• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Ilmiah Program Studi Ilmu Politik Universitas Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Artikel Ilmiah Program Studi Ilmu Politik Universitas Jambi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI RELAWAN DEMOKRASI DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DI KABUPATEN TANJUNG

JABUNG TIMUR PADA PEMILIHAN UMUM (PEMILU) SERENTAK

TAHUN 2019

Ade Hawati

1 (Ilmu Politik/H1B116004/Universitas Jambi)

* hawatiAde16@gmail.com

ABSTRACT

The percentage of public political participation in the regency of Tanjung Jabung Timur has increased in the 2019 simultaneous elections from the previous year, during the 2014 election, this research aimed to find out how the strategies carried out by democratic volunteers in order to achieve an increase in community participation. This study uses a qualitative research approach. Volunteer democracy is a legal community formed by the General Election Commission to help increase public participation in the 2019 simultaneous elections. This was carried out in two ways, namely in-depth interviews and documentary studies. Democratic volunteers conducted socialization to 10 layers of society in East Tanjung Jabung Timur with various ways, namely playing role play Focus Group Discussion, lectures with socialization using social media. Research results show that there is a significant increase in community participation in the 2019 simultaneous election, namely 84% and an increase of 6% from the 2014 election.

ABSTRAK

Persentase Partisipasi politik masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengalami peningkatan pada pemilu serentak tahun 2019 dari tahun sebelumnya, yakni pada pemilu tahun 2014. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan relawan demokrasi agar tercapainya peningkatan partisipasi masyarakat. Relawan demokrasi merupakan komunitas legal yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam membantu meningkatkan partisipasi masyarakat pada pemilihan serentak tahun 2019. Studi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara mendalam dan kajian dokumentasi. Relawan demokrasi melakukan sosialisasi kepada 11 lapisan masyarakat di Tanjung Jabung Timur dengan berbagai cara yakni, melakukan simulasi, bermain peran, Focus Group Discussion, ceramah dan sosialisasi menggunakan media social. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan partisipasi masyarakat yang signifikan pada pemilu serentak tahun 2019 yakni sebesar 84% dan meningkat sebesar 6% dari Pemilu 2014.

(2)

PENDAHULUAN Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Kab/Kota). Pada pemilu tahun 2019 masyarakat menggunakan hak pilihnya dengan mencoblos 5 surat suara yang berbeda, tentu ini merupakan fenomena baru dibanding pemilu sebelumnya yang hanya menggunakan beberapa surat suara. Tentu, hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggara pemilu karena mekanisme pemungutan suara menjadi lebih sulit. Mekanisme pemungutan suara yang sulit, dapat berdampak kepada partisipasi politik yang rendah.

Indonesia adalah bangsa yang heterogen yaitu bangsa yang terdiri dengan keberagaman suku, bahasa, ras dan agama serta memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem pemerintahan yang dapat merangkul semua perbedaan. Demokrasi merupakan jalan terbaik dalam mengagregasi segala kepentingan karena sistem demokrasi didalamnya terdapat sebuah kedaulatan rakyat. Salah satu ciri negara yang menganut sistem demokrasi yaitu adanya penyelenggaraan pemilihan umum, dimana setiap warga negara memiliki hak untuk dapat memilih sendiri para pemimpin dan wakilnya. Salah satu indikator keberhasilan pemilu, salah satunya adalah terwujudnya atau tercapainya partisipasi politik masyarakat dalam memberikan hak pilihnya dalam pemilu. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan politik. Pasal 448 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan umum menegaskan bahwa pemilu diselenggarakan dengan partisipasi masyarakat. Poin ini menunjukkan partisipasi masyarakat menjadi salah satu indikator penting penyelenggaraan pemilu. Tanpa partisipasi atau keterlibatan pemilih, maka pemilu tidak memiliki makna. Ukuran partisipasi tentu bukan sekedar kehadiran pemilih dalam memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pemungutan suara atau voter turn out, melainkan keterlibatan pemilih pada keseluruhan tahapan pemilu.

Dalam proses penyelenggara pemilu, relawan politik di adopsi dengan nama relawan demokrasi. Kemudian ketika demikian masif akhirnya KPU juga ingin fungsi dan tugasnya baik, seperti meningkatkan partisipasi, sosialisasi kepada masyarakat serta menumbuhkan kesadaran masyarakat. Dengan perspektif yang berbeda, kemudian KPU membentuk program bernama “Relawan Demokrasi” sebagai perpanjangan tangan (mitra) dari KPU. Program Relawan Demokrasi yang digagas KPU pada tahun 2014 melibatkan kelompok masyarakat yang berasal dari 5 (lima) segmen pemilih strategis yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran. Karena adanya kompleksitas dalam susunan masyarakat sehingga perlu adanya penambahan basis atau segmen agar dapat menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas. Maka pada Pemilu 2019 berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 10 Tahun 2018 tentang sosialisasi, pendidikan pemilih dan partisipasi masyarakat. Relawan Demokrasi kembali dibentuk oleh KPU dengan basis yang lebih banyak dari sebelumnya yaitu 11 (sebelas) basis pemilih strategis diantaranya basis keluarga, basis pemilih pemula, basis pemilih muda, basis pemilih perempuan, basis penyandang disabilitas, basis pemilih Pemilu di tahun 2019, merupakan

pemilu yang dilaksanakan secara serentak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi), Dewan

(3)

berkebutuhan khusus, basis kaum marginal, basis komunitas, basis keagamaan, basis warga internet dan basis relawan demokrasi. Pelopor-pelopor demokrasi akan dibentuk di setiap basis yang kemudian menjadi penyuluh pada setiap komunitasnya. Segmentasi berdasarkan basis pemilih dilakukan dengan kesadaran bahwa tidak semua lapisan masyarakat mampu dijangkau oleh program KPU.

TPS atas idealisme tertentu tetapi ada yang didasarkan pada kalkulasi untung rugi yang sifatnya material, seperti mendapatkan uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Pada pemilu 2019 di Tanjung Jabung Timur melahirkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor: 95/HK.03.1-Kpt/1507/KPU-Kab/1/2019 Tentang Pembentukan Relawan Demokrasi Pemilihan Umum Tahun 2019. KPU Kabupaten Tanjung Jabung Timur menetapkan 55 orang terpilih menjadi Relawan Demokrasi. Relawan demokrasi dipilih untuk aktif berperan mensosialisasikan pemilu dan mendidik masyarakat agar menggunakan hak pilihnya secara bijak di Pemilu 2019. Hasil rekapitulasi penghitungan suara di Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3 periode pemilu terakhir mengalami peningkatan, sebagaimana di tunjukkan pada grafik berikut:

Satu sisi, berbicara kuantitas program relawan demokrasi dilatarbelakangi oleh partisipasi pemilih yang cenderung menurun. Empat pemilu nasional terakhir dan pelaksanaan pemilu di berbagai daerah menunjukkan indikasi itu. Pada pemilu nasional, yaitu pemilu 1999 (92%), pemilu 2004 (84%), pemilu 2009 (71%), pemilu 2014 (73%) menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam upaya untuk mewujudkan kesuksesan Pemilu 2019. Berikut grafik persentase partisipasi politik masyarakat pada pemilu nasional 4 tahun terakhir :

75% 80% 85% Tahun 2009 Tahun 2014 Tahun 2019

Grafik 1.2 Tingkat Partisipasi

Politik Masyarakat Di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur

Presentase

Tingkat partisipasi politik masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada pemilu tahun 2009 sebesar 78,91%. Kemudian dimunculkannya relawan demokrasi agar di pemilu tahun 2014 partisipasinya meningkat. Lalu tahun 2014, dengan dihadirkannya relawan demokrasi pertama kali dengan jumlah 5 basis atau segmen tingkat partisipasi masyarakat sebesar 78,54%, artinya terjadi penurunan partisipasi masyarakat sebesar 0,37%.Kemudian tahun 2019 relawan demokrasi kembali dimunculkan oleh KPU RI, yang awalnya hanya ada 5 basis namun di

0% 50% 100% Ta h u n … Ta h u n … Ta h u n … Ta h u n … Grafik 1.1 Persentase

partisipasi politik

masyarakat pada pemilu Nasional 4 tahun terakhir

Persenta se

Sisi lain, munculnya program relawan demokrasi juga dilatarbelakangi oleh tingkat kualitas pemilih yang rendah. Tanpa mengabaikan apresiasi kepada pemilih yang menggunakan hak pilihnya secara cerdas, sebagian pemilih terjebak dalam pola pragmatisme. Tidak semua pemilih datang ke

(4)

pemilu 2019 relawan demokrasi bertambah menjadi 11 basis. Penambahan basis relawan ini tujuannya agar bisa meluas ke tiap-tiap kelompok masyarakat dan juga agar tercapainya tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi.

Jabung Timur pada Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019”.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu untuk membuat gambaran ,deskripsi atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Dalam penelitian kualitaif ini, metode yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data yang berasal dari berbagai literatur, dokumentasi atau wawancara yang dilakukan kepada sumber utama terkait dengan cara menganalisis antara konsep, kebijakan dan hasil yang ditemukan dilapangan saat dilakukannya penelitian. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer (data utama) dan data skunder (data pendukung). Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan

Purposive Sampling. Purposive Sampling

adalah teknik pengumpulan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya untuk teknik analisis data, dalam penelitian ini yaitu dengan mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi data. Pada pemilu tahun 2019, tingkat

partisipasi masyarakat meningkat yaitu sebesar 84% dari jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) sebanyak 168.575 jiwa dan yang menggunakan hak pilih sebnyak 141.929 jiwa. Budaya politik yang masih kerap terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu seperti tidak menggunakan hak pilih atau golput (golongan putih) dalam pemilihan presiden ataupun legislatif, tidak memperdulikan kepentingan bangsa baik dalam negeri maupun luar negeri dan tidak memiliki selera untuk membahas hal-hal yang berbau politik. Budaya politik ini cenderung bersifat individualisme dan mementingkan diri sendiri. Kemudian budaya politik lainnya misalnya seperti masyarakat itu sebenarnya paham dan mengerti tentang sistem perpolitikan, namun keikutsertaan dalam perpolitikan tidak terlalu aktif. Dari budaya-budaya politik tersebut relawan demokrasi harus mampu membantu KPU dalam mensosialisasikan pentingnya pemilu dan mengubah maindset masyarakat agar peduli dengan perpolitikan bangsa ini.

Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa partisipasi politik di Kabupaten Tanjung Jabung Timur cenderung tinggi bahkan meningkat, sehingga peneliti tertarik meneliti mengenai partisipasi politik di Kabupaten Tanjung Jabung Timur khususnya mengenai peran relawan demokrasi dalam meningkatkan partisipasi politik di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul“ Strategi Relawan

Demokrasi dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat di Kabupaten Tanjung

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kedudukan Relawan Demokasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Pada Pemilu Serentak Tahun 2019

a. Problem partisipasi masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Partisipasi pemilih menjadi elemen penting disebuah negara demokrasi. Dalam

(5)

setiap pelaksanaan pemilu selalu ada persoalan terkait partisipasi pemilih. Melihat fenomena yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tingkat partisipasi masyarakat mengalami siklus naik turun pada Pemilihan umum. Pada Pemilu tahun 2009 sebesar 78,91% dengan jumlah DPT yaitu 146.203 jiwa dianggap rendah. Kemudian pada Pemilu tahun 2014 tingkat partisipasi masyarakat sebesar 78,54% dari jumlah DPT 167.817 jiwa, artinya ada penurunan angka tingkat partisipasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 0,37%. Hal ini menjadi kekhawatiran KPU Tanjung Jabung Timur pada Pemilu selanjutnya. Rendahnya partisipasi masyarakat tentu ada faktor-faktor yang menyebabkan pemilih tidak menggunakan hak pilihnya.

kepada calon peserta pemilu karena bermasalah seperti terlibat korupsi dan tidak mempunya visi dam misi yang jelas. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tingkat partisipasi masyarakat sebesar 84% dari jumlah DPT 168.575, artinya masih ada 26% masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya. Faktor ketidakhadiran pemilih di TPS pada Pemilu sebelumnya masih terbawa ke pemilu 2019, namun sudah bisa dikatakan pemilu 2019 lebih baik. Hal ini menjadi tugas dan tantangan bagi relawan demokrasi untuk bekerja dengan maksimal dan dapat memperjuangkan hak pilih masyarakat tersebut agar masyarakat dapat menggunakan hak pilinya dengan baik dan dengan adanya relawan demokrasi masyarakat dapat menjadi pemilih yang rasional. Tingkat partisipasi yang sudah tinggi diharapkan bertahan dan bahkan terus meningkat pada pemilu-pemilu berikutnya. Partisipasi yang tinggi tidak hanya secara kuantitas namun lebih kepada kualitas pemilih itu sendiri dalam memahami pentingnya pemilu.

Rendahnya partisipasi masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur lebih dipengaruhi oleh faktor pekerjaan masyarakat dan faktor administrasi pemilih.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur faktor pekerjaan yang membuat pemilih ini tidak dapat hadir ke TPS misalnya seperti pekerjaan nelayan, petani, buruh harian dan lain-lain. Pemilih dalam kondisi seperti ini dihadapkan pada dua pilihan, menggunakan hak pilih yang akan mengancam berkurangnya penghasilan atau pergi bekerja dan tidak menggunakan hak pilih. Faktor lain yang mengakibatkan masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya yaitu faktor teknis. Faktor teknis merupakan adanya kendala teknis yang dialami pemilih sehingga menghalanginya untuk menggunakan hak pilihnya. Seperti pada hari pencoblosan pemilih sedang sakit, atau ada hal lainnya yang menyangkut pribadi pemilih.

b. Konsolidasi KPU Tanjung Jabung Timur dengan Relawan demokrasi

Relawan demokrasi Tanjung Jabung Timur dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor: 95/HK.03.1-Kpt/1507/KPU-Kab/1/2019 Tentang Pembentukan Relawan Demokrasi Pemilihan Umum Tahun 2019 dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Relawan demokrasi dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses pemilu, meningkatkan partisipasi pemilih, meningkatkan kepercayaan public terhadap proses demokrasi dan membangkitkan kesukarelaan masyarakat sipil dalam agenda pemilu dan demokrasi pada pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Menurut anggaran Pada Pemilu serentak Tahun 2019,

tingkat partisipasi masyarakat meningkat secara signifikan. Namun masih ada masyarakat yang mempunyai sikap apatis, dimana masyarakat sudah tidak percaya lagi

(6)

Pemilu 2019, relawan demokrasi dibentuk dan menjalankan tugas selama 3 bulan. Selama pelaksanaan tugas sosialisasi tersebut relawan demokrasi diberikan honor pelaksana kegiatan dan dana penunjang kegiatan. Alokasi pembiayaan relawan demokrasi dibiayai oleh Daftar Isian Pembiayaan Anggaran (DIPA) KPU Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Tanjung Jabung Timur. Berbagai macam strategi yang dilakukan oleh KPU untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang melibatkan relawan demokrasi. Kemudian KPU Tanjung Jabung Timur membuat program KPU Goes To School yang dalam hal ini program tersebut dijalankan oleh relawan demokrasi dan komisioner KPU sebagai narasumbernya. Peneliti melihat, hal ini selaras dengan teori Stategy Program (program strategi) yang mana strategi ini telah dilakukan oleh KPU Tanjung Jabung Timur kepada relawan demokrasi. Ini merupakan sesuatu yang penting ditengah masyarakat yang kemudian partisipasinya perlu di tingkatkan. Inilah bentuk konsolidasi KPU dengan relawan demokrasi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Selain itu, KPU juga menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder seperti, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), Kepolisian Resort (Polres), Pemerintah Daerah (Pemda), Perwira Penghubung (Pabung) dan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Kesbangpol). Kerjasama yang dilakukan bersama stakeholder dapat membantu KPU dalam menjalankan tugasnya pada setiap tahapan Pemilu.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu 2019 KPU Tanjung Jabung Timur melakukan character building (membangun karakter) kepada relawan demokrasi. Character building adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dana tau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak, insan manusia sehingga menunjukkan tingkah laku yang baik berlandaskan kepada semangat pengabdian dan kebersamaan. Character

building yang dilakukan oleh KPU Tanjung

Jabung Timur tujuannya untuk meningkatkan dedikasi dan etos daripada Relawan demokrasi untuk mendorong semangat relawan demokrasi agar bekerja secara optimal.

Peneliti melihat upaya yang dilakukan KPU selaras dengan teori tipe-tipe strategi dalam konteks Resource support strategy (strategi pendukung sumber daya) yang mana strategi sumber daya ini untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber esensial guna meningkatkan kualitas kerja organisasi. KPU mendorong relawan demokrasi agar kualitas kinerja relawan demokrasi semakin baik dengan melakukan pendidikan karakter, sehingga relawan demokrasi bisa bekerja optimal dan dapat mencapai target peningkatan partisipasi masyarakat.

c. Peran relawan demokrasi

Dengan padatnya tahapan pada pemilu 2019 membuat KPU tidak bisa berjalan sendiri. Relawan demokrasi dalam hal ini mempunyai peran yang sangat penting untuk mensukseskan pemilu 2019. Tugas relawan demokrasi yaitu mengedukasi atau melakukan pendidikan pemilih, namun bukan berarti hanya melakukan sosialisasi saja. Sosialisasi hanya menyampaikan tahapan, tapi yang dilakukan relawan demokrasi ini adalah pendidikan pemilih, dimana pendidikan pemilih itu menimbulkan kesadaran pentingnya pemilu. Pada pemilu 2019 memang pemilu pertama kali dilaksanakan secara serentak se-Indonesia yang memang lebih sulit Berdasarkan hasil penelitian bahwa

meningkatnya partisipasi politik masyarakat ini berkat kerjasama yang baik antara KPU Tanjung Jabung Timur dan relawan demokrasi. Dimana relawan demokrasi cukup memahami perannya dengan melakukan intruksi dari KPU

(7)

untuk masyarakat memahami tata cara pencoblosan pada saat hari pemungutan suara. Hadirnya relawan demokrasi ini memang penting menurut peneliti dikarenakan selain untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat, relawan demokrasi juga berperan untuk mengurangi angka suara tidak sah pada surat suara.

data-data yang peneliti temukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk dalam bagian tingkat partisipasi yang selalu tinggi. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat Tanjung Jabung Timur masih tinggi tentang pentingnya pemilu dan budaya politik yang masih menjadi trend misalnya seperti jika salah satu seseorang tidak memilih, maka ada orang lain atau orang terdekat yang mengingatkan untuk memilih. Relawan demokrasi juga menentukan

sukses tidaknya pemilu, apalagi pemilu menghendaki partisipasi yang tinggi. Cara pemilu meningkatkan partisipasinya adalah dengan melibatkan komponen masyarakat salah satunya Relawan Demokrasi. Pada proses kegiatan Pemilu dua tahun lalu memang memberikan perubahan terkait partisipasi politik dalam memberikan hak suaranya. Pada Pemilu tersebut terdapat peningkatan yang signifikan khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Eksistensi relawan demokrasi dalam Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dipandang memiliki peranan yang strategis, karena fungsionalitasnya dalam mensosialisasikan Pemilu dan pendidikan pemilih. Relawan demokrasi menjadi kekuatan tambahan yang kuat dalam memaksimalkan proses peningkatan angka persentase dan mutu partisipasi electoral pemilih, apalagi masih adanya apatisme dan polarisasi politik pemilih. Mereka yang terpilih menjadi relawan demokrasi mayoritas memiliki semangat aktivisme sosial (social activism) yang tinggi untuk terlibat dalam kegiatan kerelawanan dalam Pemilu, karena mereka pada umumnya berasal dari kelompok aktivis mahasiswa, kepemudaan, perempuan, disabilitas, netizen dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, mereka memiliki semangat untuk mendapatkan pengalaman baru dalam bidang elektoral dan mendedikasikan diri untuk mensukseskan Pemilu serentak tahun 2019

.

Berdasarkan wawancara bersama Bapak Nurkholis bahwa secara geografis dan akses di Kabupaten Tanjung Jabung Timur relaif sulit, karena banyak wilayah perairan dan tidak semua masyarakat menjangkau TPS. Kemudian akses jalan untuk menuju TPS itupun relatif sulit dan perlu adanya relawan demokrasi. Namun dengan begitu tidak mengurangi semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu dan menggunakan hak pilihnya. Antusias masyarakat Tanjung Jabung Timur dalam kontestasi pemilu dan pilkada bisa dikatakan tinggi. Hal ini di tunjukkan dengan tingginya tingkat partisipasi pemilu sebesar 84% dan pilkada sebesar 80% di Tanjung Jabung Timur.

2. Strategi Relawan Demokrasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada Pemilu 2019

Dari temuan diatas bahwa teori partisipasi politik dalam konteks partisipasi politik otonom selaras dengan yang terjadi dilapangan. Partisipasi politik otonom merupakan partisipasi yang dilaksanakan tanpa adanya paksaan dan berdasarkan atas kemauan partisipan secara sendiri. Peneliti melihat dari

Strategi merupakan rencana dan tindakan-tindakan yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Partisipasi politik adalah kegiatan seorang atau sekelompok orang untuk ikut

(8)

serta aktif dalam kegiatan politik yang bisa dilakukan dengan cara berpartisipasi langsung dalam memilih pemimpin maupun secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik. Meningkatkan partisipasi masyarakat harus ada sebuah rencana yang tersusun dari sebuah lembaga yaitu KPU. Oleh karena itu, KPU berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai sebuah tujuan tersebut dengan melakukan berbagai cara yang salah satunya adalah membentuk program relawan demokrasi.

tergolong dalam basis pemilih tersebut merupakan memiliki pengaruh yang sangat besar. Adapun uraian pengelompokkan basis relawan demokrasi yaitu sebagai berikut:

1. Basis Keluarga

Basis keluarga sebagai salah satu orientasi gerakan sosialisasi dan pendidikan pemilih karena keluarga merupakan unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi. Relawan demokrasi basis keluarga mendatangi masyarakat yang sudah memiliki hak pilihnya di sebuah Desa untuk melakukan sosialisasi ke keluarga besar dan menyebar pamflet ke setiap-setiap rumah warga yang berisikan himbauan untuk datang ke TPS. Dari penjelasan Bapak Joni Iskandar bahwa relasi basis keluarga telah melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dan bila ditemukan masalah mereka berkoordinasi kepada PPK dan PPS agar masyarakat dapat terdaftar dalam daftar pemilih tetap.

Relawan demokrasi itu sendiri melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Adapun strategi yang dilakukan seperti melaksanakan sosialisasi dan pendidikan pemilih menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan, meliputi simulasi, bermain peran/role playing, diskusi kelompok/FGD, ceramah, alat bantu (visual dan non visual) dan melakukan sosialisasi melalui media sosial. Adapun Agenda-agenda dalam melakukan kegiatan relawan demokrasi meliputi memetakan varian kelompok sasaran (mapping), mengidentifikasi kebutuhan varian kelompok sasaran, identifikasi materi dan metode sosialisasi yang akan dilakukan, menyusun jadwal kegiatan dan berkoordinasi dengan relawan pemilu yang lain, melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal, serta menyusun dan melaporkan kegiatan kepada KPU Kabupaten/Kota.

2. Basis Pemilih Pemula

Menjadi seorang relawan demokrasi selain dituntut untuk cakap berkomunikasi juga harus pandai menentukan strategi. Menyusun strategi agar penyampaian informasi mudah dimengerti dan dipahami. Apalagi jika objek penerima informasi adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti proses pemilu, bagi kalangan pemilih pemula, penyampaian pesan yang sederhana akan sangat membantu mereka dalam memahami proses demokrasi. Gerakan sosialisasi dan pendidikan pemilih diorientasikan kepada pemilih pemula atau first time voters. Sejumlah riset menunjukkan pemilih pemula yang menggunakan hak pilihnya ketika pertama kali memasuki usia Relawan demokrasi yang terbagi menjadi

11 basis segmen pemilih merupakan upaya agar sosialisasi dapat menyebar kesetiap lapisan masyarakat yang di anggap memiliki pengaruh besar dalam pemilihan umum. Dari 11 basis tersebut ada beberapa basis yang menjadi perhatian khusus diantaranya basis pemilih pemula, basis pemilih perempuan, basis pemilih muda dan basis pemilih warga internet. Karenakan jumlah pemilih yang

(9)

memilih, mempunyai kecenderungan untuk memilih pada pemilu berikutnya. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur jumlah Pemilih Pemula sebanyak 8.626 jiwa dari jumlah DPT 168.575 jiwa. Berangkat dari hal diatas, seorang relawan demokrasi basis pemula asal Mendahara ulu Muhammad Syakur berinisiatif menggunakan media lagu untuk menyederhanakan pesan pemilu yang disampaikan. Lagu berjudul ‘’ balonku ada lima’’ yang diubah menjadi ‘’surat suaraku ada lima’’ dan liriknya diubah dengan yang berkaitan tentang kepemiluan.

tahun. Pemilih muda baik yang berstatus mahasiswa, pekerja maupun belum/ tidak bekerja penting mendapat sosialisasi dan pendidikan pemilih karena mereka akan mengisi struktur pemilih dalam jangka waktu yang sangat lama. Edukasi secara terus menerus dibutuhkan agar kepercayaan mereka terhadap pemilu sebagai instrumen demokrasi makin kuat dan mendalam. Kebiasaan mereka memilih harus dipupuk dan disemai agar tidak tergerus oleh apatisme maupun pragmatisme politik yang pada akhirnya akan merusak kualitas demokrasi.

Relawan demokrasi dalam menjalankan tugasnya melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan pemilih agar pemilih pemula dapat memahami pentingnya pemilu dan ikut serta menggunakan hak pilihnya. Berdasarkan laporan relawan demokrasi basis pemula, mereka melakukan sosialisasi diberbagai tempat sekolah-sekolah SMA Sederajat yakni di SMK N 5 Dendang, SMAN 2 Muara Sabak Timur, SMAN 4 Dendang. Metode sosialisasi yang dilakukan dengan cara bermain peran dan juga menggunakan alat peraga sosialisasi. Selain itu juga relasi basis pemula melakukan sosialisasi kepada pemuda pemudi Desa Catur Rahayu, Desa Lambur I, Pemilih Pemula Gereja GPDI Rantau Indah, pemuda jalur 3 dendang, pemuda desa mencolok, bahkan relasi basis pemula juga melakukan sosialisasi kepada pemilih pemula yang pekerja ataupun yang putus sekolah.

Relasi basis pemilih muda di Kabupaten Tanjung Jabung Timur melakukan berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi melalui kegiatan-kegiatan seperti pendidikan pemilih diberbagai kalangan muda, yaitu sosialisasi kepada karang karuna Rengas Kuning, pemuda karang taruna Pinang Merah, Pemilih Muda Ikatan Pemuda Bersatu, Pengurus Kesatuan Pembaharuan Mahasiswa Tanjung Jabung Timur, anggota Pramuka Peduli Tanjung Jabung Timur, Keluarga Besar Ikatan Pemuda Gertal Rengas (IPGR). Pemilih Muda Masyarakat Kelurahan Teluk Dawan, Pemilih Muda Masyarakat Kelurahan Parit Culum dan pemilih Muda Desa Koto Kandis Dendang.

Sasaran basis pemilih Muda menjadi bagian segmen yang penting dari segmen pemilih lainnya karena jumlah pemilih muda yang sekitar 74,23% merupakan pemilih yang sangat berpengaruh terhadap perpolitikan. Oleh karena itu peran relasi sangat dibutuhkan agar pemilih muda menjadi pemilih yang berkualitas.

3. Basis Pemilih Muda

Basis pemilih muda dijadikan sebagai basis gerakan sosialisasi dan pendidikan pemilih karena jumlah mereka dalam struktur pemilih yang cukup signifikan. Dalam konteks pemilu, mereka yang disebut basis pemilih muda adalah warga Negara yang telah memiliki hak pilih dan usianya tidak melebihi 30 tahun. Dengan demikian, kisaran usia pemilih muda adalah 22 tahun sampai 30

4. Basis Pemilih Perempuan

Basis pemilih perempuan menjadi sasaran sosialisasi dan pendidikan pemilih karena mereka tidak hanya akan memainkan peran strategis dalam mengasuh dan mendidik anak ketika mereka menjadi ibu rumah tangga. Tetapi juga dapat memainkan

(10)

peran untuk memotivasi dan mengedukasi lingkungan, setidaknya pada komunitasnya. Perempuan yang berstatus ibu memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku anak. Pengaruh kehidupan keluarga yang didominasi oleh peran ibu baik langsung maupun tidak langsung merupakan struktur sosialisasi politik pertama yang dialami seseorang sangat kuat dan kekal.

memberikan hak pilihnya dengan cerdas, memahami bahwa peran pemimpin yang akan dipilihnya memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kebijakan politik dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat di Tanjung Jabung Timur.

5. Basis Pemilih Penyandang Disabilitas

Berdasarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang dimaksud dengan penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Pengalaman berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga dapat meningkatkan perasaan kompetensi politik si anak, memberinya kecakapan-kecakapan untuk melakukan interaksi politik, serta membuatnya lebih mungkin berpartisipasi dengan aktif dalam sistem politik sesudah menjadi dewasa. Keluarga juga membentuk sikap-sikap politik masa depan dengan menempatkan individu dalam dunia kemasyarakatan yang lebih luas. Selain perempuan sebagai sosok sentral dalam mendidik anak, alasan lain menjadikan perempuan sebagai basis sosialisasi dan pendidikan pemilih adalah : (1) jumlah pemilih perempuan berimbang dengan jumlah pemilih laki-laki, namun kapasitasnya masih terbatas dibanding laki-laki; (2) pemilih perempuan rentan dimobilisasi ketika pemilu maupun di luar pemilu; (3) tingkat pendidikan perempuan rata-rata lebih rendah dari laki-laki; (4) pemilih perempuan lebih banyak memainkan peran-peran domestik sehingga urusan publik terabaikan, padahal banyak menyangkut kepentingan perempuan. Jumlah pemilih perempuan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 82.662 jiwa dan laki-laki sebanyak 85.913 jiwa. Relasi basis perempuan melakukan sosialisasi kepada kelompok ibu-ibu yasinan di berbagai tempat.

Penyandang disabilitas menjadi basis sosialisasi dan pendidikan pemilih karena terdapat kecenderungan mereka tidak akan menggunakan hak pilih jika tidak ada kepastian bahwa penyelenggaraan pemilu benar-benar aksesibel terhadap keterbasan yang mereka miliki. Untuk itu, penyelenggara pemilu harus menyosialisasikan tentang kebijakan dan bentuk layanan ramah disabilitas untuk semua jenis disabilitas. Hal ini diperlukan mengingat banyaknya ragam pemilih disabilitas dan perbedaan kebutuhan layanan dari setiap jenis disabilitas. Melibatkan peran aktif dari penyandang disabilitas pada relawan demokrasi basis pemilih disabilitas dapat membantu tugas KPU menyosialisasikan penyelenggaraan Pemilu terkait pendidikan pemilih mengenai isu-isu disabilitas, dimana mereka nantinya akan memberikan pendidikan politik bagi komunitasnya maupun sosialisasi perseorangan terhadap disabilitas lainnya. Relawan demokrasi disini menjadi rekan sosialisasi dan pendidikan pemilih untuk para penyandang disabilitas.

Harapannya perempuan-perempuan khususnya di Tanjung Jabung Timur dapat

(11)

Berdasarkan data jumlah pemilih disabilitas laku-laki sebnyak 180 jiwa dan perempuan 156 jiwa sehingga total keseluruhan 336 jiwa pemilih disabilitas. Namun yang menggunakan hak pilihnya adalah laki-laki 59 dan perempuan 66 sehingga total sebnyak 125 pemilih disabilitas. Data selanjutnya yang diperoleh oleh peneliti berupa laporan kegiatan oleh relasi basis disabilitas, dapat di analisis bahwa sosialisasi yang dilakukan merupakan sosialisasi yang sesuai dengan kebutuhan para penyandang disabilitas. Relawan demokrasi basis disabilitas bekerjasama dengan sekolah luar biasa yang berada di kelurahan parit culum 1 untuk membantu relasi dalam mensosialisasikan pemilu. Kegiatan yang diakukan relasi dengan mendatangi kerumah-rumah warga yang disabilitas bersama guru disabilitas untuk melakukan sosialisasi dengan Bahasa isyarat.

(ASKAPSINDO), petani kelapa sawit, masyarakat adat dan sebagainya.

7. Basis Pemilih Marginal

Kelompok marginal menjadi basis sosialisasi dan pendidikan pemilih karena mereka tidak memiliki sumber daya, akses informasi, dan kepercayaan diri yang cukup. Mereka memiliki hak hidup dan hak berpartisipasi yang sama dengan warga Negara lainnya. Tetapi situasi dan kondisi kehidupan membuat mereka dalam posisi yang tidak berdaya dan 17 tidak memiliki motivasi berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik. Mereka membutuhkan sosialisasi, motivasi dan fasilitasi untuk dapat berpartisipasi sehingga secara sosial mereka tidak makin terbelakang.

Kegiatan sosialisasi yang diawali oleh relasi dengan menyampaikan ucapan salam dan sikap hangat, selanjutnya relasi menjelaskan tentang latar belakang yang ingin dicapai dan memberikan penjelasan singkat tentang pemilu. Kegiatan yang dilakukan relasi basis kaum marginal yaitu sosialisasi dan pendidikan pemilih ke masyarakat nelayan pinggiran, komunitas waria, LGBT, masyarakat miskin kota dan pemulung. Upaya yang dilakukan kelompok marginal tentu tidak serta merta datang dan mengajak. Mereka sebelumnya telah melakukan pendekatan secara personal dengan masyarakat yang selama ini terpinggirkan. Kelompok marginal perlu didekati dengan empati, karena mereka yang selama ini terpinggirkan cukup sensitif dan butuh perhatian.

6. Basis Pemilih Berkebutuhan Khusus

Pemilih berkebutuhan khusus yakni pemilih yang mencakup masyarakat di wilayah perbatasan atau terpencil, penghuni lembaga permasyarakatan, pasien dan pekerja rumah sakit, pekerja tambang lepas pantai, perkebunan, dan kelompok lain yang terpinggirkan. Pemilih berkebutuhan khusus menjadi basis sosialisasi dan pendidikan pemilih dikarenakan minimnya informasi yang mereka peroleh, utamanya yang berkaitan dengan kepemiluan. Hal ini disebabkan karena mereka tinggal di wilayah yang mempunyai kekhususan dari aspek aksesibilitas wilayah yang sulit dijangkau, eksklusif karena tidak semua orang bisa bebas masuk ke area mereka seperti Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Sakit dan sebagainya. Bentuk kegiatan yang dilakukan relasi adalah sosialisasi dan pendidikan pemilih ke narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan, karyawan DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia

8. Basis Komunitas

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya. Dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan nilai dan kepentingan. Dalam komunitas, manusia-manusia individu di dalamnya

(12)

memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas dapat dibagi 2 (dua) komponen. Pertama, berdasarkan lokasi, di mana sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Kedua, berdasarkan minat sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena ketertarikan dan minat yang sama seperti komunitas hobbi yang saat ini sedang menjadi tren di masyarakat kita seperti komunitas sepeda santai, komunitas fotografi, komunitas motor, paguyuban pencak silat. Relasi basis komunitas di Tanjung Jabung Timur melakukan sosialisasi diberbagai komunitas-komunitas.

harus diubah dari gerakan yang elitis menjadi gerakan popular. Distribusi dan konsumsi informasi kepemiluan dan demokrasi harus masuk ke dalam ruang kehidupan para jamaah. Penyelenggara pemilu dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan kelompok keagamaan agar dapat menggunakan forum-forum keagamaan seperti pengajian sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan pemilih.

Relawan demokrasi basis agama hadir untuk membantu setiap pemeluk agama di Tanjung Jabung Timur untuk mendapatkan pemahaman yang cukup tentang kepemiluan. Relawan demokrasi mendatangi tempat-tempat ibadah serta perkumpulan kegiatan keagamaan. Para relawan tidak memandang agama apa yang mereka anut, mereka hanya ingin memastikan tidak ada hak suara yang sia-sia di hari pencoblosan. Relasi basis agama melakukan sosialisasi kepada bapak/ibu pengajian, ibu-ibu yasinan dan di pesantren yang termasuk pemilih pemula di berbagai tempat dan daerah yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Komunitas secara umum jauh dari aktivitas politik, tetapi mereka bukan berarti mereka miskin informasi politik. Tak jarang pula para anggota komunitas membahas isu-isu politik terkini di tengah mereka menjalankan aktivitas di komunitasnya. Komunitas juga memiliki tingkat kemandirian yang tinggi karena pada umumnya mereka sudah mapan dari aspek pendidikan, finansial dan pemikiran. Jika kita dapat merangkul dan memberi pemahaman kepada satu atau dua orang yang memiliki pengaruh di suatu komunitas maka anggota lainnya akan lebih mudah diajak untuk mengikuti sosialisasi dan pendidikan pemilih.

10. Basis Warga Internet (Netizen)

Peningkatan akses informasi menggunakan internet terus bertambah setiap tahun. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2016, pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 132,7 juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen dari pengguna internet Indonesia paling sering mengakses internet dari perangkat bergerak atau mobile gadget. Aktivitas komunikasi dan akses informasi menggunakan internet tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Melalui smartphone, manusia milenial dapat berkomunikasi dan mengakses informasi kapanpun dan di manapun sepanjang tersedia jaringan komunikasi.

9. Basis Keagamaan

Sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada basis keagamaan selama ini diorientasikan kepada tokoh-tokoh agama saja. Akibatnya jamaah berbagai agama di Indonesia yang jumlahnya sangat besar dan tak sebanding dengan jumlah tokohnya tidak tersentuh. Sosialisasi dan pendidikan pemilih tidak mengakar kuat. Informasi pemilu dan demokrasi beredar di tataran elit keagamaan saja. Orientasi sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada basis keagamaan ke depan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa relawan demokrasi basis

(13)

internet menggagas sejumlah langkah solutif untuk menekan penyebaran hoaks, salah satunya dengan mengajak para netizen disekelilingnya untuk aktif membuat dan menyebarkan pesan positif di media sosial. Salah satu anggota relawan demokrasi basis internet yaitu saudara Riva’i melakukan kerjasama dengan pemilik akun media sosial dengan jumlah pengikut yang banyak untuk melakukan live sosialisasi Pemilu. Cara ini cukup efektif untuk meningkatkan partisipasi pemilih dan membuat pemilih untuk lebih memilah informasi yang positif dan mengabaikan konten negatif.

program relawan demokrasi ini teruskan pada pemilu-pemilu selanjutnya, maka pemilu dan demokrasi di Tanjung Jabung Timur lebih berkualitas dengan adanya bantuan dari relawan demokrasi. Strategi-strategi yang dilakukan oleh relawan demokrasi ini selaras dengan teori strategi dalam konteks tingkat-tingkat strategi menurut Schendel dan Charles Hofer dalam tingkatan strategi yaitu

Enterprise strategy dan Corporate Stategy. Enterprise strategy merupakan strategi yang

berkaitan dengan respon masyarakat, dimana relawan demokrasi berhubungan atau berkomunikasi langsung dengan masyarakat diluar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Sosialisasi kepada masyarakat inilah yang dilakukan relawan demokrasi sehingga tercapainya tujuan untuk meningkatkan partisipasi.

11. Basis Relawan Demokrasi

Salah satu anggota relawan demokrasi yakni Agus Triana mengatakan bahwa basis relawan demokrasi adalah satu basis khusus yang dibentuk dan dinamai oleh KPU Tanjung Jabung Timur, yang bertujuan dapat mewadahi ataupun sebagai support system dalam mendorong 10 basis relawan demokrasi lainnya agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Selain itu, berbeda dengan basis lainnya yang memiliki sasaran sosialisasi khusus (terbatas). Basis relawan demokrasi dibebaskan agar dapat menjalankan sosialisasi ke semua lapisan masyarakat. Peneliti melihat bahwa basis ini adalah basis yang dibentuk sebagai kontroling dari kerja-kerja relawan demokrasi lainnya, sehingga tugas relawan demokrasi tidak hanya pada saat selesai mereka sosialisasi, namun sampai pada saat hari pemungutan suara relawan demokrasi harus tetap mengontrol masyarakat.

Kemudian corporate strategy

merupakan strategi yang berkaitan dengan misi suatu organisasi yang memerlukan keputusan-keputusan dan perencanaan yang baik untuk tujuan organisasi tersebut. Dalam keputusan dan perencanaan yang dimaksud, relawan demokrasi telah melakukan berbagai cara dalam sosialisasi dan melakukan pendidikan pemilih. Sosialisasi yang disampaikan juga dengan beragam cara, mereka yang tidak pernah tersentuh informasi pemilu, kemudian disapa oleh relawan demokrasi yang memang datang dari rumah ke rumah hingga ke perkumpulan warga. Relawan demokrasi bekerja mensosialisasikan pemilu tanpa mengenal waktu dan jarak. Mereka mendatangi pemilih tidak hanya diperkotaan tetapi hingga kepelosok, terpencil bahkan sulit untuk dijangkau.

Dari uraian 11 basis diatas, dapat disimpulkan bahwa semua basis pemilih strategis telah bekerja maksimal kesetiap lapisan masyarakat dan memberikan pengaruh terhadap peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu tahun 2019. Jika

Keberlangsungan Pemilu 2019 yang dilaksanakan oleh KPU Tanjung Jabung Timur dan relawan demokrasi tidak terlepas dari kerjasama atau sinergitas badan penyelenggara

(14)

dalam Pemilu serta dukungan yang diberikan oleh masyarakat dapat dinilai dari tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat dalam pesta demokrasi dalam memberikan hak pilihnya. Badan Ad Hoc dan masyarakat lainnya pada pemilihan serentak tahun 2019 ikut serta menyukseskan pesta demokrasi dengan target meningkatkan partisipasi politik. Badan penyelenggara Ad Hoc yang dimkasud adalah Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Berdasarkan PKPU No 10 Tahun 2018 pasal 6 tentang sosialisasi, pendidikan pemilih dan partisipasi masyarakat badan Ad

Hoc juga berperan untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat.

menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.

Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa selain peran Relawan Demokrasi, KPU dan Penyelenggara Badan Ad Hoc ada faktor lain penyebab meningkatnya partisipasi masyarakat pada pemilu Serentak Tahun 2019 yaitu adanya politik uang dari salah satu calon sehingga masyarakat mau datang memilih ke TPS dikarenakan kebutuhan masyarakat yang tinggi dan ekonomi yang kurang maka masyarakat tersebut mau memberikan suara untuk calon tersebut. Kemudian adanya peran pemerintah yang turut aktif dalam sosialisasi, adanya regulasi yang jelas sehingga masyarakat dapat berpedoman tentang tahapan pemilu dan keakuratan daftar pemilih yang menjadi ujung tombak pemilih agar bisa menggunakan hak pilihnya. Menurut peneliti, akses TPS menjadi point meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena dengan akses TPS yang lebih dekat, bisa mempengaruhi masyarakat mau datang ke TPS. Jika lokasi TPSnya jauh, maka masyarakat enggan untuk datang ke TPS.

Mencermati pelaksanaan Pemilu serentak 2019 lalu salah satu hal menariknya adalah partisipasi masyarakat yang meningkat signifikan yaitu sebesar 84% dibandingkan pemilu sebelumnya. Hal ini bisa jadi penanda demokrasi di Indonesia semakin matang karena partisipasi menjadi salah satu aspek penting dalam demokrasi. Antusiasme masyarakat terhadap pemilu 2019 yang baru pertama kali dilaksanakan serentak dengan memilih presiden dan wakil presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Politik uang termasuk dalam teori partisipasi politik mobilisasi, yang mana partisipasi politik mobilisasi adalah partisipasi politik yang digerakkan oleh pihak-pihak diluar partisan. Masyarakat mau datang ke TPS menggunakan hak pilihnya karena adanya tekanan dari pihak-pihak luar, bukan karena kemauan dan aspirasinya sendiri. Dari faktor lain yang peneliti temukan, kedudukan relawan demokrasi menjadi sangat penting dalam sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan pendidikan pemilih agar masyarakat memahami pentingnya pemilu dan berdemokrasi.

Peneliti melihat terjadinya peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu tahun 2019 bahwa ada faktor lain yang menyebabkan partisipasi meningkat, seperti faktor calon peserta pemilu yang gencar melakukan kampanye agar memilih calon tersebut, peran pemerintahan dalam mensosialisasikan tahapan pemilu kepada masyarakat ditempat umum, kemudian dengan masih terjadinya politik uang akhirnya masyarakat memiliki rasa balas budi atas uang yang ia terima. Politik uang merupakan suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya itu tidak

(15)

SIMPULAN Permata Dian (2019) modul pendidikan

pemilih berbasis warganet(Netizen), jakarta(2019)

Kedudukan relawan demokrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada pemilu 2019 yang menjadi mitra dari KPU untuk mensosialisasikan dan melakukan pendidikan pemilih untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap proses demokrasi dan sebagai kontrol dalam proses pemilu peran relawan demokrasi sangat penting. Relawan demokrasi melakukan cara untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dengan sosialisai pendidikan pemilih yang menyasar pada 11 lapisan masyarakat dan melakukan dengan berbagai mekanisme kerja yaitu diskusi, ceramah, menggunakan alat peraga dan sosialisasi melalui media sosial. Namun meningkatnya partisipasi masyarakat tidak hanya dari optimalisasi kerja relawan demokrasi saja, ada beberapa faktor lainnya seperti kampanye peserta pemilu, politik uang dan peran pemerintah, akurasi daftar pemilih, akses TPS, dan regulasi yang jelas.

Teknis Biro KPU RI (2020) Strategi Sosialisasi dan Potret Partisipasi Pemilu 2019, Jakarta Pusat : (KPU

RI)

Arianti Diana(2020) Relawan Demokrasi:

Upaya membangun kesukarelaan Warga dalam Pemilu (Electoral Voluntererism), (Jawa Tengah:KPU

RI), September 2020

Fitra, Arsil (2017) Teori Sistem Pemerintahan: Pergeseran Konsep dan Saling Kontribusi Antar Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara.

Cet. 1, (Depok: Rajawali Pers) Komisi Pemilihan Umum Pembentukan Relawan Demokrasi,tgl 09 januari 2019 Laporan Relawan Demokrasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2019)

Relawan Demokrasi Pemilu(2019), Pentingnya

Demokrasi, Pemilu dan Partisipasi

Muara Sabak

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam(1982). Partisipasi dan

Partai Politik. Jakarta: Gramedia Zamzam Muhammad Fuad (2015) Peran

Relawan Demokrasi Dalam

Meningkatkan Partisipasi Politik

Masyarakat Pada Pemilihan Umum

Legislatif Tahun 2014 dan

Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Wilayah (Studi Pada Relawan

Demokrasi Banyumas, Jawa Tengah),jurnal, Universitas Gadjah Mada

Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman. (2013).

Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta :

Kencana Prenadamedia Group, Edisi Pertama.

Jendral Sekretariat KPU RI(2020) Bunga

Rampai Relawan Demokrasi, Jakata

Pusat : (KPU RI)

MD, Moh Mahfud. (1993). Demokrasi dan

Konstitusi di Indonesia. Yogyakarta :

Liberty.

Achmad Suhaidi, ” Pengertian Sumber Data,

Jenis-Jenis Data Dan Metode

Pengumpulan Data” diakses dari

https://achmadsuhaidi.wordpress.com /2014/02/26/pengertian-sumber-data-jenisjenis-data dan-metode-pengumpulan-data/ 24 november 2019

Sugiyono (2017) Metode Penelitian kantitatif,

kualitatif dan R &D, Bandung:

Gambar

Grafik 1.2 Tingkat Partisipasi  Politik Masyarakat Di Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menangkap aspek kesejarahan wacana qurani diatas, maka menurut Arkoun, kita tidak boleh menutup mata terhadap metode dan pendekatan Barat dalam memahami

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5613);..

Bertindak sebagai pengendali secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah Koordinator lapangan (KorLap), sedangkan Koordinator Lapangan (Korlap) harus

Keefektifan dari bahan dan teknik enkapsulasi yang digunakan untuk menghasilkan probiotik terenkapsulasi dapat dievaluasi dari beberapa parameter kualitatif,

• Pelaksanaan otonomi daerah menyebabkan banyaknya kebijakan pembangunan yang diambil hanya didasarkan pada pertimbangan kepentingan daerah dan bersifat jangka pendek. •

Sampel diukur dengan surface electromyography dengan mengukur kerja dari otot erector kanan dan kiri dengan menghitung proporsi kerja pada otot tersebut , di ukur pada

Time juga melakukan kegiatan pemasangan Kamera Traf dikawasan SMDS, yang bertujuan nantinya untuk mengetahui seberan harimau sumatera dan satwa lainnya di kawasan

Latar belakang: Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai akibat kerusakan struktural dan fungsional ginjal memiliki progresifitas tinggi berlanjut sebagai end stage