• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROGRAM PATIENT SAFETY DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT KARYA BHAKTI BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROGRAM PATIENT SAFETY DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT KARYA BHAKTI BOGOR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

PROGRAM PATIENT SAFETY DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT KARYA BHAKTI BOGOR

Agus Susanto

Agus Susanto, Amd. Kep.: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424

E-mail: agus.susanto1717@gmail.com Abstrak

Program patient safety adalah untuk menjamin keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan perawat tentang program patient safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti. Penelitian ini termasuk deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel berjumlah 93 perawat yang diambil secara purposive sampling.. Analisa data berupa analisa univariat menggunakan uji proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh perawat mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang program patient safety 57%. Peneliti menyarankan agar Rumah Sakit memberikan pelatihan kepada perawat tentang program patient safety.

Kata kunci: patient safety, perawat, tingkat pengetahuan.

Abstract

Patient safety program is to ensure patient safety in hospitals by preventing the occurrence of errors in delivering health services. The purpose of this study is to identify the picture of nurses' knowledge about patient safety program at the Hospital Inpatient Karya Bhakti. This study includes a descriptive design cross-sectional. Sample was 93 nurses drawn by purposive sampling. Analysis of data is a univariate analysis using the proportion test. The results showed that more than half of the caregivers had moderate level of knowledge about patient safety program 57%. Researchers suggested that the Hospital provides training to nurses about patient safety program.

Keywords: patient safety, nurse, level of knowledge.

Pendahuluan

Pelayananan keperawatan telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang essensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya persaingan internasional bisnis di bidang jasa,

dan meningkatnya berbagai macam penyakit maka pengaruh dari peristiwa itu sistem pelayanan kesehatan publik akan bertambah. Pada tiap tahunnya lebih dari seratus juta orang meninggal akibat infeksi nasokomial dan kurangnya keamanan yang tersedia di Rumah

(2)

Sakit sehingga tersering terjadi diantaranya

traumatic injuries dan berujung dengan

pembedahan, terjadinya infeksi, kesalahan minum obat, dan lain-lain (WHO, 2009).

Pada negara maju, tercatat kemungkinan 3-16% untuk terjadinya komplikasi pada pembedahan dan penyakit lainnya yang diakibatkan oleh terjadinya INOS (Infeksi Nasokomial). Sedangkan angka kematiannya mencapai 0,4-0,8%. Dimana setengah dari Kejadian Tidak Diharapkan atau KTD (adverse event) ini sebetulnya dapat dicegah. Sementara itu, pada negara berkembang, angka kematian yang berhubungan dengan INOS dan pembedahan yakni 5-10%. Selain itu, infeksi serta komplikasi paska pembedahan (post-operative) juga menjadi perhatian yang serius di berbagai negara (WHO, 2008).

Tingkat kematian pasien di RS Karya Bhakti Bogor. berkisar 45‰. Padahal oleh depkes angka kematian > 48 jam yang masih bisa ditolerir kurang dari 25‰. Artinya setiap 1000 pasien yang keluar pasien yang meninggal kurang dari 25 orang. Memang penyebab kematian pasien bukan mutlak oleh rendahnya mutu pelayanan yang diberikan oleh profesi keperawatan, akan tetapi peran perawat dalam menangani pasien terutama saat emergensi tidak bisa diabaikan. Program patient safety adalah untuk menjamin keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya

kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan antara lain: infeksi nosokomial, pasien jatuh, pasien dicubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh diri yang bisa dicegah, kegagalan profilaksis (Kusnanto, 2007).

Kejadian salah dalam pemberian obat yang terjadi pada bulan Juni 2011, yang menimpa tiga pasien Obsgyn di ruang Lavender (pasien

post operasi tubectomy), mengakibatkan pasien

tersebut harus dirawat diruang perawatan intensif karena pasien mengeluh berdebar-debar dan sangat lemas. Terjadi peningkatan denyut jantung yang sangat cepat (> 200X permenit), dan gangguan haemodinamik yang sangat mengancam jiwa. Masalah ini terjadi disebabkan dokter dalam penulisan resep tidak jelas, apoteker yang tidak konfirmasi ulang kepada dokter bila resep tidak jelas terbaca dan perawat tidak meneliti ulang program terapi yang ditulis dokter.

Secara keseluruhan program patient safety Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor sudah baik, tapi pelaksanaan terutama laporan kejadian tak diharapkan belum maksimal. Yang masih perlu diperhatikan masalah inti yaitu penerapan program dilapangan yang merujuk pada konsep

patient safety, karena walaupun sosialisasi,

pelatihan sudah dilaksanakan tapi masih tinggi angka kematian pasien dan kejadian infeksi nosokomial masih tinggi. Hal ini menunjukkan

(3)

bahwa konsep patient safety yang sudah disosialisaikan belum dijalankan secara maksimal.

Perumusan masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: Sejauh mana tingkat pengetahuan perawat tentang program patient

safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti

Bogor ?

Metode

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu meneliti variabel terikat dan bebas secara bersamaan atau tanpa melihat hubungan variabel berdasarkan perjalanan waktu. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor, dengan jumlah sampel 93 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu pemilihan elemen untuk

menjadi sampel berdasarkan pertimbangan yang tidak acak dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan pada perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti terdiri dari 22 pernyataan. Penelitian akan menghasilkan

informasi yang benar paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data, antara lain:

editing, coding, processing (memasukkan data),

dan cleaning (pembersihan data). Pengolahan data penelitian memakai analisa univariat menggunakan uji proporsi. Masalah etika dalam penelitian keperawatan penting diperhatikan diantaranya: lembar persetujuan (Informed

concent), tanpa nama (Anomity), kerahasiaan

(Confidentiality), Privacy, Self Determination,

dan perlindungan terhadap ketidaknyamanan

(protection from discomfort).

Hasil

1. Gambaran Karakteristik Responden

Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor

Hasil analisis distribusi karakteritik responden di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa menurut jenis kelamin lebih dari separuh perawat berjenis kelamin perempuan berjumlah 64 orang (69%), sebagian besar perawat berusia 20-35 tahun berjumlah 75 orang (81%), sebagian besar perawat berpendidikan DIII berjumlah 90 orang (97%), lebih dari separuh perawat bekerja dalam masa kerja 6-10 tahun berjumlah 60 orang (65%), dan sebagian besar perawat mengikuti in house training tentang patient

(4)

Tabel 1

Distribusi Karakteristik Responden Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti

Bogor, Juli 2013 Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%) Jenis Kelamin Laki-laki 29 31 Perempuan 64 69 Jumlah 93 100 Usia 20-35 tahun 75 81 36-50 tahun 15 16 > 50 tahun 3 3 Jumlah 93 100 Pendidikan SPK 1 1 DIII Keperawatan 90 97 S1 Keperawatan 2 2 Jumlah 93 100 Masa Kerja 1-5 tahun 11 11 6-10 tahun 60 65 > 10 tahun 22 24 Jumlah 93 100 Pelatihan Patient Safety Inhouse training 91 98 Pelatihan dari luar 2 2 Jumlah 93 100

Hasil analisis distribusi karakteritik

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan

Perawat Tentang Program Patient Safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor

Tabel 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Program Patient Safety di Instalasi

Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor Juli 2013 Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 40 44,4 Sedang 45 57,0 Rendah 8 8,6 Jumlah 93 100  

Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan perawat tentang program patient safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa lebih dari separuh perawat mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang program patient safety berjumlah 45 orang (57%).

Pembahasan

Hasil analisis distribusi responden menurut jenis kelamin di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa lebih dari separuh perawat berjenis kelamin perempuan berjumlah 64 orang (69%). Hasil analisis distribusi responden menurut usia perawat di

(5)

diperoleh hasil bahwa sebagian besar perawat berusia 20-35 tahun berjumlah 75 orang (81%). Pada dasarnya, usia akan mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang. Semakin dewasa usia seseorang, maka akan semakin rasional dan terbuka pola pikirnya terhadap pandangan dari luar.

Hasil analisis distribusi responden menurut pendidikan perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa sebagian besar perawat berpendidikan DIII berjumlah 90 orang (97%). Tingkat pendidikan tenaga keperawatan yang ada di RS Karya Bhakti sesuai dengan standar minimal ketenagaan di Intalasi rawat inap yang telah ditetapkan oleh kementrian kesehatan RI, walaupun belum sesuai dengan standar yang di tetapkan oleh ASPAN (American Society of PeriAnesthesia Nurses) untuk negara yang berkembang standar pendidikan S1 masih sesuai.

Hasil analisis distribusi responden menurut masa kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa lebih dari separuh perawat bekerja dalam masa kerja 6-10 tahun berjumlah 60 orang (65%). Pengalaman kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja, dengan pengalaman kerja yang lebih lama akan berpengaruh terhadap respon dalam terwujudnya Interpretasi Program Patient

Safety. Pengalaman merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur, dan juga pendidikan. Pengalaman merupakan cara penting untuk belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan terhadap sesuatu hal (Potter & Perry, 2005).

Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan perawat tentang program

patient safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya

Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa lebih dari separuh perawat mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang program patient

safety berjumlah 45 orang (57%). Pengetahuan

pada dasarnya dapat kita peroleh dari pengalaman sehari-hari, dan juga dari pendidikan. Proses penerimaan pengetahuan juga merupakan hal yang penting untuk menghasilkan sebuah pemikiran, dan dipengaruhi oleh tiga faktor domain yang berbeda yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Craven & Hirnle, 2007).

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik perawat di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh perawat berjenis kelamin perempuan berjumlah 64 orang (69%) dan bekerja dalam masa kerja 6-10 tahun berjumlah 60 orang (65%);

(6)

sebagian besar perawat berusia 20-35 tahun berjumlah 75 orang (81%), berpendidikan DIII berjumlah 90 orang (97%), dan mengikuti in house training tentang patient

safety sejumlah 91 orang (98%).

2. Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang program patient safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh hasil bahwa lebih dari separuh perawat mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang program patient safety berjumlah 45 orang (57%).

Saran

1. Pelayanan Keperawatan

Pentingnya peningkatan pengetahuan yang tinggi tentang patient safety diharapkan dapat menimbulkan suatu pelayanan yang lebih berkualitas kepada pasien, sehingga pasien merasa nyaman dalam menerima pelayanan, dan terbentuk pula suatu pelayanan keperawatan yang profesional. 2. Pendidikan Keperawatan

Perlunya memasukkan pemahaman calon perawat tentang program patient safety dalam kurikulum pendidikan, diharapkan mereka mampu mengiplementasikan keilmuan mereka di rumah sakit, sehingga dapat berefek pada suatu pelayanan keperawatan yang berkualitas.

3. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini bisa menjadikan koreksi bagi profesi keperawatan untuk menyadari pentingnya pemahaman tentang

patient safety, dan perlunya profesi

keperawatan meningkatkan pengetahuan perawat tentang program patient safety. 4. Manajemen Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen keperawatan bahwa pentingnya meningkatkan pengetahuan perawat tentang program patient safety, sehingga diharapkan akan berdampak pula pada peningkatan profesionalitas pelayanan keperawatan kepada pasien.

Ucapan Terima Kasih

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

2. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., MN. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan, dan bimbingan. 3. RS Karya Bhakti Bogor yang telah

(7)

Daftar Pustaka

Alimul, A. (2002). Riset keperawatan dan

teknik penulisan ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

Arikunto, S. (1997). Prosedur penelitian suatu

pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

DepKes RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient

safety). Jakarta: Direktorat Pelayanan

Keperawatan.

Green, L.W. (1991). Health promotion

planning, educational, and

environmental aproach. Mayfield

Publishing USA: The John Hopkins University.

Kusumapraja, R. (2002). Perencanaan kebutuhan tenaga perawat di rumah

sakit. Jakarta: RSU Persahabatan.

Kusnanto, H. (2007). Peran sistem informasi

kesehatan. Yogyakarta: Program Studi

Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM.

Lumenta, N.A. (2007). Peranan promosi dalam

meningkatkan patient safety. Depok:

Sosialisasi Promosi Kesehatan di

Rumah Sakit Bagi Direktur Utama Rumah Sakit, Depok.

Mangkupawiro, S. (2003). Manajemen sumber

daya manusia di rumah sakit. Edisi

Pertama. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian

kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2004). Nursing research: Generating and assessing

evidence for nursing practice.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sastrohadiwiryo, S. (2002). Manajemen tenaga

kerja indonesia: Pendekatan

administrasi dan operasional. Jakarta:

Buki Aksara.

Simmons, et al. (2001). A comparison of the positive & negative work atitudes of

hospital nurses. Aspers Publiser USA:

Healt Care Manage Rev.

Soetarlinah, S. (1983). Modifikasi perilaku: Penerapan sehari-hari, dan penerapan

profesional. Yogyakarta: Lyberty.

Robbins, S.P. (2001). Perilaku organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo, Jakarta.

(8)

Robert, L.M., & John, H.J. (2002). Manajemen

sumber daya manusia. Jakarta: PT

Salemba Emban Patria.

Tjakraatmaja, J.H. & Lantu, D.C. (2006). Knowledge management dalam konteks

organisasi pembelajar. Bandung:

Penerbit SBMITB.

Usman, H. (2003). Metode penelitian sosial. Edisi IV. Jakarta: Bumi Aksara.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Variasi konsentrasi amilum beras ketan sebagai bahan penghancur berpengaruh terhadap sifat fisis tablet vitamin B6 yaitu semakin besar konsentrasi amilum beras

PERAN KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL YANG MEMEDIASI PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN SALING KETERGANTUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di Puskesmas dan kelas III Rumah Sakit mencakup 100%.. Meningkatnya persentase rumah sakit yang

spesifik identitas transnasional 26. Selanjutnya Cronin menyebutkan tiga elemen penting di dalam pembangunan Security Community, yakni: 1) identitas transnasional; 2) persepsi

Asahimas Chemical tidak berpotensi menggunakan dan menghasilkan bahan kimia (produk samping) hexachlorobutadiene (HCBD) ataupun senyawa sinonimnya berdasarkan hasil

Pendekatan yang dilakukan untuk merumuskan model populasi yang lebih realistik yaitu dengan memasukan salah satu faktor penting yaitu kerapatan populasi sehingga terbentuk

Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan karyawan di tingkat unit kerja tentang program patient safety di RSOS, awareness karyawan di tingkat unit kerja tentang program

Persilangan antara betina parent stock broiler cobb 500 dan jantan ayam pelung dari Cianjur, Jawa Barat menghasilkan F 1 dengan rataan bobot 1450 g pada umur tujuh minggu