1
Analisis Usahatani dan Pemasaran Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar
Agung Dwi Kurniawan 1),Agustono 2), Setyowati3)
Program Studi Agribisnis Fakultas Prertania, Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract : This research aimed at knowing cost, revenue and the income of Black Jelly farming,
knowing the efficiency of Black Jelly farming, analyzing margin and Gross Marketing Coefficient of marketing agency as well as the efficiency of Black Jelly economically in Kerjo Sub District, Karanganyar Regency. The basic method used in this research was analytical descriptive with survey technique. Data analysis method in this research was farming analysis with seeking cost concept, the calculation of R/C ratio, Gross Marketing Coefficient analysis, and Farmer’s share analysis. The result of this research showed that based on total average of seeking cost of Black Jelly farming at Kerjo Sub District was IDR. 13.422.452/farming/season or IDR. 293.825/m²/season and the average the revenue of this farming method was IDR. 27.225.280/farming/season or IDR. 595.976/m²/season. The income average of Black Jelly farming was IDR. 13.802.828/farming/season or IDR. 302.151/m²/season. The value of R/C ratio was obtained based on the comparison of the revenue value with seeking cost value which was about 2,03 and it showed as profitable business. Marketing agency that received the highest GMC was big merchant. The best farmer’s share value was in marketing pattern I with 66,18% for wet Black Jelly and marketing pattern II was 88,81% for dry Black Jelly.
Keywords: Auricularia auricula, farming, marketing, efficiency
Abstract : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jamur kuping, mengetahui efisiensi usahatani jamur kuping, menganalisis marjin dan
Gross Marketing Coeficient lembaga pemasaran jamur kuping serta efisiensi secara ekonomis jamur
kuping di Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan teknik survey. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis usahtani dengan konsep biaya mengusahakan, perhitungan R/C rasio, analisis Gross
Marketing Coeficient, dan analisis farmer’s share. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan
rata-rata Total Biaya Mengusahakan usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo adalah Rp 13.422.452/UT/MT atau Rp 293.825/m²/MT dan rata-rata Penerimaan usahatani Rp 27.225.280/UT/MT atau Rp 595.976/m²/MT. Pendapatan rata-rata usahatani jamur kuping Rp13.802.828/UT/MT atau Rp 302.151/m²/MT. Nilai R/C rasio diperoleh berdasarkan perbandingan nilai penerimaan dengan nilai biaya mengusahakan diperoleh nilai sebesar 2,03 yang menunjukan sebagai usaha yang layak diusahakan. Lembaga pemasaran yang memperoleh nilai
Gross Market Coefficient tertinggi adalah pedagang besar. Nilai Farmer’s share paling baik terdapat
pada saluran pemasaran I dengan nilai sebesar 66,18% untuk jamur kuping basah dan pada saluran pemasaran II dengan nilai sebesar 88,81% untuk jamur kuping kering.
2
PENDAHULUAN
Jamur terutama jamur kuping merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai tinggi. Mengacu pada SK Pertanian No 511/Kpts/PD 310/9/2006, menetapkan sebagai komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura mencakup 323 jenis komoditas termasuk jamur kuping diantaranya. Peningkatan produksi jamur kuping memerlukan kebijakan perbaikan dalam pasar jamur kuping agar tidak jatuh nilai ekonominya. Pasar ekspor juga merupakan fokus dari pemerintah untuk menyerap hasil panen jamur kuping. Menurut data BPS Jawa Tengah dalam Angka 2014, Karanganyar merupakan daerah dengan produksi jamur kuping yang memiliki produktifitas 20,47 kg/m² atau lebih tinggi dari produktifitas rata-rata Jawa Tengah yaitu 15,59 kg/m². Kecamatan Kerjo merupakan daerah yang memiliki produksi tertinggi kedua setelah Kecamatan Karangpandan di Kabupaten Karanganyar sebesar 20,59 kg/m² dengan luasan panen sebesar 1.507 m². Produksi jamur kuping yang tinggi dapat mempengaruhi penerimaan kepada petani. Jamur kuping yang dibudidayakan merupakan komoditas yang bernilai ekonomi.. Untuk pengambilan keputusan budidaya jamur kuping maka perlu adanya analisis usahatani dan pemasaran jamur kuping mengenai kelayakan usaha jamur kuping..
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar, (2) Mengetahui efisiensi usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar, (3) Menganalisis marjin dan Gross Marketing Coefficient pada lembaga pemasaran jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar, (4) Menganalisis efisiensi pemasaran secra
ekonomis jamur kuping di Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif analitis. Penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar karena memiliki produktifitas jamur kuping terbaik ke dua setelah Kecamatan Karangpandan, kemudian dengan teknik sensus dipilih seluruh petani dan lembaga pemasaran jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.
Jumlah responden ditentukan dengan metode sensus sebesar 37 responden yang terdiri dari 33 petani jamur kuping dan 4 lembaga pemasaran jamur kuping. Besarnya Pendapatan merupakan total penerimaan dikurangi biaya total mengusahakan. Biaya mengusahakan yaitu biaya yang dihitung dari biaya alat-alat dari luar yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahataninya yang meliputi ( biaya benih, pajak, upah tenaga kerja, irigasi, selamatan, pengangkutan dan lain-lain) ditambah dengan biaya tenaga kerja keluarga sendiri.
Efisiensi usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar yang telah dijalankan selama ini diketahui dengan menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan biaya.
Gross Merket Coeficient merupakan Gross Marketing Marjin (Marjin Pemasaran Kotor) dibandingkan dengan penerimaan penjual. Penerimaan penjualan merupakan nilai total jumlah barang yang dijual dikali harga jual (Selling Price) (Padberg et al, 2002). Efisiensi ekonomi dari saluran pemasaran dapat dihitung dengan nilai persentase dari marjin pemasaran dan persentase bagian yang diterima petani. Nilai presentase marjin pemasaran dari tiap-tiap saluran pemasaran dihitung dengan
3
menggunakan perhitungan besarnya Farmer Share.
Tabel 1. Karakteristik Responden Petani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
No. Uraian Keterangan
1. Jumlah petani responden (orang) 33,00
2. Jumlah pedagang responden (orang) 4,00
3. Pekerjaan utama responden sebagai petani atau pedagang jamur kuping (orang) 3,00 4. Pekerjaan sampingan sebagai petani atau pedagang jamur kuping (orang) 34,00
5. Rata-rata umur petani (th) 49,00
6. Rata-rata umur pedagang (th) 53,00
7. Rata-rata pendidikan petani (th) 12,00
8. Rata-rata pendidikan pedagang (th) 15,00
9. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang)
1. Jumlah anggota keluarga 4,00
2. Aktif dalam usahatani 33,00
3. Persentase yang aktif dalam usahatani (%) 22,60
10 Rata-rata Jumlah anggota keluarga pedagang (orang)
1. Jumlah anggota keluarga 3,00
2. Aktif pemasaran 4,00
3. Persentase yang aktif dalam pemasaran 33,33
11 Modal sendiri (%) 100,00
12 Rata-rata pengalaman dalam usahatani jamur kuping (th) 4,00 13 Rata-rata pengalaman dalam pemasaran jamur kuping (th) 4,50 Sumber : Analisis Data Primer (2015)
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukan petani jamur kuping yang digunakan sebagai responden berjumlah 37 orang terdiri dari 33 orang petani jamur kuping dan 4 orang pedagang jamur kuping. Pekerjaan utama responden mayoritas sebagai buruh bangunan dan petani padi sawah, sedangkan usahatani jamur kuping mayoritas adalah perkerjaan sebagai sampingan. Rata-rata umur petani dan pedagang responden adalah 49 tahun dan rata-rata umur pedagang jamur kuping adalah 53 tahun. Responden pada usia produktif masih dimungkinkan adanya peningkatan keterampilan, penerapan teknologi baru dan pengetahuan dalam mengelola usahatani dan pemasran jamur kuping.
Rata-rata petani memiliki pengalaman dalam usahatani dan pemasaran jamur kuping 4-4,5 tahun, tetapi petani dan pedagang terus berusaha untuk
meningkatkan pengasilan yang diperoleh dan berani menangung resiko karena produk jamur kuping memiliki prospek yang baik. Rata-rata pendidikan petani jamur kuping adalah 12 tahun atau setara dengan pendidikan SMA dan rata-rata pendidikan pedagang jamur kuping adalah 15 tahun atau pernah mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Hal tersebut menggambarkan para petani memiliki tingkat pendidikan yang tinggi karena bisa dikatakan petani rata-rata lulusan sekolah menengah atas. Pendidikan yang tinggi memudahkan petani dalam mengadopsi teknologi baru dalam usahatani jamur kuping.
Rata-rata jumlah anggota keluarga petani yang aktif dalam usahatani jamur kuping dan pemasarann jamur kuping adalah 1 orang karena dalam usahatani jamur kuping tidak terlalu banyak membutuhkan tenaga dan sebagaian besar petani berusahatani jamur kuping adalah merupakan kegiatan sampingan dan sebagai
4 kesibukan ibu rumah tangga. Modal usahatani jamur kuping 100% berasal dari
modal sendiri yang diperoleh dari penghasilan pekerjaan utama.
Tabel 2. Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
No. Uraian Status Lembaga Pemasaran
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar Pedagang Pengecer Jumlah (%) 1 Umur (tahun) 1. <15 2. 15-64 2 1 1 4 100,00 3. ≥65 Jumlah 2 1 1 4 100,00 2 Tingkat Pendidikan 1. Tamat SD 2. Tamat SLTP 3. Tamat SLTA 2 2 50,00 4. Tamat S1 1 1 2 50,00 Jumlah 2 1 1 4 100,00 3 Jumlah Tanggungan 1. 1-4 2 1 3 75,00 2. 4-8 1 1 25,00 Jumlah 2 1 1 4 100,00
4 Lamanya Usaha (tahun)
1. 1-4 2 1 3 75,00
2. 5-8 1 1 25,00
Jumlah 2 1 1 4 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2015) Tabel 2 menunjukan responden lembaga pemasaran berjumlah 4 orang, yang
terdiri dari pedagang besar 1 orang, pedagang pengumpul 2 orang, dan 1 orang
5 pedagang pengecer. Keempat responden lembaga pemasaran berada pada usia produktif. Usia responden lembaga pemasaran masih termasuk dalam usia produktif sehingga mampu bekerja dengan baik karena didukung dengan fisik serta mental yang kuat dalam melaksanakan peran sebagai penyalur pemasaran jamur kuping. Tingkat pendidikan responden lembaga pemasaran sebanyak 2 orang atau 50% lulusan S1 yaitu 1orang pedagang besar dan 1 orang pedagang pengecer dan 2 orang atau 50% merupakan lulusan SLTA terdiri dari 2 orang pedagang pengumpul. Tingkat pendidikan rata-rata pada lembaga pemasaran adalah tamat SLTA dan S1.
Biaya Mengusahakan
Biaya mengusahakan merupakan biaya alat-alat dari luar yang dikeluarkan petani yang meliputi (biaya benih, pajak, upah tenaga kerja, irigasi, selamatan, pengangkutan, dan
lain-lain) ditambah dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga sendiri. Biaya mengusahakan yang dikeluarkan selama satu musim tanam, dinyatakan dalam satuan rupiah per usahatani dan per m² per musim tanam.
Perhitungan komponen biaya mengusahakan terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain dapat dilihat sebagai berikut :
1. Biaya Tenaga Kerja
Perhitungan penggunaan tenaga kerja dalam suatu usahatani dilakukan dengan menggunakan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Satu hari kerja selama kurang lebih 8 jam kerja dari pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB. Tenaga kerja yang digunakan baik dari keluarga maupun luar keluarga terdiri dari pria dan wanita, sehingga jika hari kerja wanita (HKW) 1 hari dikonversikan menjadi hari kerja rata-rata 0,67 HKP.
Tabel 3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Jamur Kuping dengan Satuan HKP /Ha tahun 2015
No. Uraian Per UT Per m²
TK (HKP) TL (HKP) TK (HKP) TL (HKP) 1. Penyusunan Log 2,58 0,06 2. Sanitasi 9,35 0,20 3. Pemeliharaan 25,84 0,57 4. Pemanenan 5,68 0,13 5. Pasca Panen 3,42 0,07 Total HKP 44,29 2,58 0,97 0,06
Sumber : Analisis Data Primer (2015) Keterangan :
TK : Tenaga Kerja Keluarga TL : Tenaga Kerja Luar
Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja keluarga pada usahatani jamur kuping adalah 44,29 HKP per usahatani dalam satu masa tanam selama 6 bulan, sedangkan rata-rata penggunaan tenaga kerja luar adalah 2,58 HKP per usahatani. Rata-rata kebutuhan penggunaan tenaga kerja luar adalah 2,58 HKP per usahatani. Rata-rata penggunaan tenaga
kerja keluarga adalah 0,97 HKP/m² sedangkan tenaga kerja luar adalah 0,06 HKP per m². Perbedaan penggunaan tenaga kerja tersebut dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan perawatan memerlukan tenaga cukup banyak dikarenakan terdapat kegiatan penyiraman selama 91 kali penyiraman selama satu masa tanam dari masa setelah
6 penyusunan baglog. Penyusunan dilakukan dengan menggunakan tenaga luar dikarenakan apabila dilakukan sendiri oleh pemilik tidak mampu maka digunakan tenaga kerja dari luar dengan prestasi 5-6 jam/1000 log/1HKP.
Besar biaya penggunaan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 4. Pada penerapan dilapangan penggunaan tenaga kerja pria lebih banyak digunakan daripada wanita. Biaya pemeliharaan merupakan komponen
biaya terbesar karena kegiatan pemeliharaan berlangsung selama 6 bulan masa tanam. Biaya terkecil adalah biaya panen karena panen berlangsung tidak lebih dari 2 jam dan harus selesai dalam satu hari maka digunakan tenaga dalam jumlah banyak tetapi hanya satu hari. Biaya diperhitungkan berdasarkan upah harian untuk tenaga kerja pria sebesar Rp 60.000 dan untuk wanita Rp 40.000.
Tabel 4. Total Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten KaranganyarTahun 2015
No. Uraian Per UT Per m²
1. Penyusunan Log Rp 154.545 Rp 3.383 2. Sanitasi Rp 561.068 Rp 12.282 3. Pemeliharaan Rp 1.550.427 Rp 33.940 4. Pemanenan Rp 135.164 Rp 2.959 5. Pasca Panen Rp 205.455 Rp 4.498 Total Rp 2.606.659 Rp 57.062
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Tabel 5. Rata-Rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
No. Uraian Per Usahatani (Rp) Per m²(Rp)
1. Log Rp 8.803.030 Rp 192.703 2. Listrik Rp 77.414 Rp 1.695 3. Air Rp 18.394 Rp 403 4. Pestisida a.Kanon Rp 37.727 Rp 826 b.Talstar Rp 38.636 Rp 846 5 Gamping Rp 13.030 Rp 285 Total Rp 8.988.231 Rp 196.758
Sumber : Analisis Data Primer (2015) 2. Biaya Sarana Produksi
Sarana produksi adalah sarana produksi usahatani. Tabel 5 menunjukan rata-rata biaya usahatani jamur kuping untuk pembelian per masa tanam adalah sebesar Rp 8.803.030 per usahatani atau Rp 192.703 per m² hal tersebut dikarenakan harga satu biji log adalah Rp 1.750. Hal tersebut dikarenakan petani jamur kuping belum bisa membuat log sendiri sehingga masih
bergantung pada produsen baglog. Pembelian log dilakukan melalui pedagang besar yang dijual dengan sistem paket. Satu paket pembelian log berjumlah 4000 log membayar biaya pengiriman sebesar Rp 300.000/trip diluar harga log. Petani seluruhnya membeli dari pedagang besar dikarenakan terdapat jaminan jika baglog gagal tumbuh maka akan diganti pada pembelian masa berikutnya.
7 3. Biaya Lain-lain
Tabel 6 menunjukan biaya penyusutan terbesar adalah biaya penyusutan kubung, karena kubung termasuk rak didalamnya merupakan ruangan tempat tumbuh jamur kuping yang terbuat dari bambu-bambu.
Bambu dalam penggunaannya sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memiliki nilai yang mahal. Biaya pembuatan kubung yang besar menjadikan kubung sebagai aset dengan nilai yang besar.
Tabel 6. Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
No. Uraian Per Usahatani (Rp) Per m² (Rp)
1. Kubung Rp 1.280.586 Rp 26.457 2. Pompa air Rp 29.273 Rp 641 3. Knapsack Rp 8.788 Rp 192 4. Selang Rp 11.103 Rp 243 5. Sapu Rp 525 Rp 11 6. Alat Panen Rp 2.691 Rp 59 7. Termometer Rp 2.293 Rp 50 8. 9. 10. Mulsa Terpal 2x3 Sprayer Nozel Rp 65.114 Rp 22.705 Rp 66.515 Rp .425 Rp 497 Rp 1.456 Jumlah Rp 1.420.213 Rp 31.089
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Tabel 7. Rata-Rata Biaya Lain-Lain pada Usahatani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
No. Uraian Per Usahatani (Rp) Per m² (Rp)
1. Pengiriman baglog Rp. 381.818 Rp 8.358
2. PBB Rp. 6.136 Rp 134
3. Transport Hasil Panen Rp. 19.394 Rp 425
4. Biaya Penyusutan Rp. 1.420.213 Rp 31.809
Total Rp 1.827.561 Rp 40.726
Sumber :Analisis Data Primer (2015)
Biaya lain-lain meliputi biaya diluar usahatani tetapi mendukung kegiatan usahatani meliputi biaya pengiriman log, PBB, transport hasil panen dan biaya penyusutan. Tabel 7 menunjukan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan komponen biaya lain-lain pada usahatani jamur kuping. Hal tersebut dikarenakan PBB dibebankan setiap tahun sedangkan masa tanam jamur kuping hanya 6 bulan. Biaya penyusutan merupakan kompenen terbesar biaya lain-lain dikarenakan sebagian besar
alat dibeli dari luar dan petani tidak bisa membuat sendiri sehingga harganya mahal.
Biaya tranport hasil panen muncul bagi petani yang mengantar hasil panen kepada pedagang. Hal tersebut dilakukan pada petani yang memiliki akses langsung ke pedagang besar dan tidak melalui pedagang pengumpul. Penjualan langsung bertujuan untuk mendapatkan nilai harga jual terbaik. Biaya pegiriman baglog timbul dikarenakan petani tidak dapat membuat baglog sendiri sehingga harus membeli dari luar. Biaya pengiriman ditanggung oleh
8 petani jamur kuping. Pembelian baglog dilakukan melalui pedagang pengumpul.
Tabel 8 menunjukan bahwa rata-rata biaya mengusahakan usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 13.422.452 per usahatani per masa tanam atau Rp 293.825/m²/ MT. Biaya usahatani jamur kuping diperhitungkan selama satu masa tanam
yaitu 6 bulan. Biaya terbesar adalah biaya sarana produksi dikarenakan komponen pembelian log dan penggunaan saprodi pertanian yang dibeli dari luar yang tidak bisa dihasilkan oleh petani sendiri. Biaya terkecil adalah biaya lain-lain yang tersusun oleh biaya transportasi, biaya penyusutan dan PBB yang memiliki nilai tidak besar.
Tabel 8. Rata-rata Biaya Mengusahakan Usahatani Jamur Kuping per Masa Tanam di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015.
No. Uraian Per Usahatani (Rp) Per m² (Rp)
1. Biaya Sarana Produksi Rp 8.988.231 Rp 196.758
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 2.606.658 Rp 57.061
3. Biaya Lain-lain Rp 1.827.561 Rp 40.726
Total Rp 13.422.452 Rp 293.825
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Tabel 9.Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
Panen ke-
Produksi Jamur Kuping Basah Produksi Jamur Kuping Kering
Penerimaan Rp/MT kg Harga (Rp) Jumlah (Rp) kg Harga (Rp) Jumlah (Rp)
1 273,12 6.485 1.806.924 1.806.924 2 452,39 7.258 3.301.727 3.301.727 3 442,91 7.621 3.380.152 3.380.152 4 446,74 7.515 3.355.114 3.355.114 5 83,03 48.167 3.994.167 3.994.167 6 78,03 47.909 3.733.106 3.733.106 7 82,88 47.773 3.947.576 3.947.576 8 77,27 47.894 3.706.515 3.706.515 Total 15.381.364 11.843.917 27.225.280
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Penerimaan Usahatani
Penerimaan adalah jumlah produksi/panen jamur kuping dikali harga per unit. Tabel 9 menunjukan besarnya nilai penerimaan usahatani jamur kuping. Pada panen I belum semua sobekan tumbuh jamur kuping dikarenakan ada sobekan yang tertutup lagi oleh miselium. Hal lain yang mempengaruhi belum tumbuhnya jamur kuping disemua sobekan yaitu kondisi misellium belum
100%. Produksi jamur kuping tertinggi adalah pada penen ke 2 yaitu sebanyak 452,39 kg/UT/MT dan panen ke-5 sebesar 83,03 kg/UT/MT untuk jamur kuping kering. Petani jamur kuping di Kecamatan Kerjo menjual jamur kuping basah untuk panen 1-4. Hal tersebut dikarenakan massa pada panen 1-4 lebih berat dibandingkan massa di panen pada panen ke 5-8. Panen 1-4 apabila dikeringkan maka petani yang
9 mengalami kerugian karena berat basah panen 1-4 bila sebesar 8-10 kg akan menjadi 1 kg berat kering sedangkan pada panen ke 5-8 berat 5-6 kg berat basah jamur kuping bila dikeringkan menjadi 1kg berat kering.
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dikurangi besar biaya mengusahakan. Tabel 10 menunjukan bahwa rata-rata pendapatan petani dari usahatani jamur kuping per masa tanam adalah sebesar Rp 13.802.828 /UT/MT atau Rp 302.151/ m²/ MT. Tingkat pendapatan tersebut lebih tinggi dari petani
Karangpandan Rp 181.451/ m²/ MT (Christiana, 2012). Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian Christiana (2012) jamur kuping basah Rp 7.994/kg dan kering Rp 37.263/kg sedangkan pada penelitian ini jamur kuping basah Rp 7.220/kg dan kering Rp 47.936/kg. Jamur kuping dapat diusahakan dengan lahan relatif sempit, sehingga tidak memerlukan lahan yang luas, pemeliharaannya tidak rumit dan bahan baku mudah didapat sehingga semakin menarik minat petani untuk mengembangkan usahanya dengan menambah jumlah log yang dibudidayakan. Tabel 10.Rata-rata Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode
Tanam di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015.
No. Uraian Per Usahatani (Rp/MT) Per m² (Rp/MT)
1. Penerimaan Usahatani 27.225.280 595.976
2. Biaya Mengusahakan 13.422.452 293.825
3. Pendapatan Usahatani 13.802.828 302.151
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Tabel 11. Penerimaan, Biaya Mengusahakan dan Efisiensi Usahatani Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015.
No. Uraian Jumlah (Rp/m²/MT)
1. Penerimaan Rp 595.976
2. Biaya Mengusahakan Rp 293.825
3. Efisiensi Usahatani 2,03
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Efisiensi Usahatani
Penelitian tentang usahatani jamur kuping digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan efisiensi usaha. Perhitungan efisiensi usaha menggunakan R/C Rasio yang diperoleh dari total penerimaan usahatani jamur kuping dibagi dengan total biaya mengusahakan. Jika nilai R/C Rasio lebih dari satu maka usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo sudah efisien. Nilai R/C rasio usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo adalah pada Tabel 11.
Penerimaan dan biaya usahatani jamur kuping yang digunakan untuk mencari efisiensi adalah besarnya penerimaan dan
biaya usahatani jamur kuping per masa tanam. Nilai RC Rasio usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo adalah 2,03 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan usahatani jamur kuping, petani adakan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,03. Nilai R/C Rasio lebih besar daripada 1, sehingga usahatani jamur kuping di Kecamatan Kerjo sudah efisien dan layak diusahakan.
Efisiensi Pemasaran Secara Ekonomis
Tabel 12 menunjukan saluran pemasaran I memiliki marjin pemasaran sebesar Rp 4.780/kg untuk jamur kuping basah dan Rp 6.074/kg untuk jamur kuping kering. Marjin
10 pada saluran II yaitu sebesar Rp 4.784/kg untuk jamur kuping basah dan Rp 6.045/kg untuk jamur kuping kering. Saluran III memiliki marjin pemasaran sebesar Rp 4.780/kg untuk jamur kuping basah dan Rp 6.064/kg untuk jamur kuping kering.
Efisiensi pemasaran secara ekonomis digambarkan dengan nilai farmer’s share pada saluran I adalah 60,18% untuk jamur
kuping basah dan 88,75% untuk jamur kuping kering. Farmer’s share saluran pemasaran II sebesar 60,13% untuk jamur kuping basah dan 88,81% untuk jamur kuping kering. Farmer’s share saluran pemasaran III sebesar 60,16% dan 88,77%. Petani memiliki farmer’s share terbaik pada saluran I untuk jamur kuping basah dan saluran II untuk jamur kuping kering.
Tabel 12. Perbandingan Total Biaya, Total Pendapatan dan Total Marjin Pemasaran serta Farmer’s Share dari Ketiga Saluran Pemasaran Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten
Karanganyar Tahun 2015.
No. Uraian Saluran I Saluran II Saluran III
Basah Kering Basah Kering Basah Kering 1. Total Biaya Pemasaran (Rp/kg) 1.827 2.094 1.558 1.825 1.164 1.431 2. Total Pendapatan (Rp/kg) 2.953 3.980 3.226 4.220 3.616 4.633 3. Marjin Pemasaran (Rp/kg, %) 4.780 39,82 6.074 11,25 4.784 39,87 6.045 11,19 4.780 39,83 6.064 11,23 4. Farmer’s Share (%) 60,18 88,75 60,13 88,81 60,16 88,77
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Tabel 13. Perbandingan Marjin Pemasaran Kotor (Gross Marketing Marjin), Jumlah Barang yang dijual (Quantity Marketed) dan Besarnya Selling Price (Harga Jual) dari Tahapan
Pemasaran Jamur Kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun 2015. Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer
Basah Kering Basah Kering Basah Kering
Selling Price (Rp) 8.000 49.000 10.000 52.000 12.000 54.000
Buying price (Rp) 7.219 47.936 8.000 49.000 10.000 52.000
Quatity marketed (kg) 3.079,5 1.047 12.500 3.750 1.235 260
Absolute Marketing Marjin (Rp/kg) 781 1.064 2.000 3.000 2.000 2.000
Relative Marketing Marjin
In relation to buying price (%) 10,82 2,22 25 6,12 20 3,85
In relation to selling price (%) 9,76 2,17 20 5,77 16,67 3,70
Gross Marketing Marjin (Rp) 2.405.096 1.114.008 25.000.000 11.250.000 2.470.000 520.000
11
Subsidies
Marketing charge (Rp) 2.405.096 1.114.008 25.000.000 11.250.000 2.470.000 520.000
Fixed cost (Rp) 828.386 281.643 11.187.500 4.357.500 818.805 172.380
Net Marketing Marjin (Rp) 1.576.710 832.365 13.812.500 6.892.500 1.651.195 347.120
Gross Merket Coefficient 0,0976 0,0217 0,2000 0,0577 0,1667 0,0376
Sumber : Analisis Data Primer (2015)
Marjin dan Gross Market Coefficient
Tabel 13 menggambarkan rasio Gross Marketing Marjin dibandingkan dengan nilai penerimaan pemasaran, semakin besar nilai Gross Market Coefficient semakin besar pendapatan pedagang. Nilai Gross Market Coefficient pada pedagang pengumpul adalah 0,0976 untuk jamur kuping basah dan 0,0217 untuk jamur kuping kering. Nilai Gross Market
Coefficient pada pedagang besar adalah 0,2000 untuk jamur kuping basah dan 0,0577 untuk jamur kuping kering. Nilai Gross Market Coefficient pada pedagang pengecer adalah 0,1667 untuk jamur kuping basah dan 0,0376 untuk jamur kuping kering. Pola saluran pemasaran jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukan pola saluran pemasaran jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Saluran Pemasaran I petani menjual jamur kuping melalui pedagang pengumpul. Hasil panen jamur kuping akan dilakukan pengambilan oleh pedagang pengumpul yang merupakan perpanjangan tangan dari pedagang besar.
Harga diterapkan merupakan harga ditentukan oleh pedagang besar. Penjualan jamur kuping yang dilakukan petani berdasarkan informasi pasar dari sesama petani di luar daerah seperti petani jamur kuping di Kecamatan Karangpandan. Hal tersebut dikarenakan lokasi petani jamur kuping yang tidak jauh dan sering 1
12 berkunjung ke pasar Karangpandan dan memiliki hubungan keluarga dengan petani jamur kuping di Kecamatan Karangpandan. Hasil penjualan jamur kuping dari pedagang pengumpul dijual ke pedagang besar. Pedagang besar melakukan pengemasan jamur kuping kering dan dijual ke pedangan pengecer dan sebagian besar dikirim melalui ekspedisi menuju Jakarta, Bandung dan Wonosobo. Pasar terbesar jamur kuping Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar adalah Jakarta dan Bandung.
Saluran II petani jamur kuping menjual hasil panen langsung ke pedagang besar. Penjualan langsung ke pedagang besar dilakukan karena akses ke pedagang besar lebih dekat jarak tempuhnya. Jamur kuping memiliki sifat yang cepat rusak dan tidak tahan lama apabila tidak dikeringkan. Petani mengalami kerugian apabila menunggu kedatangan pedagang pengumpul karena jamur kuping telah mengalami penurunan kualitas dan harganya jatuh sehingga lebih baik langsung dijual. Struktur pasar yang ada dalam pemasaran jamur kuping di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar adalah pasar oligopoli. Keadaan pasar oligopoli memiliki ciri banyak penjual dengan sedikit pembeli. Keadaan pasar yang demikian mengakibatkan nilai tawar dari petani menjadi lebih rendah dari pedagang sehingga setiap perilaku petani jamur kuping dalam menjual hasil panen akan mendorong petani lain untuk bereaksi.
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian yaitu (1) Total Biaya Mengusahakan Usahatani jamur kuping rata-rata adalah Rp 13.422.452/UT/MT atau Rp 293.825/m²/MT. Rata-rata Penerimaan Usahatani jamur kuping adalah Rp
27.225.280/UT/MT atau Rp
595.976/m²/MT. Pendapatan rata-rata usahatani jamur kuping adalah Rp 13.802.828/UT/MT atau Rp 302.151
/m²/MT. (2) Perhitungan R/C rasio menunjukan usahatani jamur kuping merupakan usaha dengan nilai 2,03 yang berarti usahatani jamur kuping layak diusahakan. (3) Dari perhitungan besar nilai Gross Market Coefficient diperoleh bahwa nilai Market’s Share dari pedagang besar merupakan nilai yang tertinggi daripada pedagang pengecer dan pedangan pengepul. Hal tersebut menunjukan bahwa pedagang besar menikmati proposi pendapatan terbesar dari kegiatan pemasaran jamur kuping baik jamur kuping basah maupun kering. Pedagang pengumpul memiliki nilai Gross Market Coefficient terkecil sehingga memiliki proposi terkecil pendapatan dari kegiatan pemasaran jamur kuping. Hal tersebut sesuai hipotesis dimana pedagang besar memiliki nilai Gross Market Coefficient tertinggi. (4) Efisiensi pemasaran secara ekonomis digambarkan dengan nilai farmer’s share pada saluran I adalah 60,18% untuk jamur kuping basah dan 88,75% untuk jamur kuping kering. Farmer’s share saluran pemasaran II sebesar 60,13% untuk jamur kuping basah dan 88,81% untuk jamur kuping kering. Farmer’s share saluran pemasaran III sebesar 60,16% dan 88,77%. Petani memiliki farmer’s share terbaik pada saluran I untuk jamur kuping basah dan saluran II untuk jamur kuping kering.
Saran yang diberikan adalah (1) Petani jamur kuping di Kecamatan Kerjo sebaiknya mencari alternatif pemasaran jamur kuping sehingga petani tidak bergantung pada pedagang besar. (2) Petani jamur kuping Kecamatan Kerjo sebaiknya dalam menjual jamur kuping basah melalui saluran I dan menjual jamur kuping kering pada saluran II untuk mendapatkan nilai farmer’s share yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Nilai Ekspor dan Impor Indonesia. http:www.bps.go.id.
13 Jakarta. diakses tanggal 11 Oktober 2014 pukul 15.00 WIB.. Christiana. 2012. Analisis Usahatani Jamur
Kuping di Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar[skripsi]. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Rencana Strategi Derektorat Jenderal Hortikultura Tahun 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura.
Kementrian Pertanian. 2014. Ekspor Komoditi Pertanian Subsektor Hortikultura. http:// aplikasi.deptan.go.id diakses tanggal 11 Oktober 2014 pukul 15.00 WIB..
Okwulehei and Ogoke. 2013. Bioactive, Nutritional and Heavy Metal Constituents of Some Edible Mushrooms Found in Abia State of Nigeria. Abia State: Departement of Plant Science and Biotechnology, Michel Okpara University of Agriculture.
Padberg DI et all. 2002. Agro-Food Marketing. USA: CABI Internasional..
Rahayu. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Rencana Usaha Budidaya Jamur Kuping Pada Usaha Agribisnis Jamur Lestari, Bandung[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor..
Rosita. 2011. Analisis Pemasaran Jahe (Zingiber Officinale) di Kabupaten Karanganyar. [skripsi]. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Wira. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The Pinewood Farm di
Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institute Pertanian Bogor.