• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.

Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.

Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Surveilants

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang PedomanPenyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, menyebut bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :

1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.

2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur

(3)

dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit tersebut.

3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah.

2.2 Tujuan Surveilants

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

Tujuan khusus surveilans:

1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit

2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini out break

3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi

4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan

5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan 6. Mengidentifikasi kebutuhan riset

2.3Sumber Daya Surveilans

Agar kegiatan surveilans dalam mencapai tujuan yang diinginkan atau telah ditetapkan dibutuhkan infrastruktur sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan hal yang penting agar suatu program surveilans dapat berhasil dengan baik. Perencanaan yang baik harus memiliki tujuan yang jelas yang telah ditentukan terlebih dahulu dan diuraikan dalam bentuk langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan biaya seminimal mungkin. Dalam membuat perencanaan atau program surveilans harus mencakup beberapa hal, yaitu :

(4)

a. Definisi infeksi

Definisi ini perlu ditetapkan atau distandarisasi untuk seluruh rumah sakit agar datanya mempunyai nilai.

b. Populasi surveilans

Pengumpulan data infeksi dari seluruh rumah sakit tidaklah seefektif yang diduga sebelumnya, karena angka-angka ini tidak dapat diperbandingkan antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada factor-faktor resiko. Rekomendasi terbaru adalah dilakukannya suatu survey terhadap kejadian-kejadian spesifik yang dijadikan target pengendalian.

c. Indentifikasi sumber data

Setelah menentukan populasi target, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap ketersediaan data yang akan dipakai, apakah datanya tersedia, mudahkah mendapatkan data yang dibutuhkan.

d. Pemilihan metoda surveilans

Dalam memilih metoda surveilans pertimbangan sumber daya sangatlah penting, baik sumber daya manusia, dana maupun sumber daya lainnya. Selain itu perlu juga dipertimbangkan metoda surveilans yang dipilih hendaklah yang hemat biaya tetapi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Distribusi laporan dan penilaian

Distribusi laporan dan penilaian merupakan bagian terakhir dari suatu program surveilans. Data yang telah dikumpulkan tidak akan bermanfaat apabila tidak digunakan, oleh karena itu Komite Infeksi Nosokomial harus menentukan konsumen dari data yang telah disurvei dan memperkirakan efek dari pengumpulan data tersebut sebelum survey dilaksanakan.

2. Sumber Daya Manusia

Angka yang dapat dijadikan patokan untuk surveilans atau program pengendalian infeksi lainnya adalah 1 orang Komite Infeksi Nosokomila untuk setiap 250 tempat tidur di rumah sakit. Namun sebagian besaar rumahsakit tidak dapat memenuhi rekomendasi ini. Pendekatan yang lebih praktis adalah dengan menentukan kebutuhan sumber daya manusia berdasarkan kebutuhan dan rencana program surveilans yang dibuat. Dukungan sumber daya manusia untuk aspek

(5)

administrative dan kemampuan computer juga penting agar para pekerja dapat bekerja dengan lebih efektif.

3. Komputer

Apabila data yang masuk cukup banyak maka akan sulit melakukan analisis secara manual, dukungan computer akan sangat membantu pekerjaan Komite Infeksi Nosokomial dalam melakukan analisis data.

4. Dana dan sumber daya lainnya

Dibutuhkan dukungan dari pihak adminstrasi rumah sakit baik dalam bentuk dukungan kebijakan, dana yang mencukupi mapun sumber daya lainnya .

2.4 Prinsip Surveilans

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk. Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.

b. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.

(6)

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

e. Evaluasi

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

2.5 Fungsi Surveilans

Kegunaan surveilans epidemiologi

1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut. 2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan

penyakit pada populasi.

3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program. 4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi. 5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan

program kesehatan.

Manfaat surveilans epidemiologi

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun pemberantasan penyakit menular. Secara garis besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:

(7)

1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat menimbulkan epidemic.

2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.

3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian luar biasa atau karena perioditas penyakit.

4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.

5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu. 6. Melakukan pengendalian penyakit.

7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan en demik.

8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru dari virus influenza.

2.6 Jenis Surveilans

Dikenal beberapa jenis surveilans: 1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang –orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).

Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan

(8)

perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmis penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lai nnya tetap bekerja.

Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik

(9)

mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.

Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrument untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung.

(Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)

Suatu system yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010) 4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah

(10)

laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap dari pada system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:

a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;

c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;

d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);

e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi

(11)

negara-negara berkembang dan Negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008)

2.7 Pendekatan surveilans 1. Surveilans pasif

Surveilans pasif memantau pen-yakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (report-able diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pa-sif, relatif murah dan mudah untuk dilakukanKekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi ke-cenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petu-gas terbagi dengan tanggu-ng jawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasili-taskesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.

2. Surveilans aktif

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans un-tuk kunjungan berkala kelapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi lapo-ran kasus indeks. Kelebihan surveilans ak-tif, lebih akurat daripada sur-veilans pasif, sebab

(12)

dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalank-an tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat men-gidentifikasi outbreak lokal.

Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit un-tuk dilakukan daripada survei-lans pasif. Sistem surveilans dapat diperluas pada level komuni-tas, disebut community sur-veilance. Dalam community surveilance, informasi dikum-pulkan langsung dari komuni-tas oleh kader kesehatan, se-hingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan.

2.8 Langkah Surveilans

Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan hasil yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah dalam suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:

1. Perencanaan surveilans

Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan surveilans yaitu dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans

(13)

di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.

Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.

3. Pengolahan dan penyajian data

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan computer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software).

4. Analisis data

Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi peny akit.

Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan factor resiko yang berhubungan dengan kejadian malaria.

5. Penyebarluasan informasi

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain

(14)

yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informative agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan mudah.

6. Umpan balik

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.

Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan.

7. Investigasi penyakit

Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi

(15)

penyakit malaria. Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.

8. Tindakan penanggulangan

Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.

9. Evaluasi data sistem surveilans

Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan evaluasi manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari pernyataan berikut:

a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus.

b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian kasus di wilayah tersebut.

c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian di wilayah tersebut

d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kasus atau penyakit.

e. Indikator surveilans

2.9 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:

(16)

Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.

2) Partisipasi masyarkat rendah

Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.

3) Sumber daya

Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut ;

- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE - Banyaknya tugas rangkap.

- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi

Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.

5) Kebijakan

Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.

(17)

6) Dana

Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.

7) Jarak dan Transportasi

Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.

(18)

BAB III KESIMPULAN

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

Agar kegiatan surveilans dalam mencapai tujuan yang diinginkan atau telah ditetapkan dibutuhkan infrastruktur seperti perencanaan, sumber daya manusia, computer, dana dan sumber daya lainnya.

Jenis-jenis surveilants yaitu surveilans individu, surveilans penyakit, surveilans sindromik, surveilans berbasis laboratorium, surveilans terpadu, dan surveilans kesehatan masyarakat global. Pendekatan surveilans terdiri dari surveilans pasif, dan surveilans aktif.

langkah-langkah dalam surveilans epidemiologi, antara lain yaitu perencanaan surveilans, pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data, analisis data, penyebarluasan informasi, umpan balik, investigasi penyakit, tindakan penanggulangan, dan evaluasi data sistem surveilans.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

DCP2. 2008 . Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf

Gordis, L. 2000. Epidemiology. Philadelphia, PA: WB Saunders Co.

Last, JM. 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.

Ridwan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah Pengantar. FKM-UNHAS.

Wahyudin Rajab, M.Epid. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TENTANG PEMBERIAN IZIN KEGIATAN PEKERJAAN BAWAH AIR KEPADA PT.. KETIGA : Kapal kerja yang digunakan dengan

Koentjaraningrat (1984) menambah- kan model pengasuhan yang biasa dilaku- kan para orang tua Jawa pada anak-anak- nya, yaitu: (1) “menyuap” anak dengan menjanjikannya

Pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan secara umum dapat dikatakan bahwa persoalan yang dihadapi masyarakat bersumber

Memerian engetahuan dasar dan ase4ase umum eretaan 5ang menitieratan ada engetahuan unsur4unsur 5ang ada ada eta agar

assalamualaikum wr wb yang menjadi salah satu syarat untuk bisa ujian kompre ada sertifikat toeic sehingga jika belum lulus toeic maka tidak bisa melakukan ujian

Pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar di Kota Pangkalpinang belum dilaksanakan dalam hal ini mengakibatkan tidak adanya perlindungan hukum dan kepastian

JUAL BELI TANAH TEGALAN YANG BELUM BERSERTIPIKAT DAN AKIBAT HUKUMNYA DI DESA SINGAMERTA KECAMATAN. SIGALUH

Setelah program ini diimplementasikan dalam studi kasus absensi karyawan perusahaan Mentari Rajut maka program aplikasi ini dapat dikatakan berhasil dengan memberikan