• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Patient Safety, Perawat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Patient Safety, Perawat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

36

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN PATIENT

SAFETY PADA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT

UMUM PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Diah Pratiwi Renoningsih*, Grace D. Kandou**, John Porotu’o* *

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Permasalahan patient safety terus diteliti dan dikembangkan oleh berbagai pihak penyedia layanan kesehatan. Pada tahun 2002, WHO menerbitkan 10 facts on patient safety yang berisikan fakta mengenai isu patient safety yang terjadi di seluruh dunia. Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado merupakan salah satu unit high risk untuk permasalahan patient safety. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini ialah untuk untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional. Sampel penelitian ialah perawat yang bertugas di instalasi rawat inap Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado yang berjumlah 113 perawat. Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pendidikan (p = 0,010; OR = 2,92), pelatihan (p = 0,039; OR = 5,70), pengetahuan (p=0,034; OR =2,44) dan motivasi (p=0,032; OR= 2,45 ) dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Variabel pendidikan merupakan variabel yang paling berperan terhadap penerapan patien safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Kesimpulan dalam penelitian ini ialah ada hubungan antara pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan motivasi dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini ialah adanya peningkatan penerapan patient safety dikalangan perawat dengan meningkatkan pendidikan perawat yang ada dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kata Kunci: Patient Safety, Perawat

ABSTRACT

The problem of patient safety continues researched and developed by the insurance provider. In 2002, WHO published 10 facts on patient safety that contains facts about patient safety issues that occur worldwide. Pancaran Kasih GMIM Manado hospital is one unit high risk to patient safety problems. Objectives to be achieved from this research is to to analyze the factors associated with the implementation of patient safety in the Inpatient Pancaran Kasih GMIM Manado hospital. This research is an analytic observational research using cross sectional approach. The research sample was a nurse on duty in inpatient Pancaran Kasih GMIM Manado hospital totaling 113 nurses. Data was analyzed by statistical test of univariate, bivariate and multivariate (logistic regression). Results of research showed that relationship between education (p = 0.010; OR = 2.92), training (p = 0.039; OR = 5.70), knowledge (p = 0.034; OR = 2.44) and motivation ( p = 0.032; OR = 2.45) with the implementation of patient safety in the Inpatient Pancaran Kasih GMIM Manado Hospital. Education variable is the variable that most contribute to the implementation of safety patien in Inpatient Pancaran Kasih GMIM Manado Hospital. The conclusion of this study is that there is a relationship between education, training, knowledge and motivation with the implementation of patient safety in the Inpatient Pancaran Kasih GMIM Manado Hospital. The advice can be given in this study is the increasing adoption of patient safety among nurses by improving existing nursing education with continuing education to a higher level.

(2)

37 PENDAHULUAN

Rumah sakit mempunyai dampak yang besar dalam meningkatkan kesehatan. Sesuai dengan tujuannya rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Aditama, 2010). Setiap saat rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Pasar bebas Asia Pasifik pada tahun 2020, akan lebih mempengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama pelayanan di bidang perumahsakitan. Pengembangan rumah sakit kelas dunia prinsip dasarnya berorientasi pada pasien (Patient Centeredness) (Anonimous, 2012).

Patient Safety merupakan masalah kesehatan publik mempengaruhi tingkat perkembangan suatu negara. Patient Safety diberlakukan pada tahun 2004 untuk memobilisasi upaya global untuk meningkatkan keamanan kesehatan untuk pasien di semua negara-negara anggota World Health Organization (WHO). World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa jutaan pasien di seluruh dunia menderita cedera atau kematian setiap tahun karena praktek dan pelayanan medis yang tidak aman sementara satu dari sepuluh pasien dirugikan saat menerima pelayanan

kesehatan di rumah sakit (Andermann, dkk, 2011).

Selanjutnya, permasalahan patient safety terus diteliti dan dikembangkan oleh berbagai pihak penyedia layanan kesehatan. Pada tahun 2002, WHO menerbitkan 10 facts on patient safety yang berisikan fakta mengenai isu patient safety yang terjadi di seluruh dunia. Beberapa fakta tersebut ialah: bahwa 1 dari 10 pasien di negara berkembang mengalami cedera akibat error/adverse event selama proses pelayanan kesehatan di Rumah sakit, saat ini 1,4 juta orang menderita infeksi nosokomial dan hand hygiene merupakan hal pokok untuk menurunkan angka tersebut dan berbagai fakta penting lainnya (Anonim, 2002). Tidak hanya itu, bersama dengan Joint Comission International, WHO menerbitkan solusi untuk menangani permasalahan patient safety yaitu Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Anonim, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harus dan Sutriningsih (2015) menunjukkan pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien berhubungan dengan pelaksanaan prosedur keselamatan pasien rumah sakit di RS Panti Waluya Sawahan Malang. Sikap perawat terhadap pasien safety juga berhubungan dengan perilaku patient safety di RS Tingkat III

(3)

38 R. W. Mongisidi Manado (Sualang, dkk, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaseger, dkk (2012) mendapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan upaya penerapan patient safety di Instalasi perawatan Intensif RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu

Pasien tidak mengharapkan terjadinya cedera dalam pelayanan di rumah sakit. Cedera atau kerugian akibat tindakan medis, merupakan adverse events atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Angka kejadian cedera di beberapa negara sangat berbeda. WHO melaporkan dari berbagai negara bahwa KTD pasien rawat inap sebesar 3-16%. Di New Zealand KTD dilaporkan berkisar 12,9% dari angka rawat inap, di Inggris KTD dilaporkan berkisar 10,8%, di Kanada dilaporkan berkisar 7,5% (Baker, 2004). Joint Commission 3 International (JCI) juga melaporkan KTD berkisar 10% dan di United Kingdom, dan 16,6% di Australia (Anonim, 2013).

Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih Gereja Masehi Injil di Minahasa (GMIM) Manado merupakan rumah sakit milik dari Yayasan Medika GMIM. Rumah sakit ini terletak di pusat kota Manado Jl Samratulangi Kotamadya Manado Propinsi Sulawesi Utara. Kasus yang paling banyak terjadi di rumah sakit ialah dyspepsia, hipertensi dan gastroenteritis akut. Kasus kunjungan

yang sering ditemui ialah kasus bedah, vulnus laceratum yang memerlukan tindakan perawatan luka. Selain perawatan luka, tindakan yang paling sering dilakukan ialah pemasangan kateter intravena. Saat pemasangan kateter intravena dan perawatan luka, pasien dapat terkontaminasi oleh praktisi klinis.

Data yang didapat pada bulan Agustus dan September 2016 di Ruangan Lukas, Yehezkiel dan Rahel, jumlah pasien yang dipasang infus berjumlah 431 orang. Dari jumlah ini yang mengalami infeksi nosokomial sebanyak 37 orang (Anonim, 2016). Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado merupakan salah satu unit high risk untuk permasalahan patient safety. Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado belum memiliki tim khusus untuk pasient safety, yang ada di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado adalah tim Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini akan dilakukan di ruang instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah

(4)

39 Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado yang berjumlah 121 orang. Sampel adalah total populasi yaitu seluruh perawat yang bertugas di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih Manado yang memenuhi kriteria pada penelitian ini adalah total populasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji chi square dan uji regresi logistic.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mendapatkan bahwa sikap responden tentang penerapan patient safety berada dalam katagori baik. Hal ini disebabkan responden setuju bahwa identitas pasien di rekam medis sebelum melakukan pemeriksaan atau tindakan medis dipastikan dengan 2 hal, kateter intravena perifer yang dipilih sesuai dengan tujuan pemasangan dan lama pemasangan, selang kateter intravena perifer digunakan dengan injection ports jika pasien akan mendapat terapi intravena, midline atau peripherally inserted central catheter (picc) jika pemasangan > 6 hari, mencuci tangan dengan sabun antiseptic dan air atau dengan gel alcohol based sebelum memasang kateter intravena perifer, menggunakan sarung tangan yang bersih dan steril untuk memasang kateter intravena perifer, klorheksidin 2%, tingtur/iodin, iodofr, alcohol 70% merupakan antiseptic yang sesuai untuk

membersihkan desinfeksi kulit, menggunakan kasa steril atau bahan semipermeable transparan untuk menutup area pemasangan jalur intravena, melepas perhiasan sebelum mencuci tangan, menggunakan sabun dan air mengalir, membasahi tangan dan pergelangan tangan, pertahankan tangan lebih rendah dari siku untuk menghindari kontaminasi, gosok hingga berbusa, bersihkan bagian bawah kuku, jika menggunakan sabun padat, cuci sabun setelah memakainya, keringkan tangan dengan cermat dengan handuk kering, gunakan sudut handuk untuk menutup kran dioperasikan dengan tangan. Perawat yang memiliki sikap yang kurang baik disebabkan karena masih ada perawat yang belum mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan penerapan patient safety misalnya identitas pasien, pemasangan kateter dan cara memasang sarung tangan non steril.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa dari 60 responden dengan

tingkat pendidikan yang rendah,

31,9% memiliki penerapan patient

(5)

40

21,2% memiliki penerapan patient

safety baik. Hasil tersebut juga

menunjukkan

bahwa

dari

53

responden dengan tingkat pendidikan

tinggi, 31,0% memiliki penerapan

patient

safety

baik

sedangkan

penerapan patient safety yang kurang

baik sebanyak 15,9%. Dari hasil

tersebut,

maka

didapati

nilai

signifikansi sebesar 0,010 dengan

demikian probabilitas (signifikansi)

lebih kecil dari 0,05 (0,010<0,05),

maka H1 diterima atau ada hubungan

antara tingkat pendidikan dengan

penerapan patient safety di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum

GMIM Pancaran Kasih Manado.

Dilihat dari nilai OR maka perawat

yang memiliki pendidikan yang

tinggi, maka penerapan patient safety

akan 2,9 kali (95% CI: 1,4-6,3) lebih

baik dibandingkan dengan perawat

yang memiliki tingkat pendidikan

yang rendah.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2013) mendapatkan bahwa

tingkat pendidikan perawat berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien di RS Islam Ibnu Sina Yarsi Padang.

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan, ia juga akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan. Pendidikan yang dicapai seseorang diharapkan menjadi factor determinan produktifitas antara lain knowledge, skills, abilities, attitude dan behavior, yang cukup dalam menjalankan aktifitas pekerjaanya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan orangorang yang memiliki pendidikan yang rendah dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan seorang perawat akan mempengaruhi tingkat kemampuannya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka seorang perawat akan semakin mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang ada.

(6)

41 Hubungan Pelatihan dengan Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 11 responden yang tidak pernah

mengikuti pelatihan, 8,0% memiliki

penerapan patient safety yang kurang

baik sedangkan 1,8%

memiliki

penerapan patient safety baik. Dari

hasil tersebut juga menunjukkan

bahwa dari 102 responden yang

pernah mengikuti pelatihan, 50,4%

memiliki penerapan patient safety

baik sedangkan penerapan patient

safety yang kurang baik sebanyak

39,8%.

Nilai

signifikansi

yang

didapat yaitu sebesar 0,039 dengan

demikian probabilitas (signifikansi)

lebih kecil dari 0,05 (0,039<0,05),

maka H1 diterima atau ada hubungan

antara pelatihan dengan penerapan

patient safety di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih

GMIM Manado. Dilihat dari nilai

OR maka perawat yang pernah

mengikuti pelatihan, maka penerapan

patient safety akan 5,7 kali (95% CI:

1,2-27,7) lebih baik dibandingkan

dengan perawat yang tidak pernah

mengikuti pelatihan.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.

Penelitian ini membuktikan bahwa pelatihan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh rumah sakit

untuk meningkatkan dan

mengembangkan kompetensi kerja guna

meningkatkan kemampuan,

produktivitas dan kesejahteraan. Perawat yang mengikuti pelatihan berbanding lurus dengan penerapan keselamatan asien di rumah sakit, oleh sebab itu pelatihan harus senantiasa dilakukan dapat menjaga tindakan ataupun kinerja perawat yang ada di rumah sakit.

Pelatihan dapat juga digunakan untuk menyiapkan perawat dalam menghadapi tantangan dalam pekerjaannya. Pelatihan merupakan proses sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi produktivitas, kinerja dan pekerjaan secara efektif serta penguasaan suatu hal yang khusus yang menjadi kewajiban dari pekerjaan yang dimiliki. Dampak positif yang diperoleh seseorang melalui pelatihan adalah proses pengambilan keputusan yang semakin baik sehingga seseorang akan terhindar untuk melakukan suatu kesalahan.

(7)

42 Penelitian yang dilakukan oleh Salawati, dkk (2012) mendapatkan ada hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan tindakan K3 perawat dalam pengendalian infeksi nosocomial di Ruang ICU RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian yang dilakukan oleh Illustri (2015) mendapatkan bahwa ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat di Irna Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Kefine (2015) mendapatkan bahwa ada hubungan antara pelatihan berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Horas Insani. Penelitian yang dilakukan oleh Wowiling (2016) mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat dalam Penerapan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) di RS Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.

Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 50 responden yang memiliki

pengetahuan yang kurang baik,

26,5% memiliki penerapan patient

safety yang kurang baik sedangkan

17,7% memiliki penerapan patient

safety baik. Dari hasil itu juga

menunjukkan

bahwa

dari

63

responden

yang

memiliki

pengetahuan

yang

baik,

34,5%

memiliki penerapan patient safety

baik sedangkan penerapan patient

safety yang kurang baik sebanyak

21,3%.

Nilai

signifikansi

yang

didapat ialah sebesar 0,034 dengan

demikian probabilitas (signifikansi)

lebih kecil dari 0,05 (0,034<0,05),

maka H1 diterima atau ada hubungan

antara pengetahuan perawat dengan

penerapan patient safety di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Pancaran Kasih GMIM Manado.

Dilihat dari nilai OR perawat yang

memiliki pengetahuan yang baik

maka penerapan patient safety akan

2,4 (95% CI: 1,1-5,2) kali lebih baik

dibandingkan dengan perawat yang

memiliki pengetahuan yang kurang

baik.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan perawat dalam memahami pentingnya pelaksanaan

(8)

43 keselamatan pasien makaakan semakin baik pula kinerjanya.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan ini merupakan hal yang dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman beberapa penelitian ternyata tindakan yang tidak didasari pengetahuan yang baik, tidak akan menghasilkan hasil yang baik (Notoadmojo, 2007).

Perawat memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat harus menyadari perannya sehingga harus berpartisipasi aktif dalam mewujudkan keselamatan pasien rumah sakit. Perawat harus memahami tentang apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien rumah sakit (KPRS) serta dalam pelaksanan pelayanan harus mengetahui enam sasaran keselamatan pasien yaitu: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan resiko jatuh sehingga perawat dapat

melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara aman.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bawelle, dkk (2013) mendapatkan ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien di ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage. Penelitian yang dilakukan oleh Harus dan Sutriningsih (2015) mendapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan prosedur keselamatan pasien rumah sakit di RS Panti Waluya Sawahan Malang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2015) mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan praktek keselamatan pasien di rumah sakit.

Hubungan Sikap Perawat dengan Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 40 responden yang memiliki

sikap yang kurang baik, 16,8%

memiliki penerapan patient safety

yang kurang baik sedangkan 18,6%

memiliki penerapan patient safety

baik.

Hasil

tersebut

juga

menunjukkan

bahwa

dari

73

responden yang memiliki sikap yang

baik, 33,6% memiliki penerapan

(9)

44

patient

safety

baik

sedangkan

penerapan patient safety yang kurang

baik

sebanyak

31,0%.

Nilai

signifikansi

yang

didapat

yaitu

sebesar 1,000 dengan demikian

probabilitas (signifikansi) lebih besar

dari 0,05 (1,000>0,05), maka H1

ditolak atau tidak ada hubungan

antara

sikap

perawat

dengan

penerapan patient safety di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Pancaran Kasih GMIM Manado.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya sikap yang baik perawat dalam memahami pentingnya pelaksanaan keselamatan pasien maka akan semakin baik pula kinerjanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro (2012) mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kinerja perawat dalam penerapan sistem keselamatan pasien di Rumah Sakit XY tahun 2011.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bawelle, dkk (2013) mendapatkan ada hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien di ruang Rawat Inap RSUD Liun

Kendage. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sualang, dkk (2014) mendapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku patient safety. Sikap sebagai kemampuan internal yang sangat berperan dalam pengambilan perilaku, lebih-lebih jika terbuka beberapa peluang untuk bertindak. Sehinga orang yang memiliki sikap yang baik, jelas mampu memilih beberapa perilaku yang baik.

Hubungan Motivasi Perawat dengan Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 54 responden yang memiliki

motivasi

yang

rendah,

28,3%

memiliki penerapan patient safety

yang kurang baik sedangkan 19,5%

memiliki penerapan patient safety

baik.

Hasil

tersebut

juga

menunjukkan

bahwa

dari

59

responden yang memiliki motivasi

yang

tinggi,

32,7%

memiliki

penerapan

patient

safety

baik

sedangkan penerapan patient safety

yang kurang baik sebanyak 19,5%.

Nilai signifikansi yang didapat yaitu

sebesar 0,032 dengan demikian

probabilitas (signifikansi) lebih kecil

dari 0,05 (0,032<0,05), maka H1

(10)

45

diterima atau ada hubungan antara

motivasi perawat dengan penerapan

patient safety di Instalasi Rawat Inap

Rumah

Sakit

Umum

GMIM

Pancaran Kasih Manado. Dilihat dari

nilai OR perawat yang memiliki

motivasi tinggi maka penerapan

patient safety akan 2,5 kali (95% CI:

1,2-5,2) lebih baik dibandingkan

dengan perawat

yang

memiliki

motivasi yang rendah.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivai perawat pentingnya pelaksanaan keselamatan pasien maka akan semakin baik pula penerapan patient safety.

Motivasi merupakan perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku. Agar seseorang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginanya tidaklah mudah didapat apabila tanpa usaha yang maksimal. Dalam memenuhi kebutuhanya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa

dalam diri seseorang ada kekuatan. Motivasi yang memberikan kekuatan seseorang berperilaku dapat berasal dari interen ataupun eksteren. Teori motivasi memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukan arah tindakanya (Musta’an dan Haryanti, 2010)

Motivasi kerja tinggi dapat memberikan dorongan yang kuat dalam melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Motivasi dapat terbentuk dari perilaku seorang perawat dalam menghadapi berbagai macam persoalan dan situasi kera. Motivasi eksternal diperoleh dari dorongan baik dari rumah sakit, atasan ataupun dari keluarga terdekat dan teman-teman. Motivasi internal perawat dapat diperoleh karena adanya dorongan atau panggilan dalam dirinya misalnya ada dorongan untuk sekolah atau meningkatkan pendidikan dengan tujuan menambah pengetahuan yang dimiliki, keterampilan dan sangat membutuhkan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Indrawaty dan Rattu (2012) mendapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja perawat di Irina Rumah Sakit Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaseger, dkk (2012) mendapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan upaya penerapan patient safety

(11)

46 di Instalasi perawatan Intensif RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mandagi, dkk (2015) mendapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda Tomohon. Penelitian yang dilakukan oleh Muttaqillah, dkk (2015) mendapatkan bahwa motivasi kerja yang diberikan oleh perawat pada BLUD RSJA mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perawat.

Variabel yang Paling Dominan Berpearuh terhadap Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado

Berdasarkan hasil analisis uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-square diketahui bahwa variabel bebas pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan motivasi memiliki hubungan dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado. Pada analisis multivariate dengan metode regresi logistic menunjukkan bahwa variabel pendidikan merupakan variabel yang paling berhubungan dengan penerapan patient safety dengan nilai OR = 3,99 (CI 95% = 1,7-9,5) diikuti variabel motivasi (OR = 3,57; CI 95% = 1,5-8,5) dan variabel pengetahuan (OR = 3,21;

CI 95% = 1,4-7,5). Hal ini berarti dengan pendidikan yang tinggi kemungkinan 3,99 kali akan membuat penerapan patient safety baik baik dibandingkan pendidikan yang rendah.

Pendidikan, motivasi dan pengetahuan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik pendidikan, motivasi dan pengetahuan maka penerapan patient safety juga akan semakin baik. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa pendidikan memiliki kontribusi paling besar terhadap penerapan patient safety. Pendidikan merupakan suatu solusi yang perlu diperhatikan oleh pihak RSU Pancaran Kasih GMIM Manado jika ingin meningkatkan penerapan patient safety.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh suatu instansi, dalam hal ini adalah rumah sakit, dalam meningkatkan kinerja perawat penerapan patient safety adalah dengan melengkapi meningkatkan pendidikan para perawat dengan cara membolehkan para perawat untuk sekolah. Jika perawat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi bisa meningkatkan kinerja perawat dalam hal penerapan patient safety yang diharapkan bisa membuat puas pasien

(12)

47 yang menggunakan rumah sakit akibat pelayanan yang diberikan oleh perawat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Ada hubungan pendidikan perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.

2. Ada hubungan pelatihan dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. 3. Ada hubungan pengetahuan perawat

dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.

4. Tidak ada hubungan sikap perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.

5. Ada hubungan motivasi perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado

6. Pendidikan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan terhadap penerapan patient safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.

SARAN

Saran yang bisa diberikan dari penelitian ini adalah

1. Bagi Rumah Sakit

Upaya untuk meningkatkan penerapan patient safety dikalangan perawat, Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado perlu meningkatkan pendidikan perawat yang ada dengan cara memperbolehkan perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan pelatihan secara berkala mengenai penerapan patient safety.

2. Praktek keperawatan

Hendaknya tenaga keperawatan aktif mengikuti perkembangan ilmu keperawatan terutama tentang penerapan patient safety sehingga menambah referensi atau wawasan baru dalam penerapan patient safety. 3. Bagi Peneliti lain

a. Penelitian lebih lanjut menambah variabel-variabel lain diluar penelitian dan menggunakan metode penelitian yang berbeda.

b. Penelitian lebih lanjut menambah jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunakan instrument penelitian yang berbeda.

(13)

48 DAFTAR PUSTAKA

Andermann, A., L. Ginsburg., P. Norton., N. Arora., D. Bates., A. Wu dan I. Larizgoitia. 2011. Core Competencies for Patient Safety Research: a Cornerstone for Global Capacity Strengthening. BMJ Qualty Safety 20: 96-101

Anonimous. 2013. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals Including Standards for Academic Medical Center Hospitals. 5th ed.

Anonimous. 2016. Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.

Bawelle, S. C., J. S. V. Sinolungan, R. S. Hamel. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Journal Keperawatan 1 (1): 1-7.

Cahyono, A. 2015. Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Perawat terhadap Pengelolaan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah WIDYA 3(2): 97-102.

Efendi, Z. 2013. Analisis Hubungan antara Beban Kerja dan Karakteristik Individu dengan Penerapan Keselamatan Pasien di

RS Islam Ibnu Sina Yarsi Padang Tahun 2013. MNM 5 (2): 146-151. Harus, B. D dan A. Sutriningsih. 2015.

Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien dengan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Jurnal CARE 3 (1): 25-32. Indrawaty, D. P., dan A. J. M Rattu.

2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. JIKMU. Vol. 2, No. 1. Hal: 44-52.

Kaseger, H., J. M. L. Umboh., A. J. M. Rattu dan C. R. Tilaar. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya Penerapan Patient Safety pada Perawat di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. JIKMU 2 (4): 253-260.

Kefine, D. 2015. Pengaruh Pelatihan, Gaya Kepemimpinan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar Tahun 2015. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kuncoro, T. 2012. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan kualitas Kehidupan Kerja denga Kinerja

(14)

49 Perawat dalam Penerapan Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit XY Tahun 2011. Tesis. Universitas Indonesia. Depok.

Mandagi, F. M., J. M. L Rattu dan A. J. M. Rattu. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat dalam Menerapkan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umu Bethesda GMIM Tomohon. Jurnal Biomedik 3 (3): 884-894.

Musta’an dan S. Haryanti. 2010. Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Perawat ditinjau dari Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 1. No. 1. Hal: 1-12. Muttaqillah, A. R. Lubis, dan M. S. A.

Majid. 2015. Pengaruh Stress Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Perawat Serta Implikasinya pada Kinerja Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa (BLUD RSJ) Aceh. Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Vol. 4. No. 1. Hal: 144-153. Salawati, L., N. H. Taufik, dan A. Putra.

2014. Analisis Tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang ICU RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 14 (3) : 128-134.

Wowiling, F. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di R.S Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Propinsi Sulawei Utara. Tesis. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui analisis patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Bima dan secara khusus untuk mengetahui komponen patient safety attitudes

spesifik identitas transnasional 26. Selanjutnya Cronin menyebutkan tiga elemen penting di dalam pembangunan Security Community, yakni: 1) identitas transnasional; 2) persepsi

Asahimas Chemical tidak berpotensi menggunakan dan menghasilkan bahan kimia (produk samping) hexachlorobutadiene (HCBD) ataupun senyawa sinonimnya berdasarkan hasil

Pendekatan yang dilakukan untuk merumuskan model populasi yang lebih realistik yaitu dengan memasukan salah satu faktor penting yaitu kerapatan populasi sehingga terbentuk

Persilangan antara betina parent stock broiler cobb 500 dan jantan ayam pelung dari Cianjur, Jawa Barat menghasilkan F 1 dengan rataan bobot 1450 g pada umur tujuh minggu

Sekolah J terletak kira-kira 45 kilometer dari Pekan Serian. Sekolah ini mempunyai tujuh buah kelas dan menempatkan seramai lebih kurang 270 orang murid dan 16 orang guru. Saya

Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana interaksi simbolik pada perempuan muslim bercadar yang membentuk identitas diri atau cara individu dan

Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Sasahidan sadar bahwa di alam Tengah, Tuhan tidak mengada, yang mengada ialah Ilmu Kehendak Kuasa serta Perbuatan Nya, karena nya