - 1
LAPORAN AKHIR
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
4.1
Analisis Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya kepada
masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada
taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek
sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan
serta pengarusutamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat
terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan
perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat
atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
4.1.1
Pengarusutamaan
Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk
mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan
manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang
kehidupan dan pembangunan.
Kegiatan
responsif gender Bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),
Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP),
Rural
Infrastructure Support (RIS)
to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Cipta Karya.
IV - 2
LAPORAN AKHIR
mengenali masalah mendasar yang menyebabkan terjadinya kesenjangan infrastruktur bidang cipta
karya. Kedua, mengidentfikasi alternatif untuk memecahkan masalah, dan ketiga, menetapkan
beberapa alternatif yang dipilih dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas, memperhitungkan
sumber daya yang tersedia dan dapat dimanfaatkan, serta posisi yang dikembangkan. Kemudian
dalam pelaksanaan bidang cipta karya ada beberapa persyaratan pokok yang perlu diperhatikan :
pertama, kegiatan yang dilakukan harus terarah atau menguntungkan masyarakat miskin, terbelakang
dan tertinggal. Kedua, pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dimulai dari pengenalan apa
yang akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ketiga, mengembangkan kegiatan bersama
(kooperatif) dalam kelompok yang dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal, jenis usaha atau
kesamaan latar belakang. Keempat, menggerakkan partisipasi dari masyarakat untuk turut serta
membantu dalam rangka kesetiakawanan nasional. Disini termaksud keikutsertaan orang-orang
setempat yang telah maju.
Dalam pengarusutamaan
gender
di Kabupaten Mojokerto ternyata kaum hawa yang identik
dengan kelembutan sosialnya tidak mendominasi dalam hal pekerja sosial ini. Terbukti, jumlah kader
perempuan selalu lebih sedikit daripada kader laki-laki. Berdasarkan data Dinas Sosial pada
Kabupaten Mojokerto dalam angka tahun 2015 diketahui memiliki sebanyak 101 Kader, kemudian
turun menjadi 23 kader pada tahun 2014. Pada tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 479 kader.
Dimana kader perempuan sebesar 121 orang dan kader laki-laki sebesar 121 orang pada tahun 2015.
Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Kerja Sosial Masyarakat Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2015
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Jatirejo 17 4 21
2 Gondang 33 2 35
3 Pacet 18 2 20
4 Trawas 22 6 28
5 Ngoro 20 14 34
6 Pungging 8 - 8
7 Kutorejo 38 3 41
8 Mojosari 8 7 15
9 Bangsal 7 6 13
10 Mojoanyar 50 25 75
11 Dlanggu 24 6 30
IV - 3
LAPORAN AKHIR
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
13 Trowulan 7 8 15
14 Sooko 12 4 16
15 Gedeg 31 10 41
16 Kemlagi - - -
17 Jetis 17 4 21
18 Dawarblandong 23 7 30
Jumlah 2015 358 121 479
Jumlah 2014 17 6 23
Jumlah 2013 251 74 325
Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam Angka, 2016
Berikut ini merupakan tabel program nasional pemberdayaan masyarakat tahun 2015 pada 12
Kecamatan di Kabupaten Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Pungging, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo,
Kecamatan Trowulan, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Jetis, Kecamatan Dawarblandong dan
Kecamatan Mojoanyar. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya bagi pengarusutamaan
gender di Kabupaten Mojokerto sesuai program/kegiatan, lokasi, manfaat bagi kaum perempuan dan
rumah tangga miskin.
Tabel 4.2
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Bidang Cipta Karya di Kecamatan Penerima PNPM Kabupaten Mojokerto Tahun 2015
No. Kecamatan/Desa Lokasi Kegiatan
Pemanfaatan Anggota Kelompok
Laki-laki Perempuan Rumah Tangga Miskin 1 Kecamatan Trawas
a Desa Trawas Dsn. Jara’an Saluran Drainase 85 87 45
b Desa Duyung Dsn. Duyung Saluran Drainase 740 668 358
c Desa Belik Dsn. Belik Saluran Drainase 671 874 135
d Desa Sugeng Dsn. Sugeng Saluran Drainase 313 329 225
e Desa Jatijejer Dsn. Urung-urung
Saluran Drainase 40 50 25
f Desa Sukosari Dsn. Sukosari Air Bersih (Pipanisasi) 157 158 125 2 Kecamatan Pacet
a Desa Nogosari - Air Bersih 464 476 573
b Desa Pacet - Saluran Drainase 127 74 124
3 Kecamatan Pungging
a Desa Kalipuro - Saluran Drainase 1.490 1.558 1.561
b Desa Sekargadung - Saluran Drainase 734 726 654
IV - 4
LAPORAN AKHIR
No. Kecamatan/Desa Lokasi Kegiatan
Pemanfaatan Anggota Kelompok
Laki-laki Perempuan Rumah Tangga Miskin
a Desa Jiyu - Saluran Drainase 270 274 165
b Desa Kepuharum - Saluran Drainase 711 660 520
c Desa Kutorejo - Saluran Drainase 704 709 251
5 Kecamatan Dlanggu
a Desa Tumapel - Saluran Drainase 59 64 74
b Desa
Kedunglengkong
- Saluran Drainase 257 260 310
6 Kecamatan Gondang
a Desa Bening - Saluran Drainase 447 449 265
b Desa Karangkuten - Saluran Drainase 135 100 70
7 Kecamatan Jatirejo
a Desa Sumberagung - Saluran Drainase 89 73 162
b Desa Karangjeruk - Saluran Drainase 135 105 240
c Desa Mojogeneng - Saluran Drainase 40 50 101
d Desa Sumberjati - Saluran Drainase 60 72 141
e Desa Kumitir - Saluran Drainase 50 61 120
f Desa Bleberan - Saluran Drainase 36 24 60
g Desa Rejosari - Air Bersih 51 61 112
8 Kecamatan Trowulan
a Desa Watesumpak - Saluran Drainase 850 1.091 520
b Desa Jambuwok - Saluran Drainase 869 1.276 1.063
c Desa Sentonorejo - Saluran Drainase 250 270 202
d Desa Domas - Saluran Drainase 693 625 666
e Desa Bicak - Saluran Drainase 450 543 95
9 Kecamatan Kemlagi
a Desa Mojodadi - Saluran Drainase 378 450 828
b Desa Mojopilang - Saluran Drainase 1.301 1.383 2.684
c Desa Mojosarirejo - Saluran Drainase 487 531 1.018
d Desa Beratkulon - Saluran Drainase 520 560 1.080
10 Kecamatan Jetis
a Desa Sawo - Saluran Drainase 182 184 53
b Desa Sidorejo - Saluran Drainase 510 614 267
c Desa Penompo - Saluran Drainase 74 114 58
11 Kecamatan Dawarblandong
-
a Desa Jatirowo - Saluran Drainase 135 144 450
b Desa Cinandang - Saluran Drainase 176 152 133
c Desa Dawarblandong - Saluran Drainase 149 153 53
12 Kecamatan Mojoanyar
a Desa Sadartengah - Saluran Drainase 256 367 310
b Desa Ngarjo - Saluran Drainase 96 73 15
IV - 5
LAPORAN AKHIR
No. Kecamatan/Desa Lokasi Kegiatan
Pemanfaatan Anggota Kelompok
Laki-laki Perempuan Rumah Tangga Miskin
d Desa Sumberjati - Saluran Drainase 122 117 119
e Desa Gayaman - Saluran Drainase 170 200 130
Sumber : Kumpulan SPC Tahun 2015 Bapemas Kabupaten Mojokerto
Berikut ini merupakan tabel Data Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS II)
–
Tahun Anggaran 2014 pada 8 Desa di 4 Kecamatan Kabupaten
Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Gondang. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Mojokerto sesuai
program/kegiatan sarana SPAM, lokasi dan penerima manfaat per jiwa.
Tabel 4.3
Data PAMSIMAS II – Tahun 2014 Kabupaten Mojokerto
No. Desa/Kecamatan Desa APBN/APBD
SK Penetapan BPSPAMS oleh Kades (Ada/Tidak)
Jumlah Pengguna Sarana SPAM sd saat ini (KK)
1 Ketapanrame/ Trawas
8 Begaganlimo/ Gondang
APBD Ada 48 61 1 657 657
Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya
Tabel 4.4
Data PAMSIMAS II – Tahun 2015 Kabupaten Mojokerto
No.Desa/Kecamatan
Jumlah Pengguna Sarana SPAM sd saat ini (KK)
IV - 6
LAPORAN AKHIR
No.Desa/Kecamatan Desa APBN/ APBD
Nama BPSPAMS
SK Penetapan BPSPAMS oleh Kades (Ada/Tidak)
Jumlah Pengguna Sarana SPAM sd saat ini (KK)
Target Penerima Manfaat sesuai SK-DJCK (jiwa)
Realisasi Jumlah Penerima Manfaat (jiwa) SR dg
Meter Air
SR tanpa Meter Air HU/KU
Meter Air) 5 Kunjorowesi/
Ngoro
APBN Sumber Abadi Ada 9 1 1.037 42
6 Watesnegoro/ Ngoro
APBN Tirto Rojo Bali Ada 30 850 151
7 Kembangsri/ Ngoro
APBN Sumber Tirta Makmur
Ada 140 834 700
8 Lebakjabung/ Jatirejo
APBD Tirta
Panguripan
Ada 27 1.266 133
Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya
Akses dan kontrol perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a.
Akses, yaitu pengakuan, peluang, dan jaminan kebebasan bagi perempuan untuk menentukan
pilihan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
b.
Partisipasi ide dan keterampilan, yaitu keterlibatan perempuan secara penuh dalam semua
tingkatan pengambilan keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
c.
Kontrol, yaitu kewenangan atau hak setiap perempuan untuk menggunakan dan mengawasi
pelaksanaan setiap keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
d.
Kesejahteraan, yaitu hak yang sama bagi setiap perempuan untuk mendapatkan manfaat dari
setiap keputusan untuk menggunakan infrastruktur bidang cipta karya.
Manfaat partisipasi perempuan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a.
Ikut serta dalam memanfaatkan infrastruktur seperti TPA, Sanimas, penyediaan infrastruktur
permukiman, RTH, IPLT, SPAM, dan bentuk pembangunan fisik lainnya
b.
Ikut serta dalam menikmati manfaat secara pribadi seperti merasa puas terhadap hasil
pembangunan yang telah tercapai, merasa aman di dalam hidup bemasyarakat, serta memperoleh
kehidupan masa depan yang lebih baik.
Permasalahan yang perlu diantisipasi di masa datang terkait pengurustamaan gender dalam
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:
a.
Masih rendahnya pertisipasi perempuan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
terutama pada musyawarah desa pertanggung jawaban, musyawarah desa, serah terima, dan
pemeliharaan kegiatan
IV - 7
LAPORAN AKHIR
c.
Masih rendahnya terlibat di dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat
d.
Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan
e.
Perlunya pendekatan pada masyarakat terutama kaum perempuan dalam meningkatkan
partisipasi, sehingga masyarakat merasa dibutuhkan dan berperan dalam proses pembangunan di
wilayahnya, sehingga secara spontan dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab mereka
berusaha merealisasikan apa yang mereka upayakan bersama
4.1.2
Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
IV - 8
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.5
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No Sektor Program/Kegiatan Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan Penanganan Sosial
1 BANGKIM Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh
2.200 jiwa/km2 Pembentukan kader lingkungan untuk monitoring kegiatan agar berkelanjutan
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Agropolitan/Minapolitan
1.157 jiwa/km2 Pembentukan kelompok tani di kawasan Agropolitan untuk ikut serta dalam kontrol penyediaan infrastruktur permukiman 2 PBL Pengembangan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan 1.157 jiwa/km2 Pembentukan kelompok pecinta wisata heritage di kawasan
wisata untuk ikut terlibat dalam pengembangan PSD dan keberlanjutan program
3 PLP Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota
Pembangunan IPLT 50.000 jiwa/unit Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD di tiap Kecamatan dalam pembangunan IPLT terpusat agar
pemanfaatannya berkelanjutan Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan Komunal
Pembangunan IPAL Komunal 1.000 jiwa/unit Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam pembangunan IPAL komunal agar pemanfaatannya
berkelanjutan
Pembangunan MCK++ 1.000 jiwa/unit Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah dengan offsite system agar pemanfaatannya berkelanjutan Pembangunan Biofilter 100 jiwa/unit Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah dengan sistem biofilter agar pemanfaatannya berkelanjutan Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Drainase Perkotaan
IV - 9
LAPORAN AKHIR
No Sektor Program/Kegiatan Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan Penanganan Sosial
Pembangunan Lubang Resapan Biopori 50 jiwa/unit Melibatkan Kader lingkungan, Ibu-ibu PKK dan komunitas pecinta lingkungan dalam pembangunan lubang resapan biopori agar turut melestarikan serta terlibat aktif dalam penggunaannya
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Persampahan
Pembangunan TPA Sampah Regional 10.000 jiwa/unit Kerjasama Dinas Kebersihan dan Pertamanan antara Kabupaten Kediri-Kota Kediri dalam pembangunan TPA sampah regional agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan TPA Sampah Kabupaten/Kota
50.000 jiwa/unit DKP bekerjasama dengan kader lingkungan dan SKPD Kecamatan Badas dalam
rehabilitasi/peningkatan/pembangunan TPA agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan Pembangunan TPS 3R 1.000 jiwa/unit DKP bekerjasama dengan kader lingkungan untuk
memonitoring kegiatan pembangunan TPST/3R agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.
Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas/SLBM)
Pembangunan Sanimas 100 jiwa/unit DKP bekerjasama dengan kader lingkungan, SKPD di setiap kecamatan dan Ibu-ibu PKK di seluruh Kabupaten Kediri untuk memonitoring kegiatan pembangunan Sanimas agar
pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan. 4 Air Minum Pembangunan sarana air bersih di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
IV - 10
LAPORAN AKHIR
No Sektor Program/Kegiatan Jumlah Penduduk
yang Memanfaatkan Penanganan Sosial
Optimalisasi sarana air minum di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
Optimalisasi sarana air minum di IKK 100 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, masyarakat setempat dan SKPD di masing-masing IKK untuk memonitoring kegiatan optimalisasi sarana air minum agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
Pembangunan SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
Pembangunan SPAM Pedesaan 60 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan pembangunan SPAM Pedesaan agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih Perdesaan (HIPPAM)
Pembangunan HIPPAM 60 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan pembangunan HIPAM agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.
IV - 11
LAPORAN AKHIR
4.2
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dalam penyusunan dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan
analisis yang membahas dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi
lokal masyarakat.
4.2.1
Kemiskinan
Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,
serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 mengalami peningkatan hingga
tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan . Permasalahan kemiskinan ini selalu
menjadi yang menonjol di antara permasalahan kesejahteraan sosial lainnya. Jumlah keluarga miskin
yang dicatat BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2012 untuk perempuan sebesar 8.683 jiwa dan
laki sebesar 16.819 jiwa. Di tahun 2013 meningkat untuk perempuan sebesar 13.381 jiwa dan
laki-laki sebesar 29.333 jiwa. Tahun 2014 meningkat untuk perempuan sebesar 16.111 jiwa dan laki-laki-laki-laki
sebesar 36.441 jiwa. Di tahun 2015 menurun untuk perempuan sebesar 13.954 jiwa sedangkan
laki-laki sebesar 35.159.
Jumlah penduduk miskin menjadi indikator keseriusan suatu daerah dalam pembangunan
daerah. Jumlah penduduk miskin yang terus meningkat menjadi preseden buruk bagi kemajuan suatu
daerah sekaligus “raport merah” para penyelenggara
Pemerintahan Daerah. Berikut ini merupakan
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mojokerto tahun 2012-2015.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
No Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)
1 Jatirejo 1.557 894
2 Gondang 1.222 683
3 Pacet 1.205 561
4 Trawas 851 571
5 Ngoro 5.187 1.591
6 Pungging 1.142 496
7 Kutorejo 2.183 1.085
8 Mojosari 1.733 546
9 Bangsal 1.075 603
10 Mojoanyar 1.505 647
11 Dlanggu 1.930 629
12 Puri 2.742 721
IV - 12
LAPORAN AKHIR
No Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)
14 Sooko 1.339 378
15 Gedeg 2.139 644
16 Kemlagi 2.493 784
17 Jetis 2.387 1.602
18 Dawarblandong 3.552 729
Jumlah 2015 35.159 13.954
Jumlah 2014 36.441 16.111
Jumlah 2013 29.333 13.381
Jumlah 2012 16.819 8.683
Sumber : Kabupaten Mojokerto Dalam Angka Tahun 2016
Korelasi kemiskinan dengan perusakan lingkungan ditandai dengan aktivitas dan kehidupan
manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup melampaui daya dukung
(carrying capacity) sumber daya alam dengan tidak adanya ketidaksamaan pola pemikiran yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya
dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi
lingkungan yang buruk dikarenakan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedianya
infrastruktur sistem pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan
untuk pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang memadai. Beberapa hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Mojokerto
apalagi tingkat kemiskinan yang terjadi semakin meningkat setiap tahunnya.
Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu pendapatan yang tidak merata, miskinnya straregi
kebijakan pembangunan, kurangnya lapangan pekerjaan, keterbatasan kualitas SDM professional,
rendahnya mobilitas sosial, ketidaksempurnaan pasar, perbedaan akses dalam modal, perbedaan
tingkat pendidikan dan kesehatan dan perbedaan akses terhadap infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan hubungan yang
sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan
dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu:
1.
Kesehatan lingkungan (environmental health)
masyarakat miskin sangat menderita jika air,
udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi
2.
Sumber penghidupan (livelihoods)
masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung
secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air
terdegradasi maka masyarakat miskinakan merasakan dampak yang cukup signifikan
IV - 13
LAPORAN AKHIR
Bentuk dan upaya penanganan penanggulangan kemiskinan agar tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan adalah dengan cara:
1.
Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti
contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya
aliran sungai
2.
Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,
serta pembangunan sanimas, dan TPST 3R yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk
3.
Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan
lingkungan
4.
Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala pembangunan cipta
karya yang baik dan layak
5.
Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan
barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi yang berdampak positif bagi
kelangsungan hidup pembangunan cipta karya itu sendiri
6.
Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga sesuai dengan
rencana dan tujuannya
7.
Upaya mengurangi volume sampah dengan cara memilah dan memanfaatkan sampah yang masih
memiliki nilai ekonomi melalui sebuah gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah.
4.2.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi
Lokal Masyarakat
Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran
pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga
berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi
yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang
negatif menunjukkan adanya penurunan.
IV - 14
LAPORAN AKHIR
memperluas atau meningkatkan pertumbuhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di
bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Salah satu bentuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah bidang Penyediaan Air
Minum (PAM) dimana kebutuhan air merupakan kebutuhan dasar dan pokok bagi manusia. Air yang
layak konsumsi banyak dibutuhkan bagi sektor rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu jika
kebutuhan air bersih tidak tercukupi maka secara otomatis akan menurunkan produktivitas sektor
rumah tangga dan industri yang pada akhirnya akan menurunkan
output
dan berdampak pada
perekonomian melalui penurunan PDRB per kapita.
Selain itu, jika terdapat penambahan pemakaian produksi air bersih oleh rumah tangga maupun
industri akan membawa pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja ataupun
munculnya usaha-usaha baru di bidang air bersih dan atau industri makanan dan minuman. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bertambahnya kapasitas air bersih yang selanjutnya akan
memudahkan akses rumah tangga dan industri terhadap layanan air bersih tersebut akan memicu
penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya perekonomian, yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.
Sebaliknya dampak langsung dari penggunaan air bersih oleh masyarakat akan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat maka kualitas kesehatan
masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tentunya akan
berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan
berdampak secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan.
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat meningkatkan ekonomi lokal masyarakat
melalui kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain:
1.
Kebijakan dan Program pada bidang pengembangan permukiman kepada masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Contoh programnya antara lain adalah
pengembangan permukiman, penyediaan sarana prasarana sehat perumahan dan pembangunan
infrastruktur perdesaan.
IV - 15
LAPORAN AKHIR
pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH), peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakaran,
dan revitalisasi kawasan.
3.
Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat maka setiap Pemerintah Kabubaten/Kota
perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya melalui kebijakan penyehatan
lingkungan permukiman dengan infrastruktur yang memadai. Karena melalui penyediaan layanan
infrastruktur yang memadai maka akan menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kesejahteraan rakyat . Contoh programnya antara lain peningkatan infrastruktur
air limbah, peningkatan infrastruktur drainase, peningkatan infrastruktur persampahan, dan
peningkatan infrastruktur sanitasi.
4.
Sistem penyediaan air minum (SPAM) juga termasuk kebijakan dan program yang berpengaruh
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan
agar masing-masing Pemerintah Daerah memperhatikan skala prioritas pembangunan sistem
penyediaan air minum (SPAM) yang akan mampu memberikan dampak multiplier effect yang besar
terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah
.
5.
Peningkatan infrastruktur persampahan merupakan salah satu program yang berdampak pada
aspek lingkungan dan aspek ekonomi masyarakat. Dalam melakukan pemilahan sampah guna
mengurangi volume sampah dan memanfaatkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi melalui
gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah, maka dilakukan sosialisasi dan publikasi epada
pengurus lingkungan dan warga diharapkan dapat membangun motivasi dan kesadaran warga
untuk menangani sampah secara mandiri di rumah masing-masing. Dimana paya sosialisasi dan
publikasi ini harus dilakukan secara terus-menerus sebagai langkah edukasi.
4.3
Analisis Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang
Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah
sebagai berikut:
1.
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
IV - 16
LAPORAN AKHIR
2.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip
-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3.
Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan
hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju
kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5.
Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Peraturan Perundangan Terkait Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu
pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip
-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014
IV - 17
LAPORAN AKHIR
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung
lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,
UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan
UPL.
Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a.
Menetapkan kebijakan nasional.
b.
Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e.
Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim
dan perlindungan lapisan ozon.
g.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah.
h.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.
Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j.
Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a.
Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
IV - 18
LAPORAN AKHIR
e.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada Kabupaten/Kota di bidang
program dan kegiatan.
g.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a.
Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.
Dengan kata lain, KLHS merupakan sebuah bentuk tindakan strategis dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan
dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada
tataran pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing hirarki rencana tata ruang.
KLHS memuat kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa
ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaramaan hayati. Agar KLHS dapat
terintegrasi secara baik dalam penyusunan tata ruang, perlu diperhatikan kaidah asas-asas hasil
penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang, yaitu keterkaitan
(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
IV - 19
LAPORAN AKHIR
IV - 20
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.7
Matrik ’Uji Cepat’ KLHS Kecamatan Prioritas di Kabupaten Mojokerto
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
1. Kebijakan penataan ruang Kecamatan Bangsal sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Kabupaten dengan fokus pada pengarus utamaan gender.
Aspek Ekonomi Membuat
perekonomian Kecamatan Bangsal meningkat
Mengurangi jumlah pengangguran dengan banyak terciptanya lapangan pekerjaan
Aspek Sosial
Terjadi kemacetan lalu lintas
Jumlah kepadatan penduduk bisa melebihi kapasitas daya tampung lahan Kemungkinan
meningkatnya jumlah kriminalitas
Aspek Ekonomi Penyempitan lahan
perkotaan
menyebabkan harga cenderung
meningkat Aspek lingkungan Meningkatkan polusi
udara
Meningkatnya jumlah sampah terutama di daerah perkotaan dan padat
Meningkatnya limbah cair terutama dari aktivitas domestik
IV - 21
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
warga IPAL komunal
c. Kebijakan penataan ruang Kecamatan Bangsal sebagai kawasan perkotaan harus diikuti oleh pengembangan fasilitas umum dan sosial untuk mendukung peningkatan kegiatan perkotaan 2. Pengembangan kawasan
rawan banjir sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem alami kawasan dan mencegah timbulnya kerusakan yang tidak diinginkan dengan
Perencanaan penambahan dimensi saluran drainase, Normalisasi saluran Aspek Lingkungan
Mengalokasikan Timbulnya konflik
kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah Pembiayaan untuk
pengadaan dengan tepat dan
a. Pembersihan dan peningkatan (khususnya air) b. Pengoptimalan
IV - 22
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
lebih bersih dan sehat
Meminimalisir bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir dan polusi air.
cukup mahal. - terjadinya alih fungsi lahan misalnya
3. Pembuatan sistem sanitasi dengan Pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) komunal
Kecamatan
Peningkatan kualitas hidup dengan terpenuhinya
kebutuhan pengolahan air limbah
Aspek Ekonomi Peningkatan nilai
tambah dari usaha pemanfaatan limbah Lingkungan yang
sehat dan konsumsi air bersih berdampak pada sehatnya lingkungan sehingga
Aspek Sosial Timbulnya konflik
kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah
a. Adanya sistem pengolahan air air limbah masih berfungsi dengan baik.
c. Pembangunan IPAL komunal
a. Pengelolaan air limbah dilakukan untuk menjaga kelestarian sumber daya air
IV - 23
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
masyarakat jarang sakit (hemat biaya kesehatan). Aspek Lingkungan
Mengalokasikan tempat pembuangan akhir limbah industri untuk menghindari pencemaran lingkungan, agar Lingkungan menjadi lebih bersih dan seha Meminimalisir
bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah dan limbah industri
Pembiayaan untuk pengadaan terjadinya alih fungsi lahan misalnya sumber air bersih untuk menghindari terjadinya
pencemaran air bersih dengan bakteri.
d. Hasil pengolahan air limbah grey water dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
4. peningkatan pengelola sampah di TPS untuk melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, hingga pengolahan sampah organik menjadi kompos dan daur ulang sampah.
Kecamatan masyarakat dalam hal kebersihan lingkungan terutama dalam penanggulangan persampahan Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi Pembiayaan untuk
pengadaan
a. Sosialisasi dengan warga mengenai
IV - 24
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Trowulan
Lingkungan yang bersih dan sehat berdampak pada sehatnya lingkungan sehingga masyarakat jarang sakit (hemat biaya kesehatan). Aspek Lingkungan
Mengalokasikan tempat pembuangan akhir dengan batas tertentu dari lebih bersih dan sehat Peningkatan nilai
tambah dari usaha pemanfaatan limbah sampah seperti pupuk kompos, dan
sebagainya. Meminimalisir
bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir dan polusi udara.
Aspek Lingkungan Pengembangan
sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan. -
Menimbulkan bau tidak nyaman
mengolah sampah organik menjadi pupuk yang dapat digunakan untuk bercocok tanam c. Pengembangan daur ulang plastik dan kertas, pengkomposan, serta insinerasi.
b. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan dari sumbernya e. Sosialisasi kepada
masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah organik dan organik f. Pemberdayaan
IV - 25
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
5. Perbaikan lingkungan perumahan kurang layak huni dan pencegahan bencana alam Menambah pilihan
tempat tinggal
masyarakat. Kawasan tempat tinggal
masyarakat lebih tertata dengan adanya pemukiman serta dapat menekan angka kumuh.
Aspek Lingkungan Bertambahnya
daerah resapan air. Meningkatnya
jumlah kendaraan Bertambahnya
polusi udara
a. Untuk menangani libah cair b. Membuat sistem
pembuangan daerah resapan air tambahan. d. Mewajibkan
adanya lahan hijau di perumahan dan ditanami dengan pohon.
e. Mengatur sistem lalu lintas dan parkir kendaraan ekonomi, sosial dan lingkungan intensitas bangunan d. Pembangunan
rumah didukung oleh penyediaan fasilitas umum dan sosial
e. Penyediaan lahan untuk RTH
IV - 26
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
dan TPS. g. Perlu diadakan
peraturan mengenai informal yang tidak terkendali, dsb. 6. Penyediaan dan
Peningkatan Kualitas RTH
Kecamatan
Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air; Meningkatkan kualitas
lingkungan karena penyediaan RTH yang cukup.
Aspek Ekonomi Perlu adanya secara terpadu di kawasan RTH b. Perlu adanya
perlindungan b. Perlu optimalisasi
RTH privat dengan mengadakan kegiatan
IV - 27
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat; Meningkatkan
keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Aspek Ekonomi Dapat menambah
pendapatan daerah dengan menjadikan RTH sebagai tempat wisata
Aspek Lingkungan Mengurangi polusi
udara
Menambah daerah resapan air terutama di daerah
penambahan RTH.
c. Optimalisasi RTH publik diseiap sempadan jalan dan median jalan, dan penambahan jalur hijau. d. Penggalakan RTH
IV - 28
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
7. Penataan Sistem Jaringan drainase masyarakat dalam hal kebersihan lingkungan Aspek Lingkungan
Mengalokasikan tempat pembuangan akhir dengan batas tertentu dari lebih bersih dan sehat Meminimalisir
bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir dan polusi air.
Aspek Sosial Timbulnya konflik
kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah Pembiayaan untuk
pengadaan prasarana yang cukup mahal. Diperlukan anggaran
khusus untuk operasi dan pemeliharaan. Aspek Lingkungan
Pengembangan sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan misalnya
Pembersihan drainse akan meningkatkan kebersihan lingkungan dan mengurangi resiko
Pengawasan drainase menyebabkan tidak bercampurnya air hujan dengan dengan limbah
IV - 29
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
penyediaan jalur pedestrian. 8. Pengembangan Sistem
jaringan Air Minum
Kecamatan
Kecamatan Sooko, Kecamatan Dawarblandong.
Aspek Sosial
Peningkatan kualitas hidup dengan terpenuhinya kebutuhan terhadap penyediaan air bersih Aspek lingkungan Lingkungan yang
sehat dan
Aspek Ekonomi Pembiayaan untuk
pengadaan secara terpadu di kawasan sakit (hemat biaya kesehatan). d. IPAL komunal
untuk menghindari tercemarnya air tanah dengan limbah cair.
a. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya hemat air (memakai air hanya saat dibutuhkan). b. Mengutamakan
IV - 30
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
9. Fokus pengembangan Kecamatan Jetis adalah pengembangan Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) “promosi” Jetis dengan prioritas pembangunan pusat industri nasional dan regional di Desa Mojolebak
Kecamatan Jetis Aspek Ekonomi
Adanya potensi Peningkatan daya
saing kawasan industri Kecamatan Jetis dengan kawasan lain.
Peningkatan pertumbuhan
kawasan sekitar pukegiatan industri Menarik tenaga kerja
bidang industri Daya tarik investasi Aspek Sosial
peningkatan sarana transportasi baik peningkatan jaringan jalan dan moda angkutan untuk mendukung
pengembangan kegiatan industri baik industri besar
Aspek Ekonomi
Harga cenderung meningkat
Harga lahan semakin tinggi karena lahan di sekitar kawasan industri semakin terbatas
Aspek Sosial Meningkatnya
kepadatan disekitar kawasan industri, dapat
mengakibatkan munculnya permukiman baru Meningkatnya
fasilitas pendukung kegiatan industri mengakibatkan lahan semakin sempit.
Terjadnya
disparitas atau kesenjangan dengan kawasan lain yang kurang berkembang
a.Kebijakan pengembangan kawasan industri besar dengan tetap memperhatikan keseimbangan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
b.Peningkatan kondisi perekonomian kawasan industri
yang mampu
menangkap potensi dari daerah penghasil (perdesaan) untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat c.Memfasilitasi
pengolahan limbah cair maupun padat. d.Memanfaatkan lahan
hijau yang masih kawasan industri harus memberikan perhatian yang seimbang pada kepentingan non-ekonomi, yakni kepentingan sosial dan kepentingan lingkungan hidup. b.Implementasi
kebijakan pengembangan kawasan industri besar harus diikuti dengan
pengembangan sistem infrastruktur sehingga terbentuk pemenuhan layanan baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
IV - 31
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
maupun menengah. Peningkatan
intensitas
penggunaan lahan di sekitar kawasan industri
Terjadinya multi efek terhadap bidang lain seperti transportasi, dsb
(kecemburuan sosial)
Menimbulkan niat masayarakat untuk berurbanisasi disekitar kawasan industri sehingga kota menjadi semakin padat Aspek Lingkungan:
- Bertambahnya sampah di kawasan Jetis dan desa Mojolebak. - Bertambahnya
limbah cair. - Berkurangnya
daerah resapan air
- Menimbulkan kemacetan - Menimbulkan
polusi udara
ketentuan yang dihasilkan dari studi peraturan zonasi kawasan perkotaan. d.Implementasi
kebijakan pengembangan kawasan industri besar harus dilakukan dengan memperhatikan dan mengacu pada ketentuan peraturan zonasi.
e.Implementasi kebijakan pengembangan kawasan industri besar harus diikuti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. f. Memiliki peraturan
IV - 32
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
merusak lingkungan g.Kegiatan industri
memiliki sistem pengelolaan limbah sendiri
h.Pemberdayaan masyarakat lokal dalam bidang industri misal sebagai pekerja di pabrik, dsb.
i. Adanya peraturan tentang pengendalian alih fungsi lahan khususnya lahan tidak terbangun disekitar kawasan industri.
j. Memperbaiki sistem parkir.
k.Mengantisipasi bila terjadi kemacetan dengan pengaturan sistem lalu lintas. l. Penanaman pohon di
lahan hijau dan
daerah RTH
IV - 33
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
m.Membangun biopori untuk menambah dareh resapan air. 10. Pengembangan jaringan air
bersih berupa
pengembangan Water
Sanitary Low Income
Communities (WSLIC) dan Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) pada seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto
Kecamatan Jetis Aspek Ekonomi
Adanya peningkatan Aspek Sosial penggunaan air bersih oleh masyarakat
a.Memfasilitasi pembangunan IPAL. b.Memfasilitasi tong
sampah (organik maupun anorganik) c.Penyuluhan dengan
warga mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya. d.Memfasilitasi sistem
sanitasi warga.
a. Memfasilitasi pembangunan IPAL.
b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun
anorganik) c. Penyuluhan
dengan warga mengenai
pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya d. Memfasilitasi
sistem sanitasi warga.
11. Peningkatan pelayanan air bersih terhadap masayarakat serta peningkatan mutu dan standar pelayanan air bersih di Desa kupang dan Jolotundo
Kecamatan Jetis Aspek Sosial
Memudahkan aktivitas masyarakat Dapat menyebabkan
kurang terkontrolnya penggunaan air bersih oleh masyarakat
a. Memfasilitasi pembangunan IPAL.
b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun anorganik) c. Penyuluhan dengan
warga mengenai
a. Memfasilitasi pembangunan IPAL.
b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun
IV - 34
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga
kebersihannya. d. Memfasilitasi sistem
sanitasi warga.
dengan warga mengenai
pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya. d. Memfasilitasi
sistem sanitasi warga.
12. Pemeliharaan dan perbaikan pipa di Desa Kupang dan Jolotundo
Kecamatan Jetis Aspek Sosial Mempermudah
aktivitas masyarakat Memperbaiki fasilitas
masyarakat
Mengurangi resiko kebocoran
Aspek Ekonomi
Aspek Sosial Aspek Ekonomi
Membutuhkan dana yang tidak sedikit Aspek Lingkungan sekitar perbaikan pipa.
b. Pengaturan lalu lintas di sekitar perbaikan pipa c. Sosialisasi
terhadap
masyarakat untuk melakukan
penghematan air. 13 Normalisasi saluran dan
penambahan jaringan drainase dan peningkatan kapasitas daya tampung saluran drainase di Desa Kupang dan Jolotundo.
Kecamatan Jetis Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Lingkungan Meningkatkan kualitas
lingkungan
Sebagai pembelajaran bagi warga sekitar
Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Lingkungan Keresahan
masyarakat
a. Pendekatan dengan warga
a. Sosialisasi dengan warga sekitar mengenai
IV - 35
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
Mengurangi resiko banjir
14 Pengembangan hasil produksi dalam segi agropolitan, kawasan pertanian dan perkebunan swasta
Kecamatan Pacet Menambah banyaknya RTH sehingga
memperbaiki kualitas udara.
Timbulnya kesadaran warga untuk
mengonsumsi hasil produksi dalam negri. Menambah daerah
resapan air. Meningkatnya
kuantutas air tanah.
Membutuhkan lahan yang besar.
a. Mengatur sistem irigasi dan pengairan
b. Pengaturan sistem penyaluran air bersih
c. Menambah daerah resapan air d. Memaksimalkan
kawasan RTH.
a. Pengaturan sistem pengaliran dan arah aliran irigasi. b. Melakukan
sosialiasai
pentingnya bertani dan berkebun secara organik.
15 Meningkatkan dan
optimalisasi PDAM dan HIPPAM untuk pengguna di semua desa.
Kecamatan Pacet Meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan bertambahnya pengguna air bersih.
Dapat menyebabkan kurang terkontrolnya
IV - 36
LAPORAN AKHIR
No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
IV - 37
LAPORAN AKHIR
4.3.2
Amdal, UKL-UPL, dan SPPL
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang
Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
IV - 38
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.8
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan Peraturan Perundangan
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umumKLHS
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruhdan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
c) Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta) d) Keterkaitan studi lingkungan
dengan:
i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM
ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e)Mekanisme pelaksanaan i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL
ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.
IV - 39
LAPORAN AKHIR
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan f) Muatan Studi Lingkungan i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan
iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program
i. Kerangka acuan; ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. g)Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
h)Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan
yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.
i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.
i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-
RPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada
IV - 40
LAPORAN AKHIR
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
dan kabupaten/kota j) Partisipasi Masyarakat Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota
yang dapat mengakses dokumenpelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak;
ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
k) Atribut Lainnya: a. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan
b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan Berkelanjutan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan d. Dampak kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas
e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan Berkelanjutan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir
i. Fokus
pengendalian dampak
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan
j. Institusi Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
IV - 41
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.9
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
> 10 ha > 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau - Kapasitas Total
semua kapasitas/ besaran
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau - Kapasitasnya
> 2 ha 3 > 11 m /hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya: - Luas, atau - Kapasitasnya
> 3 ha > 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
> 500 ha > 16.000 m3 /hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km
IV - 42
LAPORAN AKHIR
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan
dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel berikut.
Tabel 4.10
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instansi penunjang:
Luas kawasan, atau < 10 Ha Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha b. Air Limbah
Domestik/ Permukiman
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
Luas < 2 ha
3 Atau kapasitas < 11 m /hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah
(sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman Luas < 500 ha
3 Atau debit air limbah < 16.000 m /hari c. Drainase
Permukaan Perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder diarea/kawasan pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:
luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km Pedesaan, Panjang : -
iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)