• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA

MR.BROWNCO BOGOR

GRAVI MARGASETHA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Gravi Margasetha

NIM H3410411

Pelimpahan hak cipta atau karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak besar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

(4)
(5)

ABSTRAK

GRAVI MARGASETHA. Optimalisasi Produksi Brownies Singkong Pada Mr.BrownCo Bogor. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan UMKM yang pesat. Salah satu UMKM di Bogor yang menangkap peluang bisnis makanan dengan produk yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bisnis makanan yang lainnya adalah mr.BrownCo. Brownies singkong merupakan salah satu jenis makanan ringan yang praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik dan aman dikonsumsi sehingga menjadikan produk tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan selain keunggulannya dalam diversifikasi bahan baku produk. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah keuntungan optimal. Untuk mencapai optimalisasi keuntungan tersebut suatu perusahaan dihadapkan pada kenyataan mengenai keterbatasan sumberdaya. Perencanaan produksi yang optimal diperoleh dengan menggunakan program linier. Hasil output dari pengolahan data dengan menggunakan LINDO akan memberikan kombinasi produk yang optimal sehingga keuntungan maksimal dapat dicapai. Hasil output dari pengolahan data yang memberikan kombinasi optimal selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan dan dilakukan evaluasi apakah kegiatan produksi yang dilakukan selama ini sudah optimal atau belum. Berdasarkan hasil analisis optimalisasi dapat diketahui bahwa tingkat produksi brownies di mr.BrownCo selama bulan Agustus-November 2012 belum optimal. Hal ini karena masih terdapat perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi optimalnya. Mr.BrownCo sebaiknya berproduksi sampai kondisi optimal agar memperoleh keuntungan (laba kotor) yang maksimum. Mr.BrownCo sebaiknya mengatur kembali ketersediaan sumberdaya berlebih seperti bahan baku, jam tenaga kerja dan jam kerja mesin. Kata Kunci : Brownies Singkong, Optimalisasi, Program Linier

ABSTRACT

GRAVI MARGASETHA. Production Optimization of Cassava Brownies in

Mr.BrownCo Bogor. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Bogor city is one area that experiencing rapid development of UMKM . Mr.BrownCo is one of UMKM in Bogor that capture business opportunities with compared unique food product to other food business . Brownies Cassava is one kind of snack practical with excellent nutritional content and safe for consumption so make such products can provide value added to the company in addition to excellence in product diversification of raw materials . One of the goals to be achieved by the company is the optimal profit . To achieve the optimization of the profits of a company faced with the reality of limited resources. Optimal production plan obtained by using linear programming . The output of data processing by using LINDO will provide an optimal combination of products so that maximum benefit can be achieved . The output of the data processing that provide an optimal combination will be compared with the actual conditions that occur in the company and to evaluate whether the activities undertaken during

(6)

differences between the actual conditions with optimal conditions . Mr.BrownCo should produce up to optimal conditions in order to make a profit ( gross profit ) is maximum . Mr.BrownCo should set back the excess availability of resources such as raw materials , labor hours and machine hours.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Manajemen

pada

Departemen Agribisnis

OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA

MR.BROWNCO BOGOR

GRAVI MARGASETHA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor

Nama : Gravi Margasetha NIM : H34104113

Disetujui oleh

Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah optimalisasi produksi, dengan judul Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan serta arahannya. Kepada Dr. Ir. Amzul Rifin, SP, MA dan Anita Primaswari, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mas Sigit Susilo selaku pemilik mr.BrownCo yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian dan seluruh karyawan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian. Ungkapan terima kasih tak terhingga untuk Ibu dan bapak, suami, serta keluarga untuk setiap cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat tercinta, Hairia, Hidayatus Sa’adah, Sukmaningrum, dan juga kepada seluruh staf sekretariat Program Alih Jenis Agribisnis yang telah banyak membantu. Terima kasih untuk kebersamaan teman-teman alih jenis agribisnis angkatan I selama ini, serta seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Februari 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan 7 Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Kelayakan Tepung Singkong sebagai Pengganti Tepung Terigu 8

Proses Produksi Brownies 9

Penelitian Terdahulu 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Operasional Penelitian 17

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengolahan Data 19

Metode Analisis Data 22

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 24

Sejarah Mr.BrownCo 24

Visi dan Misi Mr.BrownCo 24

Aspek Produksi 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Perumusan Fungsi Tujuan 28

Perumusan Fungsi Kendala 29

Analisis Primal 33

Analisis Dual 35

Analisis Sensitivitas 41

(12)

IMPLIKASI MANAJERIAL 48 KESIMPULAN 49 Simpulan 49 DAFTAR PUSTAKA 50 LAMPIRAN 52 RIWAYAT HIDUP 65

(13)

DAFTAR TABEL

1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah di Indonesia Tahun 2006-2010 1

2 Perkembangan UMKM, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi

di Bogor Tahun 2008-2010 2

3 Potensi Industri Makanan dan Minuman serta Penyerapan

Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2010-2012 2

4 Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode 2007-2012 4 5 Data Penjualan Brownies di Mr.BrownCo Periode

Agustus-November 2012 6

6 Data Produksi Brownies Mr.BrownCo Periode

Agustus-November 2012 6

7 Komposisi Kandungan Gizi pada Singkong per 100 gram 8 8 Kendala-kendala dalam Produksi di Mr.BrownCo 21 9 Keuntungan Tiap Produk Brownies pada Mr.BrownCo 28 10 Ketersediaan Bahan Baku Brownies di Mr.BrownCo

Periode Agustus-November 2012 30

11 Perhitungan Koefisien Kendala Jam Tenaga Kerja 31 12 Perhitungan Koefisien Kendala Jam Kerja Mesin 32 13 Perbandingan Jumlah Produksi Brownies pada Kondisi

Aktual dan Optimal 34

14 Nilai Slack atau Surplus serta Dual Prices untuk

Sumberdaya Bahan Baku 36

15 Perbandingan Penggunaan Bahan Baku pada Kondisi

Aktual dan Kondisi Optimal 37

16 Analisis Status Jam Tenaga Kerja 38

17 Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam Kerja

Mesin 39

18 Perbandingan Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi

Aktual dan pada Kondisi Optimal 39

19 Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam

Permintaan Pasar 41

20 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan 41 21 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Bahan Baku 43 22 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Tenaga Kerja 43 23 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Jam Kerja Mesin 44 24 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Permintaan Pasar 45 25 Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada

Skenario I 46

26 Perbandingan Kombinasi Produk pada Solusi Optimal Awal

dengan Solusi Optimal Skenario I 46

27 Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan Impor Gandum di Indonesia 3

2 Langkah-langkah Pembuatan Brownies 9

3 Tahap Kegiatan Operasi Perusahaan 13

4 Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue 14

5 Kerangka pemikiran operasional 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di

Mr.BrownCo 53

2 Perhitungan Koefisien Fungsi Kendala Bahan Baku 53 3 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo

Bulan Agustus-November 2012 54

4 Perhitungan Keuntungan pada Kondisi Aktual

Dibandingkan dengan Kondisi Optimal 56

5 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di

Mr.BrownCo pada Skenario I 56

6 Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan

Solusi Optimal Skenario I 57

7 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo

Skenario I 58

8 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di

Mr.BrownCo pada Skenario II 60

9 Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan

Solusi Optimal Skenario I 60

10 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo

Skenario I 61

11 Alat-alat yang Digunakan untuk Produksi Brownies di

Mr.BrownCo 62

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan dan bahkan berkembang di dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu. Peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran, melalui kegiatan ekspor (KUMKM, 2010). UMKM telah menjadi sumber kehidupan dari sebagian besar rakyat Indonesia dan jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006-2010 Unit Usaha Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Usaha Mikro 48.512.438 49.608.953 50.847.771 52.176.795 53.207.500 Usaha Kecil 472.602 498.565 522.124 546.675 573.601 Usaha Menengah 36.763 38.282 39.717 41.133 42.631 Total 49.021.803 50.145.800 51.409.612 52.764.603 53.823.732

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2010)

Dalam waktu lima tahun, perkembangan jumlah unit UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan baik dari unit usaha mikro, unit usaha kecil, dan unit usaha menengah. Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia pada tahun 2012 sudah meningkat menjadi sekitar 55 juta dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia1. Hal ini membuktikan bahwa UMKM merupakan katup pengaman, dinamisator, dan stabilisator perekonomian Indonesia.

Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan UMKM yang pesat. Hal tersebut dibuktikan oleh pertumbuhan bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bogor tahun 2011 yang pertumbuhannya naik sebesar 7 persen dari jumlah sebelumnya2. Data menunjukkan bahwa perkembangan UMKM di Kota Bogor selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya (Tabel 2). Kenaikan jumlah UMKM tersebut akan diikuti dengan naiknya penyerapan tenaga kerja serta investasi yang ada di Kota Bogor.

1 Disampaikan oleh Purbayu Budi Santoso dalam harian Suara Merdeka tanggal 22 Oktober 2012. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/10/22/202943/10/Pilar-Utama-UMKM. [Diakses pada 26 November 2012].

2

(16)

Tabel 2 Perkembangan UMKM, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi di Kota Bogor Tahun 2008-2010

Uraian Tahun

2008 2009 2010

Usaha Mikro (unit) 25.718 25.804 26.32

Usaha Kecil (unit) 4.822 4.838 4.936

Usaha Menengah (unit) 1.607 1.614 1.646

Jumlah Tenaga Kerja (orang) 54.388 57.107 58.249

Asset/ Investasi (Rp) 537.252.204.700 564.114.814.200 575.397.110.000

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2012)

Potensi Kota Bogor yang menyimpan berbagai wisata alam yang menyajikan berbagai panorama bagi para pengunjungnya menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu tujuan wisata baik kuliner maupun wisata belanja. Akibatnya, perkembangan di sektor ini menjadi pendorong bagi UMKM untuk terus mengembangkan produknya mulai dari industri makanan dan minuman, home

industry, dan berbagai varian produk khas Bogor lainnya. Semakin

berkembangnya jumlah UMKM yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman berimplikasi pada persaingan antar perusahaan sejenis.

Data potensi industri makanan dan minuman di Kota Bogor pada tahun 2010 (Tabel 3) menunjukkan bahwa jumlah total usaha kecil yang bergerak di usaha makanan dan minuman adalah sebesar 1.587 unit atau sebesar 32,15% dari jumlah total usaha kecil yang ada di Kota Bogor. Banyaknya perusahaan yang bergerak di usaha makanan mengharuskan perusahaan untuk melakukan efisiensi agar dapat menekan biaya produksi. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengelola biaya produksinya, maka akan semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan tersebut dalam bersaing. Berdasarkan hal tersebut maka penting bagi perusahaan untuk dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi sehingga diperoleh produksi optimal yaitu tingkat pengunaan input tertentu yang menghasilkan output tertentu yang memberikan laba maksimal.

Tabel 3 Potensi Industri Makanan dan Minuman serta Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2010- 2012

Jenis Usaha Unit Usaha Tenaga Kerja

Industri Besar dan Menengah

Makanan 25 1.422

Minuman 13 1.819

Industri Kecil Formal

Makanan 240 2.213

Minuman 69 534

Industri Kecil Non Formal

Makanan 1.057 4.895

Minuman 221 964

(17)

Industri makanan yang berkembang saat ini banyak sekali membuat produk-produk pangan yang berbahan dasar dari tepung terigu. Ketergantungan industri makanan untuk mendapatkan tepung terigu yang terbuat dari gandum sangat tinggi. Hal ini menyebabkan konsumsi tepung terigu sangat besar sehingga menyebabkan nilai impor terigu Indonesia selalu meningkat tiap tahun karena produksi tepung terigu dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan akan tepung terigu. Perkembangan impor gandum di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menyebabkan cadangan devisa negara semakin menurun. Selain itu, ketergantungan akan bahan baku gandum untuk pengolahan produk makanan akan semakin menjauhkan dari keunggulan tanaman lokal yang dapat menggantikan gandum. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh pemerintah dengan menggalakkan diversifikasi pangan dengan langkah mengurangi penggunaan tepung terigu dalam industri makanan dan mulai beralih ke tepung yang berbahan baku lokal seperti tepung singkong.

Gambar 1 Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (dalam trilliun Rp) Sumber : Kementerian Perdagangan3 (diolah)

Salah satu UMKM di Bogor yang menangkap peluang bisnis makanan dengan produk yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bisnis makanan yang lainnya adalah mr.BrownCo. Keunikan dari usaha ini adalah menggunakan tepung singkong sebagai substitusi dari tepung terigu. Hal ini sesuai dengan program kerja Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang mendukung adanya diversifikasi penggunaan bahan baku lokal dalam produk pangan. Karena keunikan yang dimilikinya ini, mr.BrownCo meraih penghargaan Inovasi Produk Pangan Peduli Gizi pada 18 Januari 2012 dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh

3

Kementerian Perdagangan. 2012. Perkembangan Impor Nonmigas (Komoditi). http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-import-commodity. [Diakses pada 26 November 2012].

16,91 20,58 14,12 20,23 44,54 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun

Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (trilliun Rp)

(18)

Indonesia (GAPMMI) atas inovasinya dalam mengembangkan produk brownies dengan bahan baku utama tepung singkong dan memberdayakan komoditas lokal.

Produk brownies singkong merupakan produk inovasi baru. Mr.BrownCo melakukan substitusi bahan baku tepung singkong yang digunakan dengan harapan mampu membuat merk baru yang mampu bersaing dengan beberapa pesaing yang sebelumnya sudah terjun dalam industri brownies dan cake. Penggunaan tepung singkong berkisar dari 60-100 persen dari total tepung yang digunakan. Prospek bisnis brownies singkong yang memadukan antara produk pangan lokal dan modern sangat menjanjikan karena adanya dukungan pemerintah.

Konsumen terbesar mr.BrownCo adalah mahasiswa dan ibu rumah tangga. Namun, seiring dengan perkembangan penjualannya dan rencana perusahaan untuk membuka beberapa outlet baru di kawasan yang berdekatan dengan tempat wisata maka perusahaan memiliki tujuan untuk menjadikan produk mr.BrownCo sebagai oleh-oleh khas Bogor. Hal tersebut akan membuat segmen pasar semakin luas yaitu mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantor, dan wisatawan. Perkembangan jumlah wisatawan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode 2007–2012

Jenis Usaha

Jenis Wisatawan

Perkembangan per Tahun (Orang)

2007 2008 2009 2010 2011 Obyek Wisata Nusantara 1.370.119 1.163.110 1.524.044 1.630.715 1.802.539 Mancanegara 18.174 41.377 42.812 43.863 45.618 Jumlah 1.388.293 1.204.487 1.566.856 1.674.578 1.848.1557 Akomodasi Nusantara 716.807 1.086.374 1.205.628 1.190.793 1.309.875 Mancanegara 31.443 102.737 104.076 102.055 106.137 Jumlah 748.25 1.189.111 1.309.704 1.292.848 1.416.012 Jumlah Nusantara 2.086.926 2.249.484 2.729.672 2.821.508 3.112.414 Mancanegara 49.617 144.114 146.888 145.918 151.755 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2012)

Keunikan dari produk ini diharapkan mampu menjadikan brownies singkong sebagai salah satu oleh-oleh khas Kota Bogor sehingga permintaan terhadap produk akan bertambah seiring bertambahnya kunjungan wisatawan ke Kota Bogor. Produk mr.BrownCo yang diposisikan sebagai makanan khas oleh-oleh Kota Bogor dapat mengambil keuntungan selain dari penjualan produk yaitu produk lebih dikenal oleh wisatawan dari berbagai penjuru Indonesia bahkan dunia. Hal ini dapat mendorong pemasaran words of mouth dari para wisatawan ketika wisatawan kembali ke tempat asal.

Peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun menunjukkan peluang peningkatan permintaan terhadap oleh-oleh khas Bogor. Mr. BrownCo menjual brownies aneka rasa dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yaitu brownies kotak, brownies roll, dan brownies cup sehingga menjadikan banyak pilihan bagi konsumen. Produksi brownies memiliki risiko cukup tinggi karena daya tahan produk yang singkat dan adanya variasi produk mengharuskan perusahaan untuk

(19)

jeli terhadap penggunaan sumberdaya dan pengelolaan produk yang baik. Untuk itu mr.BrownCo harus memiliki cara bagaimana menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.

Perumusan Masalah

Brownies singkong merupakan salah satu jenis makanan ringan yang praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik dan aman dikonsumsi anak-anak autis karena singkong merupakan makanan yang tidak mengandung gluten sehingga menjadikan produk tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan selain keunggulannya dalam diversifikasi bahan baku produk. Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah keuntungan optimal. Sama dengan perusahaan yang lain, mr.BrownCo juga memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan optimal dimana tujuan tersebut dicapai dengan cara memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Dalam menentukan harga jual, mr.BrownCo sudah melakukan perhitungan dimana harga jual untuk setiap produk tidak boleh kurang dari harga pokok produksinya (HPP).

Mr.BrownCo memproduksi brownies panggang dan brownies kukus. Produk-produk yang diproduksi rutin setiap harinya adalah brownies panggang original, brownies panggang capucino, brownies kukus original, brownies kukus tiramisu, brownies cup, dan brownies roll potong. Jumlah penjualan brownies di mr.BrownCo mengalami fluktuasi setiap bulannya. Hal ini terjadi karena adanya fluktuasi dalam permintaan produk. Penjualan tertinggi terjadi pada saat akhir pekan, musim liburan dan menjelang hari raya. Besarnya permintaan akan produk brownies pada waktu tertentu tersebut membuat perusahaan kadang kewalahan bahkan tidak sanggup untuk memenuhi permintaan konsumen sehingga langsung menolak pesanan dalam jumlah besar atau melebihi kapasitas produksi yang bisa dipenuhi mr.BrownCo.

Permintaan brownies yang tinggi terjadi karena selain permintaan dari mitra yang bertambah juga adanya kegiatan dana usaha yang biasa dilakukan oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan cara menjual kembali brownies dimana keuntungannya digunakan sebagai dana untuk kegiatan tertentu. Selain itu, permintaan dari beberapa toko kue yang bermitra dengan mr.BrownCo juga bertambah karena terjadi peningkatan pembelian brownies dari konsumen yang membeli oleh-oleh untuk dibawa berlibur di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah penjualan tercermin dari data penjualan (Tabel 5).

Data penjualan yang bisa didapat oleh peneliti hanya empat bulan yaitu dari bulan Agustus sampai dengan bulan November saja dikarenakan adanya keterbatasan dari perusahaan dimana data penjualan sebelum bulan Agustus tidak dibukukan. Selain itu terjadi restrukturisasi karyawan di mr.BrownCo pada bulan Desember sehingga hampir semua kegiatan di perusahaan diambil alih oleh pemilik perusahaan secara langsung. Hal inilah yang membuat tidak ada pencatatan penjualan setelah bulan November karena pemilik perusahaan belum memiliki karyawan baru yang bisa ditempatkan di bagian administrasi perusahaan.

(20)

Tabel 5 Data Penjualan Brownies di mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012

Produk Brownies

Jumlah Produk (bungkus/bulan)

Agustus September Oktober November

Panggang original 1.283 1.765 1.356 1.112 Panggang capucino 133 138 93 48 Kukus original 500 1.224 974 676 Kukus tiramisu 129 399 225 218 Cup 179 1.632 1.498 1.706 Roll potong 341 642 1.291 1.385 Sumber : Mr.BrownCo (2012)

Dalam menjalankan usahanya perusahaan menghadapi kendala dalam menentukan kombinasi produk yang akan dikembangkan serta seberapa banyak produk yang harus diproduksi agar memperoleh keuntungan maksimal. Penentuan produksi di mr.BrownCo belum berdasar pada kombinasi produksi optimal tapi hanya berdasarkan pada stok aman yang didasarkan pada pengalaman produksi sebelumnya.

Tabel 6 Data Produksi Brownies Mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012

Produk Brownies

Jumlah Produk (bungkus/bulan)

Agustus September Oktober November

Panggang original 1.325 1.900 1.550 1.225 Panggang capucino 250 150 125 75 Kukus original 880 1.296 1.024 784 Kukus tiramisu 160 464 256 240 Cup 228 1.955 1.547 1.960 Roll potong 440 704 1.452 1.408 Sumber : Mr.BrownCo (2012)

Mr. BrownCo juga mempunyai kendala dari jumlah mesin yang terbatas sehingga belum bisa mengoptimalkan produksinya. Ketika terjadi kenaikan permintaan konsumen akan brownies singkong, mr.BrownCo tidak dapat memenuhi karena kapasitas produksi yang terbatas. Berdasarkan pengamatan di tempat produksi dan wawancara dengan pemilik, keberadaan mixer yang hanya satu buah masih menjadi penghambat karyawan untuk bisa memproduksi brownies dalam waktu cepat. Walaupun penggunaan alat tersebut tidak terlalu lama, namun karena harus digunakan secara bergantian maka pencampuran bahan baku kukus dan panggang juga harus dilakukan secara bergantian. Alat-alat yang digunakan untuk produksi brownies tercantum pada halaman lampiran.

Menurut keterangan dari pemilik mr.BrownCo, jumlah karyawan di mr.BrownCo saat ini berlebih. Karyawan yang bekerja di bagian produksi terdiri dari enam orang dan dari enam orang tersebut empat karyawan diantaranya masih merupakan karyawan baru sehingga dalam menyelesaikan proses produksi belum

(21)

bisa efisien waktu karena karyawan belum terampil. Selain itu, mr.BrownCo jg menerima tenaga kerja dari pelajar magang sehingga walaupun jumlah tenaga kerja banyak di tempat produksi hal itu justru menyebabkan kegiatan produksi tidak efektif dan diperlukan pengaturan standart operasional produksi yang lebih baik.

Adanya permasalahan restrukturisasi karyawan dan keterbatasan mesin membuat Mr.BrownCo memerlukan pengaturan agar sumberdaya yang dimiliki dapat dipergunakan secara optimal sehingga terjadi efisiensi yang akan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana kombinasi tingkat produksi brownies agar dapat mencapai keuntungan maksimal serta seberapa jauh solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal dan kenaikan biaya produksi gula.

Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal brownies singkong pada Mr. BrownCo.

2. Menganalisis seberapa jauh solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal (skenario I) dan kenaikan harga gula sebesar 28,44 persen (skenario II).

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Memberikan rekomendasi dan informasi bagi manajemen mr.BrownCo dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan produksi.

2. Masukan bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai usaha brownies serta memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di mr.BrownCo, Jl. Raya Dramaga, No.253, Kampus IPB, Bogor. Pada penelitian ini fokus produk yang diteliti adalah produk brownies singkong yang diproduksi rutin setiap hari selama periode bulan Agustus sampai dengan November 2012. Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi produksi brownies singkong yang dihasilkan mr.BrownCo. Metode yang dipakai adalah studi kasus sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku bagi mr.BrownCo, namun demikian diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak lain.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelayakan Tepung Singkong sebagai Pengganti Tepung Terigu

Tepung merupakan bahan kering yang berbentuk powder, termasuk di dalamnya pati, agar, keragenan, gum dan lai-lain (Uliyanti, 2010). Tepung merupakan bahan yang dikeringkan, selanjutnya dikecilkan ukurannya hingga berbentuk powder, untuk keseragaman ukuran powder tersebut diayak dengan ayakan sesuai dengan keinginan, biasanya produk tepung lolos dengan ayakan 60 mesh. Pada dasarnya pengolahan tepung adalah mengeringkan seluruh bahan yang hendak ditepungkan selanjutnya bahan kering tersebut dihaluskan dan diayak sehingga diperoleh bubuk.

Adanya penemuan-penemuan tentang tepung di Indonesia akan dapat menggantikan dominasi terigu di dalam pengolahan produk pangan. Selain itu, pengolahan jenis-jenis dari berbagai sumber tanaman penghasil karbohidrat, ditujukan untuk penanganan hasil panen melalui diversifikasi produk olahan. Banyak jenis tepung yang dapat dihasilkan dari tanaman-tanaman sumber pati seperti umbi-umbian. Tepung dari umbi-umbian antara lain adalah tepung ganyong, tepung talas, dan tepung singkong.

Singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat atau sumber energi yang mengandung banyak gizi sehingga keberadaan tepung singkong saat ini mampu menggantikan peran tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam produksi makanan. Keunggulan singkong yang tidak mengandung gluten yang terdapat pada tepung terigu menjadikan bahan baku ini aman dikonsumsi siapapun bahkan anak autis yang tidak boleh mengkonsumsi gluten. Komposisi kandungan gizi pada singkong tercantum pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Komposisi Kandungan Gizi pada Singkong per 100 gram

Komponen Satuan Kadar

Kalori kal 146,00 Air gram 62,50 Phosphor mg 40,00 Karbohidrat gram 34,00 Kalsium mg 33,00 Vitamin C mg 30,00 Protein gram 1,20 Besi gram 0,70 Lemak gram 0,30 Vitamin B1 mg 0,06

Sumber : Sentra Informasi Iptek (2012)

Proses Produksi Brownies

Menurut sejarah, brownies telah ada sejak tahun 1920-an dan menjadi sangat populer sampai sekarang. Pembuatan brownies memiliki komposisi

(23)

sederhana dan teknik pemasakan yang tidak terlalu sulit. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat brownies antara lain : tepung terigu, margarin, dark

chocolate atau cokelat batang, gula pasir halus, cokelat bubuk, telur, dan

pengembang. Langkah-langkah untuk membuat brownies panggang disajikan dalam Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2 Langkah-langkah Pembuatan Brownies Sumber : Bogasari 2012

Start

Didinginkan dan siap dikemas Dikukus selama 30 menit Adonan dimasukkan loyang

cetak

Dicampur (dimixer) selama 1 menit dengan kecepatan tinggi

Dicampur (dimixer) selama 30 detik dengan kecepatan tinggi Dicampur (dimixer) selama 20 menit dengan kecepatan tinggi. Dicampur (dimixer) selama 3 menit dengan kecepatan tinggi

Gula dan Telur

End Backing powder,

pengembang

Tepung terigu, dan coklat bubuk

(24)

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian tersebut hal yang membedakan adalah jenis komoditi atau produk yang dikaji, alat analisis yang digunakan, serta kendala yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Penelitian-penelitian mengenai optimalisasi produksi diantaranya adalah sebagai berikut.

Sibarani (2002) meneliti tentang optimalisasi produksi jamu yang memiliki persamaan produk dengan yang diteliti oleh Zaenal (2008) yaitu tentang optimalisasi produksi obat tradisional. Dalam penelitiannya, Sibarani (2002) menggunakan alat analisis linier programming dengan bantuan program ABQM sedangkan Zaenal (2008) dengan bantuan program LINDO. Variabel yang digunakan sebagai kendala pembatas pada umumnya adalah bahan baku, bahan pengemas, tenaga kerja langsung, jam mesin, target produksi, dan kendala permintaan. Hasil penelitian Sibarani (2002) menunjukkan perusahaan belum dapat berproduksi secara optimal dimana dari 43 sumberdaya yang digunakan, 36 diantaranya merupakan sumberdaya berlebih. Penelitian Zaenal (2008) menyebutkan bahwa sumberdaya belum dimaanfaatkan secara efisien. Sumberdaya yang paling inefisien adalah jam kerja mesin.

Halim (2009) dan Wardhani (2010) meneliti optimalisasi susu pasteurisasi pada perusahaan yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah linier

programming dengan alat analisis primal, dual, sensitivitas, dan post optimal.

Halim (2009) memasukkan kendala permintaan pasar ke dalam penelitiannya sedangkan Wardani (2010) memasukkan adanya sistem job order dalam menjalankan usaha pengolahan susu segar. Analisis post optimal yang dilakukan Halim (2009) pada skenario I yang meningkatkan keuntungan sebesar 15 persen dari solusi optimal awal, dan pada skenario II dilakukan perubahan dengan meningkatkan harga gula pasir yang berdampak pada turunnya keuntungan menjadi turun sebesar 14 persen dari keuntungan optimal awal. Sedangkan Wardani (2010) pada skenario I menghilangkann dampak negative job order, skenario II adalah peningkatan pemanfaatan susu segar, dan pada skenario III adalah pengaruh peningkatan harga beli susu segar terhadap keuntungan.

Badria (2005), Rahmadani (2006), dan Nasrun (2009) melakukan penelitian pada produk makanan yaitu Badria (2005) meneliti tentang roti, Rahmadani (2006) meneliti tentang mie instan, sedangkan Nasrun (2009) meneliti tentang nata de coco. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan perusahaan yang dikaji belum dapat berproduksi secara optimal sehingga bisa mempertimbangkan lagi jumlah produksinya agar dapat memperoleh keuntungan maksimum.

Effendy (2006) meneliti tentang optimalisasi madu kemasan dengan linier

programming dengan bantuan program QM4W (Quantitative Method for Widow).

Berdasarkan hasil olahan program linier menunjukkan bahwa perusahaan sudah bisa mencapai keuntungan maksimal hanya dengan memproduksi 14 jenis madu kemasan saja dibandingkan produksi pada saat kondisi aktual sebnyak 50 jenis madu kemasan. Rizky (2006) meneliti tentang optimalisasi produksi tahu pada CV Harum Legit dengan kombinasi metode Linier Programming dan Integer

(25)

linier dimana beberapa atau semua variabel memiliki nilai-nilai integer (bulat) untuk memudahkan penggunanya dalam pemecahan persoalan-persoalan yang harus menghasilkan bilangan bulat. .

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan adalah Linier Programming dengan bantuan program LINDO (Linier Interactive Descrete Optimizer) sama dengan metode yang digunakan oleh Zaenal (2008), Halim (2009), Wardhani (2010), Badria (2005), Rahmadani (2006), dan Nasrun (2009). Sedangkan perbedaannya adalah komoditi brownies belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun produk brownies memiliki karakteristik yang hampir sama dengan produk roti yang diteliti oleh Badria (2005). Kendala-kendala yang dirumuskan dalam penelitian ini memliki beberapa persamaan yaitu tentang kendala bahan baku utama, kendala jam kerja mesin, kendala jam tenaga kerja, dan kendala permintaan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori – teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti teori konsep dasar risiko, sumber – sumber risiko, analisis dan teori – teori yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. Penjelasan secara spesifik mengenai teori – teori tersebut akan dijabarkan pada sub bab dibawah ini:

Teori Produksi

Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian karena memproduksi dan mendistribusikan suatu produk. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu (Gaspersz, 1998). Menurut Hadi et al. (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi suatu perusahaan yaitu:

1. Jumlah bahan baku yang tersedia

2. Kualitas bahan baku yang tersedia sesuai dengan keinginan permintaan pemesan

3. Kemampuan pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi

4. Standar produksi yaitu memiliki jaminan secara domestik dan lebih baik lagi jika mampu dijamin secara internasional

5. Kemampuan berproduksi yang mampu diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal dari pemesanan.

Menurut Prawirosentono (2007), berdasarkan sifatnya jenis proses produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Perusahaan dengan proses produksi terus-menerus (continuous process). Perusahaan ini beroperasi secara terus-menerus untuk memenuhi stok pasar.

(26)

Selama stok barang hasil produksi masih diperlukan konsumen, perusahaan akan terus memproduksi barang tersebut.

2. Perusahaan dengan proses produksi terputus-putus (intermitten process). Perusahaan yang berproduksi secara terputus-putus menggantungkan proses produksinya pada pesanan (job order). Perusahaan akan berproduksi membuat jenis barang jika barang tersebut ada yang memesannya dan barang yang dibuat harus sesuai dengan permintaan pemesan. Jika tidak ada pesanan (order) berarti tidak ada proses produksi (job).

Menurut Assauri (1980), secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam pengolahan dan pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan serangkaian kegiatan saling terkait dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem. Bermacam-macam kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi ini dapat dilakukan oleh banyak bagian yang ada, terutama perusahaan besar, dan dapat dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja terutama di perusahaan kecil.

Fungsi produksi merupakan hubungan fisik jumlah input dengan jumlah output. Menurut Nicholson (1999), hubungan antara input dan output dapat diformulasikan oleh sebuah fungsi produksi yang dalam bentuk matematis dapat ditulis Q = f (K,T,M,n), dimana Q = output yang dihasilkan selama periode tertentu, K = kapital (modal), T = tenaga kerja, M = material, dan n = faktor lainnya. Dari input yang tersedia, setiap perusahaan ingin memperoleh hasil maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada periode tersebut.

Sistem Produksi

Sistem produksi didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Proses transformasi (pengubahan) ini meliputi suatu rangkaian masukan-konversi-keluaran. Rangkaian tersebut merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi, dimulai dengan unit terkecil dari kegiatan produksi yaitu operasi. Langkah-langkah atau operasi ini kemudian diatur menurut aturan tertentu untuk membentuk sistem produksi yang lebih besar (Buffa, 1996).

Menurut Prawirosentono (2007), sistem produksi adalah bagian dari manajemen operasional. Kata produksi secara umum dapat diartikan membuat suatu produk dari berbagai bahan, sedangkan arti sistem adalah cara yang berkaitan dengan membuat produk. Secara singkat ruang lingkup sistem produksi terdiri dari metode perencanaan produksi, pelaksanaan produksi dan pengendalian produksi. Berikut tahapan kegiatan operasi dalam perusahaan dalam melaksanakan sistem produksi:

(27)

Gambar 3 Tahap kegiatan operasi dalam perusahaan Sumber : Prawirosentono (2007)

Berdasarkan perencanaan jenis dan skala produksi dapat dihitung kebutuhan modal. Modal yang tersedia dapat digunakan untuk menyediakan atau membeli berbagai faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin dan teknologi, bahan baku, bahan penolong, tanah, gedung, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan bahan baku inilah manajemen produksi berperan.

Kombinasi Produksi Optimum

Tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah untuk melakukan kegiatan produksi barang atau jasa guna memperoleh keuntungan atau penerimaan maksimum. Tujuan utama tersebut seringkali sulit dicapai oleh perusahaan karena adanya keterbatasan dari ketersediaan faktor-faktor produksi (sumberdaya) yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu pihak pengambil keputusan dalam suatu perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produksi optimum yang akan dicapai dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut guna menghasilkan keuntungan maksimum.

Dalam menentukan kombinasi produksi optimum untuk memperoleh keuntungan maksimum dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dari garis isorevenue. KKP menunjukkan semua kombinasi keluaran yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan sumberdaya yang jumlahnya tertentu. KKP menjelaskan semua kombinasi produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumberdaya yang tetap. Masing-masing titik dalam KKP menunjukkan kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. Garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu (Nicholson, 1991).

Dalam usaha menentukan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan suatu tujuan dapat dijelaskan dengan KKP yang merupakan kurva memperlihatkan alternatif kombinasi produk yang dapat diproduksi bila seluruh sumberdaya yang tersedia dipergunakan. Sementara garis isorevenue adalah garis yang menggambarkan kombinasi output yang memberikan penerimaan tertentu kepada perusahaan (Lipsey, 1995). Pembelian faktor-faktor produksi Proses Pengolahan Pengendalian Produksi Perencanaan Produksi Umpan Balik Penyediaan Modal  Tenaga Kerja  Mesin dan Peralatan

 Bahan baku dan

penolong

 Tanah dan Gedung  Dan sebagainya

Konsumen Barang

(28)

Gambar 4 Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue Sumber : Diacu dari Lipsey, 1995

Pada gambar 4 garis isorevenue diturunkan dari rumus penerimaan total (TR1 = P1Q1 + P2Q2), atau secara matematis dinyatakan sebagai :

Q2

=

Q1

P1 melambangkan harga jual dari Q1 dan P2 melambangkan harga jual untuk

Q2. Lambang Q1 melambangkan jumlah produk pertama yang dijual perusahaan,

sedangkan Q2 melambangkan jumlah produk kedua yang dijual perusahaan. Pada

harga P1 dan P2 akan diperoleh kombinasi optimum di titik A dimana pada titik

tersebut terjadi persinggungan antara KKP dan isorevenue. Kombinasi produk selain pada titik A akan membuat perusahaan tidak memperoleh penerimaan maksimum dengan tingkat harga yang sama. Kondisi yang digambarkan pada titik B dan C adalah perusahaan tidak berproduksi sesuai dengan kapasitas sumberdaya yang dimiliki sehingga menyebabkan penerimaan lebih rendah dari penerimaan pada kondisi optimum. Penerimaan akan lebih rendah lagi jika perusahaan

KKP C Isorevenue 3 Isorevenue 2 Isorevenue 1 A B D 0

(29)

berproduksi di titik D yang berarti perusahaan berproduksi tidak memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki.

Pada batas kemungkinan produksi terdapat tiga konsep (Lipsey, 1995) antara lain :

1. Kelangkaan (scarcity), yaitu kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas 2. Pilihan (choice), yaitu berdasarkan kebutuhan memilih dari sejumlah titik-titik

alternatif yang dapat dicapai batas.

3. Biaya peluang (oppurtunity cost), yaitu nilai yang hilang jika memilih alternatif produk lain berdasarkan kemiringan batas ke kanan kebawah (bentuk kurva cembung).

Tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan tidak hanya perlu memperhatikan tingkat keuntungan yang diharapkan tetapi harus memperhatikan juga sumberdaya yang terbatas. Pada tiga konsep Lipsey dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang terbatas dapat mengakibatkan kelangkaan, kondisi ini menunjukkan tingkat produksi yang diharapkan tidak dapat melebihi keterbatasan sumberdaya yang ada. Perusahaan mengalami kelangkaan akan memilih beberapa alternatif pilihan yang dapat dicapai sepanjang batas kemungkinan produksi. Pemilihan yang terjadi ini akan menimbulkan biaya peluang, artinya seberapa besar biaya yang hilang atas pemilihan salah satu alternatif yang dibandingkan dengan alternatif lain. Optimalisasi

Optimalisasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan (Nasendi dan Anwar, 1985).

Optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam menentukan variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan itu biasanya meliputi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku, modal, tenaga kerja, dan mesin yang merupakan input serta ruang dan waktu (Supranto, 1998).

Memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian tersebut, proses produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996).

Program Linier (Linier Programming)

Program linier adalah salah satu metode dalam ilmu manajemen untuk mengelola sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Prawirosentono, 2007). Linier programming merupakan teknik untuk menghitung kombinasi optimum dari sumber-sumber tertentu agar dapat tercapai tujuan yang semaksimal mungkin sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya. Agar

(30)

kombinasi optimum tercapai, linier programming ini harus diperhitungkan faktor-faktor pembatasnya (Syamsi, 2000).

Menurut Muslich (2010), tujuan dari penggunaan program linier adalah untuk menyusun suatu model yang dapat dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi yang optimal dari sumberdaya perusahaan ke berbagai alternatif. Ada empat kondisi utama yang diperlukan bagi penerapan program linier yaitu :

1. Harus ada sumber daya yang terbatas mencakup tenaga kerja, peralatan, keuangan, bahan, dan sebagainya. Tanpa batasan ini, tidak akan timbul masalah.

2. Ada suatu fungsi tujuan seperti memaksimalkan laba atau meminimalkan biaya.

3. Harus ada linearitas.

4. Harus ada keseragaman misalnya barang-barang yang diproduksi suatu mesin adalah identik, atau semua jam kerja yang tersedia dari seorang pekerja adalah sama produktifnya.

Perusahaan sering dihadapkan pada keterbatasan fasilitas produksi dalam mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan. Oleh karena itu dalam program linier diformulasikan dua fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Program linier merupakan cara menanggulangi masalah yang mempunyai variabel-variabel yang bergantung satu sama lain dan berhubungan secara linier. Penggunaan program linier didasari oleh berbagai asumsi, untuk memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu :

1. Linearitas

Perbandingan antara input yang satu dengan input lainnya atau suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak bergantung tingkat produksi.

2. Proporsionalitas

Jika peubah pengambil keputusan berubah maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan dan juga pada kendalanya (Taha, 1993).

3. Aditivitas

Nilai parameter suatu kriteria optimalisasi (koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu dalam model program linier tersebut (Taha, 1993).

4. Divisibilitas

Peubah-peubah pengambil keputusan jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tetapi boleh non integer (Nasendi dan Anwar, 1985). 5. Deterministik

Semua parameter yang terdapat dalam model program linier adalah tetap, diketahui, dan dapat diperkirakan dengan pasti (Nasendi dan Anwar, 1985).

Secara umum model linier programming yang memaksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut :

Maksimisasi

Z =

(31)

Keterangan :

Z : fungsi tujuan

Ci : koefien peubah pengambil keputusan ke-i dalam fungsi tujuan Xi : tingkat kegiatan ke-i

ai : koefisien pengambilan keputusan ke-i

bi : kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan.

Setelah permasalahan dirumuskan ke dalam model linier programming, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan model linier programming yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal.

Kerangka Operasional Penelitian

Kerangka pemikiran operasional diawali dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi perusahaan yang kemudian diikuti dengan bagaimana hubungan (keterkaitan) antar variabel-variabelnya. Berdasarkan hubungan tersebut maka kita dapat menentukan metode atau alat analisis yang akan digunakan. Tujuan suatu perusahaan dalam melakukan usahanya adalah untuk memaksimalkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu perusahaan dihadapkan pada kenyataan mengenai keterbatasan sumberdaya. Sumberdaya yang terbatas mengakibatkan penambahan suatu jenis output yang akan mengurangi output jenis yang lainnya. Pemakaian sumberdaya yang berlebihan dapat menyebabkan inefisiensi biaya yang akan membuat keuntungan tidak maksimal. Untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal.

Perencanaan produksi yang optimal diperoleh dengan menggunakan linier

programming. Program linier dipilih karena memberikan penyelesaian atas

permasalahan mengenai pengoptimalan alokasi sumberdaya berupa bahan baku, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan adanya kendala permintaan. Hasil output dari pengolahan data dengan menggunakan LINDO akan memberikan kombinasi produk yang optimal sehingga keuntungan maksimal dapat dicapai. Mr. BrownCo perlu melakukan analisis optimalisasi produksi dengan menggunakan metode

linier programming yang telah tersusun. Kondisi optimal perusahaan yang

dihasilkan dengan linier programming akan dianalisis dengan analisis primal, dual, sensitivitas dan post optimal.

Hasil output dari pengolahan data yang memberikan kombinasi optimal selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan dan dilakukan evaluasi apakah kegiatan produksi yang dilakukan selama ini sudah optimal atau belum. Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan belum mencapai hasil optimal akan dievaluasi. Hasil perbandingan yang optimal akan direkomendasikan pada perusahaan, pada tingkat produksi berapa sebaiknya perusahaan beroperasi sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum

(32)

dengan kombinasi produk optimal sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. Berikut gambaran kerangka pemikiran operasional penelitian :

Gambar 5 Kerangka Operasional Penelitian Mr. BrownCo

- Keterbatasan sumberdaya

- Belum adanya perencanaan produksi optimal - Adanya restrukturisasi karyawan

Tujuan Perusahaan Memaksimumkan Keuntungan

Analisis Optimalisasi Produksi

Kendala yang dihadapi : - Bahan baku utama

- Tenaga kerja - Jam kerja mesin - Permintaan

Penyusunan Produksi Optimal dengan Linier Proggamming

Kondisi Aktual

Perusaha an Evaluasi

Analisis Primal, Dual, Sensitivitas dan Post Optimal

(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di mr.BrownCo yang berlokasi di Jl. Babakan Raya Kampus IPB Dramaga. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan baru dalam industri makanan dan belum menggunakan alat analisis tertentu dalam menentukan kombinasi produk yang optimal. Mr. BrownCo belum dapat menentukan berapa banyak kombinasi jumlah produk yang harus dihasilkan untuk setiap produk agar dapat memperoleh keuntungan maksimal. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan yang relevan dengan topik penelitian. Data-data sekunder diperoleh dari arsip-arsip perusahaan, dinas terkait, serta literatur yang relevan dengan penelitian ini. Jenis data sekunder yang diperoleh dari arsip perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Data gambaran umum perusahaan meliputi sejarah perusahaan, ketenagakerjaan, proses produksi, serta pemasaran.

2. Data produksi dan data penjualan tiap bulan tiap jenis brownies (bungkus/bulan).

3. Ketersedian sumberdaya tiap bulan dalam produksi (kg/bulan). 4. Penggunaan sumberdaya tiap-tiap jenis produk brownies (kg/bulan). 5. Biaya produksi per satuan produk (rupiah).

6. Harga jual per satuan produk (rupiah).

Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan mr.BrownCo, pengadaan sarana produksi dan proses produksi pada mr.BrownCo. Pengolahan kuantitatif diperlukan untuk mengkaji data pemakaian bahan baku dan jam kerja tenaga kerja langsung yang tersedia. Data yang diperoleh dari perusahaan akan diolah secara manual. Dari aktivitas tersebut disusun suatu persamaan fungsi tujuan serta persamaan, dan pertidaksamaan itu diolah dengan menggunakan program LINDO (Linier Interactive and Descrete Optimizer).

Masalah optimalisasi produksi untuk perencanaan dirumuskan kedalam model linier programming dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan Variabel Keputusan

Variabel keputusan dinyatakan dalam simbol matematika, variabel ini yang akan digunakan untuk menentukan simbol variabel fungsi tujuan dan fungsi

(34)

kendala. Variabel keputusan dalam model linier program adalah menentukan jumlah atau kuantitas produksi brownies yang nilainya optimal berdasarkan data yang didapat selama empat bulan. Jumlah variabel keputusan didasarkan pada enam jenis produk brownies yang akan dioptimalkan yaitu :

X1 = Panggang Original X2 = Panggang Capucino X3 = Kukus Original X4 = Kukus Tiramisu X5 = Cup brownies X6 = Roll potong

2. Menentukan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan pada model linier programming adalah ingin mencapai suatu tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum. Fungsi tujuan yang ditentukan merupakan hubungan linier koefisien dengan variabel keputusan. Keuntungan maksimum yang dimaksud adalah total penjumlahan keuntungan yang diperoleh dari kombinasi produksi optimal setiap jenis brownies. Nilai keuntungan setiap jenis brownies yang merupakan koefisien variabel keputusan pada fungsi tujuan diperoleh dari perhitungan selisih harga jual dengan total biaya produksi setiap jenis brownies. Data yang digunakan untuk menentukan koefisien variabel keputusan pada fungsi tujuan adalah dari besarnya keuntungan yang diperoleh setiap produk brownies. Fungsi tujuan dari kegiatan produksi brownies dengan menggunakan program linier adalah sebagai berikut :

Maksimum Z =

Keterangan :

Z : Keuntungan yang ingin dimaksimumkan (rupiah)

Ci : Keuntungan per-satuan produk brownies ke-i (rupiah)

Xi : Variabel pengambil keputusan atau aktivitas ke-i, dimana i = 1 (Panggang Original) , 2 (Panggang Capucino), 3 (Kukus Original), 4 (Kukus Tiramisu), 5 (Cup), dan 6 (Roll potong).

3. Menentukan Kendala

Kendala yang dihadapi dalam model linier programming untuk optimalisasi produksi brownies adalah kendala bahan baku, kendala jam tenaga kerja, kendala jam kerja mesin, dan kendala permintaan. Kendala-kendala yang dapat menghambat proses produksi dapat dilihat pada Tabel 8.

(35)

Tabel 8 Kendala-kendala dalam Produksi Brownies di Mr.BrownCo

No Jenis Kendala Kendala ke-n

1 Bahan Baku a. Tepung Singkong 1 b. Telur 2 c. Gula 3 d. Tepung Terigu 4 e. Cokelat Batang 5 f. Cokelat Bubuk 6 2 Tenaga Kerja

a. Jam Tenaga Kerja 7

3 Mesin a. Mixer 8 b. Oven 9 c.Kukus 10 4 Permintaan a. Jumlah Permintaan 11

Fungsi umum kendala dirumuskan sebagai berikut :

ni ≥;≤ bn

a) Kendala Ketersediaan Bahan Baku

Dimana :

ani = koefisien penggunaan bahan baku ke-n untuk satu-satuan produk ke-i,

dimana n=1 untuk tepung singkong, n=2 untuk telur, n=3 untuk gula, n=4 untuk tepung terigu, n=5 untuk cokelat batang, dan n=6 untuk cokelat bubuk (kg, butir) BBn = ketersediaan bahan baku selama bulan Agustus – November 2012 (kg, butir)

b) Kendala Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung

Dimana :

bi = koefisien kebutuhan tenaga kerja langsung untuk memproduksi produk ke-i

(jam per satuan produk)

JTn = ketersediaan tenaga kerja langsung pada jam kerja normal selama bulan Agustus – November 2012 (jam)

c) Kendala Ketersediaan Jam Kerja Mesin

Dimana :

cni = koefisien kebutuhan jam kerja mesin ke-n untuk memproduksi satu satuan

produk ke-i (jam/satu satuan produk) dimana n=1 untuk mesin mixer, n=2 untuk mesin oven, n=3 untuk mesin kukus.

(36)

JMn = kapasitas penggunaan mesin selama bulan Agustus – November 2012 (jam)

d) Kendala Permintaan

Kendala permintaan merupakan jumlah permintaan produk brownies kepada mr.BrownCo selama bulan Agustus – November 2012. Jumlah permintaan terhadap brownies dapat digambarkan sama dengan jumlah penjualan atau bisa lebih besar dari jumlah penjualan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik mr.BrownCo diketahui bahwa mr.BrownCo belum dapat memenuhi semua permintaan karena adanya keterbatasan kapasitas produksi sehingga pesanan dalam jumlah besar tidak dapat dipenuhi. Jumlah permintaan yang digunakan dalam fungsi kendala ini adalah rata-rata penjualan tertinggi tiap bulan yang dikalikan sebanyak jumlah hari produksi.

Dimana :

Di = permintaan terhadap produk ke-i selama bulan Agustus – November 2012 (bungkus)

Dalam penelitian ini, kemasan tidak menjadi kendala pembatas karena data mengenai jumlah ketersediaan kemasan di mr.BrownCo ketersediaan kemasan tidak tersedia dan jumlah pemesanan tiap bulannya tidak tercatat. Hal itu tidak menjadi perhatian pemilik mr.BrownCo karena jumlah kemasan masih cukup tersedia di perusahaan dan bisa dipesan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan sehingga sumberdaya kemasan tidak menjadi constrain (batasan) bagi manajemen dalam mengambil keputusan produksi karena dilihat dari kemudahaanya diperoleh.

Metode Analisis Data

Program linier dipilih untuk menjawab penyelesaian atas permasalahan dalam mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal dan mengetahui kombinasi produksi optimal yang dapat memaksimumkan keuntungan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan beberapa analisis yaitu analisi primal, analisis dual, sensitivitas, dan post optimal.

Analisis Primal

Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Dalam analisis primal dapat ditunjukkan aktivitas-aktivitas yang masuk ke dalam skema optimal dan kuantitas dari kegiatan yang bersangkutan. Kegiatan yang tidak termasuk ke dalam skema optimal akan memiliki nilai reduce cost. Dengan membandingkan hasil produksi optimal dengan produksi aktual maka perusahaan akan mengetahui apakah kegiatan produksi yang dilakukan sudah optimal atau belum.

Analisis Dual

Analisis dual dilakukan dengan mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, yaitu dengan melihat nilai slack atau surplus dari nilai dual yang

(37)

dihasilkannya. Nilai dual (dual price atau shadow price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual juga menunjukkan batas harga tertinggi (maksimum) dari suatu sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Oleh karena itu nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam pembelian sumberdaya.

Analisis dual dapat digunakan perusahaan untuk mengetahui apakah sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi merupakan sumberdaya langka atau sebaliknya. Apabila nilai slack atau surplus sama dengan nol dan nilai

dual lebih dari nol maka sumberdaya tersebut tergolong ke dalam sumberdaya

yang bersifat langka (pembatas). Sumberdaya yang bersifat langka ini termasuk kedalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Namun apabila nilai slack atau surplus lebih dari nol dan nilai dualnya sama dengan nol maka sumberdaya tersebut tergolong kedalam sumberdaya tidak aktif atau kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi serta tidak mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahan sebesar satu satuan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah salah satu cara untuk menentukan parameter dalam model yang sangat kritis atau sensitive dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas terbagi menjadi dua bagian yaitu yang berhubungan dengan perubahan salah satu koefisien fungsi tujuan dan perubahan salah satu sisi sebelah kanan. Analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien dari fungsi tujuan digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. Sedangkan analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari nilai ruas kanan kendala yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal.

Selang kepercayaan pada analisis sensitivitas ditunjukkan pada batas maksimum dan batas minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala pada hasil optimalisasi produksi. Batas maksimum menggambarkan batas kenaikan yang diijinkan model (allowable increase) dari nilai kendala yang tidak mengubah pemecahan optimal, sedangkan batas minimum menunjukkan batas penurunan yang diijinkan model (allowable decrease) dari nilai kendala agar pemecahan optimal tidak berubah. Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban optimal tersebut dapat diterapkan apabila terjadi perubahan pada parameter yang membentuk model.

Analisis Post Optimal

Analisis post optimal dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian optimal versi awal. Tujuan dari analisis post optimal adalah untuk mencari kesalahan dan kelemahan dari model yang telah dibuat atau dapat pula digunakan untuk menentukan penduga-penduga penting yang dapat mempengaruhi solusi optimal versi awal. Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang diperoleh jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model.

(38)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Mr.BrownCo

Mr. BrownCo merupakan bisnis yang sedang berkembang dimana konsep bisnisnya memadukan antara produk pangan lokal dan modern. Usaha ini terletak di Jalan Raya Darmaga No.253, Kampus IPB, Bogor. Pendiri mr.BrownCo adalah Sigit Susilo, Bakhtiar Komarullah, Indra Lasmara, Irna dan Melviyana. Namun seiiring berjalannya waktu, hanya Sigit Susilo yang menjalankan bisnis seorang diri sampai akhirnya bertemu dengan rekan bisnisnya yan lain yang ikut membantu dalam menjalankan bisnisnya yaitu Muhammad Anyar Aglamaro.

Produk yang sudah dikembangkan saat ini adalah brownies singkong dan produk turunannya. Bisnis ini didirikan pada tanggal 6 Februari 2008 yang berlokasi di lingkungan IPB Dramaga. Sejak berdirinya mr.BrownCo pada tahun 2008, sambutan pelanggan sangat bagus terlihat dengan semakin meningkatnya penjualan dari bulan ke bulan. Penerimaan dari hasil penjualan yang didapat juga terus meningkat. Diversifikasi dan inovasi produk terus dikembangkan dan mr.BrownCo selalu mengedepankan pelayanan terbaik.

Berdirinya usaha tersebut diawali dengan mengikuti program kreativitas mahasiswa. Modal awal yang dikeluarkan pemilik usaha tersebut sebesar Rp 2.500.00,00. Kemudian pada tahun yang sama, pemilik usaha kembali mengikuti program kreativitas mahasiswa sehingga mendapat tambahan sebesar Rp 4.000.000,00 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. Total modal awal sebesar Rp 6.500.000,00 digunakan untuk membeli etalase toko seharga Rp 600.000,00, oven, mixer, dan sewa tempat untuk kios per tahun, pembuatan leaflet, bahan baku brownies, dan sebagainya.

Rencana pengembangan bisnis mr.BrownCo adalah dengan memperluas pasar ke pusat kota Bogor dan merambah area Jabodetabek. Ada dua rencana pengembangan bisnis yang akan dilakukan mr.BrownCo. Pertama adalah konsep

booth, display atau stand di tempat-tempat strategis seperti mall, pusat jajanan

khas bogor, tempat rekreasi, atau jalan-jalan utama di Bogor. Kedua yaitu membuka outlet atau gerai yang memadukan antara brownies, kopi, dan makanan khas Bogor dimana pelanggan juga disediakan tempat untuk menikmati secara langsung produk-produk yang ditawarkan sambil menikmati hidangan kopi dan menu aneka brownies siap saji. Saat ini mr.BrownCo mempunyai outlet di kampus IPB Dramaga. Outlet pertama ini akan dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan outlet-outlet berikutnya baik dalam kemitraan maupun franchice.

Visi dan Misi Mr.BrownCo

Suatu perusahaan yang baik dan bertanggungjawab pasti ingin memelihara kesinambungan bisnis dalam jangka panjang sehingga harus sudah memikirkan kepeduliannya pada saat awal pendirian perusahaan, yaitu dengan cara menetapkan visi dan misi perusahaan. Sejak awal berdirinya, mr.BrownCo sudah memiliki visi dan misi yang jelas yaitu :

Gambar

Tabel 1  Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di  Indonesia Tahun 2006-2010  Unit Usaha  Tahun  2006  2007  2008  2009  2010  Usaha Mikro  48.512.438  49.608.953  50.847.771  52.176.795  53.207.500  Usaha Kecil  472.602  498.565  522.1
Tabel 2  Perkembangan  UMKM,  Tenaga  Kerja,  dan  Nilai  Investasi  di  Kota  Bogor Tahun 2008-2010
Gambar 1  Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (dalam trilliun Rp)
Tabel 4    Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode 2007–2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dugaan ikan lidah betina pertama matang gonad pada panjang total ikan 105,5 mm dengan jumlah telur berkisar antara 2.657-39.647 butir.. Perlu dilakukan penelitian lanjutan

Jika dilihat dari aspek regulasi terkait yaitu UU Pilkada, UU ASN, dan UU Kepolisian, disebutkan bahwa yang dapat menduduki jabatan sebagai Pj Gubernur yaitu jabatan pimpinan

Pelayanan Skrining Infeksi Menular Seksual (IMS) pada Waria di Kota Yogyakarta sebagai salah satu syarat mencapai derajat Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat.. Tiada

Terhadap semua anak ayam dan mencit yang mati dari mulai hari kesatu sampai hari ketujuh pasca penyuntikan telah dilakukan isolasi dan identifikasi kembali bakteri Salmonella sp.,

menerus,kalau kita lihat investasi semacam ini mungkin sudah banyak yang mengerti,dan mereka hanya mengharapkan kenaikan atau tersewa,tp biasanya investasi semacam

1100- Manajemen nutrisi (hal.274) 5246- Konseling nutrisi (hal.276).. Hasil Workshop Nasional Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia tahun 2014 *Regional Barat: Jakarta,

Perubahan dalam proses produksi mengakibatkan penentuan harga pokok dengan sistem biaya tradisional (konvensional) akan memberikan hasil yang kurang tepat. Harga pokok

Pengembangan pendidikan karakter mengupayakan agar individu-individu memiliki karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan