• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH TEORITIS Teori Sinyal Manajemen Laba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TELAAH TEORITIS Teori Sinyal Manajemen Laba"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5 TELAAH TEORITIS

Teori Sinyal

Teori sinyal menunjukkan adanya hubungan asimetri antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap informasi perusahaan. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar (Lina dalam Widowati et al, 2013).

Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pihak ekternal. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi dengan utang yang dimiliki (Restuti, 2008).

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan tindakan manipulasi laporan keuangan dengan mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan demi kepentingan pribadi atau perusahaan.

Menurut Sugiri (1998), definisi manajemen laba dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Definisi sempit

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.

2. Definisi luas

Manajemen laba merupakan tindakan untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu usaha dimana manajer bertanggung jawab

(2)

6

tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Menurut Scoot (dalam Oktaviyani, 2013) pola manajemen laba dibagi menjadi empat:

a. Taking a Bath

Taking a Bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada periode berjalan menjadi sangat rendah (bahkan rugi) atau sangat tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi.

b. Income Minimation

Income minimation adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas tinggi sehingga jika laba periode mendatang turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income Maximation

Income maximation adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan tinggi daripada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximation bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang.

d. Income Smoothing

Income smoothing (perataan laba) merupakan suatu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten dari periode ke periode. Pola ini dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

(3)

7 Perbankan

Bank merupakan badan usaha yang menampung dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposit dan giro. Bank juga berfungsi untuk memberikan bantuan dana atau pinjaman kepada masyarakat.

Pada dasarnya lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank memiliki tugas yang sama yaitu menghimpun dan menyalurkan dananya. Perbedaannya terletak pada cara menghimpun dan menyalurkan dananya. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, lembaga keuangan perbankan dapat melakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank, hanya dapat menghimpun dana secara tidak langsung atau hanya melalui kertas berharga, pinjaman atau kredit (Arthesa & Handiman, 2006).

Bank memegang peranan yang penting dalam mendorong perekonomian nasional karena bank merupakan pengumpul dana dari surplus unit dan penyalur kredit kepada deficit unit. Selain itu, bank juga merupakan tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat serta memperlancar lalulintas pembayaran bagi semua sektor perekonomian (Hasibuan, 2001).

Karekteristik Bank

Karakteristik adalah sifat-sifat yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Industri perbankan mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan industri perbankan dengan industri lainnya (Primasari & Pangestuti, 2013).

Beberapa karakteristik yang membedakan bank dengan non-bank financial intermediaries, menurut Bossone (dalam Primasari & Pangestuti, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Bank menciptakan likuiditas dalam bentuk bank’s own liabilities atau surat utang yang dibuat untuk peminjam. Bank tidak melanjutkan likuiditas yang sudah ada, tetapi menambah likuiditas sistem setiap saat bank mengadakan kredit baru kepada perusahaan melalui penciptaan deposit. Sedangkan non-bank financial intermediaries bertindak sebagai capital market intermediaries yang mengumpulkan likuiditas yang sudah ada (bank deposit) dari savers dengan long position dan menginvestasikannya pada investor dengan short position.

(4)

8

2. Bank memberikan pengetahuan pada peminjamnya (borrowers) tentang operasi harian, kebutuhan likuiditas, aliran pembayaran, juga faktor jangka pendek dan pengembangan product market. Sedangkan non-bank mengembangkan pengetahuan tentang prospek usaha jangka panjang, investasi potensial, trend pasar (market trends), dan perubahan pada faktor fundamental ekonomi.

Bank juga memiliki tiga karakteristik khusus yang berbeda dalam fungsinya bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Tiga hal tersebut menurut George (dalam Primasari & Pangestuti, 2013) adalah sebagai berikut: 1. Terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana masyarakat, bank berperan khusus dalam penciptaan uang dan mekanisme sistem pembayaran dalam perekonomian. Keberadaan perbankan memungkinkan berbagai transaksi keuangan dan ekonomi dapat berlangsung lebih cepat, aman, dan efisien.

2. Sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan berperan khusus dalam memobilisasikan simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Hal ini akan memperbesar dan mempermudah proses mobilisasi dan alokasi sumber-sumber dana dalam perekonomian.

Sebagai lembaga penanaman aset finansial, bank memiliki peran penting dalam mengembangkan pasar keuangan, terutama pasar uang domestik dan valuta asing. Bank berperan dalam mentransformasikan aset finansial, seperti simpanan masyarakat ke dalam bentuk aset finansial lain, yaitu kredit dan surat-surat berharga yang dikeluarkan pemerintah dan bank sentral.

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to deposit ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank. Loan to deposit ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2003). Rasio ini mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana

(5)

9

masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir dalam Primasari & Pangestuti, 2013).

Net Interest Margin (NIM)

Net interest margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Obligasi

Obligasi direpresentasikan sebagai janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu jatuh tempo ditambah tingkat bunga periodik tertentu (Kieso dalam Maharti, 2011). Menurut Sunariyah (dalam Adrian, 2011), tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi. Apabila dibandingkan dengan saham, return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham.

Obligasi (bond) sebagai salah satu bagian dari produk fixed income securities (pendapatan tetap) dikenal sebagai alternatif untuk instrumen pembiayaan atau investasi yang memberikan pendapatan bagi investor dengan kondisi nilai pendapatan dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam melakukan investasi, yang paling umum dilakukan pada obligasi adalah bahwa setiap investor baik perorangan ataupun lembaga investasi akan membeli obligasi dalam periode jangka waktu tertentu misalnya 5 tahun atau 8 tahun. Dari pembelian obligasi tersebut, investor akan menerima penghasilan atau return

(6)

10

berbentuk tingkat suku bunga (coupon) yang akan diterima setiap tahun atau triwulan atau sesuai periode yang ditentukan sebelumnya, ditambah nilai pokok (principal) yang besarnya sama pada saat awal investasi dan akan diterima pada saat jatuh tempo (Monica dalam Adrian, 2011).

Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan opini lembaga pemeringkat serta sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan (berdasarkan keputusan BAPEPAM dan lembaga keuangan Kep-151/BL/2009). Informasi peringkat tersebut diharapkan dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi apakah akan membeli obligasi atau tidak (Maharti, 2011).

Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan, yaitu peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan (Rosten dalam Adrian, 2011).

Proses pemeringkat obligasi dilakukan dengan menunjuk salah satu lembaga pemeringkat. Setelah ada kesepakatan antara emiten dan lembaga rating, pihak manajemen menyerahkan data yang dibutuhkan untuk proses pemeringkatan. Kemudian survei dan wawancara akan dilakukan terhadap pihak manajemen. Lama pengumpulan data dan analisis memakan waktu lebih dari 1 bulan (Raharjo dalam Maharti, 2011).

Peringkat obligasi diberikan oleh perusahaan pemeringkat. Perusahaan pemeringkat ini harus mendapat izin resmi dari regulator di industri keuangan masing-masing negara. Ada yang berdiri sendiri, ada pula lembaga peringkat internasional yang beroperasi di negara lain. Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin sebagai lembaga peringkat adalah PT Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), Fitch Rating Indonesia yang merupakan lembaga peringkat internasional yang membuka jaringannya di Indonesia dan ICRA.

(7)

11

Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston (dalam Arif, 2012) adalah sebagai berikut:

1) Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.

2) Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating akan membaik. 3) Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih

rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.

4) Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.

5) Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).

6) Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.

7) Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8) Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9) Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.

10) Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.

(8)

12 Tabel 1

Definisi Peringkat Obligasi PT.PEFINDO Simbol Arti

AAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan berisiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian. AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

A Efek utang yang berisiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban keuangannya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

BBB Efek utang yang berisiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban keuangannya sesuai dengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang yang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan. B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban keuangannya.

CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban keuangannya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D

Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha.

(9)

13 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap peringkat obligasi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Oktaviyani (2013) mengenai pengaruh manajemen laba, rasio keuangan dan mekanisme corporate governance terhadap peringkat obligasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi yaitu manajemen laba, rasio likuiditas, kepemilikan manajerial dan kualitas audit. Sedangkan empat variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yaitu rasio aktivitas perusahaan, rasio nilai pasar, kepemilikan institusional dan komisaris independen

Penelitian mengenai pengaruh manajemen laba juga telah diteliti oleh Arif (2012) mengenai pengaruh manajemen laba dan rasio keuangan perusahaan terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba dan profitabilitas secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap peringkat obligasi sedangkan levegare, solvabilitas, likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.

(10)

14 Tabel 2

Beberapa Penelitian Sebelumnya Mengenai Peringkat Obligasi No Nama Peneliti Tahun Variabel

Peneltian

Analisis Hasil Temuan 1 Dewi Widowati 2013 Peringkat obligasi,

profitabilitas, leverage, likuiditas, solvabilitas, PER, produktivitas, jaminan, maturity dan reputasi auditor

Regresi Profitabilitas, likuiditas, reputasi auditor berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

2 Adia Pakarinti 2011 Peringkat obligasi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, reputasi auditor, leverage Regresi Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, reputasi auditor berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

3 Ayyu Pertiwi 2013 Peringkat obligasi, leverage (debt to equity), profitabilitas (return on asset), solvabilitas (cash flow from operation to total liabilities), dan jaminan

Regresi Leverage, solvabilitas,

dan jaminan

berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi

4 Nelly Thamida 2013 Bond rating, kapitalisasi,

profitability, liquidity, reputasi auditor

Regresi Kapitalisasi dan reputasi auditor signifikan mempengaruhi peringkat obligasi, 5 Rizka Dewi Oktaviyana 2013 Peringkat obligasi, manajemen laba, rasio keuangan, mekanisme corporate governance

Regresi Manajemen laba, rasio likuiditas, kepemilikan manajerial dan kualitas audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi

6 Dyah

Setyaningrum

2012 Manajemen laba, emisi obligasi, peringkat obligasi, rasio keuangan

Regresi Manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap emisi obligasi 7 Enny Dwi Maharti Peringkat obligasi, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, leverage, jaminan

Regresi Semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi

(11)

15

Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Peringkat Obligasi

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal pada pengguna laporan keuangan. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi signal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki (Sari, 2007). Peringkat obligasi memberikan informasi mengenai kinerja keuangan dan posisi bisnis perusahaan emiten. Karena penilaian peringkat mempertimbangkan faktor keuangan, maka manajemen perusahaan cenderung akan melakukan manajemen laba sehingga berdampak pada perolehan peringkat obligasi yang tinggi (Sari, 2010).

Perusahaan yang akan mengeluarkan obligasi harus memenuhi ketentuan dari pemerintah (BAPEPAM dan BES) yaitu minimal hasil pemeringkatan dari lembaga pemeringkat efek yang terdaftar di BAPEPAM adalah sekurang-kurangnya BBB- (investment grade). Apabila perusahaan mendapat peringkat lebih rendah dari ketentuan tersebut, merupakan pengorbanan yang mahal bagi perusahaan karena mempunyai konsekuensi negatif, seperti menurunnya reputasi perusahaan, penurunan harga saham di bursa efek, dan berkurangnya kepercayaan kreditur. Oleh karenanya, manajemen akan mengantisipasinya dengan melakukan manajemen laba dalam bentuk pengaturan laba yang menaikkan laba (Yasa, 2010) Manajemen laba akan mempengaruhi tingkat laba dalam laporan keuangan bank sehingga terlihat bahwa bank mempunyai kinerja keuangan yang baik dan dapat mengurangi resiko ketidakmampuan bayar hutang obligasi. Lembaga pemeringkat akan memberikan peringkat obligasi yang baik apabila suatu bank mempunyai kinerja keuangan yang baik juga.

Sehingga hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1: Manajemen laba berpengaruh terhadap peringkat obligasi perbankan. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Peringkat Obligasi

LDR menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin baik kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena bank tersebut mampu menyalurkan

(12)

16

kreditnya secara optimal. Beberapa praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank berkisar 80%. Tetapi batas toleransi berkisar 85%-100% (Dendawijaya dalam Primasari & Pangestuti, 2013 ).

Fungsi intermediasi bank yakni menghimpun dan menyalurkan kembali dana kepada masyarakat merupakan fungsi yang penting dalam perbankan. Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat LDR nya tinggi. Ini berarti bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat (Pasaribu, 2011).

Salah satu faktor keuangan yang dinilai dalam peringkat obligasi adalah likuiditasnya, apabila bank mempunyai LDR yang baik maka likuiditas bank juga baik karena LDR merupakan salah satu rasio untuk mengukur likuiditas suatu bank. Apabila suatu perbankan mempunyai likuiditas dan kesehatan baik yang ditunjukkan dari LDR maka peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat juga menunjukkan peringkat yang baik. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

H2: Loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Pengaruh Net Interest Margin (NIM) Terhadap Peringkat Obligasi

NIM merupakan rasio pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. Semakin besar NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kinerja bank akan menjadi semakin baik (Primasari & Pangestuti, 2013).

Net interest margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dari suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan berdasarkan hasil penelitian empiris (Horrigan, 1966; Burton et al., 1998 dalam Yasa, 2010) akan meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default risk), sehingga semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.

(13)

17

Salah satu faktor keuangan yang dilihat oleh PEFINDO adalah profitabilitas, apabila suatu perbankan memiliki rasio net interest margin yang tinggi, akan menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas suatu perbankan tinggi sehingga risiko ketidakmampuan untuk membayar kewajiban hutang obligasinya rendah maka peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat juga akan menunjukkan peringkat yang baik.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H3: Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap peringkat obligasi perbankan.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Manajemen Laba (X1)

Net Interest Margin(X2)

Loan To Deposit Ratio (X3)

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Influence of Porang (Amorphophalus muelleri) Cultivation On The Composition of Soil Arthropods In Tropical Agroforestry Areas In East Java, Indonesia.. Benefit

Bila kedalam suatu cairan dilarutkan zat lain, maka potensial kimia dalam pelarut lebih rendah dari potensial kimia pelarut murni yang menyebabkan penurunan titik

Persaingan di dunia pendidikan tidak akan pernah terhenti khususnya dalam bidang non-akademik yang diwadahi dengan ekstrakurikuler, salah satunya adalah Kepramukaan. Kepramukaan

Angket yang diberikan kepada siswa mengenai penggunaan model Take and Give yang diterapkan pada proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa

Dari hasil pe- nelitian yang dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2015 di sungai Saddang dari hulu sampai ke hilir di dibagi atas 5 stasiun sampling, di dapatkan 2 jenis

Tidak mematuhi petunjuk ini dapat menyebabkan kematian, cedera serius, atau kerusakan alat... Tempatkan baterai pada rak di dalam lemari baterai yang kosong dan hubungkan semua

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

2 Ustaz Othman bin Muda Ketua Jabatan Pengajian Umum Darul Quran, Jakim 3 Ustaz Abdul Jalal bin Abdul Manaf Ketua Jabatan Pengajian Usuluddin Darul Quran, Jakim 4 Ustaz Shamsul