3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan sekitarnya (Gambar 6 dan Gambar 7). Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah pelabuhan internasional yang pertama melakukan Pelayanan Ekspor Impor Satu Atap. Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, yaitu sejak bulan Juni 2006 sampai dengan bulan Desember 2006.
3.2 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang bersifat deskriptif melalui studi kasus dengan tujuan untuk membuat suatu gambaran secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Ciri-ciri metode ini adalah :
1) memberikan gambaran tentang situasi atau suatu kejadian
2) menerangkan hubungan-hubungan antara beberapa kasus yang kerapkali terjadi
3) pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, studi lapangan, wawancara dan kuesioner terhadap responden
Gambar 6. Perairan Pelabuhan Tanjung Emas dan sekitarnya Sumber: Dishidros TNI-AL 2002
48
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1) Jumlah dan jenis pelanggaran hukum di laut. 2) Organisasi, fungsi dan tata kerja instansi terkait. 3) Jumlah peralatan/kapal pengawasan dan pengamanan.
4) Personil yang melakukan tugas pengawasan dan pengamanan di laut. 5) Sumberdaya kelautan yang dimiliki.
6) Kerusakan lingkungan yang dialami/ditemukan. 7) Isu-isu kritis dan potensi konflik.
8) Kebijakan dan pengaturan yang tersedia.
9) Peristiwa atau kejadian sosial yang terjadi di masyarakat sekitar dengan penyelesaian yang konstruktif.
Sebagian data bersifat primer, dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner, wawancara, pengamatan (observasi) di lapangan, sedangkan sebagian lagi bersifat sekunder dikumpulkan dengan cara studi pustaka, laporan dan data intern instansi terkait, Badan Pusat Statistik daerah dan lain-lain.
Data kualitatif berupa visi, misi, tugas, tujuan, dan organisasi terkait dan lain-lain yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di obyek penelitian dengan cara wawancara, pengamatan dan pengamatan/wawancara yang terencana menggunakan kuesioner. Pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi, situasi dan kegiatan pelaksanaan operasional satuan pengawasan dan pengamanan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat, pengusaha dan pemerintah di laut.
Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian (pendapat sendiri) secara lisan dari informan dengan langsung bertatap muka, sedangkan pengamatan terencana dilakukan secara langsung kepada responden. Selain itu juga wawancara dilakukan terhadap instansi terkait seperti pemerintah, LSM terkait dan usahawan para wiraswasta yang berada di obyek penelitian. Daftar responden yang diwawancarai dan jawaban dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perhubungan Laut, Dinas Imigrasi, Dinas Lingkungan Hidup, Polres, Lanal, dan instansi lain yang terkait.
3.3 Metode
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, pengamatan, peninjauan lapangan, wawancara dan mengisi kuesioner kepada responden yang kompeten antara lain: komandan kapal patroli, para kepala instansi yang mengoperasikan kapal aparat negara di laut Perairan Pelabuhan Tanjung Emas. Data-data yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis data dan sumber data yang dibutuhkan
No Jenis Data Sumber Data Metode Pulta
1 Organisasi, Tugas dan Tata Kerja Instansi Instansi Pemerintah Survei, kuesioner 2 Jenis, type, jumlah kapal aparat 5 Instansi kapal aparat
negara Observasi, wawancara 3 Kualifikasi dan jumlah personil ABK 5 Instansi kapal aparat
Negara di laut
Observasi, wawancara 4 Lokasi dan jenis sumberdaya kelautan Dinas Kelautan dan
Perikanan Pustaka, kuesioner 5 Jumlah jenis pelanggaran hukum di laut Aparat Negara di laut Observasi, kuesioner 6 Sarana dan prasarana pangkalan kapal
apara Negara
5 Instansi Kapal aparat Negara di laut
Survei kuesioner 7 Kerusakan lingkungan BAPELDALDA Pustaka, wawancara 8 Isu kritis masalah kelautan Instansi kapal aparat
Negara di laut
Kuesioner, wawancara 9 Peraturan/UU /kebijakan Instansi pemerintah di
bidang kemaritiman Pustaka, wawancara
Dalam menganalisis dan mengelola konflik diperlukan tahapan dengan menggunakan metoda untuk memahami konflik. Menurut Fisher (2000), sebelum menangani konflik baik secara individu, kelompok atau sebagai organisasi, mencoba melakukan sesuatu untuk mengetahui sebanyak mungkin apa yang sedang terjadi dengan menggunakan berbagai alat analisis antara lain: pemetaan konflik, segitiga SPK, pohon konflik, analisa kekuatan konflik, analogi pilar, piramida segi tiga tingkat 3 dan lain-lainnya.
William (2000) mengatakan tentu akan ditemukan adanya perbedaan sudut pandang yang tidak dapat dihindari. Ketika mengkaji suatu masalah konflik secara bersama, mereka semua pasti akan sampai pada satu analisis saja. Kenyataannya tidak demikian, banyak perbedaan yang akan muncul dalam berbagai dimensi: status, kekuasaan, kekayaan, usia, peran menurutanjungender, keanggotaan dalam suatu kelompok sosial tertentu dan sebagainya. Indikator-indikator posisi dalam masyarakat itu sering berarti bahwa orang menginginkan
hal-hal yang berbeda dalam situasi yang sama. Ketika sasaran dan kepentingan mereka bertentangan atau tidak sesuai, maka terjadilah konflik.
Rangkaian kegiatan analisis untuk mengelola konflik tersebut diperlukan sebagai masukan untuk menunjang berhasilnya suatu tugas pengawasan dan pengamanan dalam satu sistem yang kompak
Dari 14 instansi yang memiliki tugas kewenangan penegakan hukum dan SAR di laut terdapat 6 instansi dalam penugasannya dilengkapi dengan unsur kapal laut yang masing-masing kapal bertugas secara sektoral. 8 instansi lainnya tidak dilengkapi unsur kapal laut dan bertugas di darat atau di pelabuhan sebagai pintu masuk. Melihat kondisi ini maka efektivitas pelaksanaan UU dan Keppres oleh 14 instansi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas penangkalan dan pencegahan di laut untuk tidak sampai masuk ke wilayah Indonesia tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan efektif.
Banyaknya instansi pemerintah dalam melaksanakan UU untuk penegakan hukum di laut (Tabel 1) menunjukan banyaknya jenis pelanggaran hukum di laut yang harus ditangani oleh masing-masing departemen terkait dengan bekerja secara sektoral. Dibeberapa negara maju di dunia dan negara-negara tetangga kita penanganan pelanggaran hukum di laut dan dikenal dengan nama Coast Guard. Indonesia yang telah meratifikasi berbagai konvensi maritim internasional seperti UNCLOS III 1982 pada pasal 107, 111, 224; Solas 1974; ISPS Code 2002 berkewajiban menyelenggarakan penjagaan pantai dan laut oleh otoritas nasional di bidang keselamatan, keamanan dan perlindungan lingkungan maritim seperti yang telah dilaksanakan oleh berbagai negara.
Pelaksanaan penegakan hukum di laut saat ini menunjukkan ketidakefisienan dan menghambat kelancaran usaha kemaritiman di Indonesia. Kapal-kapal patroli dengan berbagai atribut kesatuan dari instansi penegak hukum di laut menunjukan kesatuan patroli tersebut bekerja sektoral yang akan menghasilkan belanja negara yang besar.
3.4 Analisis Data 3.4.1 SWOT Analysis
Analisis strength, weakness, opportunities, threath disingkat analisis SWOT merupakan analisis yang dibedakan atas dua unsur, yaitu analisis yang menkonsentrasikan kedalam institusi tentang kondisi kekuatan dan kelemahan internal institusi kapal-kapal aparat negara dan analisis kondisi diluar institusi tentang peluang dan ancaman yang dihadapi oleh institusi kapal-kapal aparat negara di laut. Tujuan analisis SWOT adalah mengkaji dan menambah kekuatan dan mengurangi kelemahan yang ditemukan pada unsur internal institusi dan memperluas peluang dan mengeliminasi ancaman yang datang dari eksternal institusi yang mewadahi kapal-kapal aparat negara di laut.
Analisis SWOT, diawali dengan menyusun Matriks EFE, IFE dan IE. David (1997), mengatakan matriks IFE merupakan suatu langkah ringkas dalam melakukan penilaian internal dan matriks EFE mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, teknologi dan kondisi rawan pelanggaran. Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks IE yang berisikan langkah-langkah alternatif strategi yang akan dipilih. Dalam menyusun strategi dengan menggunakan analisis SWOT dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Elemen-elemen analisis SWOT
Dengan analisis SWOT lembaga aparat negara di laut diharapkan mampu untuk menyeimbangkan antara kondisi internal yang direpresentasikan oleh kekuatan dan kelemahan, dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal yang ada. Analisis yang juga menyatakan bahwa masalah-masalah utama yang dihadapi oleh lembaga aparat negara di laut dapat dipisahkan melalui analisis yang teliti dari masing-masing elemen tersebut. Selanjutnya strategi dapat diformulasikan untuk masalah-masalah tersebut. Dalam Tabel 3 berikut ini akan diungkapkan contoh masing-masing elemen dari analisis SWOT.
Tabel 3. Elemen-elemen analisis SWOT kapal aparat negara di laut Analisis Internal
Strengths (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Analisis Eksternal
Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)
2) Penentuan bobot dan peringkat
(1) Penentuan bobot dilakukan dengan mendaftarkan faktor strategis eksternal dan internal instansi aparat keamanan negara kepada pihak manajemen dengan metode paired comparison (Kinnear, 1991). Metode ini dilakukan untuk memberikan bobot pada setiap faktor strategis internal dan eksternal instansi aparat negara. Skala yang
digunakan untuk pembobotan adalah 0, 1 dan 2 dengan penjelasan sebagai berikut:
0 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal 1 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal Penilaian pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5
Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategis internal instansi aparat negara Faktor Strategis Internal A B C … Total
A B C … Total
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis eksternal instansi aparat negara Faktor Strategis Eksternal A B C … Total
A B C … Total
Bobot untuk setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus berikut ini:
Xі ai = n
Σ
Xі і=1 dimana : ai = Bobot variabel ke -i Xі = Nilai variabel ke – i I = 1,2,3,…. n = Jumlah variabel(2) Penentuan peringkat terhadap faktor-faktor strategis dilakukan oleh manajemen dari hasil wawancara dan jawaban dan isian pada hasil kuisioner. Nilai peringkat menggunakan skala 1 s/d 4 terhadap masing-masing faktor strategis, untuk mengukur pengaruh masing-masing-masing-masing variabel terhadap kondisi instansi aparat pelabuhan.
Skala peringkat nilai untuk matriks IFE mempunyai arti sebagai berikut.
Skala 1 : Kelemahan kapal aparat negara sangat besar dibanding rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 2 : Kelemahan kapal aparat negara sangat kecil dibanding rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 3 : Kekuatan kapal aparat negara rendah dibandingkan dengan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 4 : Kekuatan kapal aparat negara sangat besar dibandingkan dengan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Dilain pihak, matriks EFE skala peringkat peluang yang digunakan adalah sebagai berikut :
Skala 1 : Peluang pengembangan kapal aparat negara rendah, dengan respon bertindak kurang dibandingkan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 2 : Peluang pengembangan kapal aparat negara sedang, respon bertindak sama dengan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 3 : Peluang pengembangan kapal aparat negara tinggi, respon bertindak diatas rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 4 : Peluang pengembangan kapal aparat negara sangat tinggi, respon bertindak sangat tinggi dibanding kapal yang bertindak melanggar hukum
Untuk peringkat ancaman merupakan kebalikannya
Skala 1 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara sangat tinggi, respon bertindak sama dengan rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 2 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara tinggi, respon bertindak diatas rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 3 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara sedang, respon bertindak sama dengan rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum
Skala 4 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara rendah, respon bertindak kurang dibanding rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum
Setelah nilai pembobotan dan nilai peringkat didapatkan selanjutnya disusun matriks hasil perkalian pembobotan dengan peringkat pada masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, diperlihatkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks hasil perkalian bobot dengan peringkat faktor internal dan eksternal. Faktor Strategis Internal A B C … Bobot (B) Peringkat (P) Total B x PI A B C … Total Faktor Strategis Eksternal P Q R … P Q R … Total
3) Teknik analisis data
(1) Analisa lingkungan Internal terhadap kegiatan yang mencakup SDM, teknologi, manajemen, strategi, operasi dan logistik. Hasil dari analisa internal ini dimasukkan ke dalam matriks IFE diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks IFE
Faktor Strategis Internal Bobot Peringkat Nilai Kekuatan A B C … Kelemahan P Q R … Total
(2) Analisa lingkungan eksternal terhadap kegiatan pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat negara yang meliputi lingkungan makro terdiri dari politik, ekonomi, sosial budaya dan pengaruh globalisasi serta lingkungan mikro yang merupakan analisa persaingan. Menurut Porter (1997) bahwa persaingan ditingkat usaha dan industri (five forces of Porter) mencakup :
- Ancaman masuknya pendatang baru - Ancaman produk substitusi
- Kekuatan tawar pemasok - Kekuatan tawar pembeli
Dalam penelitian ini five forces of Porter mencakup :
• Ancaman bertambahnya jumlah pelanggaran hukum di laut.
• Ancaman menurunnya kinerja operasional pengawasan kapal aparat negara
• Kekuatan investor untuk investasi di sektor kelautan • Kekuatan para pengguna/pembeli hasil laut
• Intensitas persaingan dalam pemanfaatan teknologi kelautan/ perkapalan
Hasil dari analisa eksternal ini dimasukkan ke dalam matriks EFE, pada Tabel 8. Selanjutnya hasil analisa matriks IFE dan EFE dipergunakan untuk menyusun matriks IE
Tabel 8. Matriks EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Nilai
Peluang
A B C …Ancaman
P Q R … Total 4) Analisa matriks IFE, EFE dan IE(1) Matriks IFE
Matriks IFE sebagai alat untuk merumuskan strategi dengan mengumpulkan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan instansi aparat negara fungsi-fungsi pengawasan, pengamanan, SAR, dan penegakan hukum
Tahap pengembangan Matriks IFE adalah sebagai berikut :
• Membuat daftar critical success factors internal instansi aparat negara • Pemberian bobot pada masing-masing faktor
• Pemberian peringkat pada masing-masing faktor
• Pengalian bobot dengan peringkat, sehingga diperoleh nilai bagi instansi aparat negara
• Menjumlahkan nilai setiap faktor instansi untuk mengetahui total nilai Instansi tersebut.
(2) Matriks EFE
Matriks EFE sebagai alat untuk merumuskan strategi dengan mengumpulkan dan mengevaluasi peluang dan ancaman Instansi aparat negara di kondisi keamanan global yang penuh dengan tantangan usaha-usaha perbuatan pelanggaran hukum.
Tahap pengembangan Matriks EFE adalah sebagai berikut :
• Membuat daftar critical success factors internal instansi aparat negara • Penentuan bobot critical success factor
• Pemberian peringkat
• Perkalian bobot dengan peringkat akan memberikan nilai kinerja instansi aparat negara
• Jumlahkan nilai setiap faktor instansi untuk mengetahui total nilai kinerja instansi aparat negara tersebut
(3) Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu perumusan empat tipe strategi, yakni strategi SO
(Strength-Opportunity), WO (Weakness-(Strength-Opportunity), ST (Strength-Threats) dan WT (Weakness-Threats) (Umar, 1999).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi instansi yang mewadahi kapal-kapal aparat negara di laut. Analisis ini didasarkan kepada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan fungsi dan tugas serta kebijaksanaan dari instansi kapal aparat negara di laut. Dengan demikian perencanaan strategis dalam pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat negara di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas harus menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi dalam kondisi saat ini yang disajikan dalam matriks SWOT pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks analisis SWOT STRENGTH (S) 1. 2. 3. 4. ….. WEAKNESS (W) 1. 2. 3. 4. ….. Opportunity ( O ) 1. 2. 3. ….. Strategi SO 1. 2. 3. ….. Strategi WO 1. 2. 3. ….. Threath ( T ) 1. 2. 3. ….. Strategi ST 1. 2. 3. ….. Strategi WT 1. 2. 3. ….. Internal Eksternal
Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996) menyatakan bahwa matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan. Oleh instansi yang mewadahi kapal aparat negara di laut yang didasarkan atas hasil analisis SWOT terdapat empat alternatif strategi yang tersedia, yaitu strategi SO, WO, ST dan WT.
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis lembaga aparat negara di laut adalah matriks SWOT (threats-opportunity-weakness-strength). Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi lembaga aparat keamanan di laut dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Membentuk matriks SWOT membutuhkan tahapan-tahapan yang disusun setelah memasukkan input data dari hasil penelitian. Dengan mengikuti tahapan tersebut akan diperoleh empat alternatif strategi, yakni strategi SO yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, strategi ST yang mengunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi WO yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dan strategi WT yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Menurut Rangkuti (2002), analisis SWOT menggunakan diagram sebagaimana disajikan pada Gambar 8.
Dalam Gambar 8 tersebut terdapat empat kuadran yang masing-masing mencerminkan strategi yang berbeda.
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan lembaga kapal aparat negara di laut tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai macam lembaga kapal aparat negara di laut ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN INTERNAL 3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif 4. Mendukung strategi
defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi BERBAGAI PELUANG
Kuadran 3 : Lembaga kapal aparat negara di laut menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala dan kelemahan internal.
Kuadran 4 : Lembaga kapal aparat di laut berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Instansi kapal aparat negara di laut tersebut menghadapi berbagai macam ancaman dari kelemahan internal.
3.4.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002), bahwa pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih alternativ. Peralatan AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak berstruktur dipecahkan kedalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam satu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang komplek dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya (Saaty, 1983).
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan komplek yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2003).
AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, penanganan permasalahan yang komplek dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat mudah ditangani. Untuk memecahkan permasalahan, AHP mempunyai 3 (tiga) prinsip dasar dalam proses pengambilan sebuah keputusan yaitu:
1) Prinsip penyusunan hierarki; 2) Prinsip penentuan prioritas, dan 3) Prinsip konsistensi logis.
Selain itu AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang.
Menurut Suryadi dan Ramadhani (2002), AHP adalah suatu analisis yang dapat digunakan untuk memahami kondisi suatu sistem, membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan terhadap suatu permasalahan. Penggunaan AHP dalam pengambilan keputusan mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
1) Penyajian sistem hierarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas yang mempengaruhi prioritas pada level bawahnya;
2) Hierarki memberikan informasi yang lengkap pada stuktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi;
3) Sistem alamiah yang disusun secara hierarki, yaitu dengan membangun kontruksi modul dan kemudian menyusun rakitan modul-modul tersebut, dan 4) Hierarki lebih mantap (stabil) dan lentur (fleksibel). Stabil dalam arti bahwa
perubahan-perubahan kecil mempunyai efek yang kecil, sedangkan lentur diartikan bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hierarki yang terstruktur baik, dapat terjadi tanpa mengganggu unjuk kerjanya.
3.4.2.1 Empat prinsip pokok dalam proses AHP
Saaty (1980) menyatakan bahwa prinsip mendasar dalam pemikiran analitik yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah dengan analitik eksplisit. Terdapat 4 (empat) prinsip pokok dalam proses AHP di bawah ini:
(1) Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan adalah decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai ke tingkat yang tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga diperoleh beberapa tingkatan dari persoalan tersebut dan prosesnya disebut hirarki.
(2) Comparative Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relativ dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya.
Dalam menentukan bobot dari elemen-elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan, penilaian pendapat dilakukan dengan intuisi, perasaan,
atau penginderaan. Penilaian pendapatan ini dilakukan dengan komparasi berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen yang lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan, sehingga didapat nillai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk angka yang disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Dalam proses hierarki analisis ini digunakan batas 1 sampai dengan 9 yang dianggap cukup mewakili persepsi manusia, dengan nilai rasio seperti yang disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Skala untuk pengisian matriks perbandingan berpasangan
Nilai Skala Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen penyumbang sama kuat pada sifatnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting ketimbang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit lebih menyokong satu elemen atas elemen yang lain 5 Elemen yang satu esensial atau
sangat penting ketimbang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokkong satu elemen atas elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting
dari elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominansinya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkannya 2,4,6,8 Nilai-nilai di antara 2
pertimbangan Kompromi diperlukan di antara 2 pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat suatu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibanding dengan i
(3) Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise Comparison kemudian di cara eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority dan prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relative melalui prosedur sintesa priority setting.
(4) Logical Consistency
Konsistensi mempunyai arti bahwa obyek-obyek yang serupa dapat sikelompokkan sesuai keragaman dan relevansi serta menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada criteria tertentu. Jika penilaian tidak konsisten maka proses harus diulang supaya memperoleh nilai yang lebih tepat.
Dalam penilaian kepentingan relative 2 (dua) elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3(tiga) kali lebih penting dari j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya disbanding elemen i, di samping itu, perbandingan 2 elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. banyaknya penilaian dalam penyusunan matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen-elemen diagonal=1.
3.4.2.2 Urutan analisis proses hirarki
Pengolahan data dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP terhadap strategi dan penyusunan Program dalam rangka Pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat negera di objek penelitian digunakan alur analisis sebagai berikut :
3.4.2.3 Teknik analisis data
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bagian sebelumnya. Teknik analisis data yang digunakan dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
(1) Batasan Kriteria
Menentukan kriteria dari faktor-faktor yang dianalisis yaitu faktor-faktor yang terlibat dalam menetapkan strategi pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat sipil negara dalam satu lembaga di laut.
Identifikasi Penyusunan Hierarchy Pengisian Matriks Individu Menentukan Faktor Prioritas Revisi Pendapat
• Memakai program expert choice • Alternatif pengembangan di dapat dari
evaluasi terhadap : - Fokus - Tujuan - Faktor - Aktor
• Hierarchy disusun atas 5 tingkat Gambar 9. Flowchart proses analisis dengan metode AHP
Ya Tidak Pengujian CR Penyusunan Matriks Gabungan Pengolahan Data
Menentukan nilai terkecil (K) dan nilai terbesar (B) pada setiap faktor yang dianalisis. Penetapan ini untuk memperoleh batasan kriteria ukuran batasan untuk setiap kriteria.
Menetapkan batasan ukuran kriteria digunakan rumus sebagai berikut :
dimana:
Bu = Batasan Ukuran n = jumlah sampel
m = jumlah jawaban per item Ukuran setiap kriteria ditetapkan dengan cara sebagai berikut :
Batasan Kriteria Penerapan
Strategi Lembaga Sipil Tunggal (LST)
Kriteria utk Tingkat Kepentingan faktor Strategi LST
K < .... >K+Bu Sangat Buruk Sangat Tidak Berguna K + Bu + 1 < .... > K + 2Bu Buruk Tidak Berguna
K + 2Bu + 1 < .... > K + 3Bu Biasa Biasa K + 3Bu + 1 < .... > K + 4Bu Baik Berguna
K + 4Bu + 1 < .... > B Sangat Baik Sangat Berguna
(2) Menentukan Faktor Prioritas
Berbagai pendapat yang diberikan responden akan dianalisa dengan menggunakan penilaian komparasi berpasangan untuk menentukan faktor prioritas.
Proses penyusunan tingkat prioritas dilakukan melalui data primer yang didapatkan langsung dari objek penelitian dan data sekunder yang didapatkan dari studi pustaka data yang dianalisis diberikan tingkatan struktur sumber data atas sasaran utama yang akan dicapai (Fokus), kegunaan penelitian untuk maksud yang ditetapkan (Tujuan), kendala mampu peluang yang dihadapi di objek penelitan (Faktor), pelaku yang berperan sesuai dengan tujuan penelitian (Aktor) yang
n(m-1) m Bu =
selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan alternatif pengembangan yang konsisten dengan pendapat para responden.
Struktur tingkatan pengelompokan data digambarkan seperti Gambar 10.
Gambar 10. Proses pengolahan data metode AHP (3) Matriks Individu
Penilaian pendapat individu berasal dari hasil komparasi berpasangan tiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A. Misalkan apabila Ci dibandingkan dengan Cj, maka aij merupakan nilai matriks pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan Ci terhadap Cj
(4) Matriks Gabungan
Matriks pendapatanjungabungan merupakan susunan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat individu yang rasio konsistennya (CR) memenuhi syarat. Formulasi rata-rata tersebut adalah :
Sasaran utama yang akan dicapai
Kendala maupun peluang yang dihadapi
Pelaku yang berperan sesuai tujuan penelitian
Maksud dan tujuan Kegunanaan penelitian Fokus Faktor Tujuan Aktor Alternatif pengembangan
Dimana : n Gij aij (k) k m = jumlah responden
= elemen matrik pendapatanjungabungan pada baris ke-1 dan kolom ke-j
= elemen matriks pendapat individu pada baris ke-1 dan kolom ke-j untuk matrik pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan ke-k
= 1,2,… m
= jumlah matrik pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan
(5) Pengolahan Horisontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen keputusan pada setiap tingakat hierarki keputusan tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan data tersebut, menggunakan formula sebagai berikut :
1) Perkalian baris dengan rumus :
2) Perhitungan vector prioritas dengan rumus
3) Penghitungan nilai Eigen maksimum (λ max) dengan rumus m
Gij
=
∏ aij (k)k= 1
m
VEi (Vektor eigen) = ∏ aij (k)
k= 1
VPi (Vektor Prioritas)
=
m∑
VE i=1VEi
n n
VA (Vektor antara) = aij x VP dengan VA = (VAi)
VB (Vektor eigen) = dengan VB = (VBi) n
∑
λ max (nilai eigen maks) = i =1 untuk i= 1,2, … ,n
VA VB
VB n
4) Perhitungan indeks konsistensi (CI) dengan rumus :
5) Perhitungan indeks konsistensi (CI) dengan rumus :
Random Indeks dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dan matriks berorde 1-15 dengan menggunakan sample berukuran 100. Tabel RI (Saaty, 1980) dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Indeks Acak (RI) matriks 1-15 dengan sample 100 (Saaty, 1980)
Nilai rasio konsistensi (CR) < 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan dalam jawaban responden.
6) Revisi Pendapat
Revisi pendapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat tidak konsisten atau CR > 0.1, revisi pendapat dilakukan dengan mencari deviasi maksimal dan barisan (aij) dan Wi/Wj dengan merevisi baris yang mempunyai nilai besar.
N RI N RI N RI 1 0.00 6 1.24 11 1.51 2 0.00 7 1.32 12 1.48 3 0.58 8 1.41 13 1.56 4 0.90 9 1.45 14 1.57 5 1.12 10 2.49 15 1.59 CR (Ratio Consistency)
=
Dimana :RI = Indeks Acak (Random Indeks)
CI
RI
CI (Index Consistency)=
λ max - n n - 1 n7) Pengolahan vertikal
Pengolahan vertical digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen terhadap sasaran utama. Apabila Cij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap sasaran utama.
Dimana i j k = 1,2,…,p = 1,2,…,r = 1,2,…,s
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-t) dari hasil pengolahan horizontal.
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertical
= jumlah tingkat hierarki keputusan
= jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1)
Jika dalam hierarki terdapat 2 faktor yang tidak berhubungan (keduanya tidak saling berpengaruh), maka nilai prioritas sama dengan nol. Vektor prioritas vertical untuk tingkat ke-1 (CV) didefiniskan sebagai :
CV = (Cvij) untuk j = 1,2,…,s
3.4.2.4 Sistem utama hirarki proses
Berdasarkan struktur tingkatan pengelompokkan sumber data terdiri atas Fokus, Faktor, Aktor dan Tujuan dan menemukan alternatif strategi, maka dapat disusun sistem utama AHP yang melibatkan seluruh elemen yang terlibat di objek penelitian seperti pada Gambar 11.
n
Cvij
=
∑
FAKTOR FOKUS ALTERNATIF STRATEGI STRATEGI 1
STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5
Pengusaha
maritim/Pelindo Masyarakat maritim LSM Akademisi
Regulasi/ Pemerintah Kapal Aparat Negara Pengembangan Fungsi dan Tugas Kapal Aparat di Laut
Pelanggaran dokumen.kpl dan muatannya KKN dan Pungli Pengrusakan h.bakau
& T.karang Aksi teroris ,pencurian , sabotase & kec.laut
Bencana alam , rob dan lain-lain Penyelundupan Terjaminnya Keamanan Usaha maritim Kesejahteraan masyarakat maritim Lancarnya perdaganganintern nasional Keselamatan
Jiwa dan material
Kelestarian lingkungan Berkembangnya
Ekonomi Kelautan
Gambar 11. Sistem utama hirarki proses
AKTOR