• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini sudah banyak komitmen untuk menangani masalah kemanusiaan. Komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah organisasi kemanusiaan serta perjanjian internasional yang bermunculan dan fokus terhadap isu kemanusiaan. Perkembangan dunia yang semakin global membuat isu kemanusiaan tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah dalam negeri masing-masing negara. Krisis kemanusiaan yang dipicu oleh manusia atau bencana alam telah menunjukkan perlunya solidaritas global dalam rangka menangani masalah kemanusiaan1. Hal ini dapat dilihat pada salah satu ketentuan pokok dalam Hukum Humaniter yang difokuskan pada perang ataupun konflik menyatakan bahwa para pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata memiliki hak terbatas dalam menentukan senjata dan metode dalam perang.

Dalam Hukum Humaniter sendiri sudah mengatur tentang pengguaan senjata saat perang. Dimana Pihak yang bertikai tidak diperbolehkan menggunakan senjata atau metode serangan yang bisa menyebabkan kehilangan atau kerusakan yang tidak diperlukan atau penderitaan yang parah.2 Hukum Humaniter juga yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil dari akibat perang. Berkaitan dengan kedudukan dan perlakuan orang-orang yang dilindungi dalam konflik, mereka berhak akan penghormatan atas diri pribadi, Hak kekeluargaan, keyakinan, praktek keagamaan, Adat-istiadat dan kebiasaan.

      

1

“Akademisi: politik diplomasi kemanusiaan penting”

http://www.antaranews.com/berita/402005/akademisi-politik-diplomasi-kemanusiaan-penting diakses pada 7 Juli 2014

2

(2)

Salah satu senjata yang sangat berbahaya bagi penduduk sipil yang juga dilarang penggunaannya sebab dapat menyebabkan kerusakan yang tidak diperlukan adalah bom curah. Bom curah memiliki efek yang luas dan tidak dapat membedakan antara warga sipil dan kombatan atau musuh. Penggunaan bom curah meninggalkan sejumlah besar artileri yang tidak meledak dan sangat berbahaya dan dapat meledak disaat yang tak terduga. Bom curah biasanya dapat berbentuk bom, roket atau artillery sheel yang terdiri dari 650 bomlet yang disebut submunition. Bom curah telah sejak 40 tahun lalu menjadi masalah dalam kemanusiaan karena keberadaannya yang sangat membahayakan3. Bom curah dapat meledakkan submunitionnya dalam jarak yang sangat jauh dan dapat menyebabkan kematian dan luka-luka pada manusia disekitarnya dan menimbulkan ancaman khusus untuk warga sipil serta karena jangkauan yang luas tersebut menyebabkan dampak atau efek yang cukup luas juga.

Masalah serius lainnya adalah senjata peledak dimana mesiu yang belum meledak dari bom-bom cluster yang tertinggal menjadi masalah tersendiri. Bom-bom tersebut mungkin digunakan dalam beberapa kasus senjata yang dirancang untuk meledak pada tahap berikutnya. Dalam kasus ini bom-bom yang masih aktif dan belum meledak dapat meledak disaat yang tidak terduga. Banyak korban sipil dan juga dari anak-anak yang menjadi korban sebab mereka tidak mengetahui jika bom tersebut masih aktif walaupun sudah bertahun-tahun. Anak-anak sering mengambil dan dijadikan sebagai mainan dan disaat yang tidak terduga, bom tersebut dapat meledak. Hal ini juga menjadi ancaman serius bagi warga sipil. Bom yang gagal untuk meledak dan masih aktif tersebut dapat membahyakan warga sekitar di tahun-tahun mendatang.

Mengingat bahwa setiap bom curah dapat berisi ratusan bom dan saat dilepas dalam tembakan, bahkan tingkat kegagalan kecil dapat menyebabkan setiap serangan untuk meninggalkan ratusan atau ribuan bom yang tersebar secara acak di seluruh

      

3

“Georgia: Russian Cluster Bombs Kill Civilians” http://www.hrw.org/news/2008/08/15/georgia-russian-cluster-bombs-kill-civilians Diakses pada 7 Juli 2014

(3)

wilayah serangan. Misalnya, setelah tahun 2006 konflik Israel-Lebanon, pakar PBB telah memperkirakan bahwa sebanyak satu juta bom yang tidak meledak dapat membahayakan penduduk setempat yaitu di Lebanon. Bom-bom yang tidak meledak tersebut bukan hanya dapat melukai dan membunuh warga sipil di wilayah tersebut tetapi juga dapat berdampak buruk bagi lahan pertanian sehingga masyarakat dapat mengalami gagal panen yang pada akhirnya membuat penduduk sipil kesulitan untuk mencapai kebutuhan hidup keluarganya4.

Tahun 1970-an, Amerika Serikat menggunakan sebagian besar bom curah di Kamboja, Laos dan Vietnam. Dan yang belum lama terjadi adalah penggunaan bom curah yang digunakan di Afghanistan, Irak, Lebanon, Georgia, Kamboja, Libya, Sudan Selatan dan Suriah. Ada negara dan wilayah yang terkena dampak dari bom curah dimana 26 negara dan 3 daerah lain diyakini terkontaminasi bom curah, juga sekita 20 negara yang angkatan bersenjatanya menggunakan bom curah, 34 negara telah menjadi produsen dari bom curah dan 91 negara telah menimbun bom curah5.

Tabel 1.1 Sejarah Singkat Penggunaan Bom Curah Sebelum Terbentuknya Konvensi Bom Curah

Tahun Negara Yang Terkena Bom Curah

1960- 1970-an Kamboja, Laos, Vietnam :

Pasukan Amerika Seikat menggunakan bom curah dimana menurut perkiraan ICRI bahwa di Laos terdapat 9 – 27 juta peledak dan sekitar 11.000 orang tewas atau terluka, lebih dari

      

4

“Georgia: More Cluster Bomb Damage Than Reported”

http://www.hrw.org/en/news/2008/11/04/georgia-more-cluster-bomb-damage-reported Diakases pada 7 Juli 2014

5

“Global problem” http://www.stopclustermunitions.org/en-gb/cluster-bombs/global-problem/affected-countries-and-territories.aspx Diakses pada 4 Maret 2015

(4)

30 persen dari mereka adalah anak-anak.

1971-1975 Suriah :

Israel menggunakan bom curah yang dijatuhkan dari udara terhadap NSAG pada kamp pelatihan di dekat Damaskus.

1975-1988 Sahara Barat :

Pasukan Maroko menggunakan bom curah melawan NSAG.

1978 Lebanon :

Israel menggunakan bom curah di wilayah Lebanon selatan.

1979-1989 Afganistan :

Pasukan Soviet menggunakan bom curah dalam melawan NSAG.

1991 Irak, Kuwait, Arab Saudi :

AS dan sekutunya (Perancis, Arab Saudi, Inggris ) menjatuhkan 61.000 bom curah berisi sekitar 20 juta peledak. Jumlah bom curah dengan artileri dan roket yang diluncurkan selama Perang Teluk tidak diketahui, namun diperkirakan 30 juta atau lebih peledak DPICM digunakan dalam konflik.

1992-1995 Bosnia & Herzegovina :

Pasukan Yugoslavia dan NSAG menggunakan bom curah yang tersedia selama perang sipil. Pesawat NATO menjatuhkan dua bom CBU - 87.

1994-1996 Chechnya :

Pasukan Rusia menggunakan bom curah melawan NSAG.

1995 Kroasia :

Pada tanggal 2-3 Mei 1995, NSAG menggunakan Orkan M - 87 dengan peluncur roket untuk menyerang warga sipil di Zagreb. Selain itu, pemerintah Kroasia mengklaim bahwa pasukan Serbia menggunakan bom BL – 755 di Sisak, Kutina, dan sepanjang

(5)

Sungai Kupa.

1996-1999 Sudan :

Pasukan pemerintah Sudan menggunakan bom curah yang dijatuhkan di Sudan selatan.

1998 Kolombia :

Angkatan Udara Kolombia menggunakan bom curah di Santodomingo, sebuah desa di Arauca. Pada tahun 2009, Kolombia mengungkapkan bahwa sebelumnya ia telah menggunakan bom curah pada kesempatan lain untuk menyerang lapangan udara yang digunakan oleh pengedar narkoba.

1998 Ethiopia dan Eritrea :

Ethiopia menyerang bandara Asmara dan Eritrea menyerang bandara Mekele. Ethiopia juga menyerang dengan menggunakan BL - 755 bom di provinsi Gash - Barka Eritrea Barat.

1998-1999 Albania :

Pasukan Yugoslavia meluncurkan serangan roket lintas perbatasan dan pasukan NATO melakukan enam serangan udara dengan menggunakan bom curah.

1999 Yugoslavia (termasuk Serbia, Montenegro, dan Kosovo) : Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda menjatuhkan 1.765 bom curah, yang berisi 295.000 bom.

2001- 2002 Afghanistan :

Amerika Serikat menembakkan 1.228 bom curah yang berisi 248.056 bom.

2003-2006 Irak :

Amerika Serikat dan Inggris menggunakan hampir 13.000 bom curah yang diperkirakan terdiri dari 1,8 hingga 2 juta peledak

(6)

dalam tiga minggu pertempuran besar. Sebanyak 63 CBU - 87 bom dijatuhkan oleh pesawat AS antara 1 Mei 2003 dan 1 Agustus 2006.

2006 Israel dan Lebanon:

Hizbullah menggunakan bom curah yang lebih dari 100 dan diproduksi oleh Cina Type - 81 122mm dan roket tersebut ke Israel utara dan pasukan Israel menggunakan bom curah untuk membalas yang dijatuhkan dari udara terhadap Hizbullah. PBB memperkirakan bahwa Israel menggunakan hingga 4 juta peledak.

Sumber : http://www.stopclustermunitions.org/en-gb/cluster-bombs/use-of-cluster-bombs/a-timeline-of-cluster-bomb-use.aspx Di akses pada 6 Maret 2015

Laos, Afghanistan dan Libanon adalah negara-negara yang paling menderita akibat penyebaran jutaan bom yang belum meledak. Produsen utama bom tersebut seperti AS, Rusia, Cina, India, Pakistan dan Israel tidak mau menghentikan penggunaannya di masa depan. Alasan yang digunakan oleh Amerika bahwa pelarangan ini bisa membahayakan prajurit-prajurit AS di dalam konflik. Sebaliknya sekitar 100.000 warga sipil tewas atau cedera akibat bom curah6.

Walaupun sudah diatur dalam Hukum Humaniter akan metode serta senjata yang digunakan dalam perang, namun masih banyak perang yang menyebabkan banyak korban dari pihak penduduk sipil. Sehingga dalam Deklarasi Oslo dimana pada akhir Februari 2007, 46 negara menandatangani Deklarasi Oslo tentang Bom Curah yang berkomitmen untuk membuat sebuah instrumen internasional yang mengikat secara hukum yang akan melarang penggunaan, produksi, penjualan dan penimbunan bom curah yang menyebabkan bahaya bagi warga sipil7. Konvensi

      

6

“Pelarangan Bom Curah Tonggak Sejarah Kemanusiaan” http://www.dw.de/pelarangan-bom-curah-tonggak-sejarah-kemanusiaan/a-3849184 Diakses pada 7 Juli 2014

7

(7)

tentang bom curah kemudian mulai didiskusikan bersama di Dublin pada 30 Mei 2008 dan dibuka untuk ditandatangani di Oslo pada tanggal 3 Desember 2008. Konvensi tentang bom curah merupakan perjanjian internasional komprehensif yang mengikat secara hukum. Konvensi ini ditandatangani oleh 94 negara, termasuk Indonesia pada saat dibuka untuk ditandatangani di Oslo, Norwegia pada tanggal 3 Desember 2008. Hingga 13 September 2013, 113 negara telah menandatangani Konvensi tersebut dan 84 negara telah meratifikasi8.

Meskipun sudah dibuat suatu konvensi yang mengatur khusus tentang bom curah tetapi di tahun yang sama Human Right Watch menemukan penggunaan bom curah pada konflik Rusia dan Georgia. penggunaan bom curah oleh kedua negara juga disebutkan juga dalam Resolution 1633 of the Parliamentary Assembly of the Council of Europe9. Human Right Watch menemukan bahwa pesawat Rusia menjatuhkan bom curah ke daerah Georgia yang populasinya padat10. Human Rights Watch menyatakan pesawat Rusia telah menggunakan bom curah dalam dua serangan terpisah di kota-kota Ruisi dan Gori yang menewaskan sedikitnya 11 warga sipil dan melukai puluhan warga sipil11. Human Right Watch menyatakan bahwa tidak hanya Rusia yang menggunakan bom curah pada enam kota dan desa tetapi Georgia pada Sembilan tempat.

      

8

“Diskusi dan Petisi Desak Pemerintah Segera Ratifikasi Konvensi Bom Curah (Cluster Bombs)” http://www.uajy.ac.id/berita/diskusi-dan-petisi-desak-pemerintah-segera-ratifikasi-konvensi-bom-curah-cluster-bombs/ diakses pada 7 Juli 2014

9

  “Resolution 1633 (2008) The consequences of the war between Georgia and Russia”

http://assembly.coe.int/Mainf.asp?link=/Documents/AdoptedText/ta08/ERES1633.htm Diakses Pada 14 Juni 2014

10

“Georgia: Russian Cluster Bombs Kill Civilians”,

http://www.hrw.org/news/2008/08/15/georgia-russian-cluster-bombs-kill-civilians Diakses pada 17 Juni 2014 

11

“Russia "used cluster bombs" in Georgia - rights group”

(8)

Bom curah juga digunakan oleh pemerintah Suriah. Menurut Human Rights Watch, pasukan Suriah menggunakan setidaknya 249 bom curah di 10 dari Suriah 14 gubernuran antara Juli 2012 dan Juli 2014 Jumlah sebenarnya dari bom curah digunakan di Suriah sangat mungkin jauh lebih tinggi karena tidak semua sisa-sisa bom curah dilaporkan. Setidaknya tujuh jenis bom curah termasuk bom udara dan roket tanah diluncurkan, dan setidaknya sembilan jenis peledak telah digunakan dalam konflik di suriah.

Dalam The Monitor menyatakan bahwa terdapat 1.584 korban Suriah pada tahun 2012 dan 2013 karena gagal meledaknya bom curah dan sisa-sisa, termasuk submunisi yang belum meledak. Ratusan lainnya yang merupakan korban dari bom curah telah dicatat pada tahun 2014 Dari mereka yang tewas pada tahun 2012 dan 2013, 97 % adalah warga sipil12. Penggunaan serta efek dari bom curah ini telah menyebabkan meningkatnya korban, termasuk perempuan dan anak-anak Melihatnya banyaknya korban akibat dari Penggunaan bom curah oleh pemerintah suriah maka negara anggota Uni Eropa melakukan Embargo dengan melarang negara anggota menyediakan senjata kepada Suriah13. Tidak hanya Uni Eropa, Liga Arab juga memberlakukan embargo senjata pertama yang pernah di tahun 2011 di Suriah. Suriah juga dikenakan sanksi lain termasuk pembekuan asset.

Tidak hanya Suriah, penggunaan bom curah yang menewaskan penduduk sipil juga dilakukan oleh pemerintah Gadafi dalam melawan pemberontak. Hal ini juga membuat embargo baru yang diberlakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun 2011 di Libya.14 Pasukan pemerintah yang setia kepada pemimpin Libya, Muammar Gaddafi juga menembakkan bom curah ke wilayah pemukiman di kota barat Misrata memunculkan risiko besar bagi warga sipil. Human Rights Watch

      

12

“Conventional arms control” http://www.sipri.org/yearbook/2012/10 diakses pada 7 Juli 2014

13

“Syria Expands Use Of Banned Cluster Bombs In Civilian Residential Areas”

http://www.eagleworldnews.com/2013/03/16/syria-expands-use-of-banned-cluster-bombs-in-civilian-residential-areas/ Diakses pada 7 Juli 2014 

14

(9)

menyatakan setidaknya tiga bom curah meledak di atas kawasan El-Shawahda di Misrata pada malam tanggal 14 April 2011.15

Dalam konflik Rusia dan Georgia sendiri tidak ditemukan sanksi atau ancaman yang cukup berarti agar kedua negara berhenti dan tidak menggunakan bom curah saat perang. Walaupun sudah terdapat aturan dalam HHI yang mengatur tentang alat-alat perang serta konvensi bom curah yang secara khusus membahas tentang bom curah serta banyaknya korban dari penduduk sipil namun kedua negara tetap menggunakan bom curah saat perang yang pada akhirnya berdampak pada banyaknya korban jiwa dari penduduk sipil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan sebuah rumusan masalah sebagai berikut :

1. Mengapa terjadi pelanggaran terhadap Konvensi bom Curah dalam konflik Rusia dan Georgia?

2. Mengapa Konvensi Bom Curah sulit ditegakan dalam situasi konflik di Georgia tahun 2008?

C. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai konflik Rusia dan Georgia terkait Ossetia Selatan telah banyak dibahas oleh para akademisi dan praktisi dunia. Hal ini bisa dilihat dalam tulisan Greg Jentzscha yang berjudul What Are The Main Causes Of Conflict In South Ossetia And How Can They Best Be Addressed To Promote Lasting Peace.

      

15

“Libya: Cluster Munitions Strike Misrata” http://www.hrw.org/news/2011/04/15/libya-cluster-munitions-strike-misrata Di akses pada 7 Juli 2014

(10)

Dalam tulisannya Greg Jentzcha memaparkan tentang bagaimana mengembangkan kesepakatan damai di Ossetia Selatan16. Kesepakatan tersebut dapat berupa pemberian kemerdekaan kepada Ossetia Selatan dari pemerintah Georgia, tetapi dengan disertai dengan penarikan pasukan Rusia. Pasukan perdamaian Rusia yang ditempatkan di Ossetia Selatan di ganti dengan pasukan penjaga perdamaian internasional dan monitor yang dapat memberikan dan menjamin perlindungan bagi mereka yang tinggal di Ossetia Selatan.

Greg Jentzgha berpendapat bahwa Perjanjian kesepakatan damai harus bisa diterima Ossetia Selatan mengingat bahwa itu akan diberikan otonomi politik. Perjanjian kesepakatan damai tersebut juga harus bisa diterima oleh Georgia dan dari pihak Rusia juga meskipun kesepakatan tersebut kemungkinan akan ditentang oleh Rusia (karena akan membatasi kehadiran militer Rusia di wilayah tersebut), tekanan internasional bisa membuat keberadaan Rusia tidak dapat dipertahankan di Ossetia Selatan. Rusia dan pasukan penjaga perdamaian tidak akan lagi menjadi pokok permasalahan.

Selain itu dalam “The legality of the cluster munitions use in and near populated areas during the 5 - days war between Russia and Georgia in 2008” yang diterbitkan oleh Fakultas hukum Universitas Oslo. Dalam tulisan tersebut berisi tentang analisa penggunaan dari Bom Curah oleh Rusia dan Georgia yang didasarkan pada aturah atau Hukum tentang perang serta tentang perlindungan terhadap penduduk sipil serta membuktikan bahwa penggunaan bom curah di dekat tempat tinggal penduduk sipil sangat berbahaya serta memberi dampak yang sangat besar.

Berdasarkan dari dua referensi diatas, penulis belum menemukan tentang respon dari dunia Internasional serta analisa mengapa walaupun Rusia dan Georgia sudah mengetahui bahwa penggunaan bom curah merupakan suatu pelanggaran tetapi masih tetap digunakan. Hal ini terkait dengan Konvensi Bom Curah yang juga

      

16

Jentzsch, Greg, “What are the main causes of conflict in South Ossetia and how can they best be addressed to promote lasting peace?”, The BSIS Journal of International Studies, 2009, Vol 6

(11)

dibentuk pada tahun 2008. Oleh karena itu, berdasarkan kajian dan literatur terdahulu terkait konflik Georgia-Rusia yang menggunakan bom curah tahun 2008, penulis melihat bahwa kajian tentang sulitnya penegakan atas pelanggaran terhadap konvensi bom curah ini belum pernah diteliti secara spesifik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian atau hasil karya sebelumnya secara garis besar dapat dilihat dari sisi fokusan penelitian. Penelitian ini akan difokuskan pada senjata yang digunakan saat konflik pada tahun 2008. Hal ini didasarkan pada Konvensi Bom Curah yang menyatakan bahwa bom curah dilarang untuk digunakan. Dimana penelitiannya berakar pada pertanyaan Mengapa Konvensi Bom Curah sulit ditegakkan pada konflik Rusia Georgia?

D. Kerangka Konsep

1. Hukum Humaniter Internasional

Dalam masyarakat internasional terdapat hubungan atau interaksi antar anggota masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, dan sosial sehingga untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah dibutuhkan hukum internasional untuk menjamin setiap hubungan yang teratur dalam masyarakat internasional.

Menurut Oppenheim hukum internasional meliputi dua bagian yaitu17: a. Hukum perdata Internasional (Privat International Law)

      

17

L. Oppenheim - H. Lauterpacht, International Law: A. Treatise, Vol.I Peace, Longmans, Green & Co, London - New York - Toronto, 1955

(12)

Yaitu hukum internasional yang mengatur hubungan hukum antara warga negara suatu negara dengan warga negara dari negara lain (hukum antar bangsa). Misalnya, hukum yang mengatur tentang tata cara memeiliki rumah di negara lain, sewa-menyewa, mengurus kekayaan yang terdapat di negara lain, dan sebagainya.

b. Hukum Publik Internasional (Public Internasional Law)

Yaitu hukum internasional yang mengatur negara yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan internasional (hukum antar negara). Misalnya, hukum tentang tata cara diplomatik, konsul, penerimaan tamu negara asing, hukum perang, dan hukum damai.

Salah satu hukum internasional adalah Hukum Humaniter Internasional. Hukum Humaniter Internasional merupakan salah satu dari Hukum Publik Internasional. Istilah Hukum Humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah hukum perang (laws of war), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata (laws of armed conflict), yang akhirnya pada saat ini dikenal dengan istilah hukum humaniter18. Hukum Humaniter Internasional sebagai salah satu bagian dalam hukum internasional merupakan salah satu alat dan cara yang dapat digunakan oleh setiap Negara damai atau Negara netral, untuk ikut serta dalam mengurangi penderitaan yang dialami oleh penduduk sipil akibat perang yang terjadi diberbagai Negara.

Hukum Humaniter difokuskan pada perang ataupun konflik yang melibatkan senjata. Hukum ini berupaya untuk membatasi dampak yang diakibatkan dari penggunaan kekuatan tersebut. Adapun Hukum Humaniter Internasional mencakup ketentuan-ketentuan pokok yaitu19 :

1. Serangan hanya boleh dilakukan untuk tujuan militer. Mereka yang tidak atau tidak lagi mampu terlibat dalam konflik senjata memiliki hak

      

18

Arlina Permanasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999, Hal 117

(13)

sepenuhnya atas kehidupan mereka, sehingga mereka harus dilindungi dan dirawat secara manusiawi.

2. Membunuh atau melukai lawan yang sudah menyerah ataupun tidak bisa lagi mengambil bagian dalam perang, tidak diperbolehkan.

3. Para pihak terlibat dalam konflik bersenjata memiliki hak yang terbatas dalam menentukan senjata dan metode perangnya. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan senjata atau metode serangan yang bisa menyebabkan kehilangan atau kerusakan yang tidak diperlukan atau penderitaan yang parah.

Dalam hukum humaniter internasional terdapat beberapa konvensi yang mengatur tentang senjata dalam perang. Salah satu adalah konvensi tentang bom curah. Sebelum Konvensi Bom Curah, terdapat Konvensi Pelarangan atau Pembatasan Penggunaan Senjata Konvensional Yang dianggap Berlebihan Melukai atau Memiliki Efek sembarangan sebagaimana telah diubah pada tanggal 21 Desember 2001 biasanya disebut sebagai Konvensi Senjata Konvensional Tertentu (Convention on Certain Conventional Weapons)20. Tujuan dari Konvensi ini adalah untuk melarang atau membatasi penggunaan tipe tertentu senjata yang dianggap menyebabkan penderitaan yang tidak perlu atau tidak dapat dibenarkan untuk kombatan atau mempengaruhi warga sipil tanpa pandang bulu. Dan Konvensi Bom Curah adalah pelengkap dari Hukum Humaniter Internasional yang juga membahas tentang senjata tertentu tetapi tidak secara spesifik dan CCW yang yang juga membahas soal senjata tertentu tanpa mendiskripsikan jenis-jenis secara spesifik. Konvensi Bom Curah pun menjadi sebuah instrumen yang mengikat secara hukum

      

20

“The Convention on Certain Conventional Weapons”

http://www.unog.ch/80256EE600585943/%28httpPages%29/4F0DEF093B4860B4C1257180004B1B 30?OpenDocument Diakses pada 6 Februari 2015

(14)

yang melarang penggunaan, produksi, transfer, dan penimbunan bom curah yang menyebabkan kerugian bagi warga sipil. Secara spesifik menjelaskan jenis senjata21.

Dalam konflik antara Rusia dan Georgia terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Berdasarkan ketentuan dari Konvensi Bom Curah bahwa dilarang untuk menggunakan, memproduksi, transfer dan penimbunan dan hal ini dilakukan oleh kedua negara yang berkonflik. Pelanggaran yang terjadi disebabkab oleh beberapa hal seperti :

1.1 Bom Curah Merupakan Senjata Yang Tersedia Dengan Biaya Yang Murah

Baik rusia maupun Georgia diketahui menggunakan Bom Curah dengan tipe yang berbeda. Sedangkan Human Rights Watch dalam laporannya mengatakan bahwa pesawat Rusia menjatuhkan bom curah RBK - 250 dimana masing-masing berisi 30 PTAB dengan 2,5 juta peledak di kota Ruisi di distrik Kareli Georgia pada tanggal 12 Agustus 2008. Dalam jurnal Yochi J. Dreazen tentang Georgia Used Cluster Bombs That Hit Civilians, Group Says, Yochi menyebutkan bahwa Georgia juga menggunakan bom curah yang berfungsi dan jatuh ke kota-kota dan desa-desa, menewaskan beberapa warga sipil Georgia sendiri selama perang dengan Rusia. Menurut penelitian baru oleh Human Rights Watch, sebuah organisasi kemanusiaan berbasis di New York. Para peneliti dari Human Rights Watch lebih jauh mengatakan bahwa serangan bom curah dari militer Georgia mendarat setidaknya di sembilan kota. Rusia adalah negara yang memproduksi Bom Curah dan Dalam tulisan Yochi disebutkan bahwa para pejabat Georgia mengatakan mereka membeli bom curah, peluncur roket dan dari sebuah perusahaan di Israel. Para pejabat menolak menyebutkan nama perusahaan, tapi seorang pejabat senior Pentagon mengatakan bahwa Georgia memiliki hubungan jangka panjang dengan Israel Military Industries, perusahaan pertahanan terbesar Israel. Selain Dengan adanya berbagai jenis dengan

      

(15)

kegunaan yang beragam membuat beberapa negara pengguna tetap menggunakannya dalam operasi militer dan dijadikan sebagai salah satu senjata andalan. Penggunaan dari bom curah juga mengurangi jumlah pesawat dan artileri sistem yang diperlukan untuk mendukung operasi militer dan jika tidak menggunakan bom curah makan lebih banyak uang yang harus dibelanjakan untuk senjata baru, amunisi, dan sumber daya logistik. Hal ini menjadi alasan mengapa negara-negara besar masih tetap menggunakan senjata yang mengancam keberadaan penduduk sipil saat konflik terjadi.

Saat ini bom curah tersebut telah menjadi bom yang digunakan militer bagi Negara yang menggunakannya yang ada diseluruh dunia dengan jenis-jenis yang berbeda. Mesin dari bom curah modern dan bahan peledaknya sekarang menjadi senjata multifungsional yaitu mengandung bahan campuran. Untuk menghancurkan kendaraan lapis baja,anti personel,dan untuk penghancuran bahan material seperti gedung dan banker. Selain sebagai produsen, serta adanya kegunaan yang mempermudah dalam menyerang target atau musuh, bom curah juga masih digunakan oleh negara lain seperti Amerika dan Israel. Selain daripada itu adanya permintaan dari negara lain akan bom curah juga memicu negara produsen seperti Rusia untuk tetap memproduksi. Dari data yang penulis dapatkan bahwa produsen bom curah sudah mentransfer ke lebih dari 60 negara dan 15 negara sudah menggunakannya dan yang lainnya masih menyimpan bom curah tersebut.

1.2 Tidak Efektifnya upaya diplomasi Kemanusiaan oleh Organisasi Internasional

Sejak tahun 2006, CMC telah menyuarakan untuk mendorong pemerintah dalam hal ini terkait kebijakan untuk mengatasi penderitaan kemanusiaan yang disebabkan oleh bom curah. Selain daripada itu, CMC juga menginformasi dan menggalang masyarakat untuk turut serta bergabung demi dunia tanpa bom curah

(16)

serta menegakkan hak-hak dari para korban. CMC mengkampanyekan penghentian penggunaan bom curah dan berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah agar Negara-negara lainnya yang belum bergabung segera untuk meratifikasi agar terciptanya dunia tanpa bom curah. Walapun sudah dilakukan kampanye dari tingakat nasional hingga internasional dan juga melibatkan penduduk sipil namun konflik Rusia dan Georgia yang masih menggunakan bom curah menggambarkan akan ketidakefektifan dari kampanye yang dilakukan oleh CMC. Selain CMC ada masih ada organisasi internasional yang terus mendorong dalam menjaga penduduk sipil saat perang seperti PBB. Diplomasi kemanusiaan yang dilakukan oleh PBB guna mengurangi dampak pada penduduk sipil masih belum efektif. Selain PBB, ICRC juga merupakan pelopor akan penghormatan terhadap penduduk sipil. ICRC menggunakan kontak untuk mempromosikan Hukum Humaniter, menjelaskan posisinya pada isu-isu kemanusiaan, memfasilitasi operasi dan meningkatkan kesadaran akan kebutuhan orang-orang yang terkena dampak konflik dan kekerasan. ICRC berjuang untuk aksi kemanusiaan dengan tidak memihak, netral dan independen dan terhadap penyalahgunaan kegiatan kemanusiaan. namun walaupun sudah banyak actor yang berperan dalam diplomasi kemanusiaan agar menghormati hak penduduk sipil saat perang atau konflik namun konflik Rusia dan Georgia menegaskan akan tidak efektifnya diplomasi yang dilakukan oleh aktor tersebut.

2. Penegakan Hukum (Law Enforcement)

Oppenheim mengakui bahwa hukum internasional adalah hukum yang lemah (weak law). Hukum internasional lemah dalam hal penegakan hukumnya. Hukum internasional terkadang sangat tebang pilih22. Menurut Martin Dixon, lemahnya Hukum Internasional bukan karena kekuatan mengikatnya tetapi lebih

      

22

Hikmahanto Juwana, “Hukum Internasional Dalam Perspektif Negara Berkembang”, Penataran

Singkat pengembangan bahan Ajar Hukum Internasional, Bagian Hukum Internaisonal FH Undip, Semarang, 6-8 Juni 2006, hlm. 13

(17)

dikarenakan kurang terorganisirnya masalah pengadilan serta penegakan hukumnya. Sebagaimana dikemukakan di atas dalam Hukum Internasional tidak ada badan supranasional yang memiliki otoritas membuat dan memaksakan suatu aturan internasional, tidak ada aparat penegak hukum yang berwenang menindak langsung negara yang melanggar hukum internasional23.

Untuk menumbuhkan ketaatan negara pada hukum internasional, Chayes mencontohkan solusi alternatif melalui enforcement mechanis (Mekanisme penegakan). Mekanisme penegakan dibagi dalam dua kategori yaitu positif dan negatif24.

1. Mekanisme penegakan positif atau cara lain untuk mendorong kepatuhan dengan cara yang positif. Mekanisme penegakan positif mendorong kepatuhan dengan perjanjian dengan memberikan imbalan atau "insentif". Imbalan tersebut dapat berupa imbalan di bidang ekonmi, politik atau sosial. Imbalan lain untuk kepatuhan adalah apa yang disebut "the peace

dividend". Jika perjanjian atau aturan ditegakkan dan perdamaian menjadi

cukup stabil, hal ini biasanya membawa manfaat ekonomi, sosial, dan politik yang luar biasa bagi kedua belah pihak. Sumber daya yang telah difokuskan pada melancarkan perang atau konflik lainnya, sekarang dapat fokus dengan cara yang lebih produktif.

2. Mekanisme penegakan negatif mendorong kepatuhan dengan mengancam dengan menggunakan hukuman atau sanksi. Sanksi sosial, politik, atau ekonomi terhadap pemerintah. Misalnya, sanksi ekonomi dapat membatasi atau melarang negara untuk mengimpor atau mengekspor barang. Sanksi politik mungkin melibatkan penarikan kedutaan atau konsulat, sementara

      

23

Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Penerbitan Atma Jaya Yogyakarta, Cetakan kedua, 1998,

hlm. 3. 

24

Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes.“On Compliance”. International Law and

International Relations”. Eds. Beth A. Simmons dan Richard H. Steinberg. New York: Cambridge University Press, 2007.65-91.

(18)

sanksi sosial dapat berupa larangan atlet suatu negara pada acara olahraga internasional.

Kedua pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahan. Perjanjian atau aturan sering memanfaatkan mekanisme penegakan positif dan negatif. Yang penting adalah dengan menggunakan alat yang tepat untuk situasi yang tepat. Secara khusus, prosedur kepatuhan positif dan mekanisme penegakan negatif dapat beroperasi bersama-sama untuk mendorong kepatuhan dengan kesepakatan. Tapi, saat membuat sistem insentif dan disinsentif yang masih perlu untuk membangun lingkungan eksternal yang mendorong struktur seperti itu. Untuk tujuan ini, harus mempertimbangkan kekuatan relatif dari pihak kolektif dan individual, harus mempertimbangkan efektivitas hukum dalam konflik tertentu. Pihak ketiga berada dalam posisi yang unik untuk mengawasi tugas-tugas ini. Oleh karena itu sering jatuh ke pihak ketiga untuk merancang dan menerapkan mekanisme penegakan hukum. Sehingga keterlibatan pihak ketiga sangatlah penting. Pihak ketiga biasanya harapan terbaik untuk memulai negosiasi dan memastikan kepatuhan terhadap aturan yang ada.

Oppenheim mengemukakan bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam suatu Hukum25. Ketiga syarat yang dimaksud adalah

1. Adanya aturan hukum.

dengan banyaknya aturan hukum internasional dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti berbagai konvensi internasional tentang HAM, tentang perang, tentang perdagangan internasional, tentang lingkungan internasional, dan lain-lain.

2. Adanya masyarakat.

Menurut Oppenheim masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat internasional. Masyarakat internasional tersebut adalah negara-negara dalam lingkup bilateral, regional maupun universal.

      

25

(19)

3. Adanya jaminan pelaksanaan dari luar (external power) atas aturan tersebut. Jaminan pelaksanaan dapat berupa sanksi yang datang dari negara lain, organisasi internasional ataupun pengadilan internasional. Sanksi tersebut dapat berwujud tuntutan permintaan maaf (satisfaction), ganti rugi (compensation/pecuniary), serta pemulihan keadaan pada kondisi semula (repartition). Disamping itu ada pula sanksi yang wujudnya kekerasan seperti pemutusan hubungan diplomatik, embargo, pembalasan, sampai ke perang.

Dalam konvensi bom curah sendiri sudah terdapat aturan yang tertuang dalam pasal-pasal dalam konvensi tersebut, selain dari pada itu juga sudah terdapat 113 negara yang menandatangani dan 84 negarra yang sudah meratifikasi. Yang menjadi permasalahan saat ini adalah bagaimana kekuasaan dari luar yang memaksakan ditaatinya aturan hukum tersebut memainkan perannya saat suatu Negara atau lebih melakukan pelanggaran. Pada konflik Rusia dan Georgia, Human Right Watch menemukan bukti penggunaan bom curah pada konflik tahun 2008. Hal tersebut pun diakui oleh Negara yang berkonflik dan hingga saat ini Rusia dan Georgia masih menyimpan senjata tersebut.

External power memiliki peran yang sangat penting dalam hal ini untuk

memaksakan Rusia dan Georgia untuk menaati konvensi bom curah tersebut. Jaminan pelaksanaan dari luar (External Power) dapat juga memberi sanksi yang datang dari negara lain seperti organisasi internasional seperti PBB, CMC (Cluster

Munition Coalition) atau organisasi regional seperti Uni Eropa ataupun pengadilan

internasional. Walaupun tidak ada negara yang memiliki otoritas tinggi untuk memberi sanksi pada negara lain namun dalam situasi tertentu suatu negara atau organisasi internasional ataupun regional dapat mengeluarkan sanksi apabila mengancam perdamaian dunia atau terjadi pelanggaran HAM dan lainnya yang terkait kemanusiaan. Sehingga dalam konflik Rusia dan Georgia sendiri juga perlu adanya selain mediator untuk membantu dalam menciptakan perdamaian maka perlu

(20)

adanya jaminan pelaksanaan dari luar (External Power) guna membantu dalam penegakan atau implementasi dari Hukum Internasional atau Konvensi Bom Curah tersebut.

Uni eropa merupakan organisasi yang selalu turut mengambil bagian dalam sebuah penyelesaian konflik atau perang. Tidak hanya itu, Uni eropa juga beberapa kali mengambil tindakan berupa memberi sanksi kepada negara yang melakukan pelanggaran yang menimbulkan banyaknya korban dari penduudk sipil atau yang berhubungan dengan kemanusiaan. Akan lebih memiliki power atau kekuatan lebih jika negara-negara di bertindak atas nama Uni eropa daripada bertindak sendiri. Namun terkait pelanggaran Rusia dan Georgia dalam penggunaan bom curah atau kekuatan militer yang tidak proposional, Jaminan pelaksanaan dari luar (external

power) tampak lemah dalam menyikapi pelanggaran yang terjadi. berikut Jaminan

pelaksanaan dari Uni Eropa terkait pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia dan Georgia.

2.1 Tidak Adanya Sanksi Untuk Rusia dan Georgia

Perpecahan muncul antara beberapa pemimpin di Eropa. Presiden Polandia Lech Kaczynski dan rekan-rekannya dari Ukraina dan tiga negara Baltik ke Tbilisi untuk mengungkapkan solidaritas mereka dengan Georgia. Perancis dan Jerman lebih memilih untuk berusaha menahan diri dalam menunjuk siapa yang harus bertanggung jawab dalam konflik tersebut. berbeda dengan Itali yang lebih memilih mendukung Rusia sebab Perdana Menteri Silvio Berlusconi adalah sekutu dekat Putin. Perbedaan pendapat dalam anggota Uni Eropa menyebabkan Uni Eropa tidak memiliki mekanisme enforcement hukum humaniter internasional yang efektif agar bisa menjadi jaminan pelaksana dari luar (External power) untuk Konvensi Bom Curah. Uni Eropa sendiri memiliki European Union guidelines on promoting compliance with international humanitarian law (IHL) : (2005/c 327/04), disebutkan bahwa sanksi atau langkah restriktif akan digunakan untuk menciptakan kepatuhan terhadap

(21)

hukum humaniter tanpa menyebutkan secara jelas dan spesifik langkah-langkah yang dapat digunakan serta dengan menyebutkan bahwa langkah tersebut akan berlawanan dengan negara dan pihak non negara dalam konflik.

2.2 Adanya Politik Dalam Proses Penegakan Hukum Pada Konflik Rusia dan Georgia

Dalam penegakan hukum pada konflik Rusia dan Georgia juga terdapat unsur politik yang menjadi salah satu kendala dalam penegakan hukum. Terdapat kepentingan dari masing-masing negara anggota dari Uni Eropa tersebut. Hal ini tidak terlepas dari Rusia adalah pemasok yang penting dan besar produk-produk energi ke negara anggota Uni Eropa, seperti minyak dan gas bumi yang saat ini telah menjadi lebih penting dari batubara. Rusia adalah salah satu negara pengekspor minyak dan gas alam yang utama. Negara Eropa merupakan konsumen terbesar gas alam Rusia, dan merupakan tujuan ekspor utama pula dari negara ini. Negara-negara Eropa umumnya adalah negara industri dengan konsumsi energi yang besar.

Selain dari Uni Eropa, Amerika juga memiliki kepentingan yang cukup besar terhadap Georgia. Amerika ingin terus memperluas daerah pengaruhnya salah satunya yaitu Georgia. hal ini dapat dilihat dari keingnan Georgia untuk menjadi anggota NATO. Amerika Serikat mendorong NATO untuk terus lanjut ke arah timur menuju perbatasan Rusia dan memberi bantuan uang dan persenjataan ke Georgia dan melatih tentara Georgia26. Selain itu terjadi persaingan yang semakin sengit antara Amerika dan perusahaan-perusahaan Rusia untuk menguasai Laut Kaspia dan sumber daya minyak dan gas Asia Tengah. Georgia, Ossetia, Azerbaijan, Kazaks, dan negara lain di bagian timur Laut Kaspia yang berlangsung terus-menerus, yang mempengaruhi konflik teritorial dan etnis dan tidak tidak dapat dingendalikan.

.

      

26

(22)

E. Hipotesa

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat ditarik Hipotesa sebagai berikut: 1. Pelanggaran akan Konvensi bom curah yang dilakukan oleh Rusia dan

Georgia terjadi akibat dari senjata yang tersedia adalah bom curah. Hal ini juga didukung dengan lebih murahnya biaya yang dikeluarkan oleh negara jika menggunakan bom curah. Terdapat banyak bank serta perusahan di dunia juga yang turut serta mendukung pembuatan atau produksi dari bom curah. Selain itu tidak efektifnya diplomasi kemanusiaan dari aktor-aktor internasional juga membuat pelanggaran terus dilakukan oleh negara-negara. Jika diplomasi kemanusiaan yang dilakukan oleh aktor internasional dijalankan dengan efektif, tentunya pelanggaran akan hukum humaniter dalam hal ini konvensi bom curah akan semakin kecil.

2. Penegakan hukum pada konvensi bom curah sulit ditegakkan pada konflik Rusia dan Georgia disebabkan tidak adanya sanksi salah satunya dari Uni Eropa (External power). Selain tidak adanya sanksi, terdapat politik dalam penegakan konvensi bom curah dalam konflik tersebut. Hal ini terkait adanya kepentingan dari masing-masing negara terhadap Rusia atau Georgia. Jika diberi sanksi serta tidak mengikutsertakan politik dalam penegakan hukum atau konvensi bom curah maka konvensi tersebut dapat ditegakan.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yaitu cara mengumpul data, mengolah data, jenis data yang dikumpulkan serta melaporkan hasil penelitian.

(23)

1. Cara Pengumpulan Data :

Pengumpulan data yang dilakukan adalah Telaah Pustaka (Library Research) yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui mencari dan mengumpulkan data-data, laporan, teori atau surat kabar yang mempunyai hubungan dengan konvensi bom curah pada konflik Georgia-Rusia tahun 2008.

2. Jenis Data :

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang diperoleh adalah melalui telaah pustaka baik dari buku-buku, jurnal, skripsi, media cetak dan beberapa sumber dari media elektronik yang merupakan hasil analisa dari suatu fenomena yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti.

3. Teknik Analisis Data :

Teknik analisa data yang digunakan adalah kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) yang menjelaskan dan menganalisis data hasil penelitian yang telah dibaca dan dirangkum dari berbagai sumber tertulis baik berupa buku referensi, jurnal, tulisan ilmiah, surat kabar, dan artikel internet yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti kemudian menyajikan hasil dari penelitian tersebut dalam suatu penelitian.

G. Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian yang dilakukan adalah pada bulan tahun 2008 sampai tahun 2014. Ketegangan antara Rusia dan Georgia mengalami peningkatan tahun 2008. Adanya perang terbuka antara Rusia dan Georgia. Penggunaan kekuatan bersenjata yang tidak proporsional serta menggunakan bom curah dalam perang tersebut yang menimbulkan banyak korban jiwa dari penduduk sipil. Selain dari

(24)

adanya penggunaan bom curah, pada tahun 2008 juga disepakati bersama konvensi tentang bom curah. Untuk melihat implementasi dari konvensi tersebut maka penulis mengambil jangkauan penelitian sejak 2008 hingga 2014.

H. Sistematika Penulisan

Tesis ini akan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika penulisan dapat dirumuskan sabagai berikut :

Dalam BAB I Akan dipaparkan konstruksi tesis secara keseluruhan meliputi; latar belakang masalah, perumusan masalah, Tinjauan pustaka, kerangka konseptual, hipotesa, metodologi penelitian, jangkauan penelitian, dan juga sistematika penulisan.

Dalam BAB II Penulis akan membahas tentang konflik Rusia-Georgia hingga pada puncaknya pada tahun 2008 dan akan membahas tentang konvensi bom curah.

Dalam BAB III Penulis akan membahas tentang penyebab terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia dan Georgia dalam konflik pada tahun 2008 di Georgia.

Dalam BAB IV Penulis akan membahas tentang penyebab sulitnya penegakan Konvensi Bom Curah terkait dengan mekanisme penegakan oleh Uni Eopa pada konflik Rusia dan Georgia pada tahun 2008 di Georgia.

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong

KAJIAN ISI, BAHASA, KETERBACAAN, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK.. UNTUK KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK SEMESTER 1

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Hasil survei menunjukkan bahwa setelah dilakukan sosialisasi dan aplikasi pelepasan jantan mandul ke rumah-rumah masyarakat di lokasi penelitian, sebagian besar masyarakat

menurut tokoh masyarakat, jika air tersebut diminum kepada orang yang salah.. akan mengalami sakit perut yang parah. Hal ini dilakukan apabila kedua belaha. pihak

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

P (Participants) P1 dalam dialog tersebut adalah Lorna yang sedang berbicara pada P2 yaitu James... 145 No

192 / 393 Laporan digenerate secara otomatis melalui aplikasi SSCN Pengolahan Data, © 2018 Badan