• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMK N 2 DEPOK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MESIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMK N 2 DEPOK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MESIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMK N 2 DEPOK

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MESIN

IMPLEMENTATION OF 2013 LEARNING CURRICULUM AT SMK N 2 DEPOK MECHANICAL ENGINEERING PROGRAM

Oleh: Rolannirki Rumahorbo, Prodi Pendidikan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Email: rolannirki25@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 ditinjau dari empat aspek yaitu, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, dan evaluasi penilaian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI Program Keahlian Teknik Mesin di SMK N 2 Depok. Data dikumpulkan dengan angket. Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,26%. Empat aspek pelaksanaan menunjukkan bahwa, kegiatan pendahuluan termasuk dalam kategori baik, dengan presentase pencapaian skor 76,67%, kegiatan inti termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,28%, kegiatan penutup termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,71%, dan evaluasi penilaian termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,71%.

Kata kunci: implementasi pembelajaran, kurikulum 2013, Teknik mesin

Abstract

The purpose of this research is to study the implementation of the 2013 learning curriculum in terms of four aspects, namely initiating activity, main activity, concluding activity, and evaluation. This research is a descriptive research with quantitative approach. The object of this research are the students of class X and XI of Mechanical Engineering Program at SMK N 2 Depok. The data were collected using questionnaire and were analyzed using descriptive statistical analysis. The results of the research show that the learning implementation is in the category of “satisfactory”, with a percentage of 77.26%. Four aspects of the implementation show that for initiating activity is in the category of “good” (scoring 76.67%), for the main activity is in the category of “good” (scoring 77.28%), concludin activity is in the category of “good” (scoring 77.71%), and evaluation is in the category of good (scoring 77.71%).

Keywords: learning implementation, 2013 curriculum, mechanical engineering

PENDAHULUAN

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan penagaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Kurikulum SMK yang sedang digunakan saat ini adalah Kurikulum 2013 pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006 atau yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 mengundang berbagai pendapat dari berbagai belah pihak. Pihak yang kurang sependapat dengan perubahan kurikulum tersebut mengggap

perubahan terkesan terlalu tergesa-gesa. Evaluasi penerapan kurikulum KTSP penting lebih dahulu dilakukan agar dapat menjadi panduan menyusun serta implementasi kurikulum baru. Fakta di sekolah menunjukan banyak guru yang belum sepenuhnya mengimplementasikan KTSP sehingga siswa belum mengerti sepenuhnya mengenai kurikulum KTSP, namun sekarang harus mengimplementasikan pembelajaran Kurikulum 2013 yang memiliki prinsip mengintegrasi banyak materi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ditemukan banyak guru yang belum mengenal mengenai pembelajaran kurikulum baru. Sebagian besar guru mengetahui perubahan pembelajaran kurikulum justru dari

(2)

media masa atau media online. Kurangnya keterlibatan guru dalam sosialisasi model pembelajaran Kurikulum 2013 membuat berbagai pihak menganggap implementasi pembelajaran Kurikulum 2013 tidak akan berjalan mulus.

Disisi lain, pihak yang mendukung perubahan model pembelajaran kurikulum menganggap perubahan tersebut perlu guna memenuhi tantangan perkembangan zaman dan teknologi. Bila kurikulum tidak diubah, lulusan yang dihasilkan adalah lulusan usang yang tidak terserap di dunia kerja (Kemendikbud 2012). Berdasarkan hasil uji publik yang dilakukan 29 November - 25 Desember 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyetujui implementasi kurikulum 2013. Sebanyak 71 % responden menunjukan setuju terhadap justifikasi dan SKL kurikulum 2013. Selain itu sebanyak 81 % responden menyetujui mengenai penyiapan guru dalam implementasi pembelajaran kurikulum 2013 (Kemendikbud 2012).

Kurikulum 2013 diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia pada pertengahan Juli 2013. Sebagian SMK di Yogyakarta telah menerapkannya, salah satunya diterapkan pada SMK N 2 Depok program keahlian teknik pemesinan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya baru diterapkan pada semester awal di tahun 2014 pada kelas X dan kelas XI. Terkait dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran produktif maupun normatif paket keahlian teknik pemesinan adalah pelaksanaan pembelajaran yang juga menjadi aspek terpenting bagi siswa dalam meningkatkan dan menguasai kemampuan siswa. Menurut Oemar Hamalik (2013:57), Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Sanjaya (2008) bahwa kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Jika dilihat dari konsep dan strategi pembelajaran dalam kurikulum 2013 SMK. Peranan guru SMK sangatlah penting dalam menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, baik

pada mata pelajaran kelompok produktif maupun mata pelajaran kelompok normatif. Bagaimana cara/metode pembelajaran yang diterapkan guru akan berdampak pada tingkat pemahaman siswa, apakah siswa akan mudah menerima materi-materi pelajaran, sehingga dapat mengaplikasikan secara langsung dalam kehidupannya? Ataukah siswa akan bosan dan lambat menerima materi-materi pelajaran yang diajarkan? Ketrampilan dan kreatifitas guru sangatlah diperlukan dalam pelasanaan metode pembelajaran yang tepat.

Pelaksanaan pembelajaran merupakaan hal penting guna mengukur keberhasilan suatu proses pembelajaran. Karena sebaik apapun kurikulum yang dibuat, jika guru tidak melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada dengan baik, maka kurikulum tersebut tidak akan berjalan dengan baik, sebab kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Tanpa kurikulum sebagai rencana, maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif, demikian juga sebaliknya tanpa pembelajaran dan pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana, maka kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa. Selain itu di dalam kurikulum mencakup komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Seperti komponen tujuan, pengalaman belajar, strategi pencapaian tujuan, dan evaluasi. Hal ini lah komponen penting yang dibutuhkan dalam pengajaran pada proses pembelajran, agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu , pertanyaannya adalah “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan apakah sudah sesuai dengan karateristik pembelajaran Kurikulum 2013?” Dalam penelitian ini, penulis membahas pada pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran kelompok produktif maupun mata pelajaran kelompok normatif Program Keahlian Teknik Pemesinan di SMKN 2 Depok. Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan salah satu guru di SMKN 2 Depok, pelaksanaan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013.

(3)

Keberhasilan melaksanakan kegiatan pembelajaran akan bergantung pada guru dan siswa sebagai pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2010:72). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7).

Waktu dan Tempat Penelitian

Penlitian ini dilaksanakan di SMK N 2 Depok yang beralamat di Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman mulai tanggal 18 Maret 2015 sampai dengan tanggal 25 Mei 2015.

Target/Subjek Penelitian

Subjek penelitian penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI Program Keahlian Teknik Pemesinan tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 118 siswa dengan terdiri 2 kelas di setiap tingkatannya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportionate

Stratified Random Sampling, yaitu teknik

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara proposional dengan memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013:82). Penentuan ukuran sampel menggunakan rumus dari Issac dan

Michael dengan taraf kesalahan 5%, dan didapat

jumlah sampel sebesar 96 siswa. Prosedur

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi persiapan penelitian, yaitu; 1) melaksanakan observasi awal, 2) menentukan subjek penelitian dan sampel penelitian, 3) menyusun isntrumen, dan 4) memvalidasi instrumen penelitian. Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa yang menjadi sampel penlitian dan pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif dari analisis data hasil kuesioner

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif atau angka. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu cara berupa angket yang dibagikan keapada siswa-siswi. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007). Data penelitian yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram. Alat analisis yang digunakan terdiri dari Tendensi Sentral yaitu ; mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus, dan Standar deviasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini berupa satu variabel yang terdiri dari empat aspek, yaitu variabel pelaksanaan, terdiri atas; 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan inti, 3) kegiatan penutup, dan 4) evaluasi penilaian.

Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan data terhadap pelaksanaan pembelajaran sebanyak 96, diperoleh skor tertinggi sebesar 294 dan skor terendah 196.

(4)

Harga mean (M) 234,86, median (Me) 235,5,

modus (Mo) 226, standar deviasi (SD) 19,14,

rerata kriteria (Mi) sebesar 245, dan simpangan baku kriteria (SDi) sebesar 16,33. Penyebaran data variabel pelaksanaan pembelajaran dapat disajikan kedalam daftar distribusi frekuensi pada Gambar 1.

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Variabel Pelaksanaan Pembelajaran

Dari Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi skor variabel untuk pelaksanaan pembelajaran pada nilai 235-247 dengan jumlah 26 siswa. Untuk dapat mengklasifikasikan kategori kecenderungan skor variabel, maka ditentukan dengan distribusi kecenderungan menjadi lima kategori dan tampak dalam Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel Pelaksanaan Pembelajaran

No Rentang Skor Kategori Frekuensi (F) F (%) 1 ≥ 269,5 Sangat Baik 2 2% 2 253,167 s/d 269,33 Baik 15 16% 3 236,99 s/d 253,003 Cukup Baik 29 30% 4 220,66 s/d 236,83 Tidak Baik 27 28% 5 ≤ 220,5 Sangat Tidak Baik 23 24%

Dari Tabel 1 terlihat bahwa frekuensi tertinggi dalam distribusi kecenderungan skor pelaksanaan pembelajaran pada kategori cukup baik yaitu sejumlah 29 siswa.

Kegiatan Pendahuluan

Berdasarkan data terhadap kegiatan pendahuluan sebanyak 96, diperoleh skor tertinggi sebesar 28 dan skor terendah 13. Harga

mean (M) 21,46, median (Me) 21, modus (Mo)

21, standar deviasi (SD) 2,42, rerata kriteria (Mi) sebesar 20,5, dan simpangan baku kriteria (SDi) sebesar 2,5. Penyebaran data sub variabel kegiatan pendahuluan dapat disajikan kedalam daftar distribusi frekuensi pada Gambar 2.

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kegiatan Pendahuluan

Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi skor variabel untuk kegiatan pendahuluan pada nilai 21-22 dengan jumlah 31 siswa. Untuk dapat mengklasifikasikan kategori kecenderungan skor variabel, maka ditentukan dengan distribusi kecenderungan menjadi lima kategori dan tampak dalam Tabel 2.

0 5 10 15 20 25 30 196 -208 209 -221 222 -234 235 -247 248 -260 261 -273 274 -286 287 -299 8 15 23 26 16 6 1 1 Fre ku en si kelas interval 0 5 10 15 20 25 30 35 13 -14 15 -16 17 -18 19 -20 21 -22 23 -24 25 -26 27 -28 1 0 7 25 31 24 6 2 Fre ke u n si kelas interval

Frekuensi

(5)

0 5 10 15 20 25 101 -107 108 -114 115 -121 122 -128 129 -135 136 -142 143 -149 150 -156 7 13 19 22 23 7 4 1 Fre ku en si kelas interval

Frekuensi

0 5 10 15 20 25 30 35 27 -29 30 -32 33 -35 36 -38 39 -41 42 -44 45 -47 48 -50 1 6 25 31 17 13 3 0 fre ku en si kelas interval

Frekuensi

Tabel 2. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel Kegiatan Pendahuluan

Dari Tabel 2 terlihat bahwa frekuensi tertinggi dalam distribusi kecenderungan skor kegiatan pendauluan pada kategori baik yaitu sejumlah 37 siswa.

Kegiatan Inti

Berdasarkan data terhadap kegiatan inti sebanyak 96, diperoleh skor tertinggi sebesar 115 dan skor terendah 101. Harga mean (M) 123,64,

median (Me) 124, modus (Mo) 111, standar

deviasi (SD) 10,93, rerata kriteria (Mi) sebesar 128, dan simpangan baku kriteria (SDi) sebesar 9. Penyebaran data variabel kegiatan inti dapat disajikan kedalam daftar distribusi frekuensi pada Gambar 3.

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kegiatan Inti

Dari Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi skor variabel untuk kegiatan inti pada nilai 129-135 dengan jumlah 23 siswa. Untuk dapat mengklasifikasikan kategori kecenderungan skor variabel, maka ditentukan

dengan distribusi kecenderungan menjadi lima kategori dan tampak dalam Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel Kegiatan Inti

Dari Tabel 3 terlihat bahwa frekuensi tertinggi dalam distribusi kecenderungan skor kegiatan inti pada kategori cukup baik yaitu sejumlah 29 siswa.

Kegiatan Penutup

Berdasarkan data terhadap kegiatan penutup sebanyak 96, diperoleh skor tertinggi sebesar 47 dan skor terendah 27. Harga mean (M) 37, median (Me) 37, modus (Mo) 34, standar deviasi (SD) 3,7, rerata kriteria (Mi) sebesar 37, dan simpangan baku kriteria (SDi) sebesar 3,33. Penyebaran data sub variabel kegiatan penutup dapat disajikan kedalam daftar distribusi frekuensi pada Gambar 4.

Gambar 4. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kegiatan Penutup

Dari Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi skor variabel untuk kegiatan penutup pada nilai 36-38 dengan jumlah 31 No Rentang Skor Kategori Frekuensi

(F) F (%) 1 ≥ 24, 25 Sangat Baik 8 8% 2 21,75 s/d 24,225 Baik 37 39% 3 19,275 s/d 21,73 Cukup Baik 28 29% 4 16,775 s/d 19,25 Tidak Baik 22 23% 5 ≤ 16,75 Sangat Tidak Baik 1 1%

No Rentang Skor Kategori Frekuensi (F) F (%) 1 ≥ 42 Sangat Baik 16 17% 2 38,67 s/d 41,97 Baik 17 18% 3 35,37 s/d 39,12 Cukup Baik 31 32% 4 32,03 s/d 35,33 Tidak Baik 26 27% 5 ≤ 32 Sangat Tidak Baik 6 6%

(6)

siswa. Untuk dapat mengklasifikasikan kategori kecenderungan skor variabel, maka ditentukan dengan distribusi kecenderungan menjadi lima kategori dan tampak dalam Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel Pelaksanaan Pembelajaran

Dari Tabel 4 terlihat bahwa frekuensi tertinggi dalam distribusi kecenderungan skor sub varibel kegiatan penutup pada kategori cukup baik yaitu sejumlah 31 siswa.

Evaluasi Penilaian

Berdasarkan data terhadap evaluasi penilaian sebanyak 96, diperoleh skor tertinggi sebesar 65 dan skor terendah 37. Harga mean (M) 52,48, median (Me) 52, modus (Mo) 51, standar deviasi (SD) 5,11, rerata kriteria (Mi) sebesar 51, dan simpangan baku kriteria (SDi) sebesar 4,67. Penyebaran data variabel pelaksanaan pembelajaran dapat disajikan kedalam daftar distribusi frekuensi pada Gambar 5.

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Variabel Evaluasi Penilaian

Dari Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi skor sub variabel untuk

evaluasi penialain pada nilai 49-52 dengan jumlah 34 siswa. Untuk dapat mengklasifikasikan kategori kecenderungan skor variabel, maka ditentukan dengan distribusi kecenderungan menjadi lima kategori dan tampak dalam Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel Evluasi Penilaian

No Rentang Skor Kategori Frekuensi (F) F (%) 1 ≥ 58 Sangat Baik 18 19% 2 53,33 s/d 57,97 Baik 19 20% 3 48,71 s/d 53,287 Cukup Baik 39 41% 4 44,047 s/d 48,67 Tidak Baik 18 19% 5 ≤ 44 Sangat Tidak Baik 2 2%

Dari Tabel 5 terlihat bahwa frekuensi tertinggi dalam distribusi kecenderungan skor evaluasi penilaian pada kategori cukup baik yaitu sejumlah 39 siswa.

Implementasi Pelasanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

Berdasarkan hasil penelitian pelakasanaan pembelajaran menunjukan dalam kategori cukup baik. Pelaksanaan proses pembelajaran secara keseluruhan pada kategori sangat baik sebanyak 2%, kategori baik sebanyak 16 %, kategori cukup baik sebanyak 30%, kategori tidak baik sebanyak 28%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak 24%. Dari uraian tersebut didapatkan gambaran pelaksanaan pembelajaran implementasi pembelajaran kurikulum 2103 cukup berhasil.

Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran kulikulum 2013 masih banyak dibawah kategori cukup baik dikarenakan presentase kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran yang masih banyak dibawah presentase rata-rata keseluruhan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena banyaknya guru yang masih menerapkan metode belajar mengajar kurikulum lama atau KTSP dan banyak guru yang masih kurang paham tetang bagaimana pelaksanaan 0 10 20 30 40 37 -40 41 -44 45 -48 49 -52 53 -56 57 -60 61 -64 65 -68 1 1 18 34 22 16 2 2 fre ku en si kelas interval

Frekuensi

No Rentang Skor Kategori Frekuensi (F) F (%) 1 ≥ 141,5 Sangat Baik 5 5% 2 132,5 s/d 141,41 Baik 16 17% 3 123,59 s/d 132,41 Cukup Baik 29 30% 4 114,59 s/d 123,5 Tidak Baik 26 27% 5 ≤ 114,5 Sangat Tidak Baik 20 21%

(7)

pembelajaran yang sesuai menurut kurikulum 2013.

Komponen-komponen yang harus dicapai dalam pembelajaran tidak dipenuhi bahkan tidak terlaksana. Akan tetapi tidak hanya guru yang menjadi penyebab kecenderungan pelaksanaan kurikulum 2013 hanya dalam taraf cukup baik melainkan siswa juga ikut ambil bagian dalam berhasilnya pelaksanaan kurikulum 2013 karena bila gurunya sudah baik tapi siswanya tidak baik juga sama saja, pelaksanaan kurikulum 2013 tidak dapat berjalan dengan baik.

Implementasi Pelasanaan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Inti

Hasil penelitian menyatakan kegiatan pendahuluan termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian kegiatan pendahuluan pada kategori sangat baik sebanyak 8%, kategori baik sebanyak 39%, kategori cukup baik sebanyak 29%, kategori tidak baik sebanyak 23%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak 1%. Kegiatan pendahuluan masih tergolong dalam kategori baik, hal ini disebabkan presentase indikator kegiatan penadahuluan dari tujuh indikator terdapat empat indakator tergolong dalam presentase diatas rata-rata presentase kegiatan pendahuluan, sedangkan tiga diantaranya masih dibawah rata-rata pelaksanaan kegiatan pendahluan.

Adapun pelaksanaan kegiatan dalam presentase tertinggi adalah kegiatan guru menjelaskan pokok-pokok pelajaran yang akan dipelajari. Sedangkan presentase pelaksanaan kegiatan paling rendah adalah kegiatan guru menggunakan materi belajar yang menarik dan disukai siswa. Akibatnya dari guru menggunakan materi belajar yang menarik dan disukai siswa rendah adalah siswa kurang antusias untuk meperhatikan materi yang disampaikan oleh guru saat proses belajar mengajar berlangsung.

Kurangnya memperhatikan minat peserta didik dan mengemukakan ide yang bertentangan dengan tujuan untuk memotivasi peserta didik disertai gaya mengajar yang kurang menarik dan pola interaksi yang tidak bervariasi masih

mendominasi sebagian guru dalam mebuka pelajaran. Selain itu, sikap guru yang penuh kehangatan dan antusias memudahkan terjadinya komunikasi dengan peserta didik serta mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan rasa keingintahuan peserta didik mampu membuat ketertarikan dan memotivasi peserta didik.

Implementasi Pelasanaan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Inti

Hasil penelitian menyatakan kegiatan inti termasuk dalam kategori cukup baik. Hasil penelitian kegiatan inti keseluruhan pada kategori sangat baik sebanyak 5%, kategori baik sebanyak 17%, kategori cukup baik sebanyak 29%, kategori tidak baik sebanyak 27%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak 21%. Presentase kegiatan inti termasuk dalam kategori dibawah cukup baik masih tergolong tinggi dikarenakan presentase pelaksanaan kegiatan dari 40 pelaksanakan kegiatan, 23 pelaksanaan kegiatan masih dibawah rata-rata presentase pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan presentase dalam kegiatan inti. Sedangkan 17 pelaksanaan kegiatan lainnya sudah diatas rata-rata presentase pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan presentase dalam kegiatan inti. Selain itu kegiatan inti lainnya seperti kegiatan pembelajaran dengan metode scientific yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan

data, mengasosiasi/menalar, dan

mengkomunikasikan secara rata-rata sudah berjalan dengan baik menurut persepsi siswa dalam kegiatan inti proses pembelajaran.

Implementasi Pelasanaan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Penutup

Hasil penelitian kegiatan penutup termasuk dalam kategori cukup baik. Hasil penelitian kegiatan penutup secara keseluruhan menurut persepsi siswa dalam kategori sangat baik sebanyak 17%, kategori baik sebanyak 18%, kategori cukup baik sebanyak 32%, kategori tidak baik sebanyak 27%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak 6%. Presentase kegiatan penutup

(8)

yang termasuk kategori dibawah cukup baik masih cukup tinggi dikarenakan presentase pelaksanaan kegiatan penutup dari dua belas kegiatan enam diantaranya dalam kategori dibawah rata-rata presentase kegiatan penutup secara keseluruhan.

Sedangkan enam lainnya diatas rata-rata presentase keseluruhan pelaksanaan kegiatan penutup. Walupun sama-sama antara banyaknya jumlah presentase dibawah rata-rata kegiatan penutup dengan banyaknya presentase diatas rata-rata kegiatan penutup akan tetapi jumlah presentase yang dibawah rata-rata kegiatan penutup lebih kecil dibanding jumlah yang diatas rata-tara kegiatan penutup.

Implementasi Pelasanaan Kurikulum 2013 dalam Evaluasi Penilaian

Hasil penelitian menyatakan evaluasi penilaian termasuk dalam kategori cukup baik. Hasil penelitian tentang evaluasi penilaian keseluruhan pada kategori sangat baik sebanyak 19%, kategori baik sebanyak 20 %, kategori cukup baik sebanyak 41%, kategori tidak baik sebanyak 19%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak 2%. Presentase evaluasi penilaian masih tergolong dalam kategori cukup baik, hal ini dikarenakan dari 17 pelaksanaan kegiatan dalam evaluasi penilaian 10 pelaksanaan kegiatan diantaranya dalam kategori dibawah rata-rata presentase kegiatan secara keseluruhan dalam evalausi penialaian. Sedangkan 7 lainnya diatas rata-rata presentase secara keseluruhan kegiatan dalam evaluasi penilaian. Penyebab banyaknya kegiatan dalam kategori dibawah rata-rata presentase secara keseluruhan kegiatan dalam evalausi penilaian adalah masih banyak guru yang tidak melaksanakan penilaian menurut standar evaluasi penilaian dalam kurikulum 2013. Banyak guru yang masih menerapkan penilaian menggunakan metode lama atau ktsp. Sekian banyak evaluasi penilain menurut standar penilain pendidikan kurikulum 2013 hanya sebagian saja yang dilaksanakan oleh sebagian banyak guru.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,26%. Empat aspek pelaksanaan pembelajaran adalah;

1. Pembelajaran kegiatan pendahuluan termasuk dalam kategori baik, dengan presentase pencapaian skor 76,67%.

2. Pembelajaran kegiatan inti termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,28%.

3. Pembelajaran kegiatan penutup termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,71%.

4. Pembelajaran evaluasi penilaian termasuk dalam kategori cukup baik, dengan presentase pencapaian skor 77,71%.

Saran

1. Kegiatan pendahuluan, materi belajar yang digunakan guru harus lebih mewujudkan suasana belajar sesuai dengan keinginan siswa, menggunakan materi belajar yang menarik dan disukai siswa, dan tidak membuat siswa merasa bosan. Selain itu penyampaian materi belajar lebih diperjelas lagi.

2. Kegiatan Inti, siswa harus lebih giat lagi dalam belajar di rumah, paling tidak belajar sehari sebelum materi pelajaran tersebut dipelajari dan guru harus lebih banyak menggunakan berbagai macam cara pembelajaran yang membuat siswa tertarik dalam melaksanakan pembelajaran dan mewujudkan suasana belajar sesuai dengan keinginan siswa.

3. Kegiatan penutup, guru harus mengadakan penilain harian lebih diperbanyak dalam pelaksanaan pembelajaran karena merupakan salah satu penentuan nilai siswa dan guru diakhir pertemuan harus tidak lupa untuk menyampaikan simpulan materi belajar yang sedang dipelajari.

4. Evaluasi penilain, dalam melakasanakan penilaian diri yaitu memberikan siswa daftar cek penilain diri setelah kegiatan belajar selesai maupun memberikan kesempatan siswa

(9)

untuk menilai kemampuan yang dimilikinya lebih diperbanyak lagi dan guru harus lebih diperbanyak dalam meberikan tugas secara tertulis berupa laporan maupun menulis karangan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Oemar Hamalik. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik

Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Dasar No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) tentang Sistem Pendidkan Nasional.

Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

(10)

Gambar

Tabel 1. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel  Pelaksanaan Pembelajaran
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Sub Variabel  Kegiatan Inti
Tabel 4. Distribusi Kecenderungan Skor Variabel  Pelaksanaan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Es posible cambiar los nodos de un objeto de curva a uno de los cuatro tipos siguientes: asimétrico, uniforme, simétrico o línea. Los tiradores de control de cada nodo se comportan

Penelitian ini diharapkan dapat mengkaji kesesuaian wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai serta bentuk pengelolaan wisatanya dan dampaknya terhadap

pemirsa / tidak hanya kaum laki-laki yang mampu memproduksi kerajinan berbahan kuningan // seperti di dusun NGAWEN / SIDOKARTO / GODEAN / SLEMAN // keberadan kaum hawapun

Sehingga dengan terbentuknya rasa kekitaan ( we feeling ) yang akan mendorong terbentuknya integrasi regional akan menjadikan komunitas keamanan sebagai bentuk kerja sama yang

Pendekatan yang digunakan dalam program tersebut adalah pemberdayaan petani secara partisipatif melalui perencanaan dan implementasi investasi sarana prasarana di pedesaan

Kandungan delapan belas asam amino pada umbi kentang tidak menunjukkan beda nyata antara Katahdin SP951, galur-galur silangan, dan non-PRG Katahdin, Atlantic, dan

a quo adalah ban Passenger Car Radial (PCR) Replacement Ring 13, Ring 14, Ring 15 dan Ring 16 di wilayah Republik Indonesia dalam rentang waktu tahun 2009

Di sisi lain, Simanjuntak dalam artikelnya yang berjudul Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum dan Kontrak Franchise (2011), mengartikan perlindungan hukum