• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti (Kountur, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Mahasiswi Semester 1 Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011 dengan kriteria :

a. Berusia antara 18-23 tahun b. Belum berkeluarga c. Belum berkerja

3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti melakukan sampling, yaitu proses pemilihan sampel pada populasi (Learly, 2008). Peneliti memilih sampel dengan tidak diketahuinya kemungkinan anggota populasi terpilih menjadi sampel, hal ini disebut juga nonpropability sampling (Learly, 2008). Pada nonpropability sampling, terdapat convenience sampling (Learly, 2008) dimana anggota sampel yang diambil dari populasi tidak direncanakan terlebih dahulu, namun didapatkan secara tiba-tiba.

Peneliti tidak menggunakan semua mahasiswi dikarenakan populasi mahasiswi semester 1 Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011 sangat besar dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga sehingga penulis menggunakan sampel yang diambil dari populasi mahasiswi semester 1 Bina Nusantara.

Dalam menentukan ukuran sampel digunakan formula statistik (Yamane 1973 dalam Supramono & Haryanto 2005) berikut ini:

(2)

2

1

Nd

N

n

+

=

2 %) 1 ( 8500 1 8500 + = n Dimana: n = jumlah sampel N = ukuran populasi

d = presisi yang ditetapkan atau persentase kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 1%.

Diketahui populasi Mahasiswi Semester 1 Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011 sebanyak 8500 orang (sumber dari LIM Universitas Bina Nusantara) maka dapat ditentukan besarnya jumlah sampel sebagai berikut :

n = 98.83 atau dibulatkan menjadi 99 orang

3.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang diperoleh pada penelitian kuantitatif berupa angka dan akan dianalisa secara statistik (Seniati, Yulianto, dan Setiadi 2009). Menurut Shaughnessy, Zechmeiser dan Zechmeister (2007), pada penelitian kuantitatif kuesioner digunakan sebagai instrumen utama penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Penelitian korelasi membuktikan adanya hubungan antara dua variabel (Learly, 2008). Dua variabel yang akan dibuktikan hubungannya dengan yaitu body image dan perilaku konsumtif terkait high-heels.

(3)

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Hatch dan Farhady (1981) menyatakan bahwa “variabel adalah atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang (obyek) dengan orang (obyek) lainnya” (Sugiyono, 2009 : 38). Dalam penelitian ini dioperasikan dua variabel yang masing-masing akan dicari hubungannya dengan variabel lain. Setiap variabel dikembangkan menjadi sejumlah subvariabel dan indikator agar tanggapan responden bisa diukur.

3.3.1 Variabel Body Image

Body image terdiri dari sejumlah subvariabel yang merupakan bentuk penilaian invididu remaja putri mahasiswi terhadap penampilan fisiknya, sebagaimana dikemukakan oleh Cash (2000) tentang lima komponen body image yaitu :

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak terhadap penampilan secara keseluruhan.

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan diri dan usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri.

c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh) yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, bokong, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.

(4)

d. Overweight Pre-occupational (Kecemasan Menjadi Gemuk) yaitu menggambarkan kecemasan individu terhadap kegemukan dan kewaspadaan terhadap berat badan yang ditampilkan melalui perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari seperti kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

e. Self-Clasified Weight (Pengkategorisasian Ukuran Tubuh) yaitu persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, seperti kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan.

Tinggi skor yang diperoleh subjek berhubungan dengan positif body image yang dimilikinya. Sebaliknya, rendah skor yang diperoleh subjek berhubungan dengan negatif body image-nya.

3.3.2 Variabel Perilaku Konsumtif

Perilaku Konsumtif merupakan tindakan yang terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang hasil industri dan jasa tanpa batas dan lepas kendali yang ditandai dengan kehidupan mewah dan berlebihan yang terdiri dari sejumlah subvariabel yang merupakan ciri perilaku konsumtif menurut Fromm (1955), yaitu:

1. Pemenuhankeinginan (wants)

It relieves anxiety, because what one has cannot be taken away; but it is also acquires one to consume even more, because previous consumption soon losses its satisfactory character. (Fromm. 1955 : 36)

Rasa

(5)

meningkat.Olehkarenaitudalampengkonsumsiansuatuhal,

manusiaselaluinginlebih, untukmemenuhi rasa puasnya, walaupunsebenarnyatidakadakebutuhanakanbarangtersebut.

2. Barangdiluar jangkauan

Acquisition ---> transitory having and using – throwing away (or if possible, profitable exchange for a better mode) --- > new acquisition =, constitutes the vicious. (Fromm. 1955 : 122).

Jikamanusiamenjadikonsumtif, tindakankonsumsinyamenjadikompulsifdantidakrasional.Iaselalumeras a “belumlengkap” danmencari-carikepuasanakhirdenganmendapatkanbarang-barangbaru. Iatidaklagimelihatpadakebutuhandirinyadankegunaanbarangitubagidiri nya. 3. Barangtidak produktif

…regard to many things, there is not even the pretense of use we acquire them to “have: them. We are satisfied with useless possession. (Fromm. 1955:121). Jikapengkonsumsianbarangmenjadiberlebihanmakakegunaan konsumsimenjaditidakjelas. 4. Status Perilakuindividubisadigolongkansebagaikonsumtifjikaiamemiliki barang-baranglebihkarenapertimbangkan status. Manusiamendapatkanbarang-baranguntukmemilikinya.Tindakan

konsumsiitusendiritidaklagimerupakanpengalaman yang berarti, manusiawidanproduktifkarenahanyamerupakanpengalaman

(6)

“pemuasanangan-angan” untukmencapaisesuatu (status)

melaluibarangataukegiatan yang bukanmerupakanbagiandarikebutuhandirinya.

Tinggi skor yang diperoleh subjek berhubungan dengantingginya perilaku konsumtifyang dimilikinya. Sebaliknya, rendah skor yang diperoleh subjek berhubungan denganrendah perilaku konsumtifnya

3.4 Setting Lokasi

Penelitian ini dlakukan di Universitas Bina Nusantara, Kampus Anggrek Jl.Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530 pada tanggal 1-16 Desember 2011. Lokasi tersebut dipilih oleh peneliti dalam menyebarkan kuesioner mengingat lokasi adalah pusat kegiatan mahasiswi semester 1 Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011 berada di kampus Anggrek serta berbagai kegiatan perkuliahan lainnya. Berdasarkan lokasi lapangan, peneliti memiliki beberapa kendala dalam proses pengambilan data antara lain, peneliti harus menunggu ± 5-10 menit / responden sehingga memakan waktu yang cukup lama dalam pengambilan data.

3.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran 3.5.1 Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menyangkut variabel body image dan perilaku konsumtif terkait high-heels. Melalui kuesioner partisipan akan membaca pernyataan yang diajukan, menginterpretasikan maksud dari pertanyaan tersebut kemudian menuliskan jawaban pada tempat yang tersedia (Kountur. 2007). Keuntungan menggunakan metode kuesioner yaitu kuesioner merupakan salah satu metode yang efisien untuk pengumpulan data saat melakukan proses

(7)

scoring atas respon data partisipan serta data yang dihasilkan dapat mudah dianalisa.

Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana kuesioner telah menyediakan jawaban dengan skala Likert (1-4). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Kuncoro,2007,p20). Setiap pertanyaan atau pernyataan disusun sedemikian rupa agar bisa dijawab dengan menggunakan empat tingkatan, yaitu :

Skor 1 Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 2 Tidak Setuju (TS)

Skor 3 Setuju (S)

Skor 4 Sangat Setuju (SS)

Skala sikap yang terentang di 1 hingga 4 ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan kecendrungan sikap responden dan menghindari jawaban netral dari responden.

3.5.1.1 Alat Ukur Body image

Alat ukur ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan komponen body image (Cash 2000), yaitu : Appearance Evaluatinon (AE) , Appearance Orientation (AE), Body Areas Satisfaction (BAS), Overweight Pre-occupation (OWP)dan self-clasified weight (SCW). Peneliti juga meminta bantuan para ahli (expert judgement) dalam hal ini dosen pembimbing untuk memeriksa validitas construct aitem yang kemudian diuji cobakan pada 30 mahasiswi. Uji coba alat ukur bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2007). Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Dari hasil uji coba tersebut

(8)

akan dilihat reliabilitas dan daya beda aitem yang kemudian akan disusun kembali menjadi kuesioner baru. Distribusi aitem sebelum dan sesudah uji coba dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.1 Blueprint Distribusi Aitem Body image Sebelum & Sesudah Uji Coba

Sebelum Uji Coba Sesudah Uji Coba

Appearance Evaluation (AE)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

BI1, BI6, BI11, BI16, BI26, BI31

BI21, BI36 BI1, BI6, BI11 BI36

Apperance Orientation (AO)

Favorable Unfavorabel Favorable Unfavorabel

BI7, BI17, BI22,

BI27, BI32 BI2, BI12 BI7, BI22, BI27 -

Body Areas Satisfaction (BAS)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

BI23, BI33, BI38 BI3, BI8, BI13, BI18,

BI28, BI37

- BI3, BI8, BI13, BI18,

BI28

Overweight Pre-Occupational (OWPO)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

BI4, BI9, BI14, BI29, BI34, BI39, BI41

BI19, BI24 BI4, BI9, BI34,

BI39, BI41

-

Self-Clasified Weight (SCW)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

BI5, BI10, BI15,

BI35, BI40 BI20, BI25, BI30 BI10, BI15, BI35, BI40 -

26 15 15 6

Sumber: Hasil pengolahan data kuesioner

Aitem yang berjumlah 41 (26 favorable dan 15 favorable) dihapus sebanyak 20 aitem. Apperance Evaluation sebanyak 4 aitem (BI16,BI21, BI26,BI31), Apperance Orientation sebanyak 4 aitem (BI2, BI 7, BI12, BI32), Body Areas Scales sebanyak 4 aitem (BI23, BI33, BI37, BI38), Overweight Pre-occupational sebanyak 4 aitem (BI14, BI19, BI24, BI29) dan Self-Clasified Weight sebanyak 4 aitem (BI5, BI20, BI25, BI30). Aitem yang tersisa sebanyak 21 (15 favorable dan 6 unfavorable) yang kemudian akan disusun kembali menjadi kuesioner yang baru. Aitem yang dihapus adalah aitem yang tidak reliabel < 0,6 dan daya beda aitem < 0,275.

(9)

3.5.1.2. Alat Ukur Perilaku Konsumtif

Alat ukur ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri perilaku konsumtif (Fromm, 1955) yaitu : Pemenuhan Keinginan (PK), Barang Diluar Jangkauan (BDJ), Barang Tidak Produktif (BTP), dan Status (STTS).Peneliti juga meminta bantuan ahli (expert judgement) dalam hal ini dosen pembimbing untuk memeriksa validitas construct aitem yang kemudian diuji cobakan pada 30 mahasiswi. Uji coba alat ukur bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2007).Dari hasil uji coba tersebut akan dilihat reliabilitas dan daya beda aitem yang kemudian akan disusun kembali menjadi kuesioner baru. Hasil distribusi aitem sebelum dan sesudah uji coba dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2Blueprint Distribusi Aitem Perilaku Konsumtif

Sebelum Uji Coba Sesudah Uji Coba

Pemenuhan keinginan (PK)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

PK1, PK9, PK19, PK23, PK27, PK31, PK35 PK5 PK1, PK9, PK19, PK23, PK27, PK31, PK35 -

Barang diluar jangkauan (BDJ)

Favorable Unfavorabel Favorable Unfavorabel

PK10, PK16, PK20, PK29, PK32 PK2, PK6, PK13, PK24 PK10, PK16, PK20, PK29, PK32 -

Barang tidak produktif (BTP)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

PK7, PK11, PK14, PK17, PK25, PK28, PK33, PK36 PK3, PK21 PK7, PK11, PK14, PK17, PK25, PK28, PK36 - Status (STTS)

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

PK4, PK8, PK12, PK15, PK18, PK22, PK26, PK30, PK34, PK37, PK38 - PK4, PK8, PK12, PK15, PK18, PK22, PK26, PK30, PK34, PK37, PK38 -

(10)

Sebelum & Sesudah Uji Coba Sumber: Hasil pengolahan data kuesioner

Aitem yang berjumlah 38 (31 favorable dan 7 favorable) dihapus sebanyak 8 aitem. Pemenuhan keinginan (PK) sebanyak 1 aitem (PK5), Barang diluar jangkauan (BDJ) sebanyak 4 aitem (PK2, PK6, PK13, PK24), barang tidak produktif(BTP) sebanyak 3 aitem (PK3, PK21, PK33) sedangan aitem status (STTS) tidak dihapus karena telah reliable dan valid. Aitem yang tersisa sebanyak 30 yang kemudian akan susun kembali menjadi kuesioner yang baru. Aitem yang dihapus adalah aitem yang tidak reliabel < 0,6 dan daya beda aitem > 0,275.

3.5.2 Pengukuran Variabel Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang pengukuran yang berkaitan dengan validitas, daya beda aitem, realibilitas, serta uji normalitas dari alat ukur yang digunakan

3.5.2.1 Validitas

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar, 2007). Didalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional (profesional judgement) dalam proses telaah soal. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

3.5.2.2 Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki satu atau yang tidak

(11)

memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2007).

Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien aitem total (rix) yang disebut dengan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0,275. Pengujian daya diskriminasi aitem pada skala sikap dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson correlation coefficient dengan bantuan program SPSS versi 19.00

Tabel 3.3 Hasil Uji Daya Beda Aitem Body Image No Kode Variabel Hasil Uji

(r hitung) Daya beda aitem Appearance Evaluation 1 AE1 0,758 Valid 2 AE11 0,522 Valid 3 AE16 0,641 Valid 4 AE36 0,404 Valid Appearance Orientation 1 AO17 0,548 Valid 2 AO22 0,407 Valid 3 AO27 0,441 Valid

Body Areas Satisfaction

1 BAS3 0,628 Valid

2 BAS8 0,352 Valid

3 BAS13 0,529 Valid

4 BAS18 0,393 Valid

5 BAS28 0,618 Valid

Over Weight Pre-occupational

1 OWPO4 0,484 Valid 2 OWPO9 0,596 Valid 3 OWPO34 0,706 Valid 4 OWPO39 0,29 Valid 5 OWPO41 0,36 Valid Self-Clasified Weight

(12)

1 SCW10 0,425 Valid

2 SCW15 0,6 Valid

3 SCW35 0,42 Valid

4 SCW40 0,426 Valid

 

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 19.00

Dapat dikatakan daya beda aitem variabel body image adalah valid/ memiliki daya beda butir karena r hitung ≥ 0,275.

Tabel 3.4 Hasil Uji Daya Aitem Perilaku Konsumtif No Kode Variabel Hasil Uji

(r hitung) Daya beda aitem Pemenuhan Keinginan 1 PK1 0,324 Valid 2 PK9 0,816 Valid 3 PK19 0,784 Valid 4 PK23 0,681 Valid 5 PK27 0,719 Valid 6 PK31 0,504 Valid 7 PK35 0,619 Valid

Barang diluar Jangkauan

1 BDJ10 0,548 Valid

2 BDJ16 0,739 Valid

3 BDJ20 0,593 Valid

4 BDJ29 0,353 Valid

5 BDJ32 0,695 Valid

Barang Tidak Produktif

1 BTP7 0,653 Valid 2 BTP11 0,697 Valid 3 BTP14 0,809 Valid 4 BTP17 0,434 Valid 5 BTP25 0,388 Valid 6 BTP28 0,773 Valid 7 BTP36 0,744 Valid Status 1 STTS4 0,55 Valid 2 STTS8 0,361 Valid 3 STTS12 0,569 Valid 4 STTS15 0,677 Valid 5 STTS18 0,554 Valid 6 STTS22 0,592 Valid 7 STTS26 0,615 Valid

(13)

8 STTS30 0,747 Valid

9 STTS34 0,568 Valid

10 STSS37 0,671 Valid

11 STSS38 0,341 Valid

 

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 19.00

Dapat dikatakan daya beda aitem variabel perilaku konsumtifadalah valid/ memiliki daya beda butir karena r hitung ≥ 0,275.

3.5.2.3 Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan instrumen. Suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten) jika hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap. (Wijaya, 2011). Dengan demikian, masalah ketepatan reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah ketepatan hasil. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur.

Teknik yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas adalah dengan Cronbach Alpha (α). Teknik ini merupakan salah satu formula untuk menghitung koefisen reliabiltas alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya satu kali pada sekelompok responden (single trial administration).

Dengan menyajikan satu skala hanya satu kali, maka masalah yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas ulang dapat dihindari. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliablitas (rxx) dan angkanya dalam rentang 0 sampai dengan 1,000 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 maka semakin rendah pula reliabilitasnya. Sebuah faktor dinyatakan reliabel/andal jika koefisien Alpha > 0,6 (Wijaya, 2011). Dalam pengujian reliabilitas alat ukur, peneliti menggunakan bantuan komputer yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 19.00 for windows

(14)

dan dapat dihasilkan koefisien secara keseluruhan. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Indikator Alpha

Awal Alpha Akhir Cronbach Alpha Reliabilitas

Body Image Appearance

Evaluation 0,395 0,75 0,6 Reliabel Appearance Orientation 0,121 0,652 0,6 Reliabel Body Areas Satisfaction 0,546 0,739 0,6 Reliabel Overweight Pre-occupation 0,209 0,717 0,6 Reliabel Self-Clasified Weight -2,41 0,664 0,6 Reliabel Perilaku Konsumtif Barang yang tidak produktif 0,77 0,857 0,6 Reliabel Barang diluar jangkauan 0,38 0,795 0,6 Reliabel Pemenuhan keinginan 0,644 0,861 0,6 Reliabel Status 0,868 0,868 0,6 Reliabel  

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 19.00

Dari hasil pengujian reliabilitas diatas, maka dapat diketahui bahwa Alpha Cronbach>0,6. Jadi dapat dikatakan bahwa semua butir pertanyaan variabel body image dan perilaku konsumtif adalah reliabel.

3.5.2.4 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai ditribusi normal atau tidak. Analisis data menisyaratkan data terdistribusi normal untuk menghindari bias dalam analisis

(15)

data (Wijaya ,2011). Uji normalitas menggunakan one-sample kolmogorov-smirnov. Data bisa dilihat dibawah tabel dibawah ini :

Tabel 3.6 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tot_BI Tot_CH

N 103 103

Normal Parametersa,b Mean 2.5456 2.2285

Std. Deviation .24992 .77909

Most Extreme Differences Absolute .042 .099

Positive .042 .099

Negative -.042 -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .426 1.003

Asymp. Sig. (2-tailed) .993 .267

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

 

Sumber: Hasil pengolahan data kuesioner dengan menggunakan SPSS 19.00

Data diatas adalah untuk menilai apakan data terdistribusi normal atau tidak. Sebaran data yang diperoleh adalah adalah normal karena nilai sig (2 tailed) 0,993 >0,05.

3.5.2.5 Uji Korelasi

Analisis yang dilakukan menggunakan korelasi Pearson correlation coefficient, karena berasal dari sumber data berskala interval (Sugiyono, 2006) dan sebaran data normal.

(16)

Uji korelasi digunakan untuk menguji tentang ada tidaknya hubungan antar variabel satu dengan yang lain. Uji korelasi belum dapat diketahui variabel penyebab dan variabel akibat. Dalam analisis korelasi yang diperhatikan adalah arah (positif atau negatif) dan besarnya hubungan (Wijaya, 2011).

Nilai korelasi (r) antara 1 sampai -1 memiliki empat makna (dalam Priyatno, 2008). Makna pertama yaitu hubungan yang kuat antara dua variabel ditunjukan apabila nilai korelasi (r) semakin mendekati 1 atau -1. Makna kedua yaitu hubungan yang lemah antara dua variabel terjadi apabila nilai korelasi (r) dekati 0. Makna ketiga yaitu hubungan searah antara dua variabel (X naik, maka Y naik) disebut hubungan positif. Makna terakhir dari nilai korelasi (r) yaitu hubungan terbalik antara dua variabel (x naik, maka Y turun) disebut juga hubungan negatif.

Pengujian hipotesis dengan uji korelasi dapat menghasilkan dua kesimpulan (dalam Priyatno, 2008), yaitu:

a) Ho di tolak dan Ha diterima

Ho ditolak dan Ha diterima terjadi jika probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan

b) Ho diterima dan Ha ditolak

Ho diterima dan Ha ditolak jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pearson correlation coefficient (lambang: r). Uji Pearson correlation coefficient akan menghasilkan hubungan positif dan negatif. Hubungan positif menandai positif body imagememiliki hubungan dengan tingginya perilaku konsumtif terkait high-heelsdan sebaliknya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara body image dengan

(17)

perilakun konsumtif terkait high-heels pada remaja putri yang berstatus mahasiswi semester 1 di Universitas Bina Nusantara Jakarta.

3.6 Prosedur

Bagian ini merupakan tahapan dalam prosedur penelitian yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan yang dikerjakan.

3.6.1 Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilakukan pada tanggal 1 s/d 16 Desember di lingkungan Kampus Anggrek, Universitas Bina Nusantara. Jumlah kuesioner yang disebarkan oleh peneliti sebanyak 150 dengan sampel mahasiswi semester 1 Universitas Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011. Dari 150 kuesioner yang disebar, kuesioner yang kembali sebanyak 103. Awalnya peneliti mengambil terlebih dahulu sebanyak 30 orang responden untuk melakukan proses uji coba alat ukur, namun kemudian proses pengambilan data tersebut berlanjut dengan penelitian sesungguhnya yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak 103 mahasiswi semester 1 Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011.

3.6.2 Tahap Pengolahan Data

Data yang diolah oleh peneliti diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 19.00

Tabel 3.7 Skoring Body Image dan Perilaku Konsumtif Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (Setuju ) 3 2

(18)

STS (Sangat Tidak Setuju)

1 4

 

Sumber: Pengolahan Data

Skor untuk item unfavorable merupakan dari item favorable sehingga dalam penghitungan harus dibalik (reverse) karena mengindikasikan pengaruh untuk body image dengan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif.

3.6.3 Metode Analisa Data

Metode analisa dan penghitungan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan cara sebagai berikut, yaitu :

1. Statistik Deskritif

Statistik deskritif digunakan untuk mengetahui penyebaran sampel berdasarkan usia, jurusan dan dimensi body image dengan perilaku konsumtif, dan kategori body image dan perilaku konsumtif.

2. Teknik Korelasi Pearson correlation coefficient(r)

Korelasi Pearsoncorrelation coefficient(r) digunakan untuk melihat hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif terkait high-heels.

Gambar

Tabel 3.1 Blueprint Distribusi Aitem Body image  Sebelum &amp; Sesudah Uji Coba
Tabel 3.2Blueprint Distribusi Aitem Perilaku Konsumtif
Tabel 3.3 Hasil Uji Daya Beda Aitem Body Image    No  Kode Variabel  Hasil Uji
Tabel 3.4 Hasil Uji Daya Aitem Perilaku Konsumtif  No  Kode Variabel  Hasil Uji
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup brand minded dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada

Analisis jalur (path analysis) merupakan model dasar yang digunakan untuk menganalisis jalur dalam mengestimasi kekuatan dari hubungan-hubungan kausal yang

Gambar 4.20 Grafik Delay Antrian RIP dan OSPF pada V1 Pada gambar 4.19 terlihat adanya antrian delay paket yang akan diteruskan menuju destination melalui routing RIP

Pendekatan klasikal dan individual untuk mendukung dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, maka penataan kelas diatur dengan posisi duduk peserta didik

[r]

Untuk variabel kandungan zat padat total tampak bahwa secara umum terjadi penurunan tajam kandungan zat padat total pada pengamatan hari ke-2, namun pada pengamatan hari ke-4 dan 6

Lembaga Amil, Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf (LAZIS) Baitul Maal BMT Marhamah Wonosobo merupakan bagian utama dari sebuah lembaga Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah

Suatu perdamaian harus ada timbal balik dalam pengorbanan pada diri pihak-pihak yang berperkara maka tiada perdamaian apabila salah satu pihak dalam suatu