• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi (fisikal) antar negara. Tidak terliput dalam batasan ini, masalah-masalah moneter dan finansial internasional yang timbul dan atau menyertai proses pertukaran. Dalam pengertian ini, perdagangan internasional merupakan anak gugus dari masalah-masalah ekonomi internasional yang meliputi ketiga gugus permasalah-masalahan diatas.

Teori-teori perdagangan internasional dapat dianggap sebagai suatu perluasan dari teori ekonomi umum ke masalah-masalah spesifik yang dihadapi dalam perdagangan antar negara. Sungguh pun secara tradisional tekanannya pada perdagangan antar negara, teori perdagangan internasional dapat juga diterapkan pada masalah-masalah perdagangan antar individu dan perdagangan antar daerah (Gonarsyah, 1983).

Merkantilisme memandang perdagangan sebagai suatu zero-sum game, dimana surplus perdagangan suatu negara diimbangi dengan defisit perdagangan suatu negara lain. Sebaliknya, Adam Smith memandang perdagangan sebagai positive-sum game dimana semua mitra yang berdagang dapat memperoleh manfaat jika negara-negara melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dimana mereka memiliki keunggulan absolut.

Ricardo memperluas teori keunggulan absolut menjadi teori keunggulan komparatif. Menurut Ricardo, sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam barang apa pun, negara ini dan negara lain masih akan mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional. Meskipun demikian, Ricardo tidak menjelaskan secara memuaskan mengapa keunggulan komparatif berbeda diantara negara-negara.

Heckscher dan Ohlin menjelaskan bahwa keunggulan komparatif muncul dari perbedaan-perbedaan dalam faktor endowments. Teori ini nampaknya berhasil menjawab kelemahan teori-teori sebelumnya. Meskipun demikian, Leontif menemukan suatu hasil yang paradoks. Beberapa ekonom telah

(2)

mengembangkan sejumlah teori alternatif karena model Heckscher-Ohlin tidak berjalan dengan baik di dunia nyata (Cho DS dan Moon HC, 2003).

Proses terciptanya harga komoditi parsial pada kegiatan perdagangan internasional dapat terlihat pada Gambar 3. Kurva Dx dan kurva Sy dalam panel A dan C pada Gambar 3 masing-masing melambangkan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk komoditi X di Negara 1 dan Negara 2. Sumbu vertikal pada panel tersebut mengukur harga-harga relatif untuk komoditi X (Px/Py) atau jumlah komoditi Y dan X), sedangkan sumbu horizontalnya mengukur kuantitas komoditi X.

Panel A pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif Py. Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3, seandainya kedua negara tersebut cukup besar (kekuatan ekonominya). Lantas andaikata harga yang berlaku di atas Py maka Negara 1 akan memasok atau memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik.

Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor (lihat Panel A) ke negara 2, di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari Pym maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi ketimbang produksi X lebih itu dari Negara 1 (lihat panel C).

Gambar 4. Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium Setelah Perdagangan Ditinjau dari Analisis Keseimbangan Parsial

Sumber : Salvatore (1997) X X Impor Ekspor E B S SX SX DX D DX P3 P3 P2 P1 0 0 0 PX/PY E’ B’ E* B* A* A* A’ A PX/PY PX/PY X

(3)

Karena Px/Py lebih besar dari Py, maka negara mengalami kelebihan penawaran X (panel A) sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh Panel B mengalami peningkatan, di lain pihak karena Px/Py lebih rendah dari P3 maka Negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk komoditi X (lihat Panel C) dan ini juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh Negara 2 akan relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di antara kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P2, sebaliknya jika Px/Py sehingga lambat laun akan sama dengan P. 3.1.2. Permintaan Ekspor

Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi permintaan. Permintaan ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi atau penawaran domestik dikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan stok tahun sebelumnya (Salvatore, 1997).

Menurut Lipsey (1995), permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi merupakan penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu terhadap suatu komoditi. Permintaan ekspor ialah permintaan pasar internasional terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara ialah harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan ekspor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor dan selera masyarakat negara tujuan ekspor. Permintaan ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar negeri yaitu harga di pasar internasional atau harga ekspor, nilai tukar riil dan kebijakan menyangkut impor suatu komoditi sebagai dummy.

(4)

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep permintaan yaitu : (1) jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desire), ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli atas dasar harga komoditi tersebut, harga produk lain, penghasilan, selera dan sebagainya, (2) apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif, dan (3) kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu (Lipsey, 1995).

Menurut Miller dan Meiners (2000), Faktor lain yang mempengaruhi permintaan yaitu :

1. Pendapatan. Kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan sehingga akan menyebabkan kurva permintaan naik ke kanan atas.

2. Selera dan preferensi. Selera adalah determinan non harga, oleh karena itu biasanya diasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang mempengaruhi perilaku.

3. Harga barang-barang yang berkaitan : substitusi dan komplemen. Jika harga barang substitusi naik maka permintaan komoditi akan meningkat, jika harga komoditi komplementer naik maka permintaan komoditi akan turun.

4. Perubahan dugaan tentang harga relatif di masa depan. jika semua harga naik sepuluh persen per tahun, dan bahwa situasi ini diduga akan terus berlangsung, laju inflasi yang telah diantisipasi sepenuhnya tidak mempunyai pengaruh terhadap posisi kurva permintaan akan suatu komoditas.

5. Penduduk. Kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan pendapatan konstan) akan meningkatkan permintaan.

3.1.3. Model Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.

Model gravitasi mulai menjadi perhatian sebagai alat analisis interaksi sosial dan ekonomi setelah adanya hasil penelitian Carey dan Ravenstein pada abad ke-19 (dikutip dari Llyod, dkk., 1977 dalam Tarigan, 2005). Carey dan Ravenstein melakukan penelitian tentang asal tempat tinggal migran yang datang ke berbagai kota besar di Amerika.

(5)

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah migran yang masuk ke suatu kota dipengaruhi oleh besarnya jumlah penduduk kota yang didatangi, besarnya jumlah penduduk tempat asal migran dan jarak antara kota asal dengan kota yang dituju. Hal ini berarti banyaknya migran yang memasuki sesuatu kota tidaklah acak, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti yang dikemukakan diatas.

Keterkaitan ini mengikuti hukum gravitasi Newton (Sir Isaac Newton) yang berbunyi: “Dua massa yang berdekatan akan saling tarik-menarik dan daya tarik masing-masing massa adalah sebanding dengan bobotnya”. Pada abad ke-20 John Q. Stewart dan kelompoknya pada School of Social Physics mulai menerapkan secara sistematik model gravitasi untuk menganalisis interaksi sosial dan ekonomi antarlokasi (Tarigan, 2005).

3.1.3.1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto dapat menggambarkan pendapatan masyarakat suatu wilayah atau dengan kata lain daya beli masyarakat terhadap suatu barang konsumsi. Menurut Daniel (2004), perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Seringkali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan maka barang yang dikonsumsi tidak hanya bertambah kuantitasnya tetapi kualitasnya juga meningkat.

3.1.3.2. Populasi

Jumlah penduduk adalah faktor utama untuk menentukan banyaknya permintaan bahan konsumsi yang perlu disediakan. Di lain segi, jumlah penduduk dapat dilihat sebagai faktor produksi yang dialokasikan untuk berbagai kegiatan sehingga dapat dicapai suatu nilai tambah (kemakmuran) yang maksimal bagi wilayah tersebut (Tarigan, 2005).

3.1.3.3. Harga Komoditas

Menurut Sukartawi (1993), makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang diekspor menjadi bertambah banyak. Naik-turunnya harga tersebut disebabkan oleh:

(6)

a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari kedua hal diatas akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

3.1.3.5. Nilai Tukar

Efek dari kebijaksanaan nilai tukar adalah berkaitan dengan kebijaksanaan devaluasi (yaitu penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri) terhadap ekspor-impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan daya saing komoditas tersebut di pasar internasional. Apabila elastisitas harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor, maka devaluasi cenderung menguntungkan dan sebaliknya jika elastisitas harga untuk impor lebih tinggi daripada harga untuk ekspor maka kebijakan devaluasi tidak menguntungkan (Sukartawi, 1993).

3.1.4. Data Panel

Data yang dikumpulkan secara cross section dan diikuti pada periode waktu tertentu dikenal dengan nama data panel. Karena data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data time series, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak. Hal ini bisa merupakan keuntungan (data banyak) tetapi model yang menggunakan data ini menjadi lebih kompleks (parameternya banyak). Oleh karena itu diperlukan teknik tersendiri dalam mengatasi model yang menggunakan data panel (Nachrowi dan Usman, 2006).

Menurut Nachrowi dan Usman (2006), beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, adalah :

(7)

1. Ordinary Least Square

Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi harus menggabungkan data cross section dengan data time series (pooled data). Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS.

2. Model Efek Tetap (Fixed Effects)

Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intersep yang tidak konstan, atau dengan kata lain, intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut.

3. Model Efek Random (Random Effects)

Bila pada model efek tetap, perbedaan antar individu dan atau waktu dicerminkan lewat intersep maka pada model efek random perbedaan tesebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Peranan sektor kehutanan sebagai salah satu penyumbang devisa negara ternyata tidak diimbangi dengan keberlanjutan manfaat yang dihasilkannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi selama kurun waktu yang cukup lama. Pemanfaatan hutan alam di Indonesia yang telah dilakukan selama dua setengah dasarwarsa terakhir masih bertumpu pada hasil hutan berupa kayu. Sementara itu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang biasanya disebut non-timber forest produts atau minor forest products belum dapat diusahakan secara optimal.

Dengan semakin kritisnya kondisi hutan tropis Indonesia disertai dengan desakan dari dunia internasional untuk melakukan upaya konservasi terhadap kawasan hutan tropis yang ada serta reformasi paradigma sistem pengelolaan di bidang kehutanan menuntut agar pengelolaan hutan yang dilakukan

(8)

memperhatikan kaidah keberlanjutan atau kelestarian hasil atau yang biasa dikenal dengan sistem pengelolaan hutan secara lestari (Sustainable Forest Management).

Sebagai implikasi dari perubahan paradigma tersebut, maka fokus pembangunan kehutanan tidak lagi tertuju pada pemanfaatan hasil hutan berupa kayu, melainkan pada pemanfaatan hasil hutan lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat (multiplier effect) dari hutan tersebut, termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK).

Permintaan ekspor untuk sebagian jenis komoditas HHBK unggulan yang memiliki nilai jual tinggi, meliputi beragam (variasi) bentuk. Akan tetapi, perkembangan kuantitas (volume) dari komoditas ini mengalami kecenderungan yang berfluktuasi. Aliran perdagangan yang terjadi dari negara Indonesia sebagai negara produsen menuju negara tujuan diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti produk domestik bruto, harga komoditas tersebut, jarak antar negara, populasi negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar Amerika.

Lima komoditas HHBK yang memiliki nilai dan volume terbesar pada tahun 2006 secara berurutan adalah meubel rotan, anyaman rotan, rotan setengah jadi, gambir dan minyak atsiri. Dalam rangka mengantisipasi kecenderungan permintaan volume ekspor yang cenderung berfluktuasi dan agar dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor komoditas HHBK, maka perlu adanya kajian yang mengamati dan menganalisis mengenai aliran perdagangan komoditas HHBK dari negara Indonesia ke negara tujuan. Berdasarkan uraian diatas, dapat diringkas dalam bentuk alur kerangka pemikiran operasional penelitian yang tersaji pada gambar 5.

(9)

Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Rekomendasi kebijakan didalam peningkatan ekspor beberapa komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia

Negara Tujuan (importir) Indonesia

(eksportir)

Kaidah Pengelolaan Hutan Secara Lestari (Sustainable Forest Management)

Perdagangan Internasional (fluktuasi permintaan ekspor)

Analisis Regresi Data Panel (model gravitasi)

Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan HHBK:  Produk Domestik Bruto negara tujuan  Populasi negara tujuan

 Harga komoditas di negara tujuan  Jarak ke negara tujuan

 Nilai tukar mata uang negara tujuan

Analisis Deskriptif Deforestasi dan Degradasi Hutan Indonesia

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Kecenderungan volume ekspor Pemanfaatan Jasa Lingkungan

(10)

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Harga komoditas hasil hutan bukan kayu Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan komoditas hasil hutan bukan kayu Indonesia.

2. Produk domestik bruto (PDB) negara tujuan ekspor memiliki pengaruh positif terhadap aliran perdagangan komoditas hasil hutan bukan kayu Indonesia. 3. Nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap mata uang Dollar

Amerika memiliki pengaruh positif terhadap aliran perdagangan komoditas hasil hutan bukan kayu Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat nilai tukar mata uang domestik negara tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika menguat (terapresiasi) maka komoditas ekspor dari Indonesia relatif lebih murah sehingga aliran perdagangan (permintaan ekspor) meningkat.

4. Jarak ekonomi antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor memiliki pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan komoditas hasil hutan bukan kayu Indonesia.

5. Populasi negara tujuan ekspor memiliki pengaruh positif terhadap aliran perdagangan komoditas hasil hutan bukan kayu Indonesia.

Gambar

Gambar  4.    Harga  Komoditi  Relatif  Ekuilibrium  Setelah  Perdagangan  Ditinjau  dari Analisis Keseimbangan Parsial
Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian  Rekomendasi kebijakan didalam peningkatan ekspor  beberapa komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

a. Keuntungan perusahaan lebih besar apabila menerapkan sistem kemitraan daripada mengerjakan sendiri. Dalam kemitraan kedelai edamame, perusahaan melakukan kemitraan karena

Menurut Lau dan Yotopoulus (1972) bahwa terdapat beberapa keunggulan menggunakan pendekatan dual (fungsi keuntungan), yaitu: (1) fungsi penawaran output dan permintaan input

Perubahan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. organisasi kecil, besar, laba, dan nirlaba di

Pada hakekatnya dengan adanya hubungan penawaran dan permintaan pada keseluruhan industri perkayuan yang saling terkait, maka fungsi permintaan kayu bulat merupakan gabungan

Menurunkan harga produk sebaiknya dilakukan ketika (1) konsumen merupakan orang yang sadar dengan situasi harga, (2) memiliki kelebihan kapasitas produksi atau personil, (3)

Ada beberapa metode dalam menentukan harga jual suatu produk antara lain (1) pendekatan permintaan dan penawaran (supply demand approach), dilakukan dengan cara mencari

Faktor teknologi sebagaimana faktor-faktor lain dalam lingkungan umum merefleksikan kesempatan dan ancaman bagi perusahaan. Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang

Perbedaan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu negara menyebabkan negara tersebut berusaha menghasilkan komoditas dengan biaya yang relatif lebih murah ketimbang harus mengimpor