• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut O`Brien (2005: 29) sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.

Menurut Ladjamudhin (2005: 39) sistem adalah kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan serta bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu melalui penerimaan input, pemrosesan, hingga menghasilkan output.

2.1.2 Pengertian Informasi

Menurut O’Brien (2005: 13) informasi adalah data yang telah diproses atau data yang telah memiliki arti dan kegunaan untuk pengguna akhir tertentu.

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006 : 96) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah atau diproses sehingga menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan dapat digunakan oleh user yang menerimanya.

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005 : 5) Sistem Informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang – orang, hardware, sofware, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang tergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama

(2)

lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi teratur dari sumber daya yang ada yaitu: orang - orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi

2.1.4 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.4.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Jones dan Rama (2006 : 5), Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari Sistem Informasi Manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan sebagaimana informasi lain yang terdapat dalam proses rutin dari transaksi akuntansi.

Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 6) Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil keputusan.

Menurut Gelinas, et al. (2005 : 16) dapat disimpulkan bahwa, “Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu subsistem khusus dari Sistem Informasi Manajemen yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan transaksi-transaksi keuangan”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan

(3)

Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Romney (2006 : 7) adalah mengumpulkan, menyimpan dan mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan, serta menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga asset organisasi.

Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Jones dan Rama (2006 : 6-7), yaitu :

1. Menghasilkan External Report

Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain.

2. Mendukung Aktivitas Rutin

Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan.

3. Pengambilan Keputusan

Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin pada semua level dari organisasi. 4. Perencanaan dan Pengendalian

Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian.

5. Implementasi Pengendalian Internal

Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan. Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 8-9) sebuah sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik, dapat melakukan hal – hal berikut ini, yaitu :

1. Meningkatkan kinerja 2. Meningkatkan efisiensi

3. Meningkatkan pengambilan keputusan 4. Membagi pengetahuan

(4)

2.1.4.3 Komponen – Komponen SIA

Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 6-7) dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi terdiri dari 6 komponen, yaitu:

1. People, mengoperasikan sistem dan menampilkan berbagai fungsi

2. Procedures and instructions, baik manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi

3. Data, tentang organisasi dan proses bisnis organisasi 4. Information technology infrastructure, termasuk

komputer, perangkat peripheral, dan peralatan jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mentransformasikan data dan informasi.

5. Internal control and security measure, menjaga keamanan data dalam sistem informasi akuntansi

2.1.4.4 Karakteristik Informasi yang Berguna

Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 6) beberapa karakteristik suatu informasi yang berguna adalah sebagai berikut:

1. Relevant, informasi disebut relevan apabila informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian dan mendukung pengambilan keputusan.

2. Reliable, informasi disebut reliable apabila informasi tersebut bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas dalam perusahaan.

(5)

3. Complete, informasi disebut lengkap apabila informasi tersebut tidak menghilangkan aspek penting akan pemahaman kejadian atau aktivitas yang diukurnya. 4. Timely, informasi disebut tepat waktu apabila

informasi tersebut disajikan pada waktu pengambil keputusan hendak membuat keputusan.

5. Understandable, informasi disebut dimengerti apabila informasi tersebut disajikan dalam format yang bermanfaat dan dimengerti.

6. Verifiable, informasi dapat diverifikasi apabila 2 orang berpengetahuan bertindak secara independen yang nantinya akan menghasilkan informasi yang sama. 7. Accessible, informasi dapat diakses apabila informasi

tersebut tersedia bagi user ketika mereka membutuhkannya dan dalam format yang dapat digunakan mereka

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Koperasi Simpan Pinjam

Subandi (2010 : 35) berpendapat, “Koperasi kredit atau simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk usahanya. Selain itu, koperasi simpan pinjam juga bertujuan mendidik anggotanya bersifat hemat dan gemar menabung serta menghindarkan anggotanya dari jeratan para rentenir”.

Menurut Rudianto (2010 : 51), “Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana”.

Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi. Walaupun pemupukan modal dilakukan koperasi dari para anggotanya, sering kali jumlah uang yang ingin dipinjam oleh anggota lebih besar

(6)

dari modal yang dimiliki koperasi. Karena itu, tidak jarang koperasi harus meminjam uang dari kreditor di luar koperasi, seperti bank atau koperasi kredit.

Jadi, pada dasarnya fungsi koperasi simpan pinjam adalah sebagai jembatan antara anggota koperasi yang memerlukan uang pinjaman dengan anggota koperasi yang menyimpan uangnya di koperasi atau dari kreditor lainnya.

2.2.2 Ekuitas Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Rudianto (2010 : 6) Ekuitas adalah kekayaan bersih suatu badan usaha atau selisih total kekayaan dengan total hutangnya. Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, dan sisa hasil usaha yang belum dibagi.

1. Modal Anggota

Menurut Rudianto (2010 : 6) istilah modal dalam pengertian ini lebih memiliki arti sebagai sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran para anggota. Biasanya setoran anggota koperasi dapat dikelompokkan dalam 3 jenis setoran, yaitu simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Akan tetapi, koperasi tertentu memiliki jenis setoran lain yang berbeda. Berkaitan dengan modal anggota, jenis simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal koperasi karena bersifat tidak permanen, di mana simpanan jenis ini dapat ditarik sewaktu-waktu oleh anggota

a. Simpanan Pokok

Jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang harus disetorkan oleh setiap anggota pada waktu masuk menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama orang tersebut masih menjadi anggota koperasi

(7)

Jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu, seperti sebulan sekali. Jenis simpanan wajib ini dapat diambil kembali dengan cara yang diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan keputusan rapat anggota.

c. Simpanan Sukarela

Jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan. Simpanan jenis ini dapat diambil kembali oleh pemiliknya setiap saat. Karena itu, simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal anggota dalam koperasi tetapi dikelompokkan sebagai hutang jangka pendek.

2. Modal Sumbangan

Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangannya tidak dapat dibagikan kepada anggota koperasi selama koperasi belum dibubarkan 3. Modal Penyertaan

Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi

4. Cadangan

Bagian SHU yang disisihkan oleh koperasi untuk suatu tujuan tertentu, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota. Biasanya cadangan dibuat untuk persiapan melakukan pengembangan usaha, investasi baru, atau antisipasi terhadap kerugian usaha

5. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu. Jumlah SHU

(8)

tahun berjalan akan terlihat dalam laporan perhitungan hasil usaha. Jika pencatatan transaksi dalam suatu koperasi berjalan dengan baik, SHU tahun berjalan biasanya tidak akan terlihat di neraca bagian dari ekuitas koperasi pada akhir periode tertentu, karena sudah harus langsung dialokasikan ke dalam berbagai dana dan cadangan

2.2.3 Siklus Akuntansi Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Rudianto (2010 : 10) dalam proses menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, akuntansi harus melewati beberapa tahapan proses. Proses tersebut dimulai dari mengumpulkan dokumen dasar transaksi, mengklasifikasikan jenis transaksi, menganalisis, dan meringkasnya dalam catatan hingga melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan yang dibutuhkan.

Rudianto menjabarkan bahwa pengertian dari akuntansi koperasi itu sendiri adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas atau transaksi suatu koperasi dalam bentuk informasi keuangan.

Dengan demikian, untuk sampai pada penyajian informasi keuangan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, akuntansi harus melewati suatu proses yang disebut siklus akuntansi. Siklus akutansi adalah urutan kerja yang harus ditempuh oleh akuntan, mulai sejak awal hingga menghasilkan laporan keuangan suatu koperasi.

Dokumen dasar adalah bukti transaksi yang dijadikan dasar oleh akuntan untuk mencatat seperti faktur, kuitansi, nota penjualan, dan lain-lain.

Gambar 2.1 Pencatatan Akuntansi Sumber : Radianto ( 2010)

(9)

a. Jurnal (journal) adalah aktivitas meringkas dan mencatat transaksi koperasi berdasarkan dokumen dasar. Tempat untuk mencatat dan meringkas transaksi tersebut disebut dengan buku harian

b. Posting adalah aktivitas memindahkan catatan di buku harian ke dalam buku besar sesuai dengan jenis transaksi dan nama akun atau perkiraan masing-masing

c. Buku besar (general ledger) adalah kumpulan dari semua akun/perkiraan yang dimiliki oleh suatu koperasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan suatu kesatuan

d. Akun/Perkiraan (account) adalah kelas informasi dalam suatu sistem akuntansi. Atau, suatu media yang digunakan untuk mencatat informasi mengenai sumber daya koperasi dan informasi lainnnya berdasarkan jenisnya

e. Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi atas hasil usaha koperasi pada suatu periode tertentu dan posisi keuangan koperasi pada akhir periode

Siklus akuntansi ini dimulai dengan meneliti dan memilah dokumen transaksi, seperti nota, kuitansi, faktur dan sebagainya. Setiap dokumen tersebut diteliti dan diklasifikasikan menurut jenis dalam buku jurnal. Setelah diketahui jenis dan nominal transaksinya, akuntan koperasi harus mencatatnya dalam buku jurnal. Dalam buku jurnal harian, transaksi tersebut diringkas pencatatannya sesuai dengan nama akun setiap jenis transaksi. Dalam setiap periode tertentu, ringkasan transaksi di buku jurnal tersebut lalu diposting ke buku besar. Pada akhir periode akuntansi, setiap akun dalam buku besar itu dihitung saldonya dan kemudian dijadikan dasar untuk menyusun neraca saldo.

Neraca saldo adalah kumpulan dari semua akun yang dimiliki oleh suatu koperasi beserta saldo akhirnya. Berdasarkan neraca saldo yang disusun tersebut, akuntan dapat menyusun laporan keuangan koperasi untuk periode bersangkutan

(10)

2.2.4.1 Pengertian Kredit

Menurut Rivai (2006 : 4), kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (penerima kredit/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari pihak kreditor kepada pihak penerima kredit, dimana pihak penerima kredit akan melunasi pembayaran pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak

2.2.4.2 Unsur Kredit

Menurut Rivai (2006 : 5-6), kredit diberikan atas dasar kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar – benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat – syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, unsur – unsur dalam kredit yaitu :

1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah/debitur). Hubungan pemberi dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang menguntungkan.

2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.

3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis atau berupa instrumen.

4. Adanya unsur waktu. Unsur waktu merupakan unsur esensial dalam kredit.

(11)

5. Adanya unsur resiko baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Resiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.

6. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit

2.2.4.3 Tujuan Kredit

Menurut Rivai (2006 : 6-7) tujuan kredit mencakup lingkup yang luas. Tetapi pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu:

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah. Keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.

2. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, narang atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan

(12)

Menurut Rivai (2006 : 11-16) dalam menjelaskan jenis – jenis kredit dapat dilihat dari jangka waktunya serta tujuan penggunaannya. Jenis kredit dilihat dari jangka waktu, meliputi:

1. Short term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.

2. Intermediate term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun. 3. Long term credit, ialah suatu bentuk kredit yang

berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

4. Demand loan atau call loan, ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali.

Sedangkan jenis kredit dilihat dari tujuan penggunaannya, meliputi:

1. Kredit modal kerja / kredit eksploitasi

Kredit modal kerja (KMK) adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, barang dagangan, biaya eksploitasu barang modal, piutang, dan lain - lain.

2. Kredit investasi

Kredit investasi adalah kredit berjangka menengah atau panjang yang diberikan kepada usaha – usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin – mesin, bangunan, tanah untuk pabrik, pembelian alat – alat produksi baru, perbaikan alat – alat produksi secara besar – besaran.

3. Kredit konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Contohnya adalah kredit untuk pembelian

(13)

kendaraan pribadi serta kredit untuk pembelian alat – alat rumah tangga

2.2.4.5 Penggolongan Kualitas Kredit

Menurut Rivai (2006 : 42-48) penggolongan kualitas kredit terdiri dari:

1. Kredit lancar (pass)

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Pembayaran angsuran pokok dan / atau bunga tepat waktu

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash collateral)

2. Perhatian khusus (special mention)

Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang belum melampaui 90 hari

b. Mutasi rekening relatif aktif

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

d. Didukung oleh pinjaman baru 3. Kurang lancar (substandard)

Kredit yang digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melampaui 90 hari

b. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari

(14)

d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah

e. Dokumentasi pinjaman yang lemah

4. Diragukan (doubtful)

Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melampaui 180 hari

b. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari c. Terjadi kapitalisasi bunga

d. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan 5. Macet (loss)

Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melampaui 270 hari

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar

2.2.5 Piutang pada Koperasi Simpan Pinjam 2.2.5.1 Pengertian Piutang

Menurut Keiso dan Weygandt (2005 : 318), bahwa piutang adalah klaim yang diadakan oleh organisasi atas uang, barang, jasa serta pinjaman yang telah diberikan oleh organisasi kepada pelanggan.

2.2.5.2 Jenis – Jenis Piutang

Menurut Keiso dan Weygandt (2005 : 319), jenis – jenis piutang meliputi:

(15)

1. Trade receivables

Trade receivables adalah klasifikasi piutang yang dimiliki organisasi berdasarkan nilai hutang yang dimiliki pelanggan atas sejumlah nilai barang yang dibeli maupun jasa yang diberikan.

Trade receivables dibagi menjadi dua macam piutang, yaitu :

a. Accounts receivable

Accounts receivable adalah janji lisan dari pembeli untuk melakukan pembayaran atas barang dan jasa yang telah dibeli.

b. Notes receivable

Notes receivable adalah janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu pada jangka waktu yang ditentukan. Hal ini muncul dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya.

2. Nontrade receivables

Nontrade receivables ini muncul dari berbagai transaksi, seperti : transaksi kepegawaian, transaksi anak perusahaan, pembayaran deposito untuk menutupi kerugian atau kerusakan, pembayaran deposito untuk jaminan atas kinerja, dividen dan piutang bunga

2.2.5.3 Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih

Menurut Keiso dan Weygandt (2005 : 322-323), terdapat dua metode untuk melakukan pencatatan piutang tak tertagih, yaitu:

1. Direct write-off method

Direct write-off method adalah metode pencatatan bad debt dimana piutang organisasi tidak dapat terkumpul pada periode yang ditentukan.

(16)

2. Allowance method

Allowance method adalah metode pencatatan bad debt dimana bad debt dicatat sesuai dengan tanggal penjualan agar dapat melakukan pencocokan antara expenses dan revenues. Organisasi dapat melakukan estimasi piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman masa lampau, kondisi pasar saat ini, dan analisis saldo

2.2.6 Sistem Pengendalian Internal pada Koperasi Simpan Pinjam 2.2.6.1 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 195), Berdasarkan COSO, Pengendalian Internal merupakan proses yang dilakukan oleh entitas dewan direksi, manajemen, dan personel lain – yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan.

Menurut Jones dan Rama (2006 : 13), Internal Control adalah peraturan, kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk memastikan bahwa data keuangan perusahaan yang akurat dan handal dan untuk melindungi aset perusahaan dari kehilangan atau pencurian.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia serta sistem teknologi informasi, yang terdiri dari kebijakan dan prosedur dalam operasional organisasi, yang dirancang untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud), melindungi sumber daya organisasi, serta membantu organisasi dalam mencapai tujuannya

2.2.6.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart ( 2006 : 196 ), berdasarkan COSO, tujuan sistem pengendalian internal adalah:

1. Laporan keuangan yang dapat dipercaya 2. Efektifitas dan Efisiensi operasi

(17)

3. Pemenuhan terhadap hukum dan peraturan yang ditetapkan

2.2.6.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 196), berdasarkan COSO, komponen - komponen dalam sistem pengendalian internal terdiri dari 5, yaitu:

1. Control Environment

Yang menjadi inti dari semua bisnis terletak pada orang (user) nya, seperti sifat masing – masing individu, termasuk integritas, nilai etika, dan kemampuan serta lingkungan dimana mereka beroperasi.

2. Control Activities

Berkaitan dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi resiko dan untuk mencapai tujuan organisasi menjadi efektif.

3. Risk Assessment

Berkaitan dengan resiko yang harus diperhatikan perusahaan, dimana perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lainnya sehingga dapat beroperasi dengan baik serta harus menyusun sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur resiko – resiko yang berhubungan dengan masing – masing bagian.

4. Information And Communication

Berkaitan dengan sistem informasi dan komunikasi perusahaan yang memungkinkan orang – orang perusahaan menerima dan saling bertukar informasi

(18)

yang dibutuhkan untuk mengatur, memimpin dan mengontrol operasi yang ada.

5. Monitoring

Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen

2.2.6.4 Penerapan Pengendalian Internal Di Bidang Pengkreditan Menurut Rivai (2006 : 571-575), penerapan pengendalian internal di bidang pengkreditan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

1. Division of duties

Artinya ada pemisahan antara fungsi – fungsi administratif, operasional fungsi penyimpanan, dan dapat juga berupa pembagian tugas dan wewenang berdasarkan tingkat jabatan yang ada. Pemisahan fungsim tugas, dan wewenang dimaksudkan agar tercapai internal check secara otomatis melalui prosedur kerja yang ada. Selanjutnya, dengan penerapan internal check yang baik melalui pemisahan fungsi, wewenang, dan tugas yang jelas, tidak akan terjadi seseorang melaksanakan pekerjaan dari awal sampai selesai tanpa adanya control.

Salah satu unsur internal control harus selalu dievaluasi sehingga apabila ditemukan pembagian tugas yang tidak memadai / tidak tepat, dapat segera disusun langkah – langkah yang harus ditempuh oleh manajemen untuk memperoleh pembagian tugas yang efektif.

2. Dual control

Dual control yang dimaksudkan disini adalah pengecekan kembali atas suatu pekerjaan yang telah

(19)

dilakukan oleh petugas sebelumnya untuk menetapkan hal – hal berikut:

a. Apakah petugas pertama tersebut telah bertindak sesuai dengan batas – batas wewenangnya untuk menangani transaksi yang telah dilakukannya?

b. Apakah transaksi yang telah terjadi tersebut telah dicatat, dibukukan, diadministrasikan dengan prosedur yang benar?

c. Apakah transaksi yang terjadi tersebut telah diselesaikan dengan prosedur yang benar? Dual control ini dapat juga terjadi karena adanya pembagian tugas / fungsi.

2.3 Teori Object Oriented Analysis and Design (OOAD) 2.3.1 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Whitten (2004:31): Analisis dan perancangan berbasis pendekatan objek adalah sekumpulan perangkat dan teknik untuk pembangunan sistem yang memperlengkapi objek teknologi untuk membangun sistem dan peranti lunaknya.

Menurut Garceau., Jancura, & Kneiss J. (2013:25) dalam jurnal ilmiahnya mengatakan, OOAD adalah pendekatan alternative untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pembangunan sistem. Tidak seperti pendekatan klasikal dan pendekatan struktur yang berfokus pada proses pengembangan, metode analisis dan perancangan sistem berorientasi objek menekankan definisi, struktur, dan penggunaan data.

2.3.2 Unified Modeling Language (UML)

Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 127),) mendefinisikan UML “a standard set of model constructs and notations developed specifically for object-oriented development.”

Untuk setiap event, informasi yang paling penting adalah untuk mengidentifikasi use case untuk setiap hal yang harus direspon sistem.

(20)

Informasi ini dapat dimasukkan dalam tabel kegiatan. Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 168) mendeskripsikan bahwa tabel kegiatan meliputi baris dan kolom, yang mewakili peristiwa dan rincian mereka masing-masing. Setiap baris dalam tabel kegiatan mencatat informasi tentang satu peristiwa dan kasus penggunaannya. Setiap kolom dalam tabel merupakan bagian kunci dari informasi tentang peristiwa dan use case.

Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 163) menyebutkan ada tiga jenis event yang perlu di pertimbangkan :

1. External events adalah kegiatan yang terjadi di luar sistem, biasanya dimulai dari agen eksternal. Agen eksternal adalah orang atau unit organisasi yang menyediakan atau menerima data dari sistem, tetapi bukan pengguna sistem.

2. Temporal events adalah kegiatan yang terjadi sebagai hasil dari mencapai suatu poin waktu tertentu.

3. State events adalah kegiatan yang muncul ketika sesuatu terjadi di dalam sistem yang memicu kebutuhan pemrosesan.

2.3.2.1 Notasi Event Table 1. Trigger

Sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu peristiwa telah terjadi, yaitu kedatangan data yang membutuhkan pengolahan atau titik waktu.

2. Source

Agen eksternal atau aktor yang memasok data ke sistem. 3. Response

Output, yang dihasilkan oleh sistem, yang masuk ke destination.

4. Destination

Agen eksternal atau aktor yang menerima data dari sistem.

(21)

Gambar 2.2: Notasi Event Table

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 169)

2.3.3 Domain Model Class Diagram

Domain model class diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 187) adalah sebuah diagram UML yang merepresentasikan semua pekerjaan pengguna, kelas-kelas problem domain, atribut, serta hubungan antar kelas.

Dalam suatu class diagram, sebuah class digambarkan berbentuk kotak. Kotak tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu pada bagian atas diberi nama kelas, pada bagian tengah diberi atribut-atribut dari kelas, dan pada bagian bawah diberi method. Hubungan atau asosiasi antar class digambarkan dengan garis penghubung antar class.

Gambar 2.3: UML Domain Class Symbol with names and attributes Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 187)

(22)

Gambar 2.4: Domain Model Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 188)

Hubungan antar class yang digambarkan dengan garis penghubung disebut multiplicity of association, yang dapat dibedakan menjadi enam jenis dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 2.5: Multiplicity of Association Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 188)

Dalam class diagram, Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 189) menjelaskan apabila terdapat karakteristik class yang sama digunakan hierarki yang berguna untuk menyusun class dimulai dari karakteristik umum sampai dengan khusus. Class yang memiliki karakteristik umum dikenal sebagai superclass, sedangkan class yang memiliki karakteristik khusus dikenal sebagai subclass. Adapun penurunan karakteristik atau inheritance dapat diterapkan apabila karakteristik suatu superclass dimiliki oleh suatu subclass.

(23)

Ada dua hierarki dalam notasi class diagram, yaitu: 1. Generalization/specialization notation

Generalization adalah pengelompokan hal-hal dengan jenis yang sama, contohnya ada banyak jenis kendaraan seperti mobil, motor, sepeda, pesawat, dan sebagainya. Sedangkan specialization adalah pengkategorian jenis-jenis hal yang berbeda, sebagai contoh jenis khusus dari mobil adalah mobil sport, sedan, jeep, dan sebagainya.

Generalization/specialization hierarchy digunakan untuk mengurutkan hal-hal umum menjadi khusus.

Gambar 2.6: Generalization/Specialization Hierarchy Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 190)

2. Whole-part hierarchy notation

Whole-part hierarchies menggambarkan hubungan keterkaitan antara sebuah obyek dengan komponennya. Ada dua jenis wholepart hierarchies, yaitu:

a. Aggregation

Aggregation digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan antara agregat (keseluruhan) dan komponennya (bagian-bagian) dimana bagian-bagian tersebut dapat

(24)

berdiri sendiri secara terpisah.

Gambar 2.7: Whole-part Hierarchy (Aggregation) Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 191)

b. Composition

Composition digunakan untuk menggambarkan hubungan keterikatan yang lebih kuat, dimana tiap-tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah.

2.3.4 Use Case

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 160), use case adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh sebuah sistem, biasanya merupakan tanggapan dari permintaan pengguna sistem. Pada penyelesaian tahap elaboration, tim proyek harus mengidentifikasi seluruh use case dan mendeskripsikan rinciannya.

Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 160) merekomendasikan beberapa teknik untuk mengidentifikasi use case. Pendekatan pertama adalah dengan mendaftar seluruh pengguna dan memikirkan apa yang diperlukan sistem untuk berjalan dalam mengerjakan tugas pengguna.

(25)

Pendekatan lainnya yaitu dimulai dengan sistem yang sudah ada, mendata seluruh fungsi sistem yang sudah ada, menambahkan fungsi baru yang diminta oleh pengguna. Pendekatan ketiga adalah dengan berbicara kepada pengguna untuk mendapatkan tujuan mereka dalam menggunakan sistem.

Gambar 2.8: Use Case Notation

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 243)

Gambar 2.9: Use Case Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 244)

Penggambaran diagram use case menggunakan beberapa simbol atau lambang untuk melambangkan setiap pengguna dan hal-hal yang dilakukan sistem untuk merespon permintaan pengguna atas sistem.

(26)

2.3.5 Use Case Description

Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 171) menjelaskan Use Case Description sebagai penjelasan secara terperinci mengenai proses dari suatu use case. Perbedaan Use Case Description terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Brief Description

Penggunaan brief description diperuntukkan bagi use case yang sangat sederhana dan sistem yang dikembangkan berskala kecil.

Gambar 2.10: Brief Description Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 172)

2. Intermediate Description

Merupakan pengembangan dari brief description untuk menggambarkan aliran aktivitas internal dari sebuah use case. Penggunaan eksepsi atau exception dapat didokumentansi bila dibutuhkan.

Gambar 2.11: Intermediate Description Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 172)

(27)

3. Fully Developed Description

Merupakan metode formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan suatu use case.

Gambar 2.12: Fully Developed Description Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 174)

Setelah merekam dan menyempurnakan daftar hal-hal, penelitian-penelitian analis dan catatan informasi tambahan. Banyak hubungan penting antara hal-hal yang penting untuk sistem. Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 178) mendefinisikan relationship adalah asosiasi alami antara hal-hal tertentu.

Gambar 2.13: Relationship

(28)

Terdapat dua arah dalam suatu relationship, yaitu : 1. Cardinality

Jumlah asosiasi yang terjadi antara hal-hal tertentu, seperti pelanggan menempatkan banyak pesanan dan seorang karyawan bekerja dalam satu departemen.

2. Multiplicity

Sinonim untuk kardinalitas (digunakan dengan pendekatan berorientasi objek seperti yang didefinisikan oleh UML).

Gambar 2.14: Cardinality/multiplicity of relationships Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2009: 180)

2.3.6 System Sequence Diagram

System Sequence diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 242) adalah suatu diagram yang menggambarkan interaksi antara sistem dengan dunia luar yang direpresentsikan oleh actor. Sistem itu sendiri diperlakukan sebagai object tunggal yang dinamakan dengan :System. System sequence diagram digunakan untuk mendokumentasikan masukan dan keluaran sistem untuk use case tunggal atau scenario.

Penggunaan notasi dalam sequence diagram terdiri dari : 1. Lifeline

Merupakan garis vertikal yang dibentuk untuk menunjukkan waktu hidup dari sebuah obyek.

2. Object

Merupakan simbol yang merepresentasikan pengguna sistem atau sistem yang telah terotomatisasi.

(29)

3. Input message

Merupakan garis horizontal yang menunjukkan pesan masuk dari pengguna.

4. Output message

Merupakan garis putus-putus horizontal yang menunjukkan hasil dari pesan yang dimasukkan oleh pengguna.

Gambar 2.15: System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 253)

(30)

Gambar 2.16: System Sequence Diagram for Repeating message Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 254)

2.3.7 Design Class Diagram

Design Class Diagram digunakan untuk merepresentasikan software classes yang termasuk ke dalam sistem baru. Lebih menunjukkan mengenai rancangan aktual dari software. Design Class Diagram mempunyai methods yang menggambarkan apa yang dilakukan obyek dari class.

Gambar 2.17: Design Class Notation Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 411)

(31)

Format yang digunakan untuk menentukan masing-masing atribut adalah:

1. Attribute visibility: visibility menunjukkan apakah object lain dapat mengakses attribute secara langsung atau tidak. Tanda + (plus) mengindikasikan attribute dapat terlihat atau bersifat public, dan tanda – (minus) menandakan bahwa attribute tidak dapat terlihat atau bersifat private.

2. Attribute name

3. Type-expression: dapat berupa character, string, integer,number, currency, atau date.

4. Initial value

5. Property: ditempatkan dalam kurung kurawal. Contoh: {key}.

Format yang digunakan dalam method list: 1. Method visibility

2. Method name

3. Type-expression: tipe dari return parameter dari method. 4. Method parameter list: argumen yang masuk.

2.3.7.1 First-Cut Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 413), First-cut class diagram adalah perkembangan dari domain class diagram melalui dua tahap, yaitu dengan mendeskripsikan atribut dengan tipe dan nilai awal dan menambahkan navigation visibility arrows, yang merupakan arah untuk menunjukkan kemampuan suatu obyek yang dapat berinteraksi dengan obyek lain.

(32)

Gambar 2.18: First-cut class diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 416)

Dalam proses mendesain, penggunaan navigation visibility terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Attribute navigation visibility

Terbentuk ketika class mempunyai atribut yang mereferensikan obyek lain.

Gambar 2.19: Attribute Navigation Visibility Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 414)

(33)

2. Parameter navigation visibility

Terbentuk ketika class sesuai dengan parameter yang mereferensikan obyek lain. Parameter tersebut diteruskan melalui method call.

Beberapa petunjuk mengenai penetapan navigation visibility adalah:

a. Hubungan One-to-many yang menandakan adanya superior/subordinate relationship. Nagivasi berarah dari superior ke subordinate. Contohnya: dari Order ke OrderItem.

b. Mandatory relationships, dimana obyek di suatu class tidak dapat berdiri tanpa obyek dari class lain. Navigasi berarah dari independen class ke dependen class. Contohnya: dari Customer ke Order. c. Saat suatu obyek membutuhkan informasi

dari obyek lain, maka panah navigasi mengarah kepada obyek yang membutuhkan informasi.

d. Navigation arrows mungkin mengarah kepada dua arah.

2.3.7.2 Completed Three-Layer Design Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 434), completed three-layer design sequence diagram merupakan pengembangan dari first-cut sequence diagram dengan menambahkan data access layer.

(34)

Gambar 2.20: Completed Three-Layer Design Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 449)

2.3.7.3 Updated Design Class Diagram

Pengembangan design class diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 457) dapat dilakukan pada setiap layer, dimana dalam view dan data access layer dilakukan penentuan beberapa class baru. Pada domain layer, class baru yang ditambahkan berfungsi sebagai use case controller.

Penambahan method untuk setiap class dalam updated class diagram dapat dilakukan, dimana method tersebut terdiri dari 3 jenis, yaitu:

(35)

1. Constructor methods

Merupakan method yang membentuk instance dari suatu obyek.

2. Data get and set methods

Merupakan method yang mengambil dan mengubah nilai atribut.

3. Use case specific methods

Merupakan method yang mewakili use case yang ada.

Gambar 2.21: Updated Design Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 458)

(36)

2.3.7.4 Package Diagram

Package diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 459) merupakan diagram yang mengasosiasikan class-class dari suatu kelompok yang terkait. Di dalam diagram tersebut terbagi menjadi tiga layer, yaitu view layer, domain layer, dan data access layer.

Package yang digunakan dalam diagram ini digambarkan dengan persegi panjang, sedangkan hubungan antar package digambarkan dengan anak panah bergaris putus-putus (dashed arrow), yang mewakili dependency relationship. Buntut panah terhubung dengan dependent package, sedangkan kepala panah terhubung dengan independent package. Dependency relationship sendiri menggambarkan suatu hubungan antar elemen dalam package diagram, dimana jika terjadi perubahan pada suatu elemen (elemen yang independent), maka elemen lainnya (elemen yang dependent) juga dapat berubah.

(37)

Gambar 2.22: Package Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 459)

2.3.8 User Interface

User interface menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:373) adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk membuat input dan output.

Mengacu kepada O’Brien dan Marakas (2010:140) menyebutkan :

Rancangan antar-muka pengguna adalah bagian dari sistem operasi yang memperbolehkan anda untuk berkomunikasi dengannya sehingga anda dapat memuat program, mengakses data, dan menyelesaikan tugas lainnya.

2.3.9 Deployment Environment and Application Architecture Desain Support Service Architecture and Deployment Environment menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:340) deployment environment terdiri dari

(38)

hardware, software, dan network. Deployment environment terbagi atas dua jenis, yaitu:

a. Single Computer Architecture, menggunakan sistem komputer tunggal yang menjalankan seluruh software. Sistem ini sederhana karena hanya memakai satu komputer saja jadi lebih mudah untuk dirancang, dibangun, dioperasikan dan dikelola.

b. Multitier computer architecture, menggunakan beberapa sistem komputer yang terhubung ke dalam satu jaringan. Multitier computer architecture sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Clustered Architecture, merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer dengan model dan spesifikasi yang sama.

2. Multicomputer Architecture, merupakan tipe arsitektur yang menggunakan beberapa komputer namun dengan spresifikasi yang berbeda-beda.

Gambar 2.23 : Single –Computer, Clustered, Multicomputer Architecture Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:341)

(39)

Deployment architecture menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:341-342) dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Centralized Architecture, meupakan arsitektur yang menggambarkan penyebaran sistem komputer pada satu aplikasi.

b. Distributed Architecture, meupakan arsitektur yang menggambarkan penyebaran sistem komputer pada beberapa tempat menggunakan jaringan komputer.

Desain Software Architecture menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009 : 342) dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Client/server architecture, membagi software ke dalam dua tipe, client dan server. Server berfungsi untuk mengolah sumber informasi sedangkan client berfunghsi untuk berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya dan server akan merespon terhadap permintaan tersebut.

b. Three-layer clients/server architecture, merupakan pengembangan dari client/server architecture yang terdiri dari tiga layer, yaitu:

1. Data Layer, merupakan layer untuk mengatur dan menyimpan data pada satu atau lebih database.

2. Business logic layer, merupakan layer yang mengimplementasikan aturan atau prosedurdari proses bisnis.

3. View layer, merupakan layer yang menerima input dan menampilkan hasil proses.

(40)

2.4 Kerangka Pikir Perencanaan Analisis Design Penentuan Awal : 1. Latar Belakang 2. Ruang Lingkup

3. Tujuan dan Manfaat

4. Metodologi Penelitian

5. Sistematika Penulisan

Metodologi Penelitian :

1. Metode Pengumpulan Data

- Studi Kepustakaan

- Studi Lapangan

• Wawancara

• Dokumentasi

2. Metode Analisis dan Perancangan

Data-data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis :

1. Profil Perusahaan

2. Struktur organisasi beserta tugas

dan wewenang

3. Prosedur sistem yang sedang

berjalan

Teori yang digunakan :

1. Sistem Informasi Akuntansi

2. Teori Koperasi

3. Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)

Metode Analisis dengan menggunakan Activity Diagram

Identifikasi masalah pada sistem berjalan

Rekomendasi solusi terhadap permasalahan yang ditemukan

Perancangan berdasarkan OOAD dengan pendekatan Modeling and Requirments Dicipline dan Design Decipline :

1. Activity Diagram 2. Event Table 3. Use Case Diagram 4. Use Case Description 5. Domain Class Diagram 6. System Sequence Diagram 7. First-Cut Class Diagram

8. Three Layer System Sequence Diagram 9. Updated Class Diagram

10. Package Diagram 11. User Interface

12. Deployment & Software Architecture

(41)

Pembuatan system dengan bahasa pemrograman dan Database SQL Analisis dokumen dan design dokumen serta laporan

Gambar

Gambar 2.2: Notasi Event Table
Gambar 2.4: Domain Model Class Diagram  Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 188)
Gambar 2.6: Generalization/Specialization Hierarchy  Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 190)
Gambar 2.7: Whole-part Hierarchy (Aggregation)  Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 191)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendatipun para kontributor artikel ini menyatakan diri tidak mewakili pandangan NU secara organisasional, namun sebagai pandangan personal, baik sebagai kalangan NU maupun dari

Manfaat kegiatan KKN PPM di Desa Penyabangan adalah agar warga dapat meningkatkan kesejahteraan dan juga meningkatkan potensi-potensi yang ada di Desa

Sedangkan dalam penelitian ini sendiri akan lebih menekankan pada cara Eline dan Giuliana, dua orang mahasiswi InHolland mengelola anxiety dan uncertainty yang

"perdebatan atau konflik yang terjadi didalam organisasi itu adalah wajar, dan terkadang konflik tersebut mempercepat pendewasaan dari organisasi tersebut".

Penelitian ini bersifat studi kasus dan deskriptif analitik kualitatif dengan mengunakan studi mendalam serta pendekatan obyektif-subyektif. Selain itu untuk

1 1 Detak jantung atau tekanan darah Detak jantung atau tekanan darah meningkat tetapi peningkatan >20% meningkat tetapi peningkatan >20% nilai baseline.

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang berbeda terhadap prestasi siswa namun untuk melihat seberapa

c) Ternakan yang diserang kutu boleh dirawat dengan menyembur racun serangga ke badannya. d) Antiseptik yang dicampur dalam makanan ternakan untuk mengawal penyakit [4 markah]..