• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman

Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20 meter. Tinggi tanaman mencapai 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh lateks. (Budiman, 2012).

2.1.1 Akar (Radix)

Akar merupakan bagian penting tanaman yang biasanya terdapat di dalam tanah dan arah tumbuhnya ke pusat bumi (geotrop), fungsi akar adalah :

a. Memperkuat berdirinya tanaman.

b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut dalam air di dalam tanah.

c. Mengangkut zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.

d. Pada tanaman tertentu akar digunakan sebagai tempat untuk menyimpan makanan.

Pada umumnya akar dapat dibedakan atas bagian-bagian berikut ini

a. Leher akar atau pangkal akar (collum), yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang.

b. Ujung akar (apex radicis), bagian akar yang paling muda

c. Batang akar (corpus radicis), bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujungnya.

d. Cabang-cabang akar (radix lateralis),

e. Serabut akar (fibrilla radicalis), cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut.

f. Rambut-rambut akar dan bulu-bulu akar (oilus radicalis), g. Tudung akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya diujung

(2)

5 2.1.2 Batang (Caulis)

Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting, batang memiliki peran :

a. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga dan buah.

b. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi

c. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas.

d. Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.

e. Khusus pada tanaman karet, batang merupakan sumber produksi lateks Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan mempunyai percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Ali, 2007).

2.1.3 Kulit

Seperti hal nya dengan semua tumbuhan dycotyl, pada batang tanaman karet dewasa bagian tengah batang dikelilingi oleh kulit kayu. Kedua jaringan ini dipisahkan oleh lapisan tipis cambium vascular yang menghasilkan jaringan xylem pada bagian dalam dan jaringan phloem pada bagian luar. Kayu (xylem) terdiri dari serat, tracheid dan pembuluh, dimana dua yang disebut terakhir bertanggung jawab atas pengangkutan naik air dan hara yang di ambil dari tanah oleh akar.

Sesuai dengan umur tanaman, kulit dapat dibedakan menjadi kulit perawan (yang belum pernah disadap) dan kulit pulihan (yang sudah disadap). Kedua kulit tersebut mempunyai susunan yang sedikit berbeda. Penyadapan menyebabkan kehilangan karet primer sebanyak yang dikandung pembuluh lateks. Dengan pengeluaran lateks ini tubuh pohon akan segera mengisi kembali pembuluh tersebut maka kehilangan karet akan terpenuhi kembali.

(3)

6 2.1.4 Daun (Folium)

Daun merupakan suatu organ tumbuhan yang penting. Daun karet berwarna hijau, apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau kemerah-merahan. Biasanya tanaman mempunyai jadwal kerontokan daun pada setiap musim kemarau karena sifat tanaman menyesuaikan penguapan tanaman. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm dan anak daun 3-10 cm. Anak daun berbentuk eliptis memanjang dan tepinya rata dengan ujungnya meruncing. (Ali,2007).

2.1.5 Bunga (Flos)

Bunga merupakan organ reproduktif, bunga dibentuk oleh meristem apical khusus yang berkembang dari apex pucuk vegetative setelah dirangsang oleh faktor-faktor eksternal dan internal untuk keperluan itu. Bunga terdiri dari beberapa sekumpulan daun sebagai berikut :

Daun kelopak (sepal), Daun mahkota (petal), Benang sari (stamen), Daun buah (karpel).

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng, pada ujungnya terdapat 5 tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga 4 - 8 mm, bunga betina berambut vilt ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang 3. (Ali 2007).

2.1.6 Buah (Fructus)

Buah karet mamiliki pembagian ruang yang jelas masin-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai 6 ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembang biakan tanaman karet secara alami. (Ali, 2007).

(4)

7 2.1.7 Biji (Semen)

Biji karet merupakan hasil persarian dari alat persarian yang terdiri dari benang sari dari putik. Biji yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji illegitim, legitim, dan propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan dari penyerbukan dimana bunga bunga betinanya diketahui dengan pasti, sedangkan bunga jantannya tidak diketahui. Contoh biji yang illegitim adalah biji sapuan dari kebun karet tidak terpilih atau biji dari kebun klonal yang letaknya berdekatan dengan kebun karet tidak terpilih. (Ali, 2007).

2.2 Taksonomi Tanaman Karet

Klasifikasi tanaman karet (Havea brasiliensis) Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotiledonea Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Havea

Spesies : Havea brasiliensis

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Karet 2.3.1 Iklim

Di Indonesia daerah penanaman karet yang cocok adalah pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan yang terletak pada zona 6 derajat garis lintang utara (LU) dan 9 derajat lintang selatan (LS). Namun daerah-daerah yang terbaik untuk penanaman adalah daerah yang terletak pada zona 6 derajat LU dan 5 derajat LS. Di daerah-daerah tersebut jatuhnya hujan merata sepanjang tahun dengan musim kemarau tidak terlalu panjang. Penanaman karet diluar zona tersebut menghasilkan pertumbuhan tanaman tanaman yang agak lambat. Suhu udara rata-rata yang baik pertumbuhan dan perkembangan hasil yang optimal adalah 28 derajat (Tim PS, 2013).

(5)

8 2.3.2 Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-2.500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5- 7 jam/hari. (Damanik dkk, 2010).

2.3.3 Temperatur

Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-300C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 200 C, maka tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Walaupun demikian, di daerah yang suhunya lebih tinggi, tanaman karet juga relatif tidak sesuai. (Tim PS, 2013).

2.3.4 Kelembaban nisbi

Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75-90%. Kelembaban yang selalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan karet. Disamping itu tanaman sering mengalami guttasi yaitu dimana proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun dan terjadi lelehan lateks akibat retaknya kulit. (Nasution, 1986 ).

2.3.5 Intensitas Sinar Matahari

Intensitas sinar matahari adalah hal yang sangat dibutuhkan tanaman karet dan sulit untuk ditawar. Bila terjadi penyimpangan terhadap faktor ini, maka mengakibatkan turunnya produktivitas. Di negara-negara tropis sinar matahari yang cukup melimpah merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tidak selama 5-7 jam/hari. (Tim Ps. 2013).

(6)

9 2.3.6 Kecepatan Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. (Damanik dkk, 2010).

2.3.7 Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik (Damanik, 2010) .

Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu. Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain, aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm. (Damanik dkk, 2010).

(7)

10 2.4 Jenis Gulma di Perkebunan Karet

Menurut Rosanti (2013), gulma dapat diartikan sebagai tumbuhan yang tidak diinginkan pada suatu perkebunan, pertanian ataupun dari tanaman yang dibudidayakan, dengan kata lain selain tumbuhan budi daya, tumbuhan lainnya merupakan gulma. Kerugian yang ditimbulkan gulma terlihat pada penurunan hasil tanaman budidaya.

Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu.

Adapun jenis-jenis gulma di perkebunan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Gulma rumput-rumputan

2. Gulma berdaun lebar 3. Gulma teki-tekian

Ketiga kelompok gulma ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan memerlukan strategi khusus untuk pengendaliannya. Berikut adalah klasifikasi dari ketiga jenis gulma diatas :

2.4.1 Gulma rumput-rumputan

Gulma golongan rumput sebagian besar termasuk dalam famili Gramineae atau Poaceae, dengan ciri-ciri umum adalah: Berbatang bulat memanjang, dengan ruas-ruas batang berongga atau padat. Daun berbentuk pita, bertulang daun sejajar, lidah-lidah daun berbulu, permukaan daun ada yangberbulu kasar atau halus. Buah berbentuk butiran tersusun dalam bentuk malai. Berakar serabut, berstolon atau membentuk rimpang. (Sudiman dan Endjo, 2015). Berikut jenis gulma rumput-rumputan dapat disajikan pada tabel 2.1.

(8)

11

Tabel 2.1 Jenis Gulma Rumput-rumputan

No Nama Botani Nama Lokal

1. Axonopus compresus Rumput paitan 2. Brachiararia distachya Rumput gajahan 3. Brachiararia mutica Rumput malela 4. Centotheca lappacea Jukut kidang

5. Cynodon dactylon Girintingan

6. Cyrtococcum acrescens Rumput telor ikan 7. Cyrtococcum oxyphylum Rumput kretekan 8. Imperata cylindrica Lalang

Sumber : (Nasution, 1986)

2.4.2 Gulma Berdaun Lebar

Gulma golongan berdaun lebar sebagian besar temasuk tumbuhan berkeping dua (Dicotyledoneae) dari berbagai famili. Ciri-ciri umum: Batang tubuh tegak dengan percabangannya, ada pula yang tumbuh merambat. Daun tunggal maupun majemuk, helaian daun bulat/bulat telur Bertulang daun melengkung atau menjari dan tepi daun rata, bergerigi atau bergelombang. Duduk daun berhadapan atau berselang-seling. Bunga tunggal atau majemuk tersusun dalam suatu karangan bunga. (Sudiman dan Endjo, 2015). Adapaun jenis gulma berdaun lebar dapat disajikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jenis Gulma Berdaun Lebar

No. Nama Botani Nama Lokal

1 Ageratum conyzoides Wedusan

2 Borreria latifolia Kentangan

3 Clidemia hirta Senggani

4 Lantana camara Bunga tahi ayam

5 Melastoma affine Harendong

6 Micania micrantha Sembung rambat

7 Mimosa pudica Putri malu

8 Phillantus ninuri Meniran

9 Stachytarpheta indica Ngadi rengga

(9)

12 2.4.3 Gulma Teki-Tekian

Kelompok ini memiliki ketahanan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesi yang menjadikan sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Ciri-ciri gulma ini adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. (Sudiman dan Endjo, 2015).

Famili Cyperaceae mempunyai ciri-ciri umum: Daun berbentuk pipih atau berlekuk segi tiga, memanjang yang tumbuh langsung dari pangkal batang. Permukaan daun biasanya licin tidak berbulu atau ada yang berbulu agak kasar, tangkai bunga berbentuk seperti lidi, muncul dari tengah-tengah pangkal batang dan ujungnya tersusun karangan bunga. Perakaran biasanya membentuk stolon dan bercabang dimana setiap cabang membentuk umbi, contoh Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia.

Table 2.3 Jenis Gulma Teki-tekian

No Nama Botani Nama Lokal

1 Cyperus kylinga Teki badot

2 Cyperus rotundus Teki

3 Scleria sumatrensis Kerisan

Sumber : (Nasution, 1986)

2.4.4 Gulma Pakis-pakisan

Gulma pakis-pakisan umunya berkembang biak umumnya dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar,anak daun umumnya duduk satu sama lain berantara, urat daun sejajar dan rapat. Contoh gulma pakis-pakisan adalah Cyclosorus aridus, Cleichenia linearis, Nephrolepis biserrata.

(10)

13

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keragaman Gulma 2.5.1 Jenis tanah

Komposisi gulma dan penutupannya pada kebun-kebun yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah alluvial/hidromorfik dijumpai gulma golongan teki-tekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan dibanding dengan yang dijumpai pada tanah podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada kebun-kebun di tanah podsolik.

2.5.2 Tinggi di Atas Permukaan Laut

Komposisi gulma pada kebun yang terletak pada 0-30 m mdpl ternyata ada perbedaaannya dengan yang dijumpai pada kebun yang teretak pada 30-100 m mdpl. Pada kebun-kebun yang terletak pada 0-30 m mdpl dijumpai lebih banyak jumlah jenis gulma dari golongan teki-tekian, sedangkan pada kebun yang terletak 30-100 m mdpl jenis rumput-rumputan (Gramineae). (Nasution, 1986).

2.5.3 Pola Kultur Teknis Perkebunan

Di antara faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi sifat komunitas gulma di perkebunan adalah : intensitas naungan (yang erat hubungannya dengan bentuk dan kepadatan tajuk tanaman, klon karet dan jarak tanam karet), adanya penutup tanah kacang-kacangan, cara pengendalian gulma, pemupukan drainase dan sebagainya. Pada areal TM dijumpai lebih banyak gulma berdaun lebar dan lebih sedikit golongan teki-tekian. (Nasution, 1986). 2.5.4 Curah Hujan

Faktor lain yang menyebabkan perkembang biakan gulma adalah intensitas curah hujan. Karena selain membutuhkan cahaya matahri, pada proses perkembang biakan gulma juga membutuhkan air yang cukup. Biasanya pertumbuhan gulma ini terjadi pada bulan basah yaitu pada mei sampai dengan desember berdasarkan data curah hujan yang di dapat.

Gambar

Tabel 2.2  Jenis Gulma Berdaun Lebar
Table 2.3 Jenis Gulma Teki-tekian

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari judul ” Hotel dan Resort Terapung Ulee Lheue” dapat didefinisikan sebagai berikut : sebuah penginapan di pinggiran pantai di kawasan wisata Ulee Lheue dan

Penumpukan sampah di sepanjang kanal makin menguatkan perilaku masyarakat membuang sampah di kanal. Kawasan Kelurahan Bontorannu memiliki beberapa potensi yang dapat

yang telah mendekati masa habis kuning telur diambil dan ditebar ke dalam media percobaan (toples berkapasitas 5 liter yang berisi air 4 liter air laut steril). Jumlah Artemia

Hasil survei batimetri ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan alur pelayaran, daerah penangkapan ikan, serta pengembangan di wilayah survei tersebut.Tujuan

Pajak Penghasilan minyak bumi dan/atau gas bumi terutang tersebut dihitung dan diisi oleh masing-masing Partner/Operator yang melaporkan laporan penerimaan negara

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran program power point dan hasil belajar siswa dengan anggota

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya pengelolaan hutan atau meningkatkan akses antar generasi terhadap sumber daya dan berbagai manfaat ekonomi secara adil

Terpeliharanya citra positif JICA sebagai lembaga donor Jepang di Indonesia tentunya tak lepas dari aktivitas media relations humas internal JICA yang terjalin