Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
31
Pengaruh Pemberian Ekstrak Wortel (Daucus carota L.) Dalam Air
Minum Terhadap Bobot Karkas Puyuh (Coturnix coturnix Japonica)
Jantan Pedaging
Zahrul Fuadi1*, Sari Wardani2Renci Afdaris3
1,2,3
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Abulyatama, Aceh Besar, 23372, Indonesia.
*Email korespondensi: zahrulfuadi1962@gmail.com1
ABSTRACT
This is reseach aims to know the effect carrot extrak (Daucus carota L.) in drink water to quail carcass weights. The material used is quail bird meat male many as 96 tails. Maintenance of age days. Ration used is starter fead 511 Charoen Pokphand by gived unlimited. Gived treatment carrot extrak in reseach W0 : control,
W1 : 5 ml, W2 :10 ml dan W3 : 15 ml carrot extrak in 350 ml drink water. This is
reseach used complete rendom design consists of 4 treatment and 4 quiz with each test consists of 6 tails quail bird. Observed variabls quail weight, quail carcas weight, chest weight, thigh weights. The data in anallysis with ANOVA and if to show tangible results br will tested Duncan. The research results to show that effect carrot extrak have a real impact (P<0,05) to carcas weight quail bird without wiht gived carrot extrak. The reseach can be concluded gived that 5 ml carrot extrak in 350 ml drink water quail bird better, This matter its height live weight 93,00 gr, carcas weight percentage 68,05%, chest weight percentage 42,18%, thigh weights percentage 25,87%.
Keywords: Carrot extrak, quail carcas weight, quail bird meat male.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam air minum terhadap bobot karkas puyuh. Materi yang digunakan adalah burung puyuh jantan pedaging sebanyak 96 ekor. Pemeliharan umur DOQ sampai dengan umur 28 hari. Ransum yang digunakan adalah pakan starter 511 Charoen Pokphand dengan pemberian tidak terbatas. Perlakuan pemberian ekstrak wortel dalam penelitian ini adalah W0 : kontrol, W1 : 5 ml, W2
:10 ml dan W3 : 15 ml ekstrak wortel kedalam 350 ml air minum. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan setiap ulangan terdiri dari 6 ekor burung puyuh. Peubah yang diamati: berat bobot hidup puyuh, bobot karkas puyuh, bobot dada dan bobot paha. Data dianalisis dengan ANOVA dan jika menunjukkan hasil yang beda akan di uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak wortel dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat karkas burung puyuh dengan tanpa pemberian ekstrak wortel. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 5 ml ekstrak wortel kedalam 350 ml air minum burung puyuh lebih baik, hal ini ditunjukkan tingginya berat hidup 93,00gr, berat karkas 68,05%, persentase karkas dada 42,18% dan persentase karkas paha 25,87%.
32
Kata Kunci : Ekstrak wortel, berat bobot karkas, puyuh jantan pedaging PENDAHULUAN
Puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki kaki yang pendek, ukuran tubuh yang sedang dan bulat. Menurut Mondry (2016), puyuh adalah unggas yang didomestikasi lebih dari 700 tahun yang lalu di Jepang. Sekarang ini adalah spesies yang sering dibudidayakan untuk produksi telur dan dagingnya.
Daging puyuh (Coturnix coturnix japonica) jantan pedaging merupakan produk daging yang sedang dikembangkan saat ini guna untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Rasa yang khas dari daging puyuh (Coturnix coturnixjaponica) jantan pedaging ini memiliki penggemar tersendiri. Keunggulannya adalah kandungan proteinnya tinggi, serta rendah lemak (Soeparno, 2009). Keunggulan dari daging puyuh adalah kandungan proteinnya tinggi, serta rendah lemak. Rasa yang lezat merupakan keunggulan lain dari daging puyuh. Puyuh dapat menghasilkan daging sekitar 70-74% dari bobot hidup puyuh, dengan persentase bobot daging paling berat di bagian dada (41%) (Prabakaran, 2003).
Pengembangan ternak unggas sebagai sumber protein hewani harus semakin ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap daging (Suprijatna dkk, 2012). Kadar protein daging yang tinggi disertai kadar lemak dan kolesterol daging yang rendah dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi produk daging (Swastike, 2012). Pemanfaatan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam air minum puyuh (Coturnix coturnix japonica) jantan telah diteliti oleh (Suharti dkk, 2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak wortel (Daucus carota L.) dapat meningkatkan konsumsi, berat badan, akan tetapi belum diketahui berapa persentase ekstrak wortel (Daucus carota L.) yang baik untuk pertumbuhan dan kualitas karkas puyuh (Coturnix coturnix japonica) jantan pedaging yang mendapat perlakuan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam air minum.
Pemanfaatan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam air minum yang diberikan secara atlibitum pada puyuh tentunya mempegaruhi pertumbuhan dan kualitas karkas puyuh, hasil penelitian yang dilakukan (Ramli, dkk 2002) yang menyatakan bahwa pemberian bahan pakan tambahan dalam ransum ternak dapat digunakan untuk mengembangkan produksi ternak sehingga dapat menghasilkan produksi daging bernilai gizi tinggi, hanya saja belum diketahui sejaumana pemberian ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam air minum puyuh, sehingga dapat mempengaruhi kualitas bobot karkas puyuh yang baik dan efektif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Experimental Farm Prodi Peternakan Universitas Abulyatama Aceh, Aceh Besar. Waktu penelitian dimulai dari 13 Juli -21 Agustus 2019.
Bahan yang akan digunakan adalah puyuh (Coturnix coturnix japonica) jantan 96 ekor, pakan starter 511 Phokpand 20.16 kg, air bersih 29.400 ml, Puyuh Mix 10 saset, Antiseptik 1 botol dan ekstrak wortel 2.040 ml.
Peralatan yang digunakan adalah kandang brooder, kandang penggemukan, tempat pakan dan minum, lampu pemanas, lampu penerang, sapu, cutter, ember, alat tulis, kamera, timbangan dan blender.
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
33
Prosedur Pembuatan Ekstrak Wortel
Proses pembuatan ekstrak wortel dilakukan dengan cara menbersikan wortel sebanyak 0,5 kg/hari kemudian dipotong sebesar dadu, setelah itu wortel dihaluskan menggunakan alat blender dengan penambahan 50 ml air, ekstrak wortel yang dihasilkan kemudian disaring dan diberikan pada air minum burung puyuh dengan W1 :
5 ml ekstrak wortel, W2 :10 ml ekstrak wortel dan W3 : 15 ml ekstrak wortel yang
langsung diberikan kedalam air minum. Kebutuhan ekstrak wortel sebesar 120 ml.
Gambar 1. Bagan pembuatan ekstrak wortel selama 28 hari. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Materi yang digunakan adalah puyuh (Coturnix coturnix japonica ) jantan sebanyak 96 ekor yang dipelihara dari umur DOQ sampai umur 28 hari. Puyuh jantan dipelihara dalam kandang dengan sistem 4 perlakuan, dan setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dengan setiap ulangan terdiri dari 6 ekor puyuh (Coturnix coturnix japonica) jantan pedaging. Tabel 1. Rancangan Penelitian
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 W0 W1 W2 W3 W0 U1 W1 U1 W2 U1 W3 U1 W0 U2 W1 U2 W2 U2 W3 U2 W0 U3 W1 U3 W2 U3 W3 U3 W0 U4 W1 U4 W2 U4 W3 U4
Taraf perlakuan ekstrak wortel yang diberikan pada air minum adalah sebagai berikut. W0 : Tanpa ekstrak wortel (kontrol)
W1 : 5 ml ekstrak wortel kedalam 350 ml air minum
W2 :10 ml ekstrak wortel kedalam 350 ml air minum
W3 : 15 ml ekstrak wortel kedalam 350 ml air minum
Pemberian Pakan dan Perlakuan
Pakan yang diberikan adalah pakan starter 511 Charoen Pokphand, pemberian setiap perlakuan dan ulangan adalah sama dan disesuaikan dengan kebutuhan puyuh berdasarkan umur. Pakan diberikan pada puyuh sejak umur DOQ sampai puyuh berumur 28 hari, sedangkan pemberian perlakuan ekstrak wortel dalam air minum diberikan dari umur 1 minggu sampai puyuh berumur 28 hari.
Wortel segar Dicuci dan dibersihkan Dipotong-potong kecil Di haluskan (blender) Penyaringan ekstrak Diberikan pada puyuh
34
Tabel 2. Pemberian Pakan Umur burung
puyuh
Pakan yang diberikan
Pakan yang diberikan (g/ekor/hari) Waktu pemberian DOQ Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 511 CP 511 CP 511 CP 511 CP 3,8 4,8 6,8 9,8 Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari
Sumber: Marsudi dan Cahayon(2012) Parameter Yang di Ukur
Dari pemeliharaan puyuh umur DOQ – umur 28 hari yang mendapat perlakuan, puyuh ditimbang pada ahir penelitian (umur 28 hari) berat hidup puyuh dihitung di akhir dan akan ditotalkan di akhir penelitian. Puyuh di timbang dengan timbangan digital 1 kg. Setelah ditimbang maka memperoleh bobot hidup puyuh. Kemudian data berat hidup puyuh ditabulasikan dalam tabel untuk dianalisis.
Sebelum melakukan penyembelih pada burung puyuh ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan berat hidup akhir burung puyuh jantan pedaging, kemudian sebelum pemotongan burung puyuh dipuasakan selama 3 – 4 jam, fungsi dari ternak dipuasakan adalah untuk mendapatkan saluran pencernaan yang lebih bersih sehinga tidak akan banyak mengkontaminasi karkas. Semakin tinggi bobot akhir, maka bobot potong akan semakin meningkat.
Setelah selesai penimbangan bobot hidup puyuh, kemudian dari setiap perlakuan diambil 3 sampel yang diambil secara acak, selanjutnya sampel yang terpilih dari setiap perlakuan akan dipotong. Pemotongan dilakukan dengan memisahkan dari kepala, darah, kaki, dan organ dalam barulah memperoleh bobot karkas puyuh, setelah mendapatkan bobot karkas puyuh, karkas tersebut dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu bobot paha, bobot dada, kedua bagian tersebut ditimbang. Kemudian data hasil penimbangan bobot paha dan bobot dada puyuh yang diperoleh akan ditabulasikan dalam tabel.
Berat Bobot Hidup Puyuh (BH)
Di timbang dari setiap perlakuan (bobot sebelum dipotong). Berat bobot hidup (gr) diambil dari sesaat sebelum puyuh dipotong dengan menimbang keseluruhan puyuh.
Bobot Karkas Puyuh (BK)
Bobot karkas (gr) adalah bobot puyuh setelah di potong dikurangi darah, bulu, kepala, kaki dan alat pencernaan. Nilai persentase karkas dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot hidup sesaat sebelum puyuh dipotong x 100%.
BK
Persentase Karkas = X 100 %
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
35 Keterangan:
BK = Bobot karkas
BH = Bobot hidup (sebelum dipotong)
Persentase Paha
Bobot Paha (g) yang diproleh dari penimbangan kedua bagian paha puyuh. Nilai persentase dari kedua paha dibagi dengan bobot karkas dikali 100%.
BP Persentase Paha = X 100% BK Keterangan: BP = Bobot Paha BK =Bobot karkas Persentase Dada
Bobot Dada (gr) yang diproleh dari penimbangan bagian dada kiri dan kanan puyuh. Nilai persentase dari bobot dada tersebut dibagi dengan bobot karkas dikali 100%. BD Persentase Dada = X 100% BK Keterangan: BD = Bobot dada BK = Bobot karkas
Model Matematika percobaan yang digunakan adalah :
Yijk =μ + τi + Ʃij
Dimana :
I = 1, 2, 3, . . . . i = perlakuan J = 1, 2, 3,. . . . j = ulangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j μ = nilai tengah umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
Ʃij = efek galat pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
PEMBAHASAN Bobot Hidup Puyuh
Rataan bobot hidup burung puyuh jantan pedaging yang diberi perlakuan ekstrak wortel pada air minum selama 28 hari dapat dilihat pada tabel 3.
36
Tabel 3. Rataan bobot hidup akhir puyuh jantan pedaging perekor Ulangan
Perlakuan I II III IV Total Rataan W0 73 77 75 80 305 76,25a
W1 93 93 91 95 372 93,00c
W2 90 86 90 87 353 88,25b
W3 85 83 93 86 347 86,75b
Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Hasil analisis sidik ragam bobot hidup puyuh jantan pedaging dengan penggunaan ekstrak wortel yang diberikan dalam air minum selama 28 hari menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot hidup. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa pemberian ekstrak wortel 5 ml kedalam air minum 350 ml, dapat meningkatkan bobot hidup lebih berat dibanding dengan perlakuan lain. Sedangkan perlakuan 10 ml dan 15 % pemberian ekstrak wortel yang diberikan dalam air minum burung puyuh jantan pedaging tidak berbeda terhadap bobot hidup, namun berbeda nyata (P<0,05) bobot hidup burung puyuh jantan dengan kontrol.
Bobot potong akan berpengaruh pada persentase karkas yang dihasilkan. Haroen (2003). Rakhmawati dan Sulistyoningsih (2011) menjelaskan bahwa pencapaian presentase karkas sangat berkaitan dengan bobot potong dan pertambahan bobot badan. Bobot potong tinggi mempunyai pengaruh besar terhadap produksi karkas, meskipun tergantung pada bangsa, jenis kelamin dan pakan (Hardjasworo, 2003). Sunari (2005) menjelaskan bahwa perbandingan bobot karkas dengan terhadap bobot hidup sering digunakan sebagai ukuran produksi dalam bidang peternakan. Lebih lanjut Soeparno (2005) menyatakan bahwa berat akhir dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan dan umur ternak, sedangkan pertambahan bobot badan juga sangat dipengaruhi oleh asupan nutrien dan pencernaan dalam didalam tubuh ternak, dimana semakin baik pencernaan dan penyerapan nutrien maka akan memberikan pertambahan berat bobot badan yang baik dan secara tidak langsung akan memberikan bobot potong yang tinggi pula.
Bobot Karkas Puyuh
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian ekstrak wortel terhadap bobot karkas dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Rataan berat karkas puyuh jantan pedaging perekor Perlak
Uan
Ulangan
I II III IV Total Rataan W0 47,06 50,63 50,56 49,28 197,53 49,38a
W1 69,64 72,22 61,90 68,42 272,19 68,05c
W2 54,00 57,14 60,42 54,00 225,56 56,39b
W3 54,17 55,10 59,57 61,22 230,07 57,52b
Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
37 Berdasarkan hasil uji Duncan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi karkas puyuh jantan pedaging. Pada penelitian ini ternyata pemberian ekstrak wortel 5 ml dalam air minum 350 ml dapat menghasilkan produksi karkas yang yang lebih berat dibanding dengan perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya. Akan tetapi pemberian 10 ml dan 15 ml ekstrak wortel yang diberikan dalam 350 ml air minum tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap berat bobot karkas burung puyuh jantan dibanding dengan kontrol, akan tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) pemberian 15 ml dan 20 ml.
Persentase potongan karkas adalah perbandingan antara potongan karkas dengan bobot karkas kemudian dikalikan seratus. Mahfudz (2009), menyatakan bahwa persentase karkas juga akan ditentukan oleh besarnya bagian tubuh yang terbuang seperti kepala, leher, kaki, alat pencernaan, bulu dan darah. Berdasarkan penelitian Resnawati (2002) bahwa perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup digunakan sebagai ukuran produksi daging, hal ini berpengaruh karena bobot karkas dan bobot hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persentase karkas. Soeparno, (2005) menyatakan laju pertumbuhan, nutrisi, umur, dan bobot tubuh adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi tubuh atau karkas unggas. Brake et al. (1993), menyatakan bahwa persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur dan bobot hidup. Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan bobot hidup. Lebih lanjut Soeparno (2005) juga menyatakan bahwa persentase karkas meningkat seiring dengan peningkatan umur dan kenaikkan bobot badan selama pertumbuhan. Selanjutnya bobot karkas puyuh yang diperoleh pada penenlitian ini berupa karkas puyuh tanpa kulit. Kulit puyuh tidak elastis sehinga sangat mudah terkelupas saat proses pencabutan bulu (Genchev dan Mihaylova, 2008).
Persentase Bobot Dada
Rataan persentase berat bobot dada (gr) berpengaruh terdapat pada pemberian 5 ml ekstrak wortel dalam air minum 350 ml dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan persentase bobot dada puyuh jantan pedaging perekor Perlak
uan
Ulangan
I II III IV Total Rataan W0 26,47 26,32 27,78 25,64 106,21 26,55a
W1 39,29 40,74 38,10 38,60 156,72 39,18c
W2 32,00 30,61 33,33 32,00 127,95 31,99b
W3 29,17 32,65 31,91 32,65 126,39 31,60b
Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak wortel dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase berat dada burung puyuh jantan pedaging yang dapat dilihat pada dalam lampiran 3.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak wortel dapat menghasilkan kualitas karkas yang lebih berat yaitu pada perlakuan 5 ml pemberian ekstrak wortel, berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan tanpa ekstrak wortel
38
(kontrol), akan tetapi pemberian ektrak wortel 10 ml, dan 15 ml dalam air minum tidak berbeda.
Soeparno (2005), menyatakan ada hubungan yang erat antara berat kakas dan bagian-bagian karkas dengan berat akhir sehinga apabila dari hasil analisis berat akhir dan berat karkas didapat tidak berpengaruh nyata maka hasilnya tidak jauh bedah pada bagian-bagian karkasnya. Resnawati (2002) menyatakan bahwa persentase bobot dada akan bertambah dengan bertambahnya bobot badan dan bobot karkas. Persentase hasil pemotongan pada unggas kecil seperti puyuh relatif konstan selama pertumbuhan (Soeparno, 2005). Puyuh dapat menghasilkan daging sekitar 70-74% dari bobot hidup puyuh, dengan persentase bobot daging paling berat di bagian dada (41%) (Prabakaran, 2003). Potongan dada adalah bagian karkas yang paling banyak mengandung daging dan tulang, tulang merupakan komponen karkas yang tidak bisa dimakan. Oleh karena itu untuk mendapatkan karkas lebih diutamakan burung puyuh memiliki rasio daging dan tulang yang tinggi karena daging merupakan komponen karkas yang dapat dimakan. Komponen karkas selain tulang dan sebagian jaringan ikat merupakan komponen yang dapat dimakan (Muchtadi et al., 2010).
Bobot Paha
Rataan persentase berat bobot dada (gr) berpengaruh terdapat pada pemberian 5 ml ekstrak wortel dalam air minum 350 ml dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rataan persentase bobot paha puyuh jantan pedaging perekor.
Keterangan: Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak wortel terhadap produksi terhadap berat bobot paha puyuh jantan pedaging selama pemeliharaan 28 hari dapat dilihat pada tabel 9. Dari tabel 9 di atas dapat dijelaskan bahwa pemberian ekstrak wortel menunjukan pengaruh nyata (P<0,05) dengan pemberian 5 ml ekstrak wortel selama pemeliharaan 28 hari. Hasil uji Duncan rataan pemberian tanpa ekstrak wortel (kontrol) berbeda nyata (P<0,05) terhadap bobot paha dengan pemberian 5 ml, 10 ml dan 15 ml ekstrak wortel, sedangkan pemberian 10 ml dan 15 ml ekstrak wortel tidak berbeda terhadap berat bobot paha burung puyuh jantan pedaging.
Potongan paha dipengaruhi oleh bobot potong yang secara tidak langsung akan mempengaruhi berat karkas dan bagian-bagian karkas. Resnawati (2002) menyatakan bahwa paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung daging selain daging pada dada, sehingga perkembangannya hal ini juga banyak dipengaruhi oleh kandungan protein dalam pakan. Bagian paha merupakan bagian yang paling sering bergerak karena hubungannya dengan fungsi bagian tersebut sebagai alat gerak. Energi yang Perlak
uan
Ulangan
I II III IV Total Rataan W0 15,38 16,03 15,86 16,18 63,46 15,86a
W1 20,00 19,29 22,91 21,11 83,31 20,83c
W2 18,52 17,82 17,14 18,52 72,00 18,00b
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
39 terkandung pada bagian paha cenderung digunakan untuk bergerak, sedangkan energi pada bagian dada terdeposit dalam bentuk daging dan lemak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Pemberian ekstrak wortel dalam air minum burung puyuh jantan pedaging dengan pemberian 5 ml ekstrak wortel kedalam 350 ml air minum selama 28 hari pemeliharaan sangat baik digunakan, hal ini ditunjukkan dengan tingginya berat bobot hidup sebesar 93,00gr, berat bobot karkas sebesar 68,05gr, persentase karkas dada sebesar 39,18% dan persentase karkas paha sebesar 20,83%.
DAFTAR PUSTAKA
Brake, J., G.B. Havestein, S.E. Scheideler, P.R. Ferket And D.V. Rives. 1993. Relationship Of Sex, Age And Body Weight To Broiler Carcass Yield And Ofal Production. Poult. Sci. 72: 1137-1145.
Hardjosworo, P.S., 1985. Konservasi Ternak Asli. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Huss M, Bauder A, Funk M, Hock R. 2008. Determination of theseasonal mass
balance of four Alpine glaciers since 1865. Journalof Geophysical Research
113:F01015.DOI: 10.1029/2007JF000803.
Mahfudz. 2009. Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging yang Diberi Ampas Bir dalam Ransum. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan peternakan. Bogor.
Mondry, Ricarda. 2016. Quail Farming in Tropical Regions. The Pro-Agro Collection oleh Engineers Without Borders (ISF Kamerun dan CTA). Yaoundae, Kamerun. Muchtadi, T.R., et al. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. ALFABETA, CV.
IPB. Bogor.
Prabakaran, R. 2003. Good Practices in Planning and Manajement of Integrated
Commercial Poultry Production in South Asia. FAO, Rome.
Ramli, N., Rofiq, M.N., dan Akhadiarto, S. 2002. Pengaruh Teh Fermentasi Kombucha
Sebagai Feed Aditif Terhadap Persentase Karkas, Lemak Abdomen dan Organ Dalam Ayam Broiler. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002.
http://peternakan. litbang. deptan.go. id. Akses 27 April 2019.
Resnawati, H. 2002. Produksi karkas dan organ dalam ayam pedaging yang diberi
ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan III. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknolgi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suprijatna, E., Sunarti, D., Atmomarsono, U., dan Sarengat, W. 2012. Kesiapan Bahan
Pakan Dalam Mendukung Pengembangan Unggas Lokal.Jakarta Selatan. PT Agro