• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. relevan dan (3) Kerangka Konsep Penelitian. Kajian teoritis di bab ini berisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. relevan dan (3) Kerangka Konsep Penelitian. Kajian teoritis di bab ini berisi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang (1) Kajian Teori, (2) Kajian Penelitian yang relevan dan (3) Kerangka Konsep Penelitian. Kajian teoritis di bab ini berisi tentang pengertian-pengertian atau teori-teori yang mendukung penelitian. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Subbab yang terakhir adalah kerangka konsep penelitian yang dalam pembahasannya menggambarkan kerangka konsep pemikiran peneliti terkait dengan penelitian ini. Pembahasan dari beberapa subbab akan dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembagian Kelas

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama (Imron, 2011:97). Pendekatan kelompok yakni diperlukan dan digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini didasrkan bahwa anak didik adalah sejenis mahluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama (Djamarah, 2000:7). Pengelompokan atau lazim disebut dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa di samping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan

(2)

11 mereka pada kelompok yang berbeda. Tidak selamanya anak didik belajar sendiri. Anak didik perlu juga dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar. Pola pengelompokan sebaiknya mempertimbangkan perbedaan individu anak didik. Pertimbangan itu bisa atas dasar perbedaan biologi, intelektual, ataupun psikologis. Pola pengelompokan anak didik bervariasi. Pengelompokan bisa menurut kesenangan berkawan, selain menurut kemampuan anak didik, atau bisa juga menurut minat anak didik. Pola lain misalnya membentuk kelompok diserahkan kepada anak didik, diatur oleh guru sendiri, atau diatur oleh guru atas usul anak didik. Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik antara lain adalah tes, dalam hal ini, banyak tes yang dapat dipergunakan untuk membedakan peserta didik.

Tes kemampuan umum seperti tes kemampuan verbal dan numerik, dapat dipergunakan untuk membedakan kamampuan umum peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat dipergunakan untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran yang telah disampaiakan kepada peserta didik. Tes kepribadian dipergunakan untuk membedakan integritas dan kepribadian peserta didik, dan masih banyak lagi jenis-jenis tes yang lain yang dapat membedakan kemampuan peserta didik. Ada banyak jeni-jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli. Mitchun (dalam Imron 2011:98) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia namai dengan abilltygrouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping with in the class. Abilltygrouping adalah pengelompokan

(3)

12 berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub-grouping with

in the class adalah penglompokan dalam setting kelas.

Pengelompokan yang didasarkan pada suatu kemampuan adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai. Sementara pengelompokan dalam settingkelas adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik pada masing0masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa kelompok keci. Pengelompokan ini juga memberi kesempatan kepadamasing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok. Adapun kelompok-kelompokkecil pada masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkankarakteristik individu ada beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu :

2.1.1.1 Pengelompokan Berdasarkan Minat (interest grouping)

Interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat

peserta didik. peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.

2.1.1.2 Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (special-need grouping)

Special-need grouping adalahpengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhankhusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah bergabung dalam kelompok-kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.

(4)

13 2.2.1.3 Pengelompokan Beregu(team grouping)

Team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar bersama untuk memecahkan masalah-masalah khusus.

2.1.1.4 Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)

Tutorial grouping adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik

bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. 2.1.1.5 Pengelompokan Penelitian (research grouping)

Research grouping adalah suatu pengelompokan dimana dua atau lebih

peserta didik menggarap suatu topik penelitian untuk dilaporkan didepan kelas. 2.1.1.6 Pengelompokan Kelas Utuh (full-class grouping)

full-class grouping adalahsuatu pengelompokan dimana peserta didik

secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja, kelompok yang berlatih drama, musik, dan tari.

2.1.1.7 Pengelompokan Kombinasi (combined-class grouping)

Combined-class grouping adalah suatu pengelompokan dimana dua atau

lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio visual lainnya.

2.1.2 Prestasi Akademik

Prestasi adalah suatu pengahargaan yang di dapatkan seseorang melalui usaha dan kerja keras dan dilakukan oleh seseorang yang memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik dan memperoleh hasil yang baik pula (Hamzah dan Muhamad 2013 : 240). Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu

(5)

14 dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang berstandar (Sobur,2006:12). Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda namun sangat berkaitan. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inheret) dalam diri seseorang.Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan memeperhatikan pengembangan potensi peserta secara utuh dan optimal. Hasil beberapa penelitian menunjukan sekitar sepertiga peserta didik yang dapat digolongkan sebagai peserta didik berbakat (gifted and telendted) mengalami gejala “prestasi kurang” (underachiever). Depdikbud dalam Uno dan Kuadrat 2009:2). Salah satu penyebabnya adalah kondisis-kondsi eksternal atau lingkungan belajar yang kurang menunjang, kurang menantang mereka untuk mencapai keunggulan melalui strategi pelayanan pendidikan massal akan memiliki konsekuensi sumber daya pendidikan (dana, tenaga, dan sarana) yang kurang menguntungkan.

Modal strategi pelayanan pendidikan alternatif perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat, minat, dan kemampuannya. Peserta didik berbakat Intelektual tergolong sangat unggul (IQ 130 keatas) berjumlah 2,2% dan tergolong unggul (IQ 120-129) berjumlah 6,7 dari populasinya. Jumlah

(6)

15 ini memang masih tergolong kecil, namun secara potensial mereka unggul dalam salah satu atau beberapa bidang yang meliputi bidangintelektual umum dari akademis khusus, berpikir kreatif-produktif, psikososial / kepemimpinan, seni/ kinestetik, dan psikomotorik (Uno dan Kuadrat 2009:3). Pengatasan masalahprestasi belajar kurang (underachievent), keberbakatan tidak selalu menjamin suksesnya pendidikan atau produktivitas. Ada resiko dan tekanan yang menyertai inteligensi tinggi untuk menjadi anak yang sikapnya defensif. Hal yang menjadi faktor penentu apakah anak berbakat akan mencapai prestasi belajar tinggi (superachievemen) atau prestasi belajar kurang (underachievent), tergantung dari keluarga sekolah dan teman sebaya, dengan demikian, prestasi belajar ini dapat di pegang dari dua sisi.

Tekanan-tekanan yang dialami anak berbakat, antara lain sebagai berikut :

2.1.3.1 Perasaan ia harus menjadi manusia sempurna dan sangat inteligen.

2.1.3.2 Keinginan untuk menjadi sangat kreatifdan luar biasa, yang keudiandeterjemahkan sebagai manusia laindari yang lain.

2.3.1.3 Kepedulian untuk dikagumi oleh teman sebaya karena penampilan dan popularitasnya (Colangelo dalam Uno dan Kuadrat,2009:90).

Mendapatkan prestasi adalah harapan setiap pribadi, sesorang dengan gaya kepribadian berprestasi adalah orang yang menghendaki kesempatan untuk bermain dengan baik dan cemerlang, jika mungkin untuk mempesonakan yang lain agar mendapatkan sambutan baik, kasih sayang dan tepuk tangan orang lain, dalam hal ini berarti menerima kehormatan. Kepribadian yang berprestasi ini memandang hidup dengan selera kuat untuk melakukan segala hal yang menarik

(7)

16 baginya. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral diusahakan dapat membantu kelompok tipe gaya kepribadian ini dengan cara melengkapi cara berpikir moralnya agar kebutuhan untuk memperolah atau menerima kehormatan yang diharapkan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan orang laindan tidak merugikan orang lain.

2.1.3 Perilaku Sosial

Perilaku adalah adalah sesuatu yang dikerjakan atau dikatakan oleh seseorang (Alberto & Troutman dalam Runtukahu 2013 : 20 ). Istilah lain yang identik dengan perilaku adalah aktivitas, respons, kinerja, dan reaksi. Perilaku yang bisa diamati secara langsung disebut perilaku overt, sedangkan yang tidak dapat diamati secara langsung disebut perilaku civert (misalnya,berpikir atau merasakan). (Runtukahu, 2013 : 20). Sosial adalah proses menuju kesesuaian paling tidak mencakup 3 komponen ialah belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan yang disetujui secara sosial, dan pengembang sikap sosial (Poerwanti dan Nurwidodo, 2000 : 37). Perilaku sosial adalah pola-pola perilaku yang membentuk struktur sosial masyarakat. Jelas bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh peralatan yang dihasilkannya serta ilmu pengetahuan yang dimilikinya atau didapatnya (Soekanto, 2006:151).

Perilaku individu tidak berdiri sendiri selalu ada hal yang mendorong dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang ini mungkin disadari oleh individu. Kegiatan individu merupakan kegiatan manifestasi dari hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu dalam interaksi dengan lingkungannya,

(8)

17 lingkungan menusia dan bukan manusia. Secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan lingkungan, yaitu :

2.1.3.1 Individu menerima lingkungan, dan 2.1.3.2 Individu menolak lingkungan.

Sesuatu yang datang dari lingkungan mengkin diterima oleh individu sebagai sesuatu atau yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, menguntungkan atau merugikan. Sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan aka diterima oleh individu, tetapi yang tidak menyenangkan atau merugikan akan ditolak atau dihindari. Salah satu cara agar perilaku siswa menjadi baik adalah dengan diadakanya pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang ditunjukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang lujur adalah amal saleh, amanah, antisipasif. Adapun nilai-nilai negatif yang seharusnya dihindari (tidakdimiliki) seseorang menurut jaran nudi pekerti yang luhur adalah anti risiko, boros, bohong, buruk sangka, biadab, curang, ceroboh, cengeng, dengki, egois, fitnah, dan lain-lain. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral secara mendasar mendukung dan mengarahkan seluruh ajarannya untuk mewujudkan nilai-nilai positif sebagaiama yang diajarkan pendidikan budi pekerti. Sebaliknya, secara mendasar menolak dan menekankan agar ajaran pertimbangan moral menghindarkan diri dari seluruh nilai dan perilaku negatifyang ditunjukan oleh pendidikan budi pekerti (Sjarkawi, 2011:34).

(9)

18 2.2 Kajian Empiris

2.2.1 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu menjadi sebuah penelitian pembanding dengan penelitian yang sedang dikaji. Adapun bentuk-bentuk penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1.1 Teti Mardiana (2005) Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMP Negeri 30 Bandung dengan judul Pengaruh Sistem Pembagian Kelas Secara Homogen Terhadap Kegiatan Belajar Siswa. Temuan dengan melihat permasalahan yang timbul, dan hasil survey terhadap siswa mengenai pembagian kelas yang mereka rasakan paling nyaman, maka penulis menyarankan bahwa pada tahun 2004/2005 yang akan datang pembagian kelas yang akan datang disesuaikan kembali, dengan demikian siswa tetap dapat berkompetisi untuk meraih kelas unggulan, tetapi di dalam kelas tetap terjalin kerjasama yang baik antara siswa. Relevansinya agar peserta didik selalu bersikap kritis dan tetap menjaga sosial sebagai anggota keluarga,warga sekolah,masyarakat,warga negara,dan umat manusia di lingkungannya secara cerdas dan baik.

2.2.1.2 Doddy Hendro Wibowo dengan judul Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi Di Jenjang Sekolah Dasar temuan pelaksanaan pengelompokan siswa berdasarkan prestasi akademik apabila dilihat dari sudut pandang guru bahwa guru dari kelas A menyetujui adanya pengelompokan kelas, sementara guru dari kelas B dan C tidak menyetujui adanya pengelompokan kelas. Guru kelas tinggi menyatakan setuju terhadap pengelompokan kelas karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, terbukti dari anak yang hasil sebelumnya kurang, kemudian dapat

(10)

19 menyesuaikan diri sehingga hasilnya lebih baik, lebih mudah untuk menyampaikan materi dan nilai yang diperoleh lebih tinggi. Guru dari kelas ratarata dan kelas rendah (kelas B dan C) menyatakan tidak setuju karena seharusnya siswa di dalam kelas ada siswa yang pandai, sedang dan kurang, pengelompokkan kelas menyebabkan anak tidak mampu bersaing secara sehat untuk memperoleh nilai yang lebih baik dan guru kelas merasa terbebani untuk mengajar di kelas yang rata-ratanya kurang. Relevansi Penelitian ini sama-sama berpusatkan pada siswa yang di kelompokan berdasarkan prestasi, dan relevansinya yaitu dari pembagian kelas tersebut dampak yang terjadi.

(11)

20 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Prestasi Akademik Siswa

Pembagian Kelas

POLA 5 :

Pola 5 pola yang harus menyelesaikan sekolahnya hanya dalam waktu 5 semester

POLA 4 :

Pola 4 pola yang harus menyelesaikan sekolahnya hanya dalam waktu 4 semester

POLA 6 : Pola yang harus

menyelesaikan sekolahnya 6 semester seperti biasanya

PRESTASI AKADEMIK

PERILAKU SOSIL SISWA

Pola 4 : Individu

Pola 5 : Individu

Pola 6 : Berbeda orang tua dan anak

Solusi

(12)

21 Keterangan :

Kerangka konseptual penelitian seperti pada bagan diatas merupakan suatu kerangka pemikiran secara umum pembagian kelas berbasisi prestsis akademik. Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam uraian sebelumnya bahwa pembagian kelas berbasisi prestsis akademik terbagi menjadi 3 bagian yaitu POLA 4 (sekolah dalam waktu 4 semester), POLA 5 (sekolah dalam waktu 2 setengah semester), dan POLA 6 (sekolah dalam waktu 6 semester atau 3 tahun). Pembagian kelas tersebut berdasarkan prestasi akademik dan minat dari siswa. Berdasarkan prestasi akademik danminat siswa maka akan adanya dampak dari pembagian kelas kemudian terbentuklah perilaku sosial siswa dari hasil pembagian kelas berbasis prestasi akademik. Prestasi tersebut menghasilkan perilaku sosial siswa yang seperti apa pada siswa pola 4, pola 5 dan pola 6, untuk itu dalam penelitian ini menganggap sangat perlu meneliti sejauhmana pembagian kelas berbasis prestasi ini mampu merubah perilaku sosial siswa. Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi maka sangat perlu untuk memberikas solusi terhadap masalah yang ada.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(6) Maksim Simpati menyatakan : (a) kurangilah rasa antipati antara diri sendiri dengan orang lain, (b) tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri

Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku. Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada

Hal ini dibuktikan pada hasil penilaian guru Bahasa, Sastra Indonesia mengenai persiapan dan pelaksanaan pembelajaran pada siswa kelas XI SMAN 1 Ciwidey dengan kategori

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai. b) Guru memberikan skenario untuk dipelajari. c) Guru menunjuk beberapa peserta didik untuk

Selama ini proses pembelajaran yang di berikan oleh guru kebanyakan masih membosankan dan belum inovatif sehingga membuat siswa kurang aktif, kurang menyenangkan,

Menurut (Saleh Abbas, 2006: 103) pembelajaran membaca di Sekolah Dasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) pengajaran membaca permulaan untuk kelas I dan II,

Penelitian yang dilakukan oleh Lathifah juga membahas mengenai gambaran imaji youkai yang ada dalam novel, kemudian menghubungkannya dengan kepercayaan masyarakat Jepang

Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak siswa. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu