• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

      BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis

Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup – celup, menggunakan malam bahkan lumpur untuk menutup pori-pori kain yang menjadikannya tidak terkena warna pada waktu kain dicelupkan ke dalamnya ( Soedarso, 1998 : 3 ). Menurut Sewan Susanto ( 1980, 15 ), batik lukis termasuk batik modern yang berkembang sejak tahun 1970-an. Usaha ini mendapat sambutan dari beberapa seniman dan dapat diterima oleh masyarakat. Batik lukis dapat divisualkan dengan teknik - teknik bebas dan tidak terikat, bahkan bisa menggabungkan aneka tekhnik dalam batik misalnya kerokan atau ngerok, lorodan, remukan, pelarutan dengan kostik soda dan lorodan magel. Dalam batik lukis diperlukan kepandaian dalam menciptakan motif, keahlian melukis dengan lilin, dan keahlian dalam pewarnaannya ( Sewan Susanto, 1980 : 16 ).   

 

Seni batik lukis mengalami perkembangan baik dari nilai seninya maupun teknik pembuatannya. Penggunaan teknik batik untuk canting yang biasa digunakan untuk membatik diganti dengan alat lain, seperti kuas dan lidi. Teknik batik ini menghasilkan retakan-retakan malam, dalam proses pembuatannya menimbulkan goresan yang tidak mungkin dicapai dengan teknik lain. Corak yang

(2)

dihasilkan corak-corak abstrak, bahkan dikombinasikan dengan isen – isen seperti cecek atau titik ( Didik, 2002 : 33 ).

Tulisan majalah harian kedaulatan rakyat, 13 Maret 1969 yang dikutip oleh Soedarso menyebutkan Alat - alat yang digunakan untuk membatik lukis adalah kuas, batang pisang, dan bahkan alat penyemprot obat nyamuk. Melihat jenis alat yang dipakai tersebut, cara aplikasianya tidak memungkinkan motif - motif batik kreasi baru diproduksi lebih dari satu.

Berdasarkan penerapan teknik - teknik dalam seni batik lukis, kreasi baru menjadi seperti lukisan, pembuatnya juga melibatkan para seniman tersebut masuk, seperti Bagong Kussudiardja di bantu oleh para pembatik tradisi yang sudah dilatih membuat isen - isen khusus untuk batik kreasi baru. Pada suatu saat motif - motif baru tidak lagi dipasangkan dalam selembar kain panjang ukuran normal, tetapi disusun pada sebidang kain sempit kemudian dibingkai sebagai sebuah lukisan. Bagaimanapun bentuk dan kualitasnya bahwa dalam seni lukis batik yang lahir di Yogyakarta, dan kelahirannya tersebut disambut dengan dimeriahkannya oleh beberapa seniman yaitu Abas Ali Basyah, dan Amri Yahya dan juga bermunculan pelukis - pelukis lain yang menyusul jejaknya sebagai seniman batik lukis.( Soedarso, 1998 : 14 ).

Kelahiran seni lukis batik yang menggunakan teknik untuk media ekspresi ini tentulah tidak semulus kedengarannya, ada juga up and down yang menghalanginya. Banyak seniman dan kritikus seni yang menyaksikan kebolehannya. Memang teknik batik menawarkan banyak nuansa artistik baru

(3)

yang timbul dari fitrah teknik batik tersebut seperti retakan - retakan lilin dalam proses pembuatannya yang menimbulkan goresan - goresan yang sengaja dibuat yang tidak mungkin dicapai dengan teknik - teknik lain.

Menurut Rusli Dan Popo Iskandar dalam buku Seni Lukis Batik Indonesia, teknik batik memang lain, apabila teknik cat minyak atau akrilik dengan sekali gores mampu menghasilkan garis warna tertentu. Misalnya untuk hasil yang sama teknik batik harus menutup dulu dengan lilin di daerah disekitar yang dikehendaki dan sesudah itu mencelupkannya ke dalam cairan yang dikehendaki. Maka setelah penutupnya lepas barulah garis yang dikehendaki oleh seniman tersebut terwujud. Begitu rumitnya teknik ini untuk sekedar membuat lukisan sampai - sampai dua orang anggota Akademi Jakarta tersebut menyatakan melukis dengan teknik batik tidak akan menghasilkan lukisan , melainkan jadilah ia sebagai handycraft. Karena proses dan penciptaannya ini tidak sepenuhnya di tangan pelukis. ( Soedarso, 1998 : 15 ).

Dalam majalah Gatra3 Suwarno mengatakan eksplorasi yang dikerjakan oleh Ahmad Soepandi. Pelukis yang gemar berpetualang di pelosok pedalaman di berbagai negeri dan melukis dengan bahan pewarna non-pabrik. Kini melukis batik diatas kayu. Prosesnya dapat dianggap konvensional, menorah lilin dengan canting ini diatas kayu dan pewarnaannya dengan proses tutup celup. Karyannya yang berjudul “Etnobatik”. Tampaknya memberikan daya kejut dan daya pukau tersendiri.

      

3 Majalah GATRA,. No 18. Pada tanggal 22 Maret 1997. Halaman 110.  

(4)

Seni lukis batik mampu membawa seni batik keluar dari pakem, seni batik telah bermetamorfosa dari fungsi dan makna terbatas kearah fungsi dan makna

multidimensi. Karya karyanya hadir ditengah publik sering kali mengejutkan,

karena menawarkan berbagai hal yang tak terduga. Batas - batas nilai telah dilampaui oleh para seniman yang menuangkan kreativitasnya dalam sebuah karya seni. ( Suwarno, 1998 : 43 ).

Selain batik sebagai kerajinan, batik juga sebagai suatu teknik, yaitu yang termasuk dalam kelompok celup rintang ( resist dye ). Dari aspek ini teknik membatik mempunyai peluang menjadi media mengekspresikan berbagai ungkapan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelukis - pelukis batik baik di dalam maupun luar negeri, yang memanfaatkan teknik batik. ( Biranul, 1997 : 208 ).

Menurut Suwarno dalam buku Seni Lukis Batik Di Indonesia, Seni lukis batik menawarkan estetika yang lebih terbuka, mengapresiasi dan menikmatinya tidak dibebani dengan makna - makna atau fungsinya. Karya karyanya hadir di tengah publik dengan bentuk lukisan yang kreatif dengan gaya pribadi. Di samping memiliki kebebasan untuk mengekspresikan emosi di tuangkan dalam batik lukis tersebut. ( Suwarno, 1998 : 41 ).

Soedjono berpendapat bahwa batik lukis coraknya bebas tidak mempunyai ikatan tertentu seperti batik tradisional. Dasar pokok pada membatik ialah cairan pewarna dan lilin batik. Air dan malam atau lilin ini mempunyai sifat saling menolak. Bagian-bagian pekerjan bahan tekstil yang ditutup dengan lilin batik,

(5)

jika dicelupkan kedalam cairan pewarna, tidak akan ditembus oleh zat pewarna. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan beberapa kali dalam celupan dengan warna-warna lain dan penutupan lilin batik pada bagian-bagian yang lain pula. Dengan cara demikian akan dihasilkan lukisan-lukisan batik dengan warna-warna menarik. Pewarnaan pada batik lukis juga bebas, beraneka raga, tidak terikat pada warna biru wedel dan coklat soga. kreasi pewarnaanmenurut gaya baru akan menghasilkan warna-warna dengan susunan yang indah dan dinamis serta membutuhkan daya seni. Gambar-gambar lukisan dilakukan dengan memakai kuas atau kombinasi kuas dan canting. (Soedjono, 1989 : 9 - 10)

Corak batik lukis yang berkembang hingga saat ini, masih berupa corak abstrak, geometris, dekoratif, bahkan gabungan keduanya dapat dihasilkan dari teknik batik lukis. Teknik batik lukis tidak hanya menggunakan kuas, bisa juga dengan lidi, bahkan canting juga dapat digunakan dalam pembuatan batik lukis. pola batik lukis lebih luwes dibandingkan dengan pola batik tulis., dapat memuat penikmat batik lukis memiliki kesan lain dari seni membatik (www.UDIAKBAR.wordpress.com).

Perkembangan teknik maupun pewarnaan batik diaplikasikan dalam berbagai bidang seni, diantaranya seni lukis batik ( batik painting . lukisan batik dengan menggunakan media bahan, pemrosesan dan pewarnaan seperti halnya pada pembuatan batik. Pengerjaan batik lukis dibuat langsung oleh seniman, seniman tersebut menuangkan ekspresi seninya tanpa menggunakan sket lebih dahulu. Pengerjaan langsung menggoreskan malam panas dengan kuas diatas

(6)

kain putih. Pada batik lukis seringkali pembatikan dan pewarnaan dilakukan beriringan untuk mendapatkan hasil lukisan yang diinginkan. Pada pewarnaan untuk menciptakan efek-efek gradasi atau efek-efek yang lain seperti retak-retak tergantung dari malam yang dipilih dan zat warna. ( http://geocities. Ws/batikdanpemrosesannya.htm).

Perkembangan teknik batik lukis menghasilkan karya batik lukis yang popular di masyarakat, dengan ciri khas goresan-goresan kuas, lidi dan alat-alat yang digunakan untuk menciptakan batik lukis. Pendekatan desain melandasi penilitian di dalam mengkaji batik lukis. Kajian akan melewati artefak, teknik, dan konsumen. Artefak desain atau obyek desain yaitu pengetahuan tentang system, struktur, susunan, kualitas fisik dan bentuk obyek. Teknologi yaitu pengetahuan yang melandasi beroperasinya suatu sistem yang melingkupi desain meliputi praktek (design practice) hingga proses desain (dari metode desain, proses produksi, dan konsumsi).

Teknik batik lukis menghasilkan karya-karya yang disebut batik kontemporer. Kontemporer pada mulanya sebutan sebagai acuan seni yang berkembang pada masa kini atau masa sekarang. Beberapa kalangan masyarakat menganggap batik kontemporer sama pengertiannya dengan batik lukis ataupun batik modern. Memang pengertiannya dianggap belum pasti, namun banyak di lapangan terjadi persamaan kata tersebut saling melengkapi satu sama lainnya.

Batik lukis atau batik kontemporer dalam proses produksinya berkaitan dengan teknik. Teknik dalam teori desain, menurut Nanang Rizali pada buku

(7)

Tinjauan Desain Tekstil, merupakan salah satu aspek dalam desain. Teknik dalam proses produksi yang dapat dilakukan melalui berbagai teknik dengan memperhatikan kemampuan daya produksi ( Nanang Rizali, 2006 : 41 ).

Teknik pada pengerjaan batik lukis atau batik kontemporer berfungsi sebagai halang rintang pada batik lukis. Pada batik klasik teknik haling rintang menggunakan lilin/malam batik yang menggunakan alat berupa canting, dan pada batik lukis atau batik kontemporer atau batik modern teknik haling-rintang menggunakan alat alat bebas yang bisa dipakai dalam pengerjaan batik lukis.

Dengan teknik yang bebas dapat menghasilkan karya-karya batik lukis yang tidak sama satu dengan lainnya, karena dalam batik lukis tidak ada repetisi. Karya batik lukis yang mempunyai ciri khas goresan ekspresif, karena pengerjaannya yang spontan dalam proses penempelan lilin/malam batik pada selembar kain.

2. Kajian Visual Untuk Batik Lukis

Seseorang yang akan mencipta karya seni atau desain perlu mengetahui metodenya agar diperoleh karya yang memiliki nilai seni. Adapun metode untuk mencipta karya seni atau desain unsur - unsur rupa yang terdiri dari bentuk, raut, ukuran, arah, warna, dan tekstur. Sesungguhnya prinsip dasar tata rupa yang lain masih banyak lagi, misalnya harmoni, kontras, namun dalam uraian ini hanya akan dibahas tujuh prinsip dasar tata rupa dengan memperhatikan tujuh prinsip

(8)

dasar ini saja. Setidaknya telah tercipta suatu karya yang memiliki nilai keindahan. (Sadjiman, 2005 : 113)

Khusus pada prinsip kesederhanaan (simplicity ), dan kejelasan (clarity), sesungguhnya lebih ditekankan untuk tata desain, yang merupakan seni terapan atau seni terpakai, dimana hasil akhirnya diperuntukan bagi orang lain. Sedangkan untuk seni murni ( seni lukis, seni patung, seni grafis ) yang hasil akhirnya diperuntukan bagi kepuasan diri penciptanya. Sesuai pada skema dasar tata rupa, bahwa jika seseorang akan membangun karya seni atau desain yang menghendaki menghasilkan karya yang bernilai seni atau artistik perlu memiliki bahan - bahan berupa unsur - unsur rupa, perlu memiliki alat - alat merupa berupa interval - interval tangga unsur - unsur rupa, dan perlu mengetahui metode menyusun rupa yang berupa prinsip - prinsip dasar tata rupa. Unsur - unsur rupa ada yang menyebut sebagai input, sedangkan prinsip - prinsip dasar tata rupa disebut metode, dan hasil berupa karya seni atau desain disebut output. ( Sadjiman, 2005 : 113 - 115 ).

Keterangan tersebut diatas dapat dilihat dalam skema dibawah ini :

Skema Dasar Tata Rupa

Unsur - Unsur Rupa : Interval Tangga Unsur - Unsur Rupa : tangga raut tangga

Prinsip - Prinsip Dasar Tata Rupa : larasan dominasi/kelaina Karya Seni/Desain : dah/bernil ai seni

(9)

ukuran tangga arah tangga warna tangga value tangga tekstur n ingan (2D) (3D) ( Sadjiman, 2005 : 115 )

Unsur unsur bentuk yang dikaji dalam batik lukis ini terkait erat dengan motif. Motif adalah satuan terkecil dari suatu ornamem ( hiasan ), atau satuan pembentuk pola( Guntur, 2004 : 113). Motif seringkali disusun dari beberapa unsur titik garis dan bidang. Motif disini digunakan untuk menciptakan pola, dengan melakukan pengulangan pengulangan, penyekalan, dan pengradasian (interval) ( Guntur 2004 : 123).

B. Kerangka Pikir

Penelitian batik lukis ini mengangkat permasalahan latar belakang munculnya batik lukis di Surakarta dan kajian visual batik lukis untuk pakaian di Surakarta. Pada permasalahan pertama pencarian data lebih menekankan yang berasal dari informan, responden, dan juga literature, kemudian hasilnya didiskripsikan secara sisitematis. Sedangkan pada permasalahan ke dua kajian visual batik lukis untuk pakaian di Surakarta diwujudkan untuk memenuhi fungsi estetis ( karya lukis ) dan fungsi praktis ( tekstil pakaian ). Tekstil pakaian batik lukis ini diwujudkan dalam beberapa gaya. Pada masing - masing gaya tersebut

(10)

dilakukan kajian visual. Unsur - unsur karya yang distrukturkan dalam lembaran lembaran kain batik lukis tersebut dianalisis dengan melakukan peninjauan terhadap unsur - unsur rupa yang ditata dengan prinsip prinsip dasar tata rupa. Pada akhirnya diperoleh kesimpulan bagi nilai - nilai visualnya. (Ebdi sanyoto, 2005 : 3).

Batik Lukis di Surakarta

konvensional bebas

Keluar dari pakem Batik lukis / batik modern

Lukisan Pakaian

Gaya 1 Gaya 2

Unsur – unsur rupa Interval tangga Prinsip prinsip dasar tata rupa

Visual batik lukis untuk pakaian di Surakarta

Bagan 1. Bagan tentamg kerangka pikir penelitian batik lukis untuk pakaian di Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Game edukasi pengenalan dasar Islam dan surat pendek dirancang untuk meningkatkan minat anak dalam mempelajari pendidikan agama Islam dan menghafal surat pendek

Berikut ini adalah kerajaan-kerajaan islam yang memisahkan diri dan kekuasaan dinasti Abbasiyyah, kecuali..

Berdasarkan berbagai hal yang dapat menyebabkan storage lesion pada PRC dan parameter yang menunjukkan peningkatan selama penyimpanan PRC dalam beberapa penelitian lain,

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan kuesioner dalam mendukung data primer, dan melibatkan 30 responden petani jagung sebagai

[r]

Skripsi yang berjudul : Pembelajaran PAI dikalangan Anak Jalanan pada SMP Kelas Khusus Pasar Lima Banjarmasin, ditulis oleh MUHAMMAD ARIFIN telah di ujikan dalam Sidang Tim

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Petrus (2016) mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya ISPA di Kelurahan Jati Sampurna bahwa ada hubungan

Dinyatakan dalam Penjelasan UU Nomor 48 Tahun 2009, bahwa pada dasarnya UU Nomor 4 Tahun 2004 telah sesuai dengan perubahan UUD 1945, namun substansi UU tersebut