• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pewarna Anorganik Dari Kompleks Besi Formazan Sebagai Fotosensitizer Pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT) Nening Listari, Syafsir Akhlus*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pewarna Anorganik Dari Kompleks Besi Formazan Sebagai Fotosensitizer Pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT) Nening Listari, Syafsir Akhlus*"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pewarna Anorganik Dari Kompleks Besi Formazan Sebagai Fotosensitizer

Pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT)

Nening Listari, Syafsir Akhlus*

Kimia FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *Email: akhlus@gmail.com, Telp: 031-71739003

Abstrak

Dalam penelitian ini, dibuat suatu bentuk sel surya pewarna tersensitisasi (SSPT) dengan pewarna anorganik yaitu kompleks besi formazan yang diharapkan dapat meningkatkan stabilitas dan kinerja sel surya. Pewarna kompleks besi formazan merupakan pewarna tekstil selain itu afinitasnya baik untuk reagen analitik seperti protein dan fiber poliamida. Pemilihan kompleks besi formazan didasarkan pada logam besi terletak pada logam transisi dimana konfigurasi elektronnya d6 sama seperti logam rutenium dan osmium (telah digunakan sebagai pewarna sel surya), logam besi lebih mudah didapat karena kelimpahan di alam lebih banyak di bandingkan logam yang lain, memiliki kuantum yang relatif tinggi untuk menghasilkan sensitisasi pada nanokristalin TiO2, harganya lebih murah dan bisa di peroleh di Indonesia dengan mudah dibanding logam lain yang pernah diteliti sebelumnya sebagai kompleks untuk sel surya, larut dalam pelarut polar, panjang gelombangnya pada daerah UV-vis (Sokolowska, 1995). Pewarna besi kompleks formazan dibuat dengan cara disintesis.. Adapun efisiensi terbesar dari pewarna kompleks besi formazan dengan variasi konsentrasi 10-1M, 10-2M, 10-3M, dan 10 -4

M berturut-turut adalah 4.22%, 3.83%, 3.51%, dan 3.13% dibawah intensitas penyinaran matahari sebesar 59.9 mW/cm2 selama lima hari. Pengkarakterisasian untuk pewarna kompleks besi formazan dengan menggunakan Uv-vis dan untuk mengukur arus-tegangan menggunakan multimeter.

(2)

1. PENDAHULUAN

Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber-sumber energi alternatif. Tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini diprediksikan akan meningkat sebesar 70% antara tahun 2000 sampai 2030. Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Sumber energi yang berasal dari fosil, saat ini menyumbang 87.7%, listrik tenaga air menyumbang 6%, tenaga nuklir, biomassa, sumber energi matahari dan lain-lain menyumbang 6% (Quan, 2006).

Keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun, serta untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi terbaharukan. Upaya pencarian sumber energi baru sebaiknya memenuhi syarat yaitu menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, biaya ekonomis dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu pencarian tersebut diarahkan pada pemanfaatan energi matahari baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan sel surya yang dapat merubah energi matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh sel surya tanpa adanya hasil samping berupa gas – gas berbahaya dan sampah – sampah nuklir (Cahen, 2004). Sel surya terdiri dari beberapa sel dan jenisnya beragam. Penggunaan sel surya telah banyak di gunakan di negara-negara berkembang dan negara maju dimana pemanfaatannya tidak hanya pada lingkup yang kecil tetapi sudah banyak digunakan untuk keperluan industri sehingga energi matahari dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif.

Perkembangan sel surya saat ini memungkinkan untuk meninggalkan teknologi rangkaian divais padat klasik melalui penggantian fase yang berkontak langsung dengan semikonduktor, dengan material elektrolit baik yang berbentuk cair, gel, atau padat yang selanjutnya membentuk sel fotoelektrokimia. Kemajuan fenomenal dalam hal fabrikasi dan karakterisasi material nanokristalin membuka kesempatan untuk perkembangan sistem ini. Salah satu jenis dari kelompok divais ini adalah sel surya pewarna tersensitisasi (SSPT) yang pertama kali diperkenalkan oleh Michael Gratzel, yaitu jenis sel surya yang didalamnya terjadi proses absorpsi optis dan proses pemisahan muatan karena keberadaan sensitizer sebagai material penyerap sinar dengan semikonduktor berpita lebar yang memiliki morfologi nanokristalin.

Beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh sel surya pewarna tersensitisasi, diantaranya adalah biaya fabrikasi yang relatif murah, dapat dioperasikan dibawah kondisi penyinaran yang terhambur, bentuk sel dapat dibuat bersifat buram/ tak tembus cahaya atau transparan optis sehingga memberikan nilai lebih dari segi artistik (Gratzels, 2003). Sel surya pewarna tersensitisasi dapat menggunakan dua jenis pewarna yaitu pewarna yang berasal dari bahan organik dan anorganik. Adapun contoh pewarna dari bahan organik adalah mangsi, buah juwet, pacar air, pacar kuku, blue berry, kulit manggis dan lain sebagainya. Pewarna anorganik sebagai standar pada sel surya pewarna tersensitisasi adalah pewarna dari kompleks ruthenium dimana pewarna ini menghasilkan efisiensi sebesar 10.4% (Nazeeruddin dkk, 1997). Pewarna anorganik selain ruthenium yang telah digunakan adalah kompleks osmium, rhenium, besi, dan iridium (Sarto Polo, 2004).

Keuntungan dalam menggunakan pewarna anorganik antara lain efisiensi konversi sel surya secara kimia dan thermal lebih stabil, warnanya susah terdegradasi di bandingkan pewarna organik, peningkatan efisiensi sampai 30% sedangkan pewarna organik 5%, memiliki pergerakan

(3)

elektron lebih tinggi daripada pewarna organik (www.oe-chemicals.com). Dalam penelitian ini pewarna yang digunakan adalah pewarna anorganik yaitu kompleks besi formazan. Dimana pewarna ini biasanya di gunakan sebagai pewarna tekstil dan afinitasnya baik untuk protein dan serat poliamida (Sokolowska,1996).

Pemilihan kompleks besi formazan didasarkan pada, logam besi terletak pada logam transisi dimana konfigurasi elektronnya d6 sama seperti logam rutenium dan osmium (telah digunakan sebagai pewarna sel surya), logam besi lebih mudah didapat karena kelimpahan di alam lebih banyak di bandingkan logam yang lain, memiliki kuantum yang relatif tinggi untuk menghasilkan sensitisasi pada nanokristalin TiO2, harganya lebih murah dan bisa di peroleh di Indonesia dengan mudah dibanding logam lain yang pernah diteliti sebelumnya sebagai kompleks untuk sel surya, larut dalam pelarut polar, panjang gelombangnya pada daerah UV-vis yaitu 551 nm (Sokolowska, 1996).

Beberapa komplek dari besi yang pernah dilakukan sebagai pewarna untuk sel surya pewarna tersensitisasi antara lain kompleks [Fe(L)(CN)2] dan [FeIIL3] dimana L adalah 2,2-bipiridin (Ferrere, 2001), kompleks besi(II) bromopirogallol (Jayaweera, 2001), kompleks TBA4[Fe(dcbH2)2(CN)2 (Sarto Polo, 2004) dan kompleks besi phitalosianin dengan substitusi tetra-sulphonat (Balraju, 2009). Kompleks besi tersebut larut dalam pelarut polar.

Dalam pelapisan TiO2 menggunakan tehnik doctor blade. Tehnik ini merupakan tehnik yang sangat sederhana dan mudah di bandingkan dengan tehnik lainnya. Tehnik doctor blade adalah metode pelapisan suspensi TiO2 pada kaca semikonduktor menggunakan batang pengaduk dengan cara di gelinding pada permukaan kaca untuk meratakan suspensi TiO2 yang telah diteteskan. Karakteristik pewarna kompleks besi formazan menggunakan UV-Vis dan untuk mengukur arus serta tegangan menggunakan multimeter.

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaca semikonduktor (FTO), pemanas oven, cawan petri, gelas kimia, batang pengaduk, corong, termometer, pipet tetes, alat pengaduk, pensil grafit, klip penjepit, dan multimeter.

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk TiO2 (tronox), larutan elektolit, asetil aseton, triton X-100, metanol, etanol, sulfanilamid, akuades, NaOH 30%, HCl 30%, NaNO2 4ɴ, Na2SO3, asam antranilik, Na2CO3, benzaldehid, piridin, FeSO4.7H2O.

2.2 Prosedur Kerja 2.2.1 Pembuatan Pasta TiO2

Fotoelektroda TiO2 dibuat dengan mengikuti prosedur sebagai berikut: bubuk TiO2 (tronox) diayak untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Selanjutnya bubuk TiO2 ditimbang sebanyak 6 gram, kemudian ditambahkan asetil aseton sebanyak 0.2 ml yang telah dilarutkan dalam 1 ml akudes kedalam bubuk TiO2 tersebut. Campuran ini diaduk hingga bercampur merata, kemudian digerus menggunakan mortar. setelah itu ke dalam campuran tersebut ditambahkan akuades sebanyak 8 ml, yang dimasukkan secara perlahan – lahan sambil diaduk supaya merata. Suspensi TiO2 tersebut dimasukkan ke dalam botol tertutup dan dikocok dengan menggunakan glass beads untuk memecahkan partikel – partikel TiO2. Glass beads merupakan pengaduk yang berupa manik-manik kecil berbentuk bulat yang terbuat dari keramik. Kedalam ssuspensi TiO2 yang telah dikocok dimasukkan 0.1 ml triton X-100 yang telah dilarutkan dalam

(4)

1 ml akuades. Penambahan triton X-100 berfungsi sebagai surfaktan, larutan sebaiknya tidak dikocok lagi secara mekanik untuk menghindari terjadinya busa. Kemudian didiamkan selama 15 menit sebelum digunakan, supaya stabil dan busa serta gelembung udara berkurang (Brammer, 2004).

2.2.2 Pembuatan Pewarna Kompleks

2.2.2.1 Pembuata Benzaldehid Fenilhidrazon-4-sulfonamid

Sulfanilamid (5.2 g, 0.03 mol) dilarutkan dalam 20 ml akuades yang berisi 3ml NaOH 30% dan ditambahkan 7.5 ml NaNO2 4ɴ. Hasil campuran tersebut dimasukkan kedalam larutan 10 g pecahan es batu dalam 10 ml HCl 30% pada temperatur 5°C selama 40 menit. Kemudian dihasilkan garam diazonium dan ditambahkan secara perlahan-lahan larutan 9.995 g Na2SO3 yang dilarutkan dalam 25 ml akuades pada suhu 10°C dan di aduk selama 24 jam. Setelah itu suhu dinaikkan sampai 70°C dan ditambahkan 30 ml HCl 30% kemudian diaduk selama 30 menit. Untuk memperoleh hasil maka campuran tadi diaduk lagi selama 24 jam, kemudian di saring, di bersihkan dengan air dingin, dikeringkan, dan diperoleh penilhidrazin 4-sulfonamid.

Penilhidrazin-4-sulfonamid dilarutkan dalam 60 ml H2O yang berisi 4 ml NaOH 30% dan larutan benzaldehid 2.75 g (0.026 mol) dimasukkan pada suhu 50-55°C kemudian diaduk 24 jam sehingga di peroleh suatu campuran. Larutan campuran suhunya diturunkan menjadi 30°C kemudian di tambahkan 2.4 ml HCl 30%. Untuk memperoleh hasilnya maka larutan tersebut di saring, di bersihkan dengan air dingin dan di keringkan.

2.2.2.2 Pembuatan Pewarna Kompleks Besi Formazan

Asam antranilik (0.685 g, 0.005 mol) dilarutkan dalam 7.5 ml akuades yang berisi 0.3g Na2CO3 pada suhu 40°C dan ditambahkan 1.5 ml HCl 30%. Campuran didinginkan sampai suhu 0°C dan diazosiasi dengan 1.25 ml NaNO2 4ɴ. Kemudian diazosiasi lagi selama 3 menit pada suhu 0-2°C, sehingga diperoleh garam diazonium dan pada suhu 0-5°C ditambahkan larutan ligan 1.475 g (0.0054 mol) yang dilarutkan dalam 35 ml akuades yang berisi 2.5 ml NaOH 30% dan 3 ml piridin. Kemudian campuran reaksi di aduk selama 24 jam setelah itu ditambahkan 4 ml HCl 30% sehingga diperoleh pewarna tanpa logam.

Pewarna tanpa logam dilarutkan pada suhu 50°C dalam 28 ml akuades yang berisi 0.44 ml NaOH 30% dan di ditambahkan FeSO4.7H2O sebanyak 0.695 g (0.0025 mol) yang dilarutkan dalam 4 ml akuades. Campuran reaksi di aduk selama 2 jam pada suhu 60-70°C sehingga diperoleh kompleks besi formazan.

2.2.3 Pembuatan Elektroda

2.2.3.1 Pembuatan Elektroda Pembanding

Kaca konduktor yang telah siap pakai dilapisi permukaannya dengan pensil grafit, dimana ujung dari pensil di buat seperti mata pahat yang tujuannya dalam pelapisan pada kaca bisa lebih merata. Kemudian di panaskan pada suhu 450°C selama 30 menit.

2.2.3.2 Pembuatan Elektroda Kerja

Pasta TiO2 dilapiskan pada kaca konduktor yang telah dilapisi dengan fluorin (FTO) dengan teknik doctor blade hingga mencapai ketebalan tertentu. Kaca yang sudah terlapisi TiO2 didiamkan pada temperatur kamar selama 45 menit kemudian dipanaskan pada suhu 450˚C selama 30 menit, selanjutnya didinginkan hingga suhu 70 0C.

Kaca berlapis TiO2 kemudian direndam dalam zat pewarna pada sebuah cawan petri selama 24 jam, hingga diperoleh penyerapan optimal (Kartini, 2004). Untuk pemakaian jangka waktu lama, setelah pelapisan, kaca disimpan dalam tempat gelap tertutup dan sedapat mungkin dihindarkan dari goresan yang dapat merusak lapisan semikonduktor TiO2.

(5)

2.2.4 Perangkaian Alat

Elektroda kerja yang telah dibuat sebelumnya, dikeluarkan dari tempat penyimpanan, kemudian diletakkan diatas meja dengan posisi lapisan yang terlapis pewarna di bagian atas. Elektroda kerja tersebut kemudian ditempeli dengan elektroda pembanding secara berhadapan. Di antara kedua elektroda diteteskan larutan elektrolit, kemudian kedua elektroda tersebut dijepit pada bagian pinggirnya dengan menggunakan klip penjepit, sehingga terbentuklah suatu rangkaian sel surya.

2.2.5 Pengkarakterisasian

2.2.5.1 Pengukuran Arus dan Voltase dengan cahaya matahari

Sel surya dihubungkan dengan kabel voltameter pada kedua sisinya dengan kutub (+) adalah elektoda pembanding, dan kutub (-) adalah elektroda kerja. Sel surya yang telah terangkai dengan kabel, kemudian disinari dengan cahaya matahari langsung. Diukur arus dan tegangan maksimum. Kemudian diukur pula arus keluaran dengan menentukan luas area aktif dari sel surya.

2.2.5.1.3 Karakterisasi komponen – komponen SSPT

Karakterisasi struktural dari pewarna kompleks besi formazan menggunakan UV-Vis dan mengukur kinerja selnya menggunakan multimeter.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pewarna yang digunakan dalam sel surya harus memiliki panjang gelombang pada daerah tampak, hal ini dikarenakan untuk mengoptimalisasi penyerapan cahaya matahari yang akan di ubah sebagai energi listrik. Pewarna yang digunakan dalam sel surya ini adalah pewarna anorganik yaitu kompleks besi formazan. Kompleks besi ini dikarakteristik dengan UV-vis untuk mengetahui panjang gelombangnya yang telah disebutkan pada literatur (Sokowloska, 1996). Hasil yang diperoleh adalah 546 nm (gambar 1).

Gamabar 1. Spektroskopi UV-Vis pada kompleks besi formazan

Pada pewarna kompleks besi formazan mengandung gugus kromofor dimana memiliki gugus tak jenuh dan memiliki gugus ausokrom (NH2, NR2) yang memekatkan warna kromofor

(6)

sehingga meningkatkan intensitas dan panjang gelombang pada absorbsi. Puncak panjang gelombang menunjukkan adanya eksitasi elektron dari π ke π*dan n ke π* untuk ikatan rangkap terkonjugasinya. Adapun struktur dari kompleks besi formazan seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Pewarna kompleks besi formazan (X dan X1 adalah COO; Y dan Y1 adalah H; Z dan Z1 adalah SO2NH2) (Sokolowska, 1996).

Pengukuran tegangan dan arus untuk sel surya ini menggunakan multimeter. Pengukuran dilakukan selama lima hari dibawah penyinaran sinar matahari secara langsung. Disini pengukuran dilakukan di diluar ruangan dengan variasi konsentrasi pewarna kompleks besi formazan. Adapun variasi konsentrasinya adalah 10-1M, 10-2 M, 10-3M, dan 10-4M dengan luas kaca yang digunakan sebagai sel surya adalah 2 cm x 2 cm.

Data Intensitas cahaya matahari Watt/ m2 dan temperatur dari tanggal 13-17 Januari 2010 pada jam 12 siang. Tanggal Data 13 14 15 16 17 Intensitas (W/m2) 599 587 589 476 581 Intensitas (mW/cm2) 59.9 58.7 58.9 47.6 58.1 Temperatur (°C) 37.4 36.9 37.1 35.3 36.6

Pengukuran arus dan tegangan kompleks besi formazan 10-1M Pengukuran waktu VOC (V) ISC (mA) ISC (mA/cm2) VMPP (V) IMPP (mA) IMPP (mA/cm2) FF η (%) Hari 1 0.580 40.06 10.015 0.364 27.78 6.945 0.4352 4.22% Hari 2 0.561 38.14 9.535 0.308 24.58 6.145 0.3538 3.22% Hari 3 0.541 31.01 7.7525 0.236 16.77 4.1925 0.2359 1.65% Hari 4 0.496 20.44 5.11 0.171 8.19 2.0475 0.1381 0.74% Hari 5 0.489 16.14 4.035 0.125 3.98 0.995 0.0630 0.21%

(7)

Pengukuran Kompleks Besi Formazan 10-2M Pengukuran waktu VOC (V) ISC (mA) ISC (mA/cm2) VMPP (V) IMPP (mA) IMPP (mA/cm2) FF η (%) Hari 1 0.579 38.71 9.6775 0.357 25.68 6.42 0.4090 3.83% Hari 2 0.550 34.75 8.6875 0.281 23.31 5.8275 0.3427 2.79% Hari 3 0.538 26.11 6.5275 0.230 12.14 3.035 0.1988 1.19% Hari 4 0.490 19.44 4.86 0.156 7.16 1.79 0.1172 0.59% Hari 5 0.473 13.18 3.295 0.120 2.19 0.5475 0.0420 0.11% Pengukuran Kompleks Besi Formazan 10-3M

Pengukuran waktu VOC (V) ISC (mA) ISC (mA/cm2) VMPP (V) IMPP (mA) IMPP (mA/cm2) FF η (%) Hari 1 0.561 36.89 9.2225 0.336 25.00 6.25 0.4059 3.51% Hari 2 0.530 32.64 8.16 0.277 20.78 5.195 0.3327 2.45% Hari 3 0.526 24.17 6.0425 0.212 10.38 2.595 0.1731 0.93% Hari 4 0.485 17.72 4.43 0.131 6.47 1.6175 0.0986 0.45% Hari 5 0.452 11.66 2.915 0.087 2.17 0.5425 0.0358 0.08% Pengukuran Kompleks Besi Formazan 10-4M

Pengukuran waktu VOC (V) ISC (mA) ISC (mA/cm2) VMPP (V) IMPP (mA) IMPP (mA/cm2) FF η (%) Hari 1 0.552 34.78 8.695 0.311 24.11 6.0275 0.3906 3.13% Hari 2 0.524 29.41 7.3525 0.262 19.16 4.79 0.3257 2.14% Hari 3 0.516 21.98 5.495 0.200 9.76 2.44 0.1721 0.83% Hari 4 0.471 15.45 3.8625 0.116 5.96 1.49 0.0950 0.36% Hari 5 0.426 9.88 2.47 0.073 1.93 0.4825 0.0335 0.06%

Dari data pengukuran yang diperoleh, dihasilkan efisiensi paling besar 4.22% pada konsentrasi pewarna kompleks 10-1 M dengan luas permukaan kaca sebesar 4 cm2 dan intensitas mataharinya sebesar 59.9 mW/cm2 pada suhu 37.4 °C. Variasi konsentrasi mempengaruhi keluaran arus dari sel, karena semakin besar konsentrasi dan pekatnya warna dari sel surya maka keluaran arusnya juga besar efisiensi juga meningkat tinggi. Efisiensi sel surya dari hari ke hari memiliki penurunan. Pengaruh konsentrasi pewarna kompleks juga mempengaruhi keluaran arus sel surya, setiap variasi konsentrasi mengalami penurunan sekitar 2 mA. Luas permukaan sel surya juga mempengaruhi peningkatan arus yang dikeluarkan sel surya. Semakin besar permukaan maka absorbsi warna lebih luas, absorbsi cahaya makin banyak, arus meningkat sehingga efisiensinya juga meningkat.

(8)

Gambar 3. Hubungan arus dengan waktu (hari) pada variasi konsentrasi setiap pewarna kompleks besi formazan.

Gambar 4. Hubungan efisiensi dengan waktu (hari) pada variasi konsentrasi setiap pewarna kompleks besi formazan.

4. KESIMPULAN

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan antara lain:

4.1.1 Efisiensi sel surya berdasarkan variasi konsentrasi pewarna kompleks besi formazan dari 10-1 M, 10-2M, 10-3 M, dan 10-4M adalah 4.22 %, 3.83 %, 3.51%, dan 3.13 %, dengan perbedaan efisiensi tiap konsentrasi sebesar 0.39 – 0.31 %.

4.2 Dari hari ke hari arus, tegangan, fill factor dan efisiensi dari pewarna kompleks semakin turun. Penurunan efisiensi terbesar pada hari pertama sampai hari ketiga yaitu sekitar 1- 1.6 % sedangkan untuk hari ke empat sampai hari kelima 0.6 – 0.3%.

4.3 Pengaruh variasi konsentrasi pada sel surya sangat mempengaruhi tegangan, arus, fill factor dan efisiensi sel. Semakin besar konsentrasi maka tegangan, arus, fill factor dan efisiensi semakin tinggi.

Daftar pustaka

Balraju P., Manish Kumar, M.S. Roy, dan G.D. Sharma (2009), “Dye sensitize d solar cells (DSSCs) based on modified iron phthalocyanine nanostructured TiO2 electrode and PEDOT:PSS counter electrode”, Synthetic Metal, Vol. 159, Hal. 1325-1331.

(9)

Cahen, David, Juan Bisquert, Gary Hodes, Sven Ru1hle, dan Arie Zaban (2004), “Review Articles: Physical Chemical Principles of Photovoltaic Conversion with Nanoparticulate,

Mesoporous Dye Sensitized Solar Cells”, Journal Physics Chemistry B, Vol. 108, hal.

8106 – 8118.

Ferrere, Suzanne (2002), “New photosensitizers based upon [FeII(L)2(CN)2] and [FeIIL3], where L is substituted 2,2-bipyridine”, Inorganica Chemica Acta, Vol. 329, hal. 79-92.

Gratzel, Michael (2003), “Review : Dye Sensitized Solar Cells”, Photochemistry and

Photobiology C : Photochemistry Reviews, Vol. 4, hal. 145 – 153.

Jayaweera P.M., S.S Palayangoda, dan K. Tennakone (2001), “Nanoporous TiO2 solar cells sensitized with iron(II) complexes of bromopyrogallol red ligand”, Photochemistry and

Photobiology, Vol. 140, hal. 173-177.

Nazeeruddin, M.K., A. Kay, I. Rodicio, R. Humphry-Baker, E. Muller, P. Liska, N. Vlachopoulos, dan Gratzel (1997), “Conversion of Light to Electricity by cis-X4 Bis(2,2’-bipyridil-4,4’ dicarboxylate) ruthenium (II) Charge-Transfer sensitizers (X= Cl-, Br-, I-, CN and SCN-) on Nanocrystalline TiO2 Electrodes,J.Am.Chem.Soc., Vol. 115, hal. 6382-6390.

Quan Vo Anh (2006), Degradation of the solar cell dye sensitizer N719 Preliminary building of

dye-sensitized solar cell, Tesis Master, Roskilde university, Denmark.

Sarto Polo André, Melina Kayoko Itokazu, dan Neyde Yukie Murakami Iha (2004), “Metal complexes sensitizers in dye-sensitized solar cells”, Coordination Chemistry Reviews, Vol. 248, hal. 1343-1361.

Sokolowska-Gajda Jolanta, Harold S. Freeman, dan Reife Abraham (1996), Synthetic Dyes

Based on Evironmental Considerations. Part 2: Iron Compleks Formazan Dye,

Departemen of Textile Engineering, Chemistry, and Science, North Corolina State University, Raleigh, NC 27695-8301, USA, Vol. 30, hal. 1-20.

www.oe-chemicals.com/ organic electronic chemicals/ dictionary M-Z.html#hybrid pv (2005-2008).

Gambar

Gambar 2. Pewarna kompleks  besi formazan (X dan X 1  adalah COO; Y dan Y 1  adalah H; Z dan  Z 1  adalah SO 2 NH 2 ) (Sokolowska, 1996)
Gambar 3. Hubungan arus dengan waktu (hari) pada variasi konsentrasi setiap pewarna  kompleks besi formazan

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas yang tersedia untuk mendukung operasional peternak madu di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebagian besar telah terpenuhi yang terdiri

Jenis pelepasan bunyi yang lain adalah haplologi ,yaitu pemendekan pada sebuah kata karena penghilangan suatu bunyi atau suku kata pada pengucapannya. Misalnya :

Logam alkali merupakan logam ang sangat reakti7, sehingga mudah bereaksi dengan =at lain membentuk sena*a logam alkali.. 4erikut akan dipaparkan berbagai !enis reaksi logam

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2009: 91) yaitu suatu konsekuensi logis, bahwa dengan memecahkan masalah secara

Berdasarkan hasil penelitian kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa aplikasi ini dapat menjadi suatu alat alternatif bagi masyarakat untuk mengetahui kondisi mata

Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang melakukan income smoothing dengan melihat perubahan harga saham atau return

Totusi, dupa primele 4-6 saptamani de viata ale copilului, acesta se poate hrani cu laptele muls cu ajutorul pompei (daca hraniti copilul cu lapte recoltat

Gagasan Islamisasi ilmu Naquib al-Attas, pada dasarnya, adalah respon intelektualnya terhadap efek negatif ilmu modern (Barat) yang semakin tampak dan dirasakan