• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA 1. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000)

Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan

B. Etiologi

Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu

saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.

Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

C. Patofisiologi

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi

(2)

didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang

(3)

D. Pathway

Usia > 40 th DM

Kortikosteroid Jangka Panjang Miopia

Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan

Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan Cairan Humor Aqueous

TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Perubahan Penglihatan Perifer Kebutaan Nyeri Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan Ansietas Kurang Pengetahuan

(4)

E. Manifestasi Klinis 1) Glaukoma primer

a) Glaukoma sudut terbuka  Kerusakan visus yang serius

 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas  Perjalanan penyakit progresif lambat

b) Glaukoma sudut tertutup

 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata  Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya  Pandangan kabur

 Sakit kepala  Mual, muntah  Kedinginan

 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

2) Glaukoma sekunder  Pembesaran bola mata  Gangguan lapang pandang  Nyeri didalam mata

3) Glaukoma kongential  Gangguan penglihatan

(5)

F. Penatalaksanaan

1) Terapi Medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh

a) Obat Sistemik

 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.

 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

b) Obat Tetes Mata Lokal

 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.

 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

2) Terapi Bedah

a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.

b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

(6)

G. Pemeriksaan Penunjang

1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau 2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina

atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. 3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau

hanya meningkat ringan.

4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi

5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK 6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.

8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.

9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.

10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.

11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

(7)

2. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Data Umum

a. Identitas klien, meliputi :

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.

b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota keluarga.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris. 2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang

cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain. 4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle

didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.

(8)

Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

2. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon

a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

 Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.

 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME

 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam

 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari

 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )  Bagaimana nafsu makan klien

 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu makan

 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah

c. POLA ELIMINASI

 Kaji kebiasaan defekasi

 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB

 Kaji kebiasaan miksi

 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi

(9)

 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN

 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi  Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table

gorden)

 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang

 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )

 Kaji kekuatan tonus otot

 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR

 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif  Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur

 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien  sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola

tidur klien tidak normal.

f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI

 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori

 Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup

 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan interaksi

(10)

 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya  Pendengaran : DBN / tidak

 Peglihatan :DBN / tidak

 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri  Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi

nyeri saat nyeri terjadi

 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri

 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI

 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri

 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri

 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.  Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri

karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN

 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.  Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien

 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll  Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.

 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik  Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social

(11)

 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.

 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam melakukan perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS

 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system pendukung

 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan terakhir

 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada  keluarga / orang lain

 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik

 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress  Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang

dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS

 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif  Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya

 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan hubungan intim

 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.

(12)

k. POLA KEYAKINAN-NILAI

 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup

 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.

 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam hidup

 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan  Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO

2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.

3. Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan

4. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang

 Post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi 2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi

(13)

C. Rencana Tindakan No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1. Nyeri b.d peningkatan TIO Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan nyeri hilang/ berkurang dengan Kriteria Hasil:  Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri  Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri  Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.

a. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri

b. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut

c. Pertahankan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang dan gelap dengan kepala ditinggikan 30° atau dalam posisi nyaman d. Berikan lingkungan yang nyaman e. Anjurkan tehnik relaksasi. f. Kolaborasi tentang pemberian analgesic a. Mengenal berat ringannya nyeri dan menentukan terapi b. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan. c. Mengurangi rangsangan terhadap syaraf sensori dan mengurangi TIO

d. Stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri

e. Keadaan rileks dapat mengurangi nyeri. f. untuk mengurangi

nyeri

(14)

persepsi sensori visual / penglihatan b.d serabut saraf oleh karena peningkatan TIO tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan peningkatan persepsi sensori dapat berkurang dengan Kriteria Hasil:  Klien dapat meneteskan obat mata dengan benar  Kooperatif dalam tindakan  Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen  Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut ketajaman penglihatan b. Kaji tingkat deskripsi

fugnsional terhadap penglihatan dan perwatan c. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan

d. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dpat diterima klien

e. Observasi TTV

f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi kemampuan visual b. Memberikan keakuratan terhadap penglihatan dan perawatan c. Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan d. Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan penglihatabn menurun e. Mengetahui kondisi dan perkembangan klien secara dini f. Untuk mempercepat proses penyembuhan 3. Cemas b.d Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang pengetahuan tentang prosedur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan Cemas klien dapat berkurang dengan Kriteria Hasil: a. Hati-hati penyampaian hilangnya penglihtan secara permanen b. Berikan kesempatan klien mengekspresikan tentang kondisinya c. Pertahankan kondisi

a. Jika klien belum siap akan menambah kecemasan b. Mengekspresikan perasaan membantu Kx mengidentifikasi sumber cemas c. Rileks dapat

(15)

pembedahan  Berkurangnya perasaan gugup  Posisi tubuh rileks  Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan yang rileks d. Observasi TTV

e. Siapkan bel ditempat tidur dan instruksikan klien memberikan tanda bila mohon bantuan

f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi menurunkan cemas d. Untuk mengetahui TTV dan perkembangannya e. Dengan memberikan perhatian akan menambah kepercayaan klien f. Diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan 4. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan Klien tidak mengalami cedera dengan Kriteria Hasil:  Klien mampu mendemontrasi kan tentang kewaspadaan kecemasan  Klien meminta bantuan petugas saat memenuhi kebutuhan. a. Orietasikan klien terhadap lingkungan ketika tiba. b. Lakukan modifikasi lingkungan untuk meindahkan semua bahaya:  Singkirkan rintangan pada tempar lalu lalang  Sungkirkan

gulungan dari kaki  Singkirkan barang-barang yang mungkin dapat mencederai klien. c. Serahkan benda-benda termasuk bel

a. Mengurangi

kecelakaan atau cidera

b. Menimalkan tingkat cidera yang berasal dari gangguan ini

c. Mengurangi resiko terjatuh

(16)

pemanggil, alat bantu ambulasi kepada klien d. Bantu klien dan

keluarga mengevaluasi lingkungan rumah terhadap bahaya yang mungkin terjadi. d. Mempertahankan yang aman setelah pulang.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner

& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

80 tahun 2012 ini pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau insidental sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan

Luka tusuk adalah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh4. Efek

Smart School yang diterapkan dalam pengabdian ini berupa hasil penelitian yang terdiri dari Sistem Informasi Akademik (SIAK) Sekolah, Sistem Informasi Inventarisasi

Ketika laba yang diperoleh perusahaan tinggi, tentunya dapat menambah ekuitas ataupun dapat digunakan dalam memenuhi kewajiban lancarnya, namun ketika perusahaan mengalami

Terdapat hak-hak yang wajib diberikan kepada pekerja yang terkadang belum diketahui oleh seorang pengusaha atau pemberi kerja yang sudah disebutkan dalam

Rancangan penelitian ini mengarah pada ilmu bahasa sastra, atau bisa disebut dengan drama, karena dalam kajiannya yang secara pragmatik dalam memahaminya tentunya

Mineral MB_13 Kecamatan Bontocani Hasil analisis XRD juga menunjukkan semakin meningkatnya komposisi pyrite setelah proses pemurnian yang dapat dilihat pada

Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 20 orang (62,5%) yang melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor.Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p