• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

TENTANG

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT

(2)

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

a. Ubi Societas Ibi Ius, dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Ungkapan ini hendak menggambarkan bahwa ada kalanya di dalam masyarakat tertentu memiliki aturan hukum yang bersifat khusus. Pada masyarakat militer, memiliki aturan hukum yang khas bersifat khusus, yaitu hukum militer. Salah satu hukum yang bersifat khusus, dan berlaku di masyarakat militer, disamping hukum disiplin militer dan hukum pidana militer, adalah hukum administrasi militer. b. Pembinaan dan penegakan hukum, khususnya hukum disiplin dan juga hukum administrasi, merupakan fungsi komandan atau pimpinan satuan. Konsep inilah yang melahirkan prinsip atau asas “hukum fungsi komando”. Hukum sebagai fungsi komando, mempunyai makna bahwa pembinaan dan penegakan hukum menjadi tanggung jawab Komandan Satuan. Oleh karena itu, Komandan Satuan mempunyai peranan sentral terkait dengan aspek hukum di Satuannya, yaitu sebagai Pembina Hukum dan sekaligus sebagai Penegak Hukum di Satuan. Sebagai Pembina hukum di satuan, Komandan Satuan harus menumbuhkan pemahaman hukum di satuan sehingga tumbuh kesadaran dan kepatuhan hukum yang tinggi. Pada sisi yang lain, Komandan Satuan juga wajib menegakkan hukum manakala terjadi pelanggaran hukum di satuan. Penegakan hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembinaan hukum. Oleh karena itu, Komandan Satuan tidak boleh membiarkan atau tidak mengambil tindakan/hukuman terhadap anggotanya yang melanggar hukum. c. Disadari bahwa fungsi pembinaan dan penegakan hukum oleh Komandan Satuan telah berjalan relatif baik. Namun, juga disadari bahwa masih terjadi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sebagian Prajurit TNI AD, sehingga aspek pembinaan dan penegakan hukum masih perlu ditingkatkan. Komandan

(3)

Satuan dapat meminta bantuan atau koordinasi dengan Satuan Hukum TNI AD, dan sebaliknya Satuan Hukum sesuai tugas dan fungsinya memberikan bantuan dan dukungan hukum bagi satuan-satuan jajaran TNI AD. Satuan hukum di tingkat pusat dalam hal ini Ditkumad bertugas membantu Kasad dalam pembinaan hukum dan penegakan hukum, begitu pula Satuan Hukum di Kotama, bertugas membantu Pangkotama dalam pembinaan dan penegakan hukum di Kotama. Namun, titik sentral dan sekaligus tanggung jawab pembinaan dan penegakan hukum ada pada Komandan Satuan.

d. Pelanggaran hukum yang masih sering dilakukan oleh Prajurit adalah pelanggaran hukum di bidang hukum disiplin dan pelanggaran hukum pidana. Pelanggaran terhadap tatanan norma disiplin bersanksi hukuman disiplin dan ditegakkan melalui mekanisme hukum disiplin oleh Komandan Satuan selaku Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM). Pelanggaran norma hukum pidana, diproses dan ditegakkan melalui mekanisme hukum acara pidana, dengan diawali penegakannya oleh Komandan Satuan untuk melakukan Penyidikan atau menyerahkan Penyidikan kepada Penyidik Polisi Militer, untuk selanjutnya diproses melalui Peradilan Militer.

e. Penjatuhan sanksi hukum disiplin oleh Komandan Satuan selaku ANKUM dan penjatuhan sanksi (vonis) pidana oleh Pengadilan, secara administrasi belum memberikan rasa keadilan khususnya terkait dengan pembinaan karir Prajurit yang bersangkutan dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak melakukan pelanggaran hukum (disiplin dan/ atau pidana). Untuk memberikan keadilan bagi Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit yang tidak pernah melanggar hukum, maka Prajurit pelanggar hukum perlu diberikan sanksi administrasi setelah menjalankan sanksi hukum disiplin atau sanksi hukum pidana.

f. Penerapan sanksi administrasi bagi Prajurit pelanggar hukum, selain untuk memberikan keadilan dalam pembinaan karir, sekaligus untuk memberikan kepastian dalam perlakuan dan pembinaan karir Prajurit pelanggar hukum yang bersangkutan. Kepala Staf Angkatan Darat telah menerbitkan Peraturan Kasad Nomor: Perkasad/1/II/2009 tanggal 5 Februari 2009 tentang Sanksi Administratif

(4)

Bagi Prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran. Namun, dalam pelaksanaan masih dijumpai adanya beberapa penerapan yang belum/tidak sesuai dengan peraturan dimaksud. Oleh karena itu, dalam Rabiniscabkum TA 2012 perlu diadakan pembahasan khusus terkait dengan penerapan sanksi administrasi.

2. Maksud dan Tujuan a. Maksud.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi di lapangan mengenai pemahaman satuan lapangan di jajaran TNI AD, terhadap sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Kasad Nomor: Perkasad/1/II/2009 tanggal 5 Februari 2009 tentang Sanksi Administratif Bagi Prajurit TNI AD dilaksanakan di satuan-satuan, dan sekaligus mengidentifikasi apa saja penyimpangan atau ketidaktepatan dalam penerapannya.

b. Tujuan.

Untuk penyempurnaan pada masa mendatang agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan sehingga tidak merugikan bagi Prajurit pelanggar hukum yang bersangkutan dan sekaligus memberikan keadilan dan kepastian perlakuan baik pada yang bersangkutan maupun bagi Prajurit lainnya.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

Ruang lingkup bahasan dibatasi pada sanksi administrasi yang terkait dengan pelanggaran hukum baik disiplin maupun pidana yang telah dijatuhi sanksi di bidang hukum disiplin dan sanksi pidana.

Tata urut disusun sbb: a. Pendahuluan

b. Latar Belakang Pemikiran

c. Kondisi Obyektif Penerapan Sanksi Administrasi d. Analisis Penerapan Sanksi Administrasi

(5)

4. Metode dan Pendekatan

a. Metode. Penulisan makalah tentang penerapan sanksi administrasi

bagi Prajurit TNI AD Pelanggar Hukum ini menggunakan metode analisis berdasarkan norma hukum dihadapkan dengan kondisi nyata dalam penerapan di lapangan kemudian diambil satu kesimpulan dan saran perbaikan.

b. Pendekatan. Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan pragmatis empiris yaitu bentuk pendekatan yang berdasarkan pada pengalaman dan bersifat praktis dengan tidak mengabaikan output pelaksanaan sosialisasi di lapangan.

5. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang No. 25 Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin Militer.

c. Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

e. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI.

h. Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/ 75 / II / 2016 tanggal 1 Februari 2016 tentang Sanksi Administrasi bagi Militer di Lingkungan TNI Aangkatan Darat yang melakukan Pelanggaran.

(6)

BAB II

PRINSIP DASAR SANKSI ADMINISTRASI

6. Umum. Pemberian sanksi administrasi didasarkan pada prinsip atau

asas-asas hukum yang jelas dan adil. Pemberian sanksi administrasi pada hakikatnya untuk memberikan keadilan dalam aspek pembinaan karir pada tataran pelanggar hukum di hadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak melakukan pelanggaran hukum, dan sekaligus memberikan kepastian perlakuan bagi Prajurit pelanggar hukum agar tidak diperlakukan tanpa batas waktu yang jelas sebagai pelanggar hukum.

7. Penerapan Sanksi Administrasi sesuai dengan asas-asas hukum yang adil. a. Azas Mendidik. Penjatuhan sanksi administratif bersifat mendidik

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan manfaat serta akibat yang dapat dirasakan langsung baik untuk kepentingan prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran maupun kepentingan organisasi dalam menggunakan/memanfaatkan potensi prajurit TNI AD yang bersangkutan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki sebagai pengawak organisasi secara vertikal maupun horizontal.

b. Azas Keterbukaan. Pelaksanaan penjatuhan sanksi administratif mulai

tahap pembahasan,keputusan dan pelaksanaan sanksi administratif dilaksanakan dengan penuh ketrbukaan dimana semua unsur terkait yang dilibatkan secara fungsional harus dapat bertukar pendapat secara jujur berdasarkan fakta dan kenyataan yang ada sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

c. Azas Keseimbangan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran akan

dijatuhi sanksi administratif sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan dan sanksi administratif yang dijatuhkan akan berpengaruh terhadap pembinaan personel yang bersangkutan.

(7)

d. Azas Legalitas. Sanksi administratif merupakan aturan dasar yang tertulis

dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta akan menjadi dokumen bagi prajurit yang melakukan pelanggaran untuk menunda anggota yang bersangkutan mengikuti pendidikan, usul jabatan dan usul kenaikan pangkat.

e. Azas Keadilan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran perlu

diberikan sanksi administratif, sehingga dapat memberikan rasa keadilan bagi personel yang lain dalam pembinaan karier selanjutnya.

f. Azas Kesetaraan dan Kesamaan. Setiap prajurit yang melakukan

pelanggaran akan diberikan sanksi administratif tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.

8. Penerapan sanksi administrasi untuk memberikan keadilan.

Penerapan sanksi administrasi terhadap Prajurit pelanggar hukum baik disiplin maupun pidana adalah untuk memberikan keadilan, yaitu keadilan pada tataran Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

Aspek keadilan didasarkan pada pemikiran bahwa Prajurit pelanggar hukum harus diberikan perlakuan pembinaan karir yang tidak sama dengan Prajurit yang tidak melanggar hukum (secara proporsinal ditunda dengan kurun waktu tertentu), terlebih jika dihadapkan dengan Prajurit yang berprestasi. Maka, Prajurit pelanggar hukum harus diberikan sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat, atau penundaan penempatan dalam jabatan, atau penundaan dalam pendidikan, dengan kurun waktu penundaan secara proporsional.

Ketiadaan sanksi administrasi yang mengikuti sanksi hukum disiplin dan sanksi pidana, dapat memberikan ketidakadilan bagi Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran. Sebab, apabila tidak diberikan sanksi administrasi, dengan selesainya menjalani sanksi disiplin dan/ atau sanksi pidana maka Prajurit pelanggar hukum dimungkinan dapat naik pangkat atau menduduki jabatan atau melaksanakan

(8)

pendidikan bersama-sama, atau bahkan dimungkinkan mendahului Prajurit seangkatannya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

Dalam kerangka keadilan inilah sanksi administrasi dijatuhkan setelah Prajurit pelanggaran hukum menjalani sanksi disiplin atau sanksi pidana.

9. Penerapan sanksi administrasi untuk memberikan kepastian Pembinaan Karir.

Penerapan sanksi administrasi dimaksudkan untuk memberikan kepastian hak dan sekaligus kepastian pembinaan karir bagi Prajurit pelanggar hukum. Pada masa lalu, ketika belum diterbitkan Peraturan Kasad tentang Penerapan Sanksi Administrasi, para Prajurit yang melanggar hukum, meskipun telah dijatuhi sanksi hukum disiplin oleh ANKUM atau sanksi pidana oleh Pengadilan, Prajurit yang bersangkutan dalam pembinaan karir perlakuannya sangat bervariasi, sehingga tidak ada kepastian.

Ada perlakuan yang ekstrim dengan tidak memberikan kepastian pembinaan karir yaitu tidak mengusulkan kenaikan pangkat, jabatan promosi dan pendidikan tanpa batasan waktu yang pasti. Prajurit pelanggar hukum, seolah-olah diberikan “Cap Jahat” atau “Cap pelanggar Hukum” terus melekat tanpa batas waktu.

Dengan diterapkan sanksi administrasi yang diatur secara jelas mengenai penggolongan pelanggaran dan sanksinya dengan batas waktu yang jelas secara proporsional, maka akan ada kepastian bahwa setelah sanksi administrasi dijalankan, maka secara administrasi kepastian pembinaan karir selanjutnya menjadi jelas.

(9)

BAB III

KONDISI OBYEKTIF PEMAHAMAN DAN

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI SATUAN TNI AD

10. Umum

Sanksi administrasi bagi Prajurit yang melakukan pelanggaran hukum, secara tegas telah diatur di dalam Keputusan Kasad nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016. Bagaimana kondisi di kesatuan-kesataun Angkatan Darat, terkait dengan pemahaman, pelaksanaan dan implementasi aturan sanksi administrasi, dapat diketahui dari hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan sample beberapa Kodam, yaitu Kodam IM, Kodam I/BB, Kodam IV/Dip, dan Kodam VI/Mlw secara random. Penelitian didasarkan pada pandangan atau pendapat Ankum terkait dengan pelaksanaan dan pemahaman tentang sanksi administrasi.

11. Pemahaman mengenai Sanksi Administrasi.

Pemahaman suatu tataran norma menjadi sangat openting dan menentukan keberhasilan dari yang dikehendaki suatu norma yang telah ditetapkan. Tak terkecuali norma aturan sanksi administrasi di lingkungan Angkatan darat. Pemahaman para pemangkju kepentingan, khususnya para Komandan Satuan, dan para pejabat personalia dan pejabat pengamananan satuan pada umumnya, terhadap sanksi administrasi dapat dilihat dari data penelitian sebagai berikut.

a. Gambaran umum pemahaman para Ankum responden terhadap Sanksi Administrasi.

1) Masa dinas Ankum.

Masa dinas Ankum memiliki korelasi dalam memahami tugasnya sebagai Ankum dalam menegakkan hukum, khususnya dalam menerapkan sanksi administrasi. Masa dinas Ankum sebagai responden dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel 1 sbb:

(10)

Tabel 1 : Masa dinas Ankum :

No Masa Dinas Jumlah % Ket

1 15 th – 20 th - -

2. >20 th – 25 th 27 64

3 >25 th – 30 th 15 36

4 >30 th - -

Jumlah 42 100

Pada umumnya Ankum telah memiliki pengalaman masa dinas yang mencukupi, yaitu berkisar antara 20 tahun sampai dengan 25 tahun 64%, dan di atas 50 tahun sampai dengan 30 tahun 36%.

2) Lamanya menjadi Ankum.

Pemahaman bidang tugas dipengaruhi oleh lamanya seseorang pejabat memangku jabatan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui bagaimana pemahaman Ankum tentang tugasnya membina dan menegakkan norma hukum administrasi perlu diketahui berapa lama Ankum memangku jabatan. Lamanya menjadi ankum dapat dilihat dalam tabel 2, sebagai berikut:

Tabel 2: Lamanya jabatan sebagai Ankum :

No Lamanya menjadi Ankum Jumlah % Ket 1 1th- 2 th 42 100 2. >2th – 3 th - 3 >3 th – 4 th - 4 >4 th - Jumlah 42 100

Masa jabatan Ankum atau lamanya Ankum menyandang jabatan, yang pernah menjatuhkan sanksi administrasi adalah antara 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun, yaitu 100%.

(11)

Tingkat pemahaman suatu aturan, dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, termasuk bagi seorang pejabat yang memiliki kewenangan tertentu. Ankum yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab membina dan menegakkan hukum administrasi militer, akan dipengaruhi oleh pemngalamannya. Pengalaman Ankum dalam menjatuhkan sanksi administrasi, dapat diketahui dalam tabel 3, sebagai beikut:

Tabel 3: Pengalaman Ankum menjatuhkan Sanksi Administrasi : No Pengalaman Ankum

Menjatuhkan Sanksi Administrasi

Jumlah % Ket

1 Belum Pernah 24 57

2. Pernah satu kali 3 7

3 Pernah lebih dari satu kali

15 36

4 Sering kali -

Jumlah 42 100

Pengalaman Ankum menjatuhkan sanksi administrasi, bervariasi: Ankum yang belum pernah menjatuhkan sanksi administrasi 57%, yang baru satu kali menjatuhkan sanksi administrasi 7%, dan yang sudah menjatuhkan sanksi administrasi lebih dari satu kali 36%,

b. Pendapat Ankum mengenai Sanksi Administrasi sebagai sanksi lanjutan dari Kepkumplin dan Putusan Pengadilan:

Untuk mengetahui dan memberikan gambaran bagaimana pandangan Ankum, apakah Ankum setuju atau tidak setuju, bahwa penjatuhan sanksi hukum disiplin dan sanksi pidana perlu diberikan sanksi lanjutan berupa sanksi administrasi. Para Ankum responden memberikan gambaran dalam tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5: Pendapat Ankum SA sebagai kelanjutan Sanksi Pidana dan Sanksi Disiplin.

No Pendapat Ankum ttg SA Jumlah Prosen Ket

1 Setuju 36 86

(12)

3 Cukup Sanksi Pidana dan Disiplin

3 7

4 Tidak tahu - -

Jumlah 42 100

Pada umumnya Ankum berpendapat bahwa penjatuhan sanksi disiplin militer yang telah dijatuhkan oleh Ankum dengan Skepkumplin, maupun sanksi pidana yang diputus oleh Hakim dalam proses Penradilan Militer, perlu ditambah dengan sanksi administrasi. Responden Ankum menyatakan setuju 86%, yang berpendapat tidak setuju 7%, dan berpendapat cukup dengan sanksi disiplin militer atau sanksi pidana, tidak perlu sanksi administrasi 7%.

12. Penerapan Sanksi Administrasi di Jajaran Kesatuan TNI AD.

a. Secara umum sanksi administrasi sudah diterapkan di satuan-satuan Angkatan Darat.

Berdasarkan fakta di lapangan, sanksi administrasi Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Keputusan: Kep/75/II / 2016 tanggal 1 Februari 2015 secara umum sudah diterapkan. Diperoleh gambaran dalam penelitian, antara lain hal-hal sebagai berikut:

Penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum di satuan, menjadi wewenang dan tanggung jawab komandan satuan atau Ankum. Bagaimana Ankum menyikapi dan menerapkan sanksi administrasi di kesatuan, dapat digambarkan dalam Tabel 7, sebagai berikut:

Tabel 7: Penjatuhan Sanksi Administrasi.

No Penjatuhan Sanksi Administrasi

Jumlah % Ket

1 Selalu dijatuhkan 33 79

2. Tidak Pernah Dijatuhkan 9 21

3 Tidak Perlu dijatuhkan - -

4 Tidak Tahu - -

(13)

Sanksi administrasi di kesatuan TNI Angkatan darat, berdasarkan pendapat Ankum, selalu dijatuhkan 79%, tidak pernah dijatuhkan 21%. Untuk yang tidak pernah dijatuhkan, menunjukkan bahwa kemungkinan di kesatuan tersebut memang tidak ada pelanggaran hukum, baik hukum disiplin militer, maupun hukum pidana. Tetapi juga ada kemungkinan adanya ketidakpahaman satuan untuk menerapkan sanksi administrasi. Namun demikian, secara umum (79%) sanksi administrasi sudah dijatuhkan. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa ada upaya dari para Ankum untuk menerapkan sanksi lanjutan dari sanksi hukum disiplin militer dan sanksi pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan, kemudian secara administrasi diberikan sanksi.

b. Sanksi administrasi yang dijatuhkan Ankum:

Jenis sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi hukum disiplin militer dan kelanjutan dari sanksi pidana, meliputi: Penundaan pendidikan, penundaan jabatan promosi dan penundaan kenaikan pangkat. Jenis sanksi yang dijatuhkan oleh para Ankum, dapat digambarkan dalam tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4: Jenis Sanksi Administrasi yang dijatuhkan Ankum. No Jenis Sanksi Administrasi

yang diajtuhkan

Jumlah % Ket

1 Penundaan pendidikan 9 21

2. Penundaan Jabatan 6 14

3 Penundaan Kenaikan Pangkat 15 36

4 PDTH - -

5 Tidak pernah menjatuhkan 12 29

Jumlah 42 100

Jenis sanksi administrasi yang dijatuhkan oleh para Ankum di kesatuan jajaran Angkatan Darat bervariasi, yaitu penundaan pendidikan 21%, penundaan jabatan 14%, penundaan kenaikan pangkat 36%. Namun ada 29% yang belum atau tidak dijatuhkan sanksi administrasi.

(14)

Penerapan Sanksi Administrasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep /75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016 dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain pemahaman Ankum sebagai penegak sanksi administrasi. Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh apakah peraturan sudah disosialisasikan atau belum. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran sbb :

a. Pemahaman Ankum untuk membedakan sanksi administrasi, sanksi pidana dan sanksi disiplin.

Pembinaan dan penegakan hukum, termasuk dalam penerapan sanksi administrasi sebagai bagian dari penegakan hukum di kesatuan, harus diawali dengan pemahaman Ankum sendiri sebagai penanggungjawab penegakan hukum. Ankum harus memahami, sehingga selain menghindari adanya kesalahan dalam penerapan, Ankum juga dapat memilah dan memlih sanksi mana yang tepat dan juga adil bagi pelanggarnya.

Tabel 10: Pemahaman Ankum terhadap Sanksi Administrasi dengan Sanksi Disiplin dan Pidana.

No Pemahaman Ankum dalam

membedakan Sanksi

Administrasi, Sanksi Pidana dan Sanksi Disiplin

Jumlah % Ket

1 Dapat membedakan 39 93

2. Kadang dapat membedakan - -

3 Seringkali sulit membedakan - -

4 Tidak dapat membedakan 3 7

Jumlah 42 100

Para Ankum secara umum sudah memahami dan dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer, dan sanksi pidana. 93 % Ankum menyatakan pendapatnya bahwa Ankum sudah memahami dan dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer dan sanksi pidana . Hanya 7% yang tidak dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer dan sanksi pidana.

b. Sosialisasi Sanksi Administrasi atau dalam bentuk Penyuluhan hukum di Satuan:

(15)

Sanksi administrasi telah mengalami perubahan atau penyempurnaan, meskipun secara prinsip masih ada kesamaan dengan aturan sanksi administrasi yang lama. Maka, aturan sanksi administrasi ini perlu disosialisasikan ke kesatuan-kesatuan jajaran Angkatan Darat. Namun, dengan mengingat keterbatasan anggaran, dan luasnya wilayah satuan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, maka ada beberapa satuan yang belum dilakukan sosialisasi dan penyuluhan sanksi administrasi. Untuk memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan spsialisasi, dapat dilihat dalam Tabel 6 sbb:

Tabel 6: Sosialisasi Sanksi Administrasi di Kesatuan TNI AD

No Sosialisasi/ Luhkum SA Jumlah % Ket

1 Sudah 36 86 2. Baru akan disosialisasikan 3 7 3 Baru direncanakan 3 7 4 Belum - - Jumlah 42 100

Sosialisasi ataupun penyuluhan hukum dengan materi sanksi administrasi menjadi sangat penting bagi satuan-satuan di jajaran Angkatan Darat. Tidakadanya sosialisasi atau penyuluhan hukum, dapat berdampak terhadap keraguraguan dalam melaksanakan dan menerapkan aturan sanksi administrasi, karena ketidakpahaman. Selain itu, juga dapat berdampak pada salah dalam penerapannya, sehingga selian dapat merugikan terhukum juga dapat merugikan dalam pembinaan disiplin dan pembinaan personel. Berdasarkan data penelitian, diperoleh gambaran bahwa sudah 86 % satuan-satuan jajaran Angkatan Darat dilakukan sosialisasi atu penyuluhan hukum dengan materi sanksi administrasi, dan 7% akan diberikan sosialisasi atau penyuluhan hukum dan 7% sedang dalam rencana.

14. Dampak penjatuhan sanksi administrasi bagi Militer/Prajurit dari aspek kejeraan pelaku.

Salah satu fungsi penjatuhan sanksi adalah sebagai akibat hukum dari dilakukannya pelanggaran. Sanksi yang dijatuhkan diharapkan memberikan kejeraan bagi yang dijatuhi sanksi. Bagaimana pandangan dan pendapat Ankum, apakah

(16)

sesungguhnya di lapangan dari pengamatan Ankum, sanksi administrasi ini dapat memberikan aspek jera, sehingga selain tidak mengulangi lagi, juga dapat mencegah bagi militer lainnya. Pendapat Ankum tergambar dalam tabel 12, sebagai berikut:

Tabel 8: Pendapat Ankum tentang Dampak/ Efek Jera Sanksi Administrasi.

No Dampak Penjatuhan Sanksi Administrasi

Jumlah % Ket

1 Tidak selalau membuat jera - -

2. Kadang-kadang dapat membuat jera

- -

3 Seringkali dapat membuat jera - -

4 Dapat membuat efek jera 42 100

Jumlah 42 100

Pandangan Ankum mengenai dampak penjatuhan sanksi administrasi terhadap tingkat pelanggaran hukum di satuan, secara umum menyatakan bahwa penjatuhan sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin dan sanksi pidana dapat membuat efek jera bagi pelanggar hukum, yaitu 100% menyatakan hal tersebut..

Efek jera dari penjatuhan sanksi administrasi akan berdampak terhadap tingkat pelanggaran. Pendapat Ankum mengenai efek jera dari sanksi administrasi yang diterapkan terhadap pelanggar.

Tabel 9: Pendapat Ankum tentang Dampak Terhadap tingkat Pelanggaran

No Pendapat Ankum mengenai pengaruh Sanksi Administrasi terhadap penurunan pelanggaran Hukum

Jumlah % Ket

1 Dapat menekan jumlah pelanggaran hukum

42 100

2. Tidak banyak menekan jumlah pelanggaran

- -

3 Kadang-kadang dapat menekan pelanggaran

- -

4 Tidak dapat menekan jumlah pelanggaran

- -

(17)

Pendapat Ankum, bahwa penjatuhan sanksi administrasi dapat menekan jumlah pelanggaran hukum. 100% Ankum berpendapat bahwa dengan dijatuhkannya sanksi administrasi bagi pelanggar hukum yang telah dijatuhi sanksi disiplin dan pidana, jika dijatuhi sanksi administrasi dapat menekan jumlah pelanggaran hukum.

(18)

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

15. Umum

Berdasarkan temuan dalam penelitian di lapangan Peraturan Kasad yang mengatur mengenai sanksi administrasi yaitu Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep /75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016 secara umum telah diterapkan di kesatuan-kesatuan jajaran TNI Angkatan Darat.

16. Masih perlu adanya sosialisasi.

Pemahaman suatu aturan harus merata dimengerti dan dipahami oleh semua Militer di ajjaran satuan-satuan TNI AD, terutama terhadap para Pembina dan penegaknya, yaitu Ankum. Dari hasil penelitian, masih terdapat 7% dari kesatuan yang belum diberikan sosialisasi atau penyuluhan hukum, meskipun sudah direncanakan pelaksanaannya. Kurangnya pemahaman yang disebabkan tidak tersosialisasikan norma aturan sanksi administrasi dapat berdampak penerapan yang salah. Lebih lanjut lagi, jika penerapan salah akan berdampak pada validitas surat keputusan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, dan juga dapat berdampak pada ketidak adilan bagi pelanggar. Oleh sebab itu, supaya segera dilakukan sosialisasi atau penyuluhan hukum tentang sanksi administrasi bagi 7% kesatuan yang belum dilakukan sosialisasi/penyuluhan hukum.

17. Perlunya pengamatan secara terus menerus penerapan sanksi administrasi.

Peraturan sanksi administrasi yang telah diatur dalam Keputusan Kasad Nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016, yang mengatur tentang sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari penjatuhan sanksi hukum disiplin militer dan kelanjutan dari sanksi pidana yang diputus oleh Pengadilan, harus dilakukan pengamatan dan dievaluasi.

(19)

Dari hasil penelitian, secara umum Ankum telah memberikan pendapatnya, bahwa penjatuhan sanksi administrasi dapat berdampak positip, yaitu dapat memberikan efek jera bagi pelanggarnya, 100% para Ankum menyatakan bahwa sanksi administrasi dapat memberikan efek jera. Sanksi administrasi harus dapat memberikan perbaikan baik terhadap pelanggar maupun bagi kesatuan dan pembinaan personil/pembinaan satuan pada umumnya.

b. Dari Aspek Kepastian Pembinaan Karir.

Salah satu tujuan dari penerapan sanksi administrasi dari kelanjutan sanksi disiplin dan lanjutan dari sanksi pidana, adalah untuk memberikan kepastian pembinaan karir bagi Prajurit/Militer pelanggar hukum. Pada masa lalu, ketika belum diterbitkan Peraturan Kasad tentang Penerapan Sanksi Administrasi, para Prajurit/Militer yang melanggar hukum, meskipun telah dijatuhi sanksi hukum disiplin oleh Ankum atau sanksi pidana oleh Pengadilan, Prajurit/Militer yang bersangkutan dalam pembinaan karir perlakuannya sangat bervariasi, sehingga tidak ada kepastian. Dengan diterapkan sanksi administrasi yang diatur secara jelas mengenai penggolongan pelanggaran dan sanksinya dengan batas waktu yang jelas secara proporsional, maka akan ada kepastian bahwa setelah sanksi administrasi dijalankan, maka secara administrasi kepastian pembinaan karir selanjutnya menjadi jelas.

c. Dari Aspek Keadilan.

Selain tujuan kepastian pembinaan karir, penerapan sanksi administrasi terhadap Prajurit pelanggar hukum baik disiplin maupun pidana adalah untuk memberikan keadilan. Keadilan dimaksud adalah pada tataran Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum. Aspek keadilan didasarkan pada pemikiran bahwa Prajurit pelanggar hukum harus diberikan perlakuan pembinaan karir yang tidak sama dengan Prajurit yang tidak melanggar hukum (secara

(20)

proporsional ditunda dengan kurun waktu tertentu), terlebih jika dihadapkan dengan Prajurit yang berprestasi. Maka, Prajurit pelanggar hukum harus diberikan sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat, atau penundaan penempatan dalam jabatan, atau penundaan dalam pendidikan, dengan kurun waktu penundaan secara proporsional.

Ketiadaan sanksi administrasi yang mengikuti sanksi hukum disiplin dan sanksi pidana, dapat memberikan ketidakadilan bagi Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran. Sebab, apabila tidak diberikan sanksi administrasi, dengan selesainya menjalani sanksi disiplin dan/ atau sanksi pidana maka Prajurit pelanggar hukum dimungkinan dapat naik pangkat atau menduduki jabatan atau melaksanakan pendidikan bersama-sama, atau bahkan dimungkinkan mendahului Prajurit seangkatannya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum. Dalam kerangka keadilan inilah sanksi administrasi dijatuhkan setelah Prajurit pelanggaran hukum menjalani sanksi disiplin atau sanksi pidana.

18. Penerapan Sanksi Administrasi Harus Sesuai dan Tidak Menyimpang dari Peraturan.

a. Sanksi Administrasi harus Sesuai Golongan Pelanggaran.

Peraturan Kasad Nomor Perkasad/1/II / 2009 tanggal 5 Februari 2009 telah secara jelas mengatur penggolongan pelanggaran dengan jenis sanksi administrasi pada masing-masing golongan pelanggaran.

Pelanggaran hukum digolongkan menjadi dua golongan pelanggaran dengan sanksi administrasi sesuai dengan golongannya. Jika ditabelkan dapat tergambar sbb:

No Gol pelanggaran Sanksi administrasi Ket.

1 Golongan I:

Pelanggaran Hukum Disiplin dan

a.Perwira:

(21)

prosesnya telah selesai dan telah diterbitkan Kepkumplin dari Ankum. Jenis Hukuman Disiplin:

1) Teguran.

2) Penahanan ringan paling lama 14 hari.

3) Penahanan berat paling lama 21 hari.

Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama satu periode sejak eligibel.

Hukuman Penahanan Ringan:

Pendidikan: ditunda mengikuti Pendidikan selama satu periode pendidikan dan penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligible.

Hukuman Penahanan Berat:

Pendidikan: ditunda mengikuti Pendidikan selama satu periode pendidikan dan penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligible.

b.Bintara/Tamtama:

Hukuman Tegoran:

Pendidikan: ditunda mengikuti Pendidikan selama satu periode pendidikan atau penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligible.

Hukuman Penahanan Ringan:

Pendidikan: ditunda mengikuti Pendidikan selama dua periode pendidikan atau penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligible.

Hukuman Penahanan Berat:

Pendidikan: ditunda mengikuti Pendidikan selama tiga periode

(22)

pendidikan atau penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligible.

2 Golongan II:

Melakukan tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) dan proses melalui Peradilan Mil/Umum sudah selesai dengan Putusan pengadilan telah berkekuatan hukum tetap.

Jenis Hukuman:

1) Pelanggaran lalu lintas tertentu telah dijatuhi Pidana denda/ kurungan pengganti dan sudah dibayar, tidak dikenakan sanksi administrasi. Kecuali pidana denda tidak dibayar.

2) Pidana bersyarat

3) Pidana penjara sampai tiga bulan

4) Pidana penjara lebih dari tiga bulan.

a.Perwira:

Pelanggaran lalu lintas tertentu telah dijatuhi Pidana

denda/ kurungan pengganti dan sudah dibayar, tidak dikenakan sanksi administrasi. Kecuali pidana denda tidak dibayar: Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama satu periode sejak eligibel.

Hukuman Pidana bersyarat:

Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligibel.

Hukuman Penjara sampai

dengan tiga bulan:

Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligibel.

Hukuman Penjara lebih dari tiga bulan namun masih tetap dipertahankan dlm dinas TNI AD:

(23)

pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama empat periode sejak eligibel.

b.Bintara/Tamtama:

Pelanggaran lalu lintas

tertentu telah dijatuhi Pidana

denda/ kurungan pengganti dan sudah dibayar, tidak dikenakan sanksi administrasi. Kecuali pidana denda tidak dibayar: Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama satu periode atau penundaan kenaikan pangkat selama satu periode sejak eligibel.

Hukuman Pidana Bersyarat:

Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama dua periode atau penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligibel.

Hukuman Penjara sampai dengan tiga bulan:

Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama tiga periode atau penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligibel.

Hukuman Penjara lebih dari tiga bulan namun masih tetap dlm dinas TNI AD:

(24)

Pendidikan: ditunda mengikuti pendidikan selama empat periode atau penundaan kenaikan pangkat selama empat periode sejak eligibel.

(25)

BAB V

PENUTUP

19. Kesimpulan.

a. Penerapan Peraturan sanksi Administrasi yang diatur dalam Keputusan Kasad Nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Pebruari 2016 tentang Sanksi Administrasi bagi Militer di Lingkungan TNI AD yang Melakukan Pelanggaran, secara umum telah dilaksanakan sesuai aturan yang ada:

1) Para Ankum secara umum telah memahami aturan Sanksi Administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan.

2) Para Ankum telah menerapkan sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan yang ada di kesatuannya masing-masing.

b. Sanksi sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan telah disosialisasikan ke kesatuan-kesatuan jajaran TNI AD, meskipun masih ada beberapa kesatuan yang masih dalam perencanaan untuk sosialisasi.

c. Pengawasan dan evaluasi secara berkala dan terus menerus penting untuk dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan penerapan.

20. Saran.

1. Perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan hukum tentang sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan bagi kesatuan-kesatuan yang belum melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan hukum (masih ada 7% kesatuan).

(26)

2. Perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala dan terus menerus agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam penerapannya, dan untuk memperhatikan aspek dampak efek jera pelanggaran hukum, dan juga dari aspek kepastian pembinaan dan keadilan.

Mengetahui, Jakarta, Maret 2016

Tua LPPM Kabag Lit

Dwi Jaka Susanta, S.H., M.H. Rudi Sangaji , S.H.,M.H. Kolonel Chk NRP 33545 Letkol Chk NRP 1930000720563

Gambar

Tabel 1 : Masa dinas Ankum :
Tabel 3:   Pengalaman Ankum menjatuhkan Sanksi Administrasi :  No   Pengalaman Ankum
Tabel 7:   Penjatuhan Sanksi Administrasi.
Tabel 4:  Jenis Sanksi Administrasi  yang dijatuhkan Ankum.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data yaitu regresi linier berganda yang diestimasi dengan teknik OLS (Ordinary Least Square). Metode pengumpulan data adalah purposiv e sampling dengan jumlah

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun,

Keluarga Yang Tidak Mempnyai Anak Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya yang pada kedua keluarga ini hampir sama saja namun berbeda dalam hal

Pengulangan perkawinan sebenarnya tidak diatur dalam Undang-Undang, sebagaimana ditunjukkan dalam pasal 53 ayat 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Menurut hukum Islam

Berdasarkan hasil pengamatan hasil KBM pada siklus I, diketahui bahwa : (1) motivasi siswa mengikuti pembelajaran ; (2) keberanian siswa dalam mengungkapkan

Identitas diri perempuan melalui tato juga terlihat ketika perempuan menggunakan identitas pribadi melalui tato untuk melindungi diri mereka dari budaya kota

Untuk mengetahui permasalahan yang terdapat pada sebuah teks atau yang disampaikan oleh seseorang, kamu dapat menanyakannya dengan pertanyaan berikut?. Apa yang