commit to user
108 BAB IV PEMBAHASANA. Higiene Perusahaan
1. Faktor Bahaya Fisika a. Intensitas Kebisingan
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah melakukan pengukuran intensitas kebisingan. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 15 yang berbunyi
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan
perundang-Kebisingan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java termasuk kebisingan continue dengan spektrum frekuensi luas. Selain itu kebisingan impulsif berulang dihasilkan dari dentingan botol yang sedang berjalan diatas conveyor. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil bahwa intensitas kebisingan di beberapa area, seperti ruang bottling PET sebesar 86.7 dBA, ruang filling PET sebesar 88 dBA, ruang bottling line 800 sebesar 88.6 dBA, ruang
commit to user
filling line canning sebesar 85.9 dBA, ruang bottling frestea sebesar 85.9 dBA, ruang filling frestea sebesar 90.9 dBA, ruang
blower frestea sebesar 91.5 dBA, ruang pack matic sebesar 86.4
dBA, ruang blower line 800 sebesar 85.5 dBA, ruang genset sebesar 101,2 dBA tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 5 ayat 2 yang menyebutkan bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA). Jadi kebisingan di beberapa area tersebut melebihi NAB yang telah ditetapkan. Sehingga untuk mencegah risiko gangguan pendengaran pada tenaga kerja dibeberapa area tersebut, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah melakukan upaya pengendalian.
Upaya pengendalian kebisingan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan rekayasa teknik (engineering control)
berupa pengurangan kebisingan pada sumbernya dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran serta memberikan sekat/pengaman mesin pada mesin sumber bising yaitu ruang
bottling dan filling, blower, boiler, genset serta mesin-mesin yang
beroperasi di unit pengolahan limbah dan pengolahan air. Selain itu, pengendalian yang dilakukan perusahaan yaitu isolasi dengan menjalankan mesin-mesin produksi di tempat yang tertutup.
commit to user
Hal ini sudah sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat 2 yang berb
tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk menurunkan Pengendalian administratif (administrative control) yang dilakukan perusahaan berupa pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yaitu 8 jam kerja dan 30 menit waktu istirahat untuk karyawan bagian produksi dan rotasi kerja. Pengendalian yang terakhir yang dilakukan perusahaan yaitu pemakaian alat pelindung diri berupa ear plug atau ear muff yang diberikan secara cuma-cuma kepada tenaga kerja dan mahasiswa magang yang digunakan pada area yang memiliki tingkat kebisingan tinggi seperti ruang bottling dan
filling, blower, boiler, genset serta mesin-mesin yang beroperasi di
unit pengolahan limbah dan pengolahan air. Hal ini sudah memenuhi Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab III tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 huruf f mengenai
syarat keselamatan kerja an
perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
commit to user
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.Per.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri pasal 2 ayat 1 dan 3 yang menyatakan bahwa Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja dan APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma.
b. Intensitas Getaran
Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas getaran di ruang bottling line 800, ruang filling line canning, ruang
washer frestea, ruang bottling frestea, ruang filling frestea, ruang blower frestea, ruang boiler, ruang genset, ruang air compressor
dan ruang blower waste water treatment (WWT) tidak melebihi NAB yang ditetapkan. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 7 yang menyebutkan
bahwa NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak
langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik
kuadrat (m/det2
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yaitu dengan rekayasa teknik (engineering control) berupa pemberian peredam getar pada ruang kerja yang berpotensi menimbulkan getaran seperti mesin bottling
commit to user
dan filling, boiler, genset, air compressor dan blower dan mengurangi getaran pada sumber getaran misalnya dengan memberi bantalan atau landasan yang terbuat dari karet pada sumber getaran, serta memperbaiki dan memelihara sistem penahan getar. Selain itu, perusahaan juga melakukan upaya pencegahan berupa isolasi dengan menjalankan mesin-mesin produksi di tempat yang tertutup. Pencegahan dalam bentuk administrasi yang dilakukan perusahaan berupa pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yaitu 8 jam kerja dan 30 menit waktu istirahat untuk karyawan bagian produksi dan rotasi kerja. Upaya pencegahan yang terakhir adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan kain kepada pekerja khususnya pada inspektor yang bertugas mengawasi botol-botol. yang diberikan secara cuma-cuma kepada tenaga kerja dan mahasiswa magang. Hal ini telah memenuhi Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab III tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf f mengenai syarat keselamatan kerja yang berbunyi engan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada
para pek dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No.Per.08/MEN/VII/2010 pasal 2 ayat 1 dan 3 yang menyatakan bahwa Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
commit to user
pekerja/buruh di tempat kerja dan APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. c. Intensitas Penerangan/Pencahayaan
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah melakukan pengukuran intensitas penerangan. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 15 yang berbunyi
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan
perundang-Intensitas penerangan di beberapa area di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java belum memenuhi standar. Area tersebut antara lain Ruang Kantor Supervisor Produksi sebesar 88 lux, ruang syrup 106 lux, ruang Bottling Frestea sebesar 92 lux, ruang laboratorium Water Treatment sebesar 240 lux dan ruang Gudang Concentrate PT. CCAI sebesar 58 lux. Hal tersebut belum
memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri pada lampiran I huruf V Pencahayaan di Ruangan yang menyebutkan bahwa intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Serta lampiran II huruf V
commit to user
Pencahayaan di Ruangan yang menyebutkan bahwa untuk pekerjaan kasar dan tidak terus menerus harus memiliki tingkat pencahayaan minimal 100 lux, sedangkan jenis kegiatan pekerjaan kasar dan terus-menerus harus memiliki tingkat pencahayaan minimal 200 lux dan untuk jenis pekerjaan rutin harus memiliki tingkat pencahayaan minimal 300 lux.
Upaya pengendalian penerangan/pencahayaan yang
dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java adalah dengan rekayasa teknik (engineering control) berupa penggantian lampu yang sudah mulai redup, pengaturan penempatan titik lampu yang diutamakan pada obyek kerja, pemanfaataan sumber cahaya alami dengan maksimal. Pengendalian administrasi (administrative
control) yang dilakukan perusahaan antara lain dengan pengaturan
waktu kerja dan waktu istirahat yaitu 8 jam kerja dan 30 menit waktu istirahat untuk karyawan bagian produksi. Pengendalian yang terakhir yaitu alat pelindung diri berupa safety glasses yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja pada ruang produksi, khususnya untuk inspektor seperti pada ruang bottling dan filling, sedangkan untuk pencegahan kesilauan perusahaan melakukan pencegahan secara teknik yaitu dengan pemilihan lampu dengan tepat khususnya untuk pekerjaan inspeksi di ruang produksi seperti pada lampu lnspector filling PET, lampu inspector bottling PET, lampu inspector filling line 800 dan lampu Inspector bottling line
commit to user
800 dan penggunaan alat pelapis dinding dan meja yang tidak mengkilat pada ruang produksi serta pengaturan cahaya matahari yang cukup. Pencegahan administrasi dengan pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yaitu 8 jam kerja dan 30 menit untuk waktu istirahat bagi karyawan bagian produksi serta pencegahan yang terakhir yaitu alat pelindung diri berupa safety glasses yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja pada ruang produksi, khususnya untuk inspektor seperti pada ruang bottling dan filling. Hal ini telah memenuhi Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab III tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 huruf f
mengenai syarat keselamatan kerja engan
peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.08/MEN/VII/2010 pasal 2 ayat 1 dan 3 yang menyatakan bahwa Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja dan APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. d. Iklim Kerja/Tekanan Panas
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah melakukan pengukuran iklim kerja/tekanan panas. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
commit to user
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 15 yang berbunyi
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan
perundang-Hasil pengukuran ISBB di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java diperoleh ruang Filling Frestea sebesar 32.7°C belum
memenuhi standar yang ada dengan beban kerja ringan dengan waktu kerja 75%. Hal tersebut belum memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Lampiran I No 1 yang mengatur jumlah jam kerja dan jam istirahat berdasarkan Indeks Suhu Basah dan Bola dengan beban kerja ringan dengan waktu kerja 75%-100% maksimal 31.0°C tetapi sebagian sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1
tahun 1970 Bab III pasal 3 ayat 1 huruf j yang berbunyi engan
peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik .
Upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yaitu dengan rekayasa teknik (engineering control) berupa penyendiaan sarana
commit to user
pembuatan ventilasi pada setiap ruangan, penyediaan seragam kerja yang mudah menyerap keringat dan penyediaan air minum bagi tenaga kerja yang mudah dijangkau oleh tenaga kerja di setiap ruangan. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk Selain itu dilakukan pengendalian administrasi (administrative control) dengan pengaturan waktu kerja dan bagi karyawan bagian produksi serta pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Balai Pelatihan dan Pengujian Keselamatan Kerja dan Hiperkes Jawa Tengah. Pengendalian yang terakhir yaitu alat pelindung diri berupa celana panjang dan sarung tangan. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang berbunyi
melampaui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan
commit to user
e. Tekanan Udara EkstrimDari hasil pengukuran tekanan udara ekstrim PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang diukur melalui sirkulasi udara/ventilasi (air change) menunjukkan bahwa tidak ada yang melebihi NAB baik ruang gudang HCl, ruang gudang material
water, ruang gudang bahan kimia ruang gudang active carbon,
ruang gudang III, chemical III storage, maupun ruang asam Lab. QA yang dilkukan oleh Balai Pelatihan dan Pengujian Keselamatan Kerja dan Hiperkes Jawa Tengah. Upaya pengendalian yang dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang ika faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku .
2. Faktor Bahaya Kimia a. Debu yang Terhirup
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara di ruang
workshop, ruang bottling, ruang filling line 800, ruang gudang
gula, ruang gudang concentrate, ruang laboratorium plant, ruang
commit to user
dan ruang filling line frestea dengan parameter Sulfur Dioksida
(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Hidrogen Oksida (H2S), Amoniak
(NH3), karbonmonoksida (CO), Total Solid Partikel (TSP), dan
debu telah memenuhi NAB yang sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja BAB III pasal 12 dan Lampiran II tentang NAB faktor kimia di udara tempat kerja.
Upaya pencegahan yang dilakukan perusahaan antara lain dengan rekayasa teknik berupa pemberian sekat/pengaman pada
bahan kimia seperti asam kuat H2SO4. Selain itu, perusahaan
melakukan pencegahan secara administrasi berupa penggunaan
Material Safety Data Sheet (MSDS) pada bahan-bahan kimia yang
digunakan serta pencegahan yang terakhir yaitu penggunaan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, safety shoes, serta topi. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja pasa
pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah
commit to user
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)Proses produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java tidak lepas dari bahan kimia dan mesin yang dapat
menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja karena tidak mungkin menghentikan penggunaan bahan kimia dan mesin, maka diadakan usaha penanggulangan untuk melindungi tenaga kerja seperti menyediakan alat pelindung diri, penyediaan data bahan berbahaya atau Material Safety Data Sheet (MSDS) dan modifikasi mesin.
Untuk penyediaan APD sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab X pasal
14 huruf c pengurus diwajibkan menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan . Sedangkan penyediaan MSDS, pemasangan symbol bahaya, penyediaan eye wash dan shower emergency sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
commit to user
3. Faktor Bahaya BiologiFaktor biologi yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java yang dapat mempengaruhi kesehatan kerja misalnya
disebabkan oleh mikroorganisme, virus, bakteri dan binatang lainnya. Hal ini berdasarkan dari lingkungan sekitar dan aktivitas dari pekerja tersebut.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan adanya pengadaan APD yang berupa safety shoes, masker, sarung tangan, dan topi. Selain dengan adanya pemakaian APD juga memberikan pakaian kerja yang berbahan menyerap keringat dan melakukan upaya pembersihan atau
house keeping lingkungan kerja. Hal ini sudah sesuai dengan
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1
huruf h Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi
4. Faktor Fisiologi/Ergonomi
Faktor fisiologi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java berupa cara-cara kerja yang benar, keserasian antara alat-alat kerja dengan tenaga kerja. Ketidakserasian antara alat-alat kerja dengan tenaga kerja bisa menimbulkan kelelahan dengan segala akibatnya dan gangguan musculoskeletal. Pekerjaan yang dapat menimbulkan
commit to user
gangguan tersebut disebabkan mesin pada stasiun kerja tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja sehingga tenaga kerja kadang merasa lelah. Oleh sebab itu dengan permasalahan yang ada perusahaan telah melakukan pengendalian.
Upaya pengendalian yang dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan rekayasa teknik (engineering control) yaitu dengan memperhatikan keserasian mesin, alat angkat angkut dan alat bantu, salah satunya disediakan forklift sebagai alat bantu angkat dan angkut. Pengendalian administratif (administrative control) yang dilakukan perusahaan antara lain pengaturan waktu kerja yaitu 8 jam/hari dengan waktu istirahat 30 menit untuk karyawan bagian produksi. Hal tersebut sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Bab III pasal 3 ayat 1 huruf m tentang Syarat Syarat Keselamatan Kerja yang menyatakan bahwa -syarat keselamatan kerja untuk memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerja .
5. Faktor Mental Psikologi
Faktor bahaya mental psikologi di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yaitu dengan adanya hubungan tenaga kerja atau karyawan dengan karyawan, seluruh karyawan dengan supplier dan distributor dan dengan keadaan pekerjaan yang monoton. Hal tersebut dapat mengakibatkan kejenuhan diri tenaga kerja dan tidak
commit to user
ada semangat serta dapat menurunkan produktivitas dari tenaga kerja tersebut.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yaitu dengan melakukan kegiatan komunikasi, refreshing yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatan lomba pada perayaan K3, kegiatan meeting dan lain-lain. . Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi
B. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran
Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java rawan terjadi kebakaran, sumber potensi bahaya yang dapat menimbulkan terjadinya kebakaran yaitu karena penggunaan listrik dengan tegangan tinggi (428.912 KWH/bulan) dan karena penggunaan bahan kimia yang mudah terbakar yaitu seperti oli paraffin, solar, dan bensin.
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java untuk menghindari terjadinya kebakaran yaitu dengan melakukan pemeriksaan instalasi listrik yaitu pemeriksaan tahunan seperti apabila ada kabel yang rusak atau terbuka segera
commit to user
diganti. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terhadap terjadinya bahaya kebakaran. Sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar disimpan dalam gudang khusus yang tahan api yang dilengkapi dengan saluran dan bunding untuk menampung semua kebocoran yang mungkin terjadi. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java juga memasang instalasi petir di gedung-gedung dan dalam hal ini diterapkan system grounding. Pemasang instalasi petir ini mempunyai tujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran akibat sembaran petir. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java juga telah menyediakan alat pemadam kebakaran seperti APAR, hydrant, fire truck dan telah mengadakan tentang penanggulangan kebakaran.
Pemasangan APAR di beberapa area perusahaan (seperti pada area gazebo, dekat ruang meeting fanta dan sebagainya) belum memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 4 ayat 1 yang berbunyi alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan . Hal itu dikarenakan pemasangan APAR yang belum sesuai dengan tinggi yang disyaratkan yaitu 1,25 m dari bawah lantai. Usaha pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab III tentang
Syarat-commit to user
Syarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf b yang berbunyi -syarat keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran . 2. Keselamatan Kerja Bidang Bejana Tekan
Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
boiler/pesawat uap sudah dilengkapi dengan perlengkapan pengaman seperti gelas penduga, peluit tanda bahaya, tingkat pengaman, dan plat nama, serta bunding yaitu semacam bak penampung untuk mencegah pencemaran ke lantai apabila terjadi kebocoran pada tangki bahan bakar. Pemeriksaan boiler/pesawat uap dilaksanakan secara rutin oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri) 1 (satu) tahun sekali.
Alat pengaman boiler/pesawat uap di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Undang-undang Uap tahun 1930 (Stoom Ordonnantie) pasal 13 ayat 1 dan 2 yang berbunyi (1) Kesemua pesawat- pesawat uap dengan alat-alat perlengkapannya yang dipakai dikenakan pengawasan yang terus menerus yang diadakan oleh Pemerintah atau Negara. Pengawasan itu dilakukan oleh pegawai-pegawai dari Jawatan Pengawasan Perburuhan dan Pengawasan Keselamatan Kerja secara yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah ( Bila menurut peraturannya untuk
pemeriksaan dan pengujian pesawat-pesawat uap ditunjuk ahli-ahli selain dari pegawai dari Jawatan Pengawasan Perburuhan dan
commit to user
Pengawasan Keselamatan Kerja yang bersangkutan, maka ahli-ahli itu mempunyailah kekuatan yang sama seperti pegawai pemeriksaan itu dan terhadapnya berlaku pulalah segala sesuatu yang ditetapkan dalam
ordonnantie mengenai tindakan-tindakan yang diutarakan atau
diperuntukan bagi pegawai-pegawai tersebut
3. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah dilakukan upaya pengendalian bahan kimia berbahaya dan beracun sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf a untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan seperti penyediaan tempat penyimpanan khusus bahan kimia, pemasangan rambu tanda bahaya yang sesuai potensi bahaya yang dipunyai bahan kimia, penyediaan MSDS (Material Safety Data Sheet) serta tempat cuci tangan, penyediakan prosedur penanganan, penyimpanan, dan pengangkutan bahan kimia, penyediaan APD serta eye wash and
emergency shower dekat penyimpanan bahan kimia berbahaya dan
beracun. Untuk penyediaan MSDS (Material Safety Data Sheet) telah sesuai dengan peraturan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan S istem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja rdapat Lembar Data
Keselamatan BKB (Material Safety Data Sheet) meliputi keterangan mengenai keselamatan bahan sebagaimana diatur pada peraturan perundang-undangan
commit to user
4. Keselamatan Kerja Bidang KelistrikanPemasangan listrik yang tidak benar dapat menyebabkan bahaya bagi tenaga kerja maupun perusahaan dengan risiko terjadinya kebakaran karena gangguan listrik. Oleh karena itu pihak perusahaan berusaha melakukan keamanan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Kep.75/MEN/2002 pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan bahwa
pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja . Demikian juga untuk pemasangan instalasi penyalur petir pada bangunan-bangunan yang berisiko tinggi terkena petir. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 poin q tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk mencegah
5. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik
Sumber potensi bahaya mekanik di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java adalah terjatuh, terbentur, tergores, tersayat, terpeleset, tertimpa, dan terjepit. Untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan mesin, maka mesin perlu dilengkapi dengan alat pengaman mesin. Dengan pemasangan alat pengaman pada mesin, menunjukkan bahwa PT. Coca-Cola
commit to user
Amatil Indonesia Central Java telah menunjukkan perhatian dan upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan di lingkungan kerjanya. Upaya yang telah dilakukan di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dalam pencegahan akan adanya bahaya kecelakaan sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf a tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan. 6. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi
Upaya pencegahan yang dilakukan perusahaan telah memenuhi Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III tentang Syarat-Syarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf a untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan pasal 3 ayat 1 huruf n untuk mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
C. Kesehatan Kerja
1. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja
a. Tenaga Medis
Tenaga kerja dan keluarganya serta masyarakat umum berhak dan bebas memeriksakan kesehatan mereka di poliklinik tersebut. Disamping itu, poliklinik di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java juga mempunyai rumah sakit rujukan, seperti Rumah Sakit Ambarawa, Rumah Sakit Telogorejo, Rumah
commit to user
Sakit Ken Saras, dan Rumah Sakit Ungaran apabila terjadi kondisi yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan kerja yang memerlukan penanganan lanjutan yang tidak dapat ditangani oleh poliklinik perusahaan. Tenaga medis di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java terdiri dari 4 dokter perusahaan dan dua perawat yang
telah mendapatkan pelatihan serta bersertifikat Hiperkes. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.01/MEN/1979 pasal 1 tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga
Paramedis iap
perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan pasal 1 yang menyebutkan
dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Higi
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan, dan penyakit
commit to user
umum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 pasal 3 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa etiap tenaga kerja berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan kerja dan pada pasal 2 yang menyebutkan bahwa tugas-tugas pokok pelayanan kesehatan kerja adalah :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus.
1) Pemeriksaan Awal
Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sebagai pemeriksaan awal terhadap tenaga kerja sebelum melakukan pekerjaan untuk mengetahui apakah tenaga kerja tersebut menderita penyakit, gangguan kesehatan atau tidak. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah tenaga kerja tersebut cocok dengan jenis pekerjaan yang akan diberikan. Pemeriksaan ini bekerjasama dengan laboratorium luar. Pemeriksaan ini sesuai dengan Peraturan Menter i Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 1 huruf a yang berbunyi Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga
commit to user
2) Pemeriksaan BerkalaPemeriksaan berkala dilakukan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun bagi seluruh karyawan dimaksudkan untuk melihat derajad kesehatan dari tenaga kerja setelah berada dalam pekerjaannya juga menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan yang harus segera dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahannya. Pemeriksaan kesehatan berkala merupakan pemeriksaan general check up meliputi pemeriksaan urine, darah, paru-paru dan fisik. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturaan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.02/MEN/1980 pasal 1 huruf b yang
pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap
3) Pemeriksaan Khusus
Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan apabila terdapat kasus-kasus khusus misalnya adanya keluhan tenaga kerja setelah melakukan pekerjaan. Pemeriksaan tersebut akan dilakukan dengan rekomendasi dari dokter perusahaan untuk memastikan apakah kasus khusus merupakan penyakit akibat kerja atau bukan.
commit to user
Pelaksanaan pemeriksaan yang telah dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 pasal 2 huruf a yaitu tugas pokok pelayanan kesehatankerja meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java juga ada pemeriksaan purna bakti yang dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum pensiun atau berhenti bekerja.
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerja terhadap tenaga kerja.
Pihak PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melakukannya pada saat penempatan tenaga kerja baru yang disesuaikan dengan faktor kesehatan, kemampuan, pendidikan, jenis kelamin, dan faktor individu lainnya. Apabila ada keluhan atau kesulitan pekerja dalam pekerjaannya, pekerja dapat menyampaikan keluhannya untuk ditindak lanjuti. Kepala bagian
juga melakukan pengawasan secara langsung terhadap
produktivitas pekerjanya, apabila ada kekurangan atau ketidak sesuaian kepala bagian dapat melaporkan kebagian kepegawaian untuk ditindaklanjuti. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja pasal 2 huruf b tentang
commit to user
pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf c yang berisi mengenai pembinaan terhadap lingkungan kerja.
d. Pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan sanitasi. Pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan sanitasi di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf d yang berisi mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan sanitasi.
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
Penyediaan poliklinik dan personil kesehatan kerja PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java meliputi dokter perusahaan dan paramedis yang telah mengikuti pendidikan Hiperkes. Dokter perusahaan di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
commit to user
perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Higiene enaga paramedis PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.Per.01/MEN/1979 pasal 1 bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja.
Upaya pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja yang dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf j yang berisi membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Training P3K sudah dilaksanakan dengan baik, karyawan yang telah mengikuti training P3K menjadi tim P3K yang telah mempunyai setifikat dari Dinas Tenaga Kerja. Hal tersebut
commit to user
membuktikan bahwa PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java telah melaksanakan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
sesuai dengan peraturan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf e
pertolongan pada kecelakaan
dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja pasal 2 huruf g ongan Pertama Pada
dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No.Per.15/MEN/VII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang ber
f. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas P3K.
Upaya memberikan pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas P3K seperti training P3K yang dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. h. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat peindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.
commit to user
1) Penyediaan APDPT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menyediakan APD secara cuma-cuma untuk seluruh tenaga kerja disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja tersebut. Selain itu PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java juga menyediakan kotak APD yang terletak di
area perusahaan dan dalam penempatan kotak tersebut juga dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kelengkapan isi dari kotak APD tersebut yang dilakukan setiap bulannya oleh pihak OHS. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang disebutkan secara berturut yaitu pada pasal 3,9 dan 12 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
2) Pengelolaan Gizi Kerja
Penerapan gizi kerja di perusahaan yang merupakan penyediaan dan pemberian masukan zat gizi kepada karyawan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan selama berada di tempat kerja guna mendapatkan tingkat kebutuhan dan
produktivitas kerja setinggi-tingginya. Penyelenggaraan
makanan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyusunan anggaran belanja makanan, perencanaan menu, pengadaan pembuatan bahan makanan, penerimaan, dan penyimpanan
commit to user
bahan makanan, persiapan dan pemasakan makanan, penilaian, pengemasan, distribusi atau penyajian makanan di tempat kerja adalah meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja, meningkatkan produktivitas, meningkatkan derajat kesehatan, menurunkan absensi, terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar karyawan, suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja, mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja kembali.
Penyelenggaraan kantin telah memenuhi aturan
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja pasal 8:
(1) Dapur, kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan rapi.
(2) Dapur, kamar makan tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja.
(3) Dapur dan kamar makan harus mendapat penerangan yang baik dan peredaran udara yang cukup.
(5) Air yang dipergunakan untuk makan dan minum harus memenuhi syarat-syarat yaitu air tidak boleh berbau dan harus segar, air tidak boleh berwarna (harus bening), air tidak boleh berasa, air tidak boleh mengandung binatang-binatang atau bakteri-bakteri yang berbahaya (dinyatakan
commit to user
dengan pemeriksaan laboratorium kesehatan), pada waktu-waktu tertentu air yang dipakai harus diperiksa oleh Laboratorium Kesehatan.
i. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Dalam hal membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java mengadakan penyuluhan kesehatn umum. Penyuluhan
kesehatan tersebut telah dilaksanakan setiap bulan yaitu dilakukan oleh pihak OHS yang bekerjasama dengan poliklinik perusahaan. Penyuluhan ini diberikan kepada seluruh tenaga kerja baik dari bagian kantor maupun bagian produksi dan penyuluhan ini berdasarkan dengan kondisi yang saat ini marak dan gembor dibahas dan dibicarakan banyak kalangan. Penyuluhan ini juga dilakukan di lingkungaan sekitar perusahaan dan salah satu penyuluhan yang dilakukan yaitu penyuluhan tentang HIV AIDS. Upaya yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf h mengenai pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas P3K.
commit to user
j. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya.
Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah dilakukan dari pemeriksaan awal sebelum bekerja sehingga dapat dilihat tenaga kerja mempunyai kelaianan kesehatan selalu dipantau kesehatannya oleh tim medis PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sehingga tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya selalu dalam keadaan sehat karena adanya pembinaan dan pengawasan terhadap kesehatan tenaga kerja.
k. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus.
Untuk sistem pelaporan kecelakaan kerja di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah sesua dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Bab II pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pimpinannya, kecelakaan sebagaimana dimaksud terdiri dari : kecelakaan kerja, kebakaran atau peledakkan atau bahaya pembuangan limbah dan kejadian berbahaya lainnya.
commit to user
3. Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja Upaya kesehatan kerja di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java diwujudkan dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan
kerja yang diberikan kepada tenaga kerja dan keluarganya serta masyarakat sekitar perusahaan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.Per.03/MEN/1982 pasal 3 ayat 1 yang menyebutkan bahwa etiap
tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja ayat
2 yang menyebutkan bahwa engurus wajib memberikan pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi 4. Gizi Kerja
Makanan yang di sediakan di kantin merupakan makanan yang di kirim oleh pihak katering, dimana perusahaan bekerjasama dengan pihak catering untuk penyediaan makanan. Catering yang di tunjuk sudah mendapatkan setifikat ijin jasa boga mengenai higiene sanitasi.
Catering yang digunakan oleh perusahana saat ini adalah catering
Kidang Sari. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga pasal 3 ayat 1 dan 2 yaitu:
Setiap jasaboga harus memiliki ijin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
commit to user
1. Dalam hal jasaboga akan menyajikan hasil olahan makanan di wilayah pelabuhan, bandar udara, pos pemeriksaan lintas batas, harus memperoleh rekomendasi dari Kepala KKP.
2. Untuk memperoleh rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jasaboga harus mengajukan permohonan kepada Kepala KKP dengan melampirkan fotokopi ijin usaha jasaboga dan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga.
Catering yang bekerjasama dengan perusahaan telah
mendapatkan sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Perusahaan menyediakan kantin yang di gunakan untuk makan oleh semua karyawan perusahaan. Dalam perusahaan hanya menyediakan 1 (satu) kantin untuk seluruh karyawan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.SE.01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan disebutkan bahwa untuk semua perusahaan yang memperkerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya menyediakan kantin perusahaan yang bersangkutan. Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java belum memiliki ahli gizi dan belum dilakukan penghitungan kalori makanan bagi tenaga kerja, hal ini belum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi.
commit to user
5. Jaminan Kesehatan PekerjaDalam upaya peningkatan taraf kesehatan dari tenaga kerja dan keluarganya maka PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melaksanakan pengadaan jaminan kesehatan pekerja diantaranya jaminan kecelakaan, jaminan kematian, dan jaminan hari tua serta jaminan pemeliharaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 1 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Jaminan K Setiap peserta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang dipe
D. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Kebijakan K3
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java memiliki kebijakan untuk menyediakan tempat dan sarana kerja yang aman dan sehat bagi setiap karyawannya dan berkomitmen menerapkannya secara tertulis telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 7 mengenai Penetapan Kebijakan K3.
commit to user
2. Perencanaan K3a. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian
Dalam melakukan penerapan K3 dengan menyusun perencanaan K3, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian dengan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and
Determining Control). Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 7 ayat (2) Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling sedikit harus melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi: 1. Identifikasi potensi
b. Kesiapan dan Ketersediaan, Persyaratan Legal, dan Lainnya 1) Standart K3
Dalam melaksanakan dan mematuhi persyaratan yang ada selain mengacu kepada peraturan perusahaan, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3, ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan, OHSAS 18001:2007, serta peraturan KORE.
Dalam penerapan SMK3 PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan
commit to user
Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 5 ayat (4)
berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan
konvensi atau standar
2) Perundangan-Undangan K3
Sebagai upaya penerapan K3 di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah mengacu pada Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan: c. peraturan perundang-undangan
c. Objektivitas K3
1) Tujuan dan Sasaran K3
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah menyusun tujuan dan sasaran K3 sebagai upaya perencanaan K3. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
commit to user
dan Kesehatan Kerja encana K3
paling sedikit memuat 2) Program K3
Program K3 yang dterapkan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 7
ayat (3) huruf d Kerangka dan program kerja
yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
3. Implementasi dan Operasi
a. Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Tanggung Gugat dan Wewenang serta Job Description Pengelola dan Petugas K3
1) Struktur Organisasi K3
Dalam melaksanakan penerapan rencana K3 PT Coca-Cola Amatil indonesia Central Java telah mempunyai sumber daya manusia, sarana dan prasarana di bidang K3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
commit to user
2) Penerapan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Penerapan Sistem Manajemen K3 di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah memenuhi Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10
ayat 1 dan 2 bahwa Menteri Tenaga Kerja berwenang
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi dan ayat 2
menyatakan bahwa usunan Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja .
Susunan P2K3 di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Hal ini
telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada lampiran II yang menyebutkan bahwa keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.
commit to user
3) Ahli K3PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah memiliki Ahli K3 yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 2 ayat
dan huruf b
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar
mempunyai ahli K3 yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. b. Kompetensi dan Pelatihan K3
Untuk mewujudkan sumber daya yang mempunyai kompetensi di bidang K3, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java telah melaksanakan kompetensi dan pelatihan K3 yang sudah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
commit to user
c. Komunikasi K3Komunikasi K3 di perusahaan belum dilaksanakan secara maksimal. Pemasangan rambu dan poster, serta safety induction sudah berjalan dengan baik. Hal ini sudah sesuai dengan
Undang-diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada -undang No. 1 Tahun 1970 tentang
tertulis menetapkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaanya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan k
d. Dokumentasi K3
Dalam penerapan dokumentasi K3 PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan intruksi kerja pada semua prosedur SMK3 dan memberlakukan surat keputusan. Intruksi kerja dan surat keputusan ini berlaku pada semua departemen, baik
commit to user
dalam penyusunan SOP, pembuatan form dan lain-lain telah diatur dan didokumentasikan melalui surat keputusan dan instruksi kerja.
Dokumentasi K3 yang dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 12 ayat (1) berbunyi imana dimaksud dalam Pasal 11 harus
e. Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java meliputi pengendalian dokumen K3 secara tertulis,
bertanggal dan ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan, sudah ada bukti sirkulasi keluar masuk dokumen yang tercatat dan bertanggal, semua dokumen dilakukan review dan ditinjau ulang secara berkala dan jika ditemukan dokumen yang mengalami perubahan harus dicatat identitasnya dengan baik, semua dokumen berada di kantor, dokumen kadaluarsa atau dokumen yang sudah tidak berlaku diberi tanda yang jelas dan diberi stempel, semua surat masuk dan surat keluar dicatat oleh administrasi kantor masing-masing department. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran II bagian 4 Pengendalian Dokumen.
commit to user
f. Pengendalian Operasi1) Alat Pelindung Diri (APD)
Penyediaan alat pelindung diri di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah baik. Hal tersebut telah memenuhi beberapa peraturan, antara lain :
a) Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf f bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
b) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 1 huruf c bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang alat-alat perlindungan diri bagi tenaga yang bersangkutan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan bahwa setiap tenaga kerja baru atau mahasiswa magang yang memasuki tempat kerja harus meminta alat pelindung diri dengan mengajukan form permintaan APD.
c) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 huruf c bahwa pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
commit to user
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
d) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja pasal 4 ayat 3 yang menyebutkan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
e) Penggunaan APD pada tenaga kerja PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java sudah disiplin, akan tetapi pada pegawai forklift dan tenaga bongkar muat masih kurang disiplin. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12 huruf b yang mengatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Akan tetapi untuk penyimpanan APD di gudang belum sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab III tentang Syarat-Syarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf l untuk memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
commit to user
2) Lock Out Tag Out (LOTO)Pengendalian energi berbahaya yang diwujudkan dengan penguncian dan penggembokan/Lock Out Tag Out (LOTO) di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah mengacu pada KORE EOSH Requirement (Hazardous Energy Control
Requirements dan Electrical Safety Requirements).
Selain itu hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.04/MEN/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produk Pesawat
Tenaga dan Produksi yang sedang diperbaiki tenaga penggerak harus dimatikan dan alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda larangan untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca sampai Pesawat Tenaga dan Produksi atau
3) Sistem Ijin Kerja (Work Permit)
Sistem ijin kerja yang diberlakukan oleh perusahaan digunakan untuk seluruh karyawan dan kontraktor sehingga semua langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat lingkungan kerja menjadi aman dilakukan lebih dahulu dengan mempertimbangkan bahaya yang ada. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
commit to user
Kerja (SMK3) lampiran II bagian 6.1 yang menyebutkan bahwa :
a) Petugas yang kompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai dan mengendalikan risiko yang timbul dari suatu proses kerja.
b) Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya ter sebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
c) Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk mengendalikan resiko yang teridentifikasi yang dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh orang yang berwenang di perusahaan.
d) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
standar serta pedoman teknis yang relevan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi atau petunjuk kerja.
e) Terdapat sistem ijin kerja untuk tugas berisiko tinggi. f) Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan
digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai.
g) Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
commit to user
h) Upaya pengendalian risiko dievaluasi secara berkala apabila terjadi ketidaksesuaian atau perubahan pada proses kerja.
4) Safe Guarding
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java mengupayakan pengaman mesin/safe guarding untuk mesin produksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 2 huruf c yang berbunyi
5) Job Safety Analysis
Sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan penggunaan
Job Safety Analysis (JSA) pada setiap proses dan mesin
produksi. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 11 ayat 3 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f, dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian
commit to user
6) Safing Working PracticeUntuk mewujudkan budaya K3 zero accident maka PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan dan mengupayakan bekerja dalam keadaan aman dengan Budaya OHS dengan tujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, serta untuk meningkatkan produktivitas kerja sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 2 huruf c yang berbunyi
7) Safe Operation Prosedur
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan SMK3 dengan menyediakan Safe Operation
Prosedur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 2 huruf c yang berbunyi , dan efisien
8) Material Safety Data Sheet (MSDS)
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menyediakan Material Safety Data Sheet (MSDS) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang
commit to user
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
g. Tanggap Darurat
Sistem tanggap darurat dilaksanakan dengan kegiatan yang meliputi pembentukan personil yang bertanggung jawab dalam penanggulanagan keadaan gawat darurat dan penyediaan fasilitas gawat darurat meliputi jalur evakuasi personil dan aset, kotak P3K,
emergency exit, emergency shower, emergency eye wash, alarm,
dan announcer emergency. Hal tersebut telah memenuhi Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No.Ins.11/M/B/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran yang menyatakan bahwa perusahaan diwajibkan menyediakan sarana jalan keluar untuk menyelamatkan diri. Akan tetapi untuk jalur evakuasi dan peletakan smoke detector pada bagian tertentu perlu dibenahi dengan merubah design ruang yang lebih ergonomis.
4. Pemeriksaan dan Pengawasan a. Safety Patrol
Safety Patrol dilakukan secara berkala dan terjadwal setiap
1 bulan sekali yang akan dilakukan kepada semua departemen di perusahaan. Safety Patrol bertujuan untuk memeriksa dan melakukan pengawasan seberapa jauh aspek K3 diterapkan di
commit to user
perusahaan oleh pekerja. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 14 ayat (1) yang berbunyi
b. Safety Sampling
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java menerapkan safety sampling dengan tujuan untuk memeriksa dan mengevaluasi kinerja K3 untuk selanjutnya dilakukan tindakan pengendalian dan perbaikan. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 14 ayat (5) yang
dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk melakukan tindakan
c. Pengukuran Kinerja K3/Statistik Kecelakaan
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melakuakan pengukuran kinerja K3 dengan dengan menggunakan statistik kecelakaan kerja untuk mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari suatu timbulnya kecelakaan kerja, mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperburuk kinerja K3, membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang serupa, memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana K3, memonitor
commit to user
kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan untuk penyediaan sistim/tempat kerja yang aman. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pasal 14 ayat (5) yan
evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
d. Penyimpanan Rekaman/Laporan K3
PT. CCAI Central Java melakukan penyimpanana rekaman/laporan K3. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 lampiran II poin 8.2.1 tentang
prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran atau peledakan serta kejadian berbahaya lainnya di tempat kerja dicatat dan dilaporkan
sesuai dengan peraturan perundang- Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 pasal 14 Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk melakukan
e. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Inspeksi yang dilakukan di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java adalah inspeksi umum yang meliputi
commit to user
inspeksi harian, inspeksi bulanan dan inspeksi tahunan. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) lampiran II bagian 7 tentang standar pemantauan. f. Investigasi Kecelakaan
Investigasi kecelakaan dilakukan dengan cara pelaporan kecelakaan kerja. Dengan laporan tersebut dapat diketahui apa yang terjadi secara benar untuk direncanakan langkah-langkah yang perlu diambil agar kecelakaan tidak terulang kembali. Hal ini dilakukan dengan target mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi. Cara pelaporan kecelakaan di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
g. Pelaporan Kecelakaan
Pelaporan kecelakaan dilaporkan oleh atasan korban dengan diketahui Kepala Departemen tempat terjadinya kecelakaan kepada OHS, kemudian dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam OHS melaporkan kecelakaan tersebut kepada Depnaker. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan
commit to user
secara tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2 huruf a, b, c dan d kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan
h. Audit K3
Pelaksanaan audit di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 50 tahun
2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB III pasal 16 mengenai Penilaian SMK3 yang dilakukan melalui audit.
5. Tinjauan Ulang Manajemen
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melaksanakan tinjauan ulang manajemen sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, pengusaha