• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH KAIMANA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN

KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT

Dede Ibnu Suhada KP Energi Fosil

SARI

Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan dan menginventarisasi potensi sumberdaya batubara daerah

penyelidikan yang berguna sebagai acuan dalam kemungkinan pengembangannya.

Terdapat satu Formasi pembawa batubara yaitu Fm. Steenkool yang berumur Miosen. Pada formasi ini

dijumpai satu lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 meter di lokasi Kampung Jawera Distrik Teluk Arguni

Bawah, Kaimana.

Hasil analisis menunjukkan kandungan moisture (IM) berkisar 9,82 - 10,20 %, kandungan abu (ash)

berkisar 5 - 6 %, kandungan karbon tertambat (FC) 38 - 39 %, kandungan sulpur (St) berkisar 0,88 - 1,46

%, kandungan zat terbang (VM) 44 - 45 %, Nilai swelling (FSI) yaitu 0. Nilai kalori batubara ini berkisar

5951 sampai 6017 kal/gr termasuk kedalam batubara kalori sedang.

Sumberdaya batubara pada Fm. Steenkool ini dimana penyebaran singkapan terluar 500 meter sebesar

77.557 ton dengan klasifikasi hipotetik.

(2)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

PENDAHULUAN

Latar Belakang: Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam dan salah satunya adalah batubara. Data sumberdaya batubara di wilayah Indonesia timur, pulau-pulau kecil dan wilayah perbatasan masih banyak yang belum diselidiki dan diketahui.

Pusat Sumber Daya Geologi yang mempun-yai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam bidang penelitian, penyelidikan, dan pelayanan data dan informasi sumber daya geologi Indonesia, mendo-rong kegiatan eksplorasi untuk penemuan daerah potensi baru sumber daya mineral, batubara, gam-but, bitumen padat, panas bumi serta minyak dan gas bumi untuk kelangsungan ketersediaan sumber daya geologi di Indonesia (Renstra Pusat Sumber Daya Geologi 2006-2011).

Sejalan dengan tupoksi diatas maka Pusat Sum-ber Daya Geologi melakukan kegiatan Sum-berupa penyelidikan batubara di Daerah Kaimana Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat. Pemilihan daerah tersebut di atas juga dalam rangka menunjang program pemerintah untuk pengembangan kawasan Indonesia Timur khu-susnya daerah Papua, dimana dalam hal ini sektor pertambangan dan energi khususnya batubara diharapkan memberikan sumbangan yang penting, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sesuai dengan era otonomi daerah dewasa ini.

Lokasi Kegiatan : Kegiatan dilaksanakan di daerah sekitar Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat (Gambar 1) dengan batas koordi-nat 133o 30’ 00” BT – 133o 45’ 00” BT dan 2o 53’

00” LS – 3o 08’ 00” LS. Pada lembar

Bakosur-tanal termasuk dalam lembar Taniba (3013-11) dan Susunu (3012-43).

Wilayah Kaimana sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan sebelah barat dengan Kabupaten Fak-Fak.

Lokasi penyelidikan dapat ditempuh melalui pesawat udara dari Jakarta ke Ambon kemudian dilanjutkan dengan pesawat kecil ke Kaimana, dan ke arah lokasi dilanjutkan dengan longboat sekitar 4 jam.

GEOLOGI UMUM

Daerah Kabupaten Kaimana sebagian termasuk kedalam Pinggiran Cekungan Bintuni bagian selatan dan sebagian lagi merupakan Jalur Lipatan Lengguru. Tersusun oleh beberapa bat-uan yang berumur mulai Paleozoikum sampai Kuarter (Gambar 2).

Stratigrafi : Menurut Peta Geologi Lembar Ran-siki, Tobing, dkk. (1990) Batuan tertua daerah ini adalah Formasi Mangguar (Pzmg) berupa batugamping dan satuan batuan endapan klas-tik malihan (Pzu) yang berumur Paleozoikum. Kedua satuan ini diterobos oleh intrusi Granit Kwatisore (PTRk).

Batuan Paleozoikum lainnya adalah Formasi Aiduna (Pa) berupa batulempung dan batupa-sir yang mengandung tumbuhan. Formasi ini diperkirakan tersebar luas dibawah permu-kaan. Diatasnya diendapkan selaras Formasi Tipuma (TrJt) yang terdiri dari batupasir,

(3)

bat-PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

ulumpur, dan batulempung merah dan hijau

berumur Trias sampai Jura Bawah.

Setelah Formasi Tipuma terjadi pengendapan secara selaras empat formasi yang termasuk Kelompok Kembelangan yaitu satuan batuan klastika silika kelabu hingga hitam (JKk), For-masi Kopai (Jko), Batupasir Woniwogi (JKw) dan Batulumpur Pinia (Kp), kelompok ini berumur dari Jura Tengah sampai Paleosen. Sebagian besar kelompok ini berada pada Jalur Lipatan Lengguru.

Batugamping Imskin (Kti) menindih secara selaras bagian atas Kelompok Kembelangan berumur Kapur Atas hingga Miosen Tengah, sedangkan di bagian barat dengan Batugamp-ing Lengguru (Tpml) yang berumur Eosen hingga Miosen Tengah hubungannya adalah menjemari.

Kelompok besar Batugamping New Guinea (KTmn) yang merupakan alas dari batuan dasar Cekungan Bintuni menindih secara selaras Batugamping Imskin maupun Batugamping Lengguru. Di bagian barat, batuan bahan rom-bakan Formasi Steenkool (TQs) yang terdiri dari batulumpur bermika atau serpih, lempung, batupasir, sedikit konglomerat dan lapisan batubara muda berumur Plistosen sampai Miosen Atas menindih secara selaras Formasi Klasafet (Tmk).

Batuan Gunungapi Jamur (Qpj) terdiri dari lava berbiotit berumur Plistosen, tersingkap di timur - tenggara Lembar dekat Danau Jamur berbentuk kerucut gunungapi dan tak selaras di atas Formasi Tipuma dan Batugamping Imskin Aluvium Kuarter (Qa), terumbu koral terangkat

(Qc) dan endapan fanglomerat (Qf) menindih tak selaras satuan-satuan batuan yang lebih tua. Struktur Geologi : Struktur geologi yang berkembang di daerah ini adalah sesar, kelu-rusan dan lipatan yang pada umumnya berarah baratlaut-tenggara (NW-SE) dan beberapa sesar berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Kenampakan struktur ini dicerminkan pula oleh adanya perbukitan yang memanjang dari teng-gara ke baratlaut yang relatif mengikuti arah rentangan leher burung yang dikenal dengan Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt). Sesar-sesar yang ditemukan berupa sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik yang memotong satuan batuan Tersier. Sesar besar utama yang ditemukan di daerah ini adalah sesar naik Arguni (Arguni Thrust Fault) yang memotong leher burung dari arah baratlaut-tenggara dengan memperlihatkan tebing (clift) yang terjal.

Kelurusan kemungkinan merupakan cerminan dari indikasi patahan. Lipatan nampak seba-gai sinklin dan antiklin dan mempunyai arah sumbu lipatan sama dengan arah struktur pada umumnya. Diduga kehadiran struktur ini berkaitan erat dengan kegiatan tektonik pada masa Tersier.

Indikasi Endapan Batubara

Berdasarkan laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kaimana tahun 2008, batubara tersingkap di Sungai Udap, Desa Warmeno berwarna hitam, kusam, ringan, garis gores coklat, tebal sekitar 60 cm pada Formasi Steenkool.

(4)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Penyelidikan Lapangan

Pengumpulan data sekunder : Beberapa lapo-ran yang berhasil dikumpulkan diantalapo-ranya berupa laporan PT. Jasa Bumi Indonesia tahun 2008 tentang potensi batubara di Kaimana. Geologi regional didapatkan dari Peta Geologi Lembar Kaimana dan Lembar Steenkool tahun 1990 oleh S.L. Tobing, G.P. Robinson, dan R.J.Ryburn. Laporan lainnya adalah penyelidi-kan tentang potensi logam di Daerah Kaimana dilakukan oleh Kisman, 2007.

Pengumpulan data primer : Pekerjaan ini adalah kegiatan langsung dilapangan dengan melakukan penelusuran lokasi singkapan batu-bara berdasarkan informasi dari data sekunder maupun informasi penduduk. Setelah didapat-kan satu lokasi maka dilakudidapat-kan pengembangan penyelidikan dengan menelusuri penyebaran ke arah perlapisan atau strike.

Pekerjaan yang dilakukan adalah pengumpu-lan data singkapan batubara dengan mencatat posisi koordinat singkapan dari gps, arah dan kemiringan perlapisan, ketebalan, deskripsi batuan, batuan pengapit bagian atas bawah, dan terakhir pengambilan conto batubara untuk analisis laboratorium.

Analisis Laboratorium : Analisis yang dilaku-kan pada kegiatan ini adalah analisis kimia, fisika dan petrografi, sedangkan conto batubara yang diambil berasal dari singkapan lapangan dengan metode grab sampling.

Analisis kimia proximate berupa kelembaban

(Free Moisture, Total Moisture, Moisture), jat ter-bang (Volatile Matter), karbon tertambat (Fixed Carbon), abu (Ash), sulpur (Total Sulphur). Analisis fisika yang dilakukan adalah tingkat berat jenis (SD), kekerasan penggerusan (HGI), nilai kalori (CV), dan tingkat pengembangan (Free Swelling Index) untuk mengetahui tingkat coking coal.

Analisis petrografi dilakukan terutama untuk mengetahui komposisi maseral (bahan tum-buhan pembentuk batubara) dari batubara, nilai reflektansi vitrinit (derajat kematangan) dan kandungan mineral (lempung, oksida besi, pirit). Analisis ini disamping untuk mengeta-hui rank dari batubara, juga dapat membantu penafsiran lingkungan pengendapan batubara. Jumlah conto yang dianalisis sebanyak tiga conto batubara dimana berasal dari batubara Formasi Steenkool.

Pengolahan Data : Kegiatan ini merupakan penggabungan dari hasil pengumpulan data primer maupun analisis laboratorium serta ditunjang dengan data sekunder penunjang lainnya. Data-data diatas diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan gambaran menge-nai bentuk sebaran, jumlah lapisan, kualitas batubara dan potensi sumber daya batubara daerah penyelidikan.

HASIL PENYELIDIKAN

(5)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

Morfologi : Morfologi daerah penyelidikan

ter-diri dari dua yaitu pedataran dan perbukitan tersesarkan. Morfologi pedataran menempati wilayah timur berbatasan dengan Teluk Arguni dicirikan dengan kemiringan lerengnya 0% sampai 2%, ketinggian mulai dari 0 meter sam-pai 40 meter dengan pola pengaliran sungai anastomastik.

Morfologi perbukitan tersesarkan menempati sebagian besar wilayah penyelidikan sebelah tengah ke arah barat dan di timur laut, dicirikan kemiringan lerengnya antara 5% sampai 20%, ketinggian mulai dari 40 meter sampai 220 meter, dengan pola punggungan lurus meman-jang, pola pengaliran sungai rektangular dan sebagian subdendritik.

Stratigrafi : Stratigrafi daerah penyelidikan dari tua ke muda disusun oleh: Formasi Klasafet, Formasi Steenkool dan Aluvium.

Formasi Klasafet terdiri dari batunapal, batu-lumpur gampingan abu-abu, serpih dan batulanau. Tersingkap di bagian timurlaut dan sedikit di bagian selatan dekat Dermaga Ruara. Formasi Steenkool menempati hampir 90 % wilayah dengan litologi terdiri dari selang-seling batupasir, batulanau dan batulempung dan sisipan batubara. Batulanau mempunyai ciri-ciri warna abu-abu, halus, lempungan, menyerpih, keras dan getas. Batulempung berwarna abu-abu, lunak dan mudah pecah (friable). Batubara berwarna hitam, bright sam-pai dull keras, getas, terdapat kekar dan cermin sesar (slicken side).

Sebaran Aluvium terbesar menempati bagian

timur antara Tanjung Mandiwa sampai Sungai Rafa di sebelah timurlaut dan sebaran lain-nya berada di Sungai Roarifa dekat Kampung Riendo sebelah timur wilayah penyelidikan. Litologi terdiri dari kerikil, pasir lepas dan lum-pur.

Struktur Geologi : Struktur yang berkembang di daerah peyelidikan adalah lipatan dan sesar. Lipatan antiklin berada di barat daya wilayah sedangkan lipatan sinklin berada di sebelah timur wilayah. Sesar naik memanjang dari utara ke selatan, sesar ini dikenal dengan Sesar Naik Arguni dicirikan dengan punggungan yang memanjang mulai dari Teluk Bintuni sampai Teluk Kamrau dan terdapat cermin sesar pada singkapan batubara di sungai Kaitaro. Pola jurus lapisan umumnya utara selatan dengan kemiringan berkisar 10o sampai 20o.

Potensi Batubara

Hasil penyelidikan ditemukan dua singkapan batubara yang berada pada Formasi Steen-kool. Batubara ini mempunyai ciri megaskopis berwarna hitam, kilap terang, terkekarkan, terdapat cermin sesar pada singkapan KMN-14. Lapisan pengapit bagian bawah yaitu batulempung abu-abu, lunak dan friable. Pen-gapit lapisan atas batupasir berwarna coklat, sangat halus dengan ketebalan 2,5 meter. Lapisan paling atas berupa top soil berwarna coklat. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa terdapat satu lapisan (seam) batubara berarah utara - selatan pada daerah ini dengan pan-jang penyebaran 500 meter kearah terluar dari singkapan. Singkapan BRW-01 yang berada di selatan kemungkinan kemenerusan lapisan ini atau merupakan lapisan yang lain.

(6)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

Hasil Analisis Laboratorium

Analisis proksimat antara lain untuk meng-etahui kandungan moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM), kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total (St), nilai kalori (CV), berat jenis (RD), nilai swelling (FSI) dan indek kekerasan batubara (HGI), sedangkan analisis ultimat adalah untuk mengetahui kandungan unsur-unsur : karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), Oksigen (O). Hasil analisis proksimat (Tabel 3) didapatkan kualitas batubara dari Formasi Steenkool seba-gai berikut :

Dari tabel kualitas diatas dapat disimpulkan bahwa : kandungan moisture (IM) berkisar 9,82 sampai 10,20 %, kandungan abu (ash) berkisar 5 sampai 6 %, kandungan karbon tertambat (FC) 38 sampai 39 %, kandungan sulpur (St) berk-isar 0,88 sampai 1,46 %, kandungan zat terbang (VM) 44 sampai 45 %, Nilai swelling (FSI) yaitu 0 menunjukkan bukan merupakan batubara coking. Nilai kalori batubara ini berkisar 5951 sampai 6017 kal/gr termasuk kedalam batu-bara kalori sedang (berkisar 5100-6100 kal/gr). Analisis petrografi dilakukan terhadap tiga conto singkapan yang sama dengan analisis proximat dan ultimate. Hasil analisis petrografi disarikan pada table berikut :

Dari hasil analisis petrografi seperti tercantum pada tabel 4, tampak bahwa nilai reflektansi vitrinit pada Lapisan 1 Formasi Stenkool (KMN-13A, KMN-13B dan KMN-14) tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok yaitu antara 0,32 % – 0,33 %, tergolong batubara peringkat rendah

(low rank coal). Komposisi maseral didominasi oleh maseral vitrinite dengan persentase >90 %.

Sumberdaya Batubara

Perhitungan batubara dilakukan pada kedua singkapan yang ada dengan ketebalan 0,5 meter dan kedalaman sampai 50 meter. Penyebaran dari lapisan batubara dihitung dari singkapan terluar sepanjang 500 meter.

Dari hasil perhitungan didapatkan sumberdaya batubara Daerah Kaimana sebesar 77.557 ton dengan klasifikasi sumberdaya hipotetik.

Prospek Pemanfaatan dan

Pengemban-gan Batubara

Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam pemanfaatan dan pengembangan batubara adalah ketebalan, penyebaran dan banyaknya lapisan batubara. Apabila kita lihat Daerah Kaimana ini batubaranya memiliki ketebalan hanya 0.5 meter dan satu seam menjadikan daerah ini kurang prospek untuk dikembang-kan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penyelidikan dapat disimpulkan bahwa;

1. Formasi Steenkool (TQs) merupakan for-masi pembawa batubara yang ada di Daerah Kaimana.

(7)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

2. Nilai kalori batubara Kaimana berkisar 5951

sampai 6017 kal/gr dan termasuk batubara kalori sedang.

3. Satu lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 meter berada di Blok Jawera dengan sum-berdaya hipotetiknya sebesar 77.557 ton.

DAFTAR PUSTAKA

Darman, H. & Sidi, H, 2000. An Outline of The Geology of Indonesia, IAGI, Jakarta.

Jasa Bumi Indonesia, PT., 2008, Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Energi dan Bahan Galian Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Bapedda Kaimana, Kaimana.

Kisman, Widi B.N., 2007, Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Roni Bawole, Amrih L. Killian, Victor E. Fere, Tokede MJ.,Yosias Gandi, 2006, Atlas

Sum-berdaya Pesisir Kawasan Kabupaten Kaimana, Kerjasama Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Kaimana, Kaimana. S.L. Tobing, G.P. Robinson, dan R.J.Ryburn,1990, Peta Geologi Lembar Kaimana, Irian Jaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-ung.

---,1990, Peta Geologi Lembar Steenkool, Irian Jaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

(8)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan penyelidikan di Daerah Kaimana.

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Kaimana berdasarkan Peta Geologi Lembar Kaimana (S.L. Tobing, G.P. Robinson, dan R.J.Ryburn, 1990)

(9)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

Foto 3. Singkapan batubara di Sungai Kaitro (KMN-13) dengan tebal 0,50 meter dan lebar singkapan

12 meter.

Tabel 3. Kualitas Batubara Fm. Steenkool Daerah Kaimana Berdasarkan Hasil Analisis Proksimat

Conto FM% TM% IM% VM% FC% ASH% St% RD FSI kal/grCV HGI

KMN 13A 14,13 22,89 10,20 44,44 39,20 6,16 1,46 1,41 0 5951 51 KMN 13B 15,42 23,73 9,82 45,24 39,16 5,78 1,31 1,42 0 6017 49 KMN 14 16,26 24,68 10,06 45,84 38,95 5,15 0,88 1,42 0 5987 48

(10)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan Reflektan Vitrinit dan Komposisi Maseral

Formasi

Singkapan

Reflektan Vitrinit (%)

Komposisi Maseral (%)

Mean

Kisaran

Vitrinit Inertinit Liptinit

Stenkool

KMN-13A

0,32

0,29-0,36

96,6

0,8

0,4

KMN-13B

0,32

0,29-0,34

95,9

0,3

0,2

KMN-14

0,33

0,30-0,37

95,1

0,7

0,1

Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan dan Kandungan Material Mineral

Formasi

Singkapan

Clay

Material Mineral (%)

Fe. Oksida

Pirit

Stenkool

KMN-13A

1,2

0,2

0,8

KMN-13B

2,1

0,2

1,3

(11)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

Gambar 3. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Kaimana Papua Barat.

Gambar

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Kaimana berdasarkan Peta Geologi Lembar  Kaimana (S.L. Tobing, G.P
Foto 3. Singkapan batubara di Sungai Kaitro (KMN-13) dengan tebal 0,50 meter dan lebar singkapan  12 meter.
Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan Reflektan Vitrinit dan Komposisi Maseral
Gambar 3. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Kaimana Papua Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu jumlah armada angkot yang beroperasi di Kabupaten Kota Kaimana. telah dibagi oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Pada bulan Agustus 2016, keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat pada semester kedua terjadi peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Penduduk yang

Penurunan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat selama periode September 2014 - Maret 2015 tidak sejalan dengan perbaikan indeks kedalaman

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Papua Barat. Gubernur adalah Gubernur Papua Barat. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Papua Barat, yaitu Gubernur beserta Perangkat

sehingga kesimpulan yang di pilih yaitu perancangan mangrove research center di kabupaten Kaimana sebagai pusat penelitian yang berwawasan pengetahuan dan

Dalam Peral:.Han Daerah Inl yang dimaksud dengan '1, Daerah adalah Daerah Pro'w'msi Papua Bara\... 2 Gubernur adalah Gubernur Papua

Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor5Tahun 2009 tentangO rganisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI TAHUN 2021 PROVINSI PAPUA BARAT. JUMLAH PESERTA :