• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dusun Pakel Jaluk dan Dusun Pakel Rejo, yang anggotanya telah memanfaatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dusun Pakel Jaluk dan Dusun Pakel Rejo, yang anggotanya telah memanfaatkan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sumber Daya Responden

Responden pada penelitian tentang kontribusi lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga responden yang menjadi yaitu kelompok wanita tani di Dusun Pakel Jaluk dan Dusun Pakel Rejo, yang anggotanya telah memanfaatkan lahan pekarangan. Anggota kelompok wanita tani dari kedua Dusun tersebut adalah ibu rumah tangga atau istri dari responden. Desa Piyaman merupakan daerah pertanian lahan kering sehingga warga masyarakat di daerah tersebut harus bisa memanfaatkan lahan pekarangan secara maksimal agar bisa memperoleh pendapatan tambahan.

1. Individu

Responden dalam melakukan usahatani sangat dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama melakukan usahatani, pekerjaan selain usahatani, dan luas lahan pertanian yang dimiliki, selain itu responden dilahan pekarangan juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di atas. Oleh karenanya dalam penelitian perlu diketahui bagaimana pengaruh identitas responden terhadap pemanfaatan lahan pekarangan dan tingkat kesejahteraan responden di Desa Piyaman.

a. Umur Responden

Umur responden dapat berpengaruh terhadap produktivitas usahatani yang dilakukan oleh responden. Selain itu umur berpengaruh terhadap tingkatan dan

(2)

kemampuan responden dalam menerima dan menerapkan ilmu yang diperoleh dari penyuluh pertanian. Umur juga berpengaruh terhadap tingkatan adaptasi responden dalam menerima inovasi-inovasi di bidang pertanian. Rentan umur Responden di Desa Piyaman terbesar berada pada rentan usia 43-53 tahun dengan persentase lebih dari 50% (Tabel 8).

Tabel 8. Kelompok Umur Responden Desa.

Umur Jumlah Persentase (%)

32-42 8 12,12

43-53 37 56,06

54-65 21 31,82

Total 66 100

Tingkatan umur berpengaruh terhadap kondisi fisik dan tenaga yang dihasilkan seseorang untuk bekerja. Apabila usia responden semakin tua maka keadaan fisik responden semakin berkurang hal itu juga berkaitan dengan berkurangnya produktivitas yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 45 responden berada pada usia muda dan 21 responden berada pada usia lanjut. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas petani memiliki kemampuan fisik yang baik untuk melaksanakan kegiatan usahataninya. Menurut Fauzan dan Waluyati (2015), kemampuan bekerja biasanya akan meningkat sejalan dengan meningkatnya umur hingga batas tertentu, selanjutnya kemampuan yang dimiliki akan cenderung menurun. Umur produktif juga berkaitan dengan kemampuan petani dalam menerima inovasi baru. Semakin tua usia sesorang maka tenaga dan produktifitas akan menurun sehingga dapat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima.

(3)

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam menjalankan usahatani. Hal itu dikarenakan tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir dan proses pengambilan seseorang, sehingga pendidikan berpengaruh terhadap proses menerima informasi yang diberikan penyuluh kepada responden dan kelompok wanita tani, khususnya dalam hal pemanfaatan lahan pekarangan. Pendidikan Responden di Desa Piyaman lebih dari 60 persen memiliki tingkat pendidikan rendah (Tabel 9).

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Anggota KWT Desa Piyaman

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 41 62,12

SMP 14 21,21

SMA 11 16,67

Total 66 100

Pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui dan mengambarkan kualitas sumber daya manusia pada daerah tersebut. Tingkat pendidikan pada penelitian ini adalah tingkat formal pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada jenis pekerjaan yang dilakukan dan kemudian akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima dan juga akan berpengaruh terhadap kebutuhan rumah tangga. Tabel 9 menjelaskan bahwa 62,12% responden yang memanfaatkan lahan pekarangan di Desa Piyaman berpendidikan formal terakhir pada tingkatan sekolah dasar, dan 16,67% responden yang memanfaatkan lahan pekarangan berada pada pendidikan formal ditingkat SMA. Jenjang pendidikan secara tidak langsung akan menjadi dasar kemampuan responden untuk memperoleh

(4)

pengetahuan guna menjalankan kegiatan usahatani, baik usahatani di lahan tegalan ataupun usahatani pemanfaatan pekarangan, dengan semakin tinggi pendidikan responden maka penyerapan akan informasi budidaya pertanian yang baik dan benar akan mudah untuk diterima. Kondisi responden di Desa Piyaman yang mayoritas masih berpendidikan sekolah dasar mengakibatkan penyerapan informasi dan teknologi usahatani akan terbatas, sehingga responden kurang dapat memafaatkan lahan tegalan dan lahan pekarangan secara maksimal.

c. Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani berpengaruh terhadap perkembangan usahatani itu sendiri pengalaman memiliki peran yang sangat penting dalam keberlanjutan usahatani yang dimiliki oleh responden. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh responden, responden dapat belajar dari kesalahan-kesalahan dalam kegitan proses budidaya pertanian, khususnya tentang pemanfaatan lahan pekarangan. Responden yang memiliki pengalaman lebih lama dalam kegiatan usahatani mungkinkan hasil yang didapat dari kegiatan usahatani dapat optimal. Pengalaman bertani Responden jumlah terbanyak terdapat pada 25-35 tahun dengan persentase lebih dari 30% (Tabel 10).

(5)

Tabel 10

.

Pengalaman usahatani responden di Desa Piyaman.

Pengalaman Usahatani Jumlah Persentase (%)

03-13 15 22,73 14-24 15 22,73 25-35 24 36,36 36-46 10 15,15 47-57 2 3,03 Total 66 100,00

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa 36,36% responden di Desa Piyaman sudah mempuyai pengalaman kegiatan usahatani 25-35 tahun, hal tersebut dapat menunjukan bahwa, responden di Desa Piyaman sudah memiliki pengalaman yang cukup baik dalam hal kegiatan usahatani sehingga diharapkan responden dapat memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan usahatani yang dilakukan, baik usahatani tegalan maupun usahatani di lahan pekarangan.

2. Keluarga

a. Jumlah Anggota Keluarga

Banyaknya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap pengeluaran dan juga pendapatan responden. Dengan banyaknya jumlah anggota keluarga yamg bekerja maka akan dapat menambah pendapatan keluarga responden, selain itu juga dengan banyaknya anggota yang berada pada umur produktif akan dapat mengurangi pengeluaran tenaga kerja dalam kegiatan usahatani. Namun sebaliknya dengan banyaknya keluarga yang belum bekerja dapat berpengaruh terhadap pengeluaran keluarga dan dari pengeluaran tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga responden. Persentase terbanyak jumlah anggota keluarga terdapat pada jumlah keluarga 2 orang dan jumlah anggota keluarga paling rendah terdapat pada jumlah 0 orang (Tabel 11).

(6)

Tabel 11. Jumlah anggota keluarga responden Desa Piyaman.

Anggota Keluarga Jumlah Persentase (%)

0 2 3,03 1 13 19,70 2 18 27,27 3 16 24,24 4 14 21,21 ≥5 3 4,55 Total 66 100

Anggota keluarga terbesar terdapat pada jumlah 2 orang dengan persentase 27,27%. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka tanggungan keluarga akan semakin besar. Pada kegiatan usahatani lahan pekarangan di Desa Piyaman penggunaan tenaga kerja dalam keluarga belum dimanfaatkan secara maksimal, hal itu dibuktikan dengan hanya seorang ibu rumah tangga yang berperan dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Jumlah anggota keluarga erat kaitannya dengan pendapatan. Jumlah anggota keluarga yang berada pada usia produktif merupakan sumber tenaga kerja yang dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Namun sebaliknya apabila seseorang tidak berusia produktif maka dapat menjadi beban terhadap keluarga. Anggota keluarga responden terdiri dari istri, anak, adik, orangtua dan anggota keluarga lainnya, dimana kebutuhan sehari-harinya ditanggung oleh rumah tangga responden. Jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi produksi pertanian jika dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Namun tidak semua anggota keluarga digunakan untuk tenaga kerja, sehingga tidak mempengaruhi produksi usahatani. (Roza 2012)

(7)

b. Luas lahan

Lahan di tegalan Desa Piyaman merupakan daerah dengan kondisi pertanian lahan kering yang mana kegiatan pertanian bergantung dari curah hujan yang turun. Selain rata-rata luasan lahan responden di Desa Piyaman juga kecil (Tabel 12).

Tabel 12. Luas lahan tegalan

Luasan Lahan Responden (orang) Persentase (%)

< 1000 37 56,06 1001-2000 15 22,73 2001-3000 8 12,12 3001-4000 4 6,06 4001-5000 2 3,03 Total 66 100

Kepemlikan lahan terbesar responden di Desa Piyaman ada pada rentan ukuran < 1000 m². Responden di Desa Piyaman tergolong dalam responden gurem karena kepimilikan lahan kurang dari 0,5 Ha untuk di daerah Pulau Jawa. Responden gurem juga sangant rentan akan kemiskinan dan tingkat kesejahteraan yang belum terpenuhi.

Selain memliki lahan tegalan masyarakat di Desa Piyaman juga memiliki lahan pekarangan yang berada pada sekitar rumah, dimana apabila lahan pekarangan dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Luasan lahan pekarangan terbanyak berada pada rentan antara 430-619 m² dengan kepemilikan 26 responden (Tabel 13).

(8)

Tabel 13. Luasan Lahan Pekarangan.

Luasan Lahan Responden (orang) Persentase (%)

50-240 19 28,79 241-430 12 18,18 431-620 26 39,39 621-810 5 7,58 811-1000 4 6,06 Total 66 100

Kepemilikan lahan terbanyak berada pada rentan 431-620 m² dengan persentase 39,39%. Hal itu merupakan sebuah keuntungan bagi responden di Desa Piyaman karena apabila dapat dimanfaatkan secara maksimal maka hasil dari lahan pekarangn dapat memberi sumbangan pendapatan bagi responden, sehingga pengeluaran untuk konsumsi mereka dapat berkurang.

B. Penerimaan dan Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pendapatan responden di Desa Piyaman mayoritas berasal dari pendapatan non farm yaitu dari kegiatan usaha dagang dan pengeluaran responden berbeda-beda berdasarkan pendapatan rumah tangga sehingga dari pendapatan dan pengeluaran responden tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan responden di Desa Piyaman.

1. Kegiatan Usaha

Kegiatan usaha rumah tangga responden di Desa Piyaman dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu On farm, Off farm, dan Non farm. Dalam setiap kegiatan tersebut keterlibatan anggota keluarga berbeda-beda. Seperti seorang istri yang berfokus pada kegiatan On farm dan Off farm, sedangkan suami akan mencari pendapatan dari kegiatan Non farm. Dalam kegiatan usaha jumlah keluarga tenaga kerja produktif akan berpengaruh terhadap pendapatan total keluarga. Istri

(9)

memiliki peran yang sangat dominan dari pada suami pada kegiatan usahatani (Tabel 14).

Tabel 14. Distribusi Pekerjaan Anggota Rumah Tangga Responden.

Pendapatan Anggota Keluarga yang Terlibat

On farm

Pekarangan Istri

Padi Semua Anggota Keluarga

Off farm

Buruh Tanam Istri

Buruh Panen Istri

Non farm

Pedagang Suami

Pegawai Suami, Istri

Buruh Suami, Anak

Dalam kegiatan On farm terutama dalam kegiatan usahatani pekarangan anggota keluarga yang terlibat yaitu istri, hal tersebut dikarenakan peran istri sebagai ibu rumah tangga dianggap masih bisa melakukan kegiatan lain yang dapat digunakan untuk menambah pendapatan rumah tangga. Begitu juga untuk kegiatan Off farm, pada kegiatan tesebut istrilah yang berperan.

Peran perempuan, khususnya di negara berkembang, terlibat dalam pekerjaan yang sangat ekstensif dari segi waktu. Mereka adalah ibu rumah tangga yang sekaligus juga pencari nafkah untuk mendukung ekonomi keluarga. Pekerjaan seperti memelihara anak dan mengatur rumah tangga tidak bisa dilepaskan dari peran besar perempuan yang melaksanakan tugas tersebut tanpa pamrih. Di pedesaan perempuan secara aktif terlibat dalam kegiatan pertanian subsisten (untuk mencukupi kebutuhan keluarga sendiri). Dalam sistem pertanian subsisten tersebut peran perempuan tidak dihargai dalam bentuk upah, tetapi jelas

(10)

bahwa mereka telah melakukan aktivitas yang mendukung terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga (Sunarti 2015).

Lahan pertanian di Desa Piyaman adalah pertanian dengan lahan kering, sehingga responden yang tidak bisa sepenuhnya bergantung pada kegiatan usahatani. Pada kegiatan On farm dan Off farm peran perempuan atau istri yang sangat berperan sedangkan untuk suami mereka mencari pendapatan tambahan dari kegiatan Non farm.

a. On farm

1. Padi lahan tegalan

Desa Piyaman merupakan Desa di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul, dimana daerah Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah lahan kering di Provinsi Yogyakarta. Selain itu kondisi lahan di Gunungkidul merupakan lahan dengan batuan kapur sehingga sulit untuk bisa dilakukan kegiatan budidaya pertanian. Intensitaf curah hujan yang rendah membuat responden di Desa Piyaman hanya bisa menanam padi satu kali dalam satu tahun. Kondisi lahan yang kurang subur responden di daerah Desa Piyaman harus dapat memanfaatkan lahan tegalan yang mereka miliki secara maksimal.

Oleh karena itu pemerintah Gunungkidul membuat beberapa alternatif kegiatan baik melalui kelompok tani dan kelompok wanita tani yang ada di Kabupaten Gunungkidul untuk dapat mensejahterakan responden di daerah tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan pemerintah Gunungkidul yaitu mendorong warga masyarakat, khusunya responden untuk bisa memanfaatkan

(11)

lahan yang dimiliki untuk digunakan sebagai kegiatan untuk mencukupi kebutuhan akan pangan.

Kegiatan tersebut yaitu kegiatan pemanfaatan lahan pekrangan sebagai tempat budidaya pertanian, dimana dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan responden dapat mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga.

2. Pemanfaatan Lahan pekarangan

Pemanfaatan lahan pekarangan dilakukan oleh kelompok wanita tani di Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Pada penelitian ini peneliti mengambil dua Dusun yang masih aktif memanfaatkan lahan pekarangan sampai sekarang. Dusun tersubut yaitu Dusun Pakel Jaluk dan Dusun Pakel Rejo. Dusun pakel jaluk merupakan Dusun yang sudah memanfaatkan lahan pekarangan sejak tahun 2011 dimana pada tahun 2014 Desa Piyaman mengikuti lomba Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman (Hatinya) PKK dengan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penilaian yang utama. Pada kegiatan tersebut Dusun Pakel Jaluk merupakan Dusun yang utama dalam kegiatan penilaian dan terdapat 4 Dusun pendukung sebagai kegiatan tersebut yaitu Dusun Pakel Rejo, Budegan Lor dan Dusun Ngerboh I. Seiring berjalannya waktu Dusun yang masih aktif untuk pemanfaatan lahan pekarangan hanya ada dua Dusun yaitu Dusun Pakel Jalok dan Pakel Rejo.

Dusun Pakel Jaluk memiliki nama kelompok wanita tani Dewi Sri dimana kelompok wanita tani di Dusun ini selain anggotanya aktif memanfaatkan lahan pekarangan, kelompok wanita tani juga mempunyai usaha yang lain guna menunjang kesejahteraan anggota. Kegiatan yang lain yang dimiliki yaitu

(12)

perkumpulan rutin tiap satu bulan sekali dan kegiatan pelatihan pembuatan aneka produk olahan dan juga menerima pesanan snack untuk kegiatan hajatan ataupun rapat. Dalam kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan anggota kelompok mendapatkan bibit sayuran dari kelompok dengan membayar jasa penyemaian sebesar Rp. 500 untuk setiap bibit dan kemudian anggota diperbolehkan membawa pulang bibit tersebut untuk dibudidayakan. Selain itu kelompok wanita tani Dewi Sri juga aktif mendapatkan pendampingan oleh penyuluh pertanian dari Kabupaten Gunungkidul.

Dusun selanjutnya yang menjadi responden penelitian yaitu Dusun Pakel Rejo, dimana proses Pemanfaatan lahan pekarangan dilakukan secara tidak senaja ketika dimulai dari kegiatan kunjugan kepada kelompok wanita tani di daerah Jogja dan kemudian dari kunjungan tersebut anggota kelompok tani di Dusun Pakel Rejo secara mandiri memanfaatkan batang pisang yang sudah tidak terpakai sebagai tempat budidaya pertanian. Kemudian dari kegiatan tersebut anggota kelompok mendokumentasikan dan kemudian disebarluaskan melalui media sosial. Dari penyebaran informasi tersebut kelompok wanita tani Dusun Pakel Rejo didatangi penyuluh pertanian dari Kabupaten dan kemudian kelompok dibina dan diberi pengarahan sehingga mereka mulai memafaatkan pekarangan sejak tahun 2011 dan tiga tahun setelahnya ketika ada kegiatan lomba untuk pemanfaatan lahan pekarangan mereka beraema dengan ketiga Dusun yang lain mendapat pembinaan yang intensif untuk memanfaatkan lahan pekarangan secara maksimal. Dari hasi tersebut Desa Piyaman menjadi juara pertama dalam

(13)

pemanfaatan lahan ditingkat Provinsi dan kemudian menjadi juara harapan empat ditingkat Nasional.

b. Off farm

Kegiatan off farm yang dilakukan oleh responden di Desa Piyaman yaitu buruh tanam dan buruh panen. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menambah pendapatan rumah tangga. Pada masyarakat Desa Piyaman terdapat kebiasaan unik yaitu ketika musim tanam dan musim panen padi masyarakat Desa akan tolong menolong dan juga gotongroyong pada proses tersebut, selain itu hal tersebut dilakukan juga sebagai kegiatan untuk menghemat pengeluaran dalam kegiatan usaha budidaya padi. Akan tetapi kebiasaan tersebut sudah semakin menipis hal tersebut dikarenakan banyaknya masyarakat Desa Piyaman yang berjualan diluar kota sehingga dengan jumlah penduduk yang berkurang semakin lama kegiatan tersebut sudah hampir punah.

c. Non farm

Kondisi lahan pertanian yang tidak produktif banyak responden di Desa Piyaman yang beralih ke sektor non farm. Desa Piyaman terkenal dengan kuliner Bakmi Jawa sehingga banyak masyarakat Desa tersebut yang beralih untuk jualan kuliner Bakmi Jawa. Selain sebagai pedagang Bakmi sektor non farm lain yang dilakukan oleh masyarakat Desa Piyaman yaitu sebagai buruh bangunan. Kondisi geografis yang dekat dengan Kecamatan Wonosari terdapat membuat sebagian masyarakat Desa Piyaman bekerja sebagai Pegewai Negeri Sipil dilingkungan kantor Kecamatan. Adapun tempat untuk berjualan Bakmi Jawa yaitu dilokasi

(14)

pusat kota Jogja dan juga daerah yang dekat dengan keramaian seperti lingkungan sekitar kampus dan juga daerah pariwisata.

2. Penerimaan a. On Farm

1) Usahatani Pekarangan

Penerimaan menurut Rahim dan Diah (2008), adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Besarnya penerimaan yang diterima oleh responden masing-masing responden berbeda, hal itu sesuai dengan luasan lahan pekarangan dan banyaknya tanaman yang dibudidayakan di lahan pekarangan. Semakin banyak tanaman yang dibudidayakan di pekarangan maka penerimaan yang diterima akan semakin banyak. Penerimaan terbesar dari pemanfaatan lahan pekarangan berasal dari kegaitan usahatani pisang dan cabai (Tabel 15).

Tabel 15. Penerimaan Usahatani lahan pekarangan.

Komoditas Produksi (Kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Persentase (%)

Cabai 3,140 16.342,581 51.318,182 24,588 Terong 4,000 4505,682 18.022,727 8,635 Pisang 2,258 49.798,658 112.424,242 53,865 Tomat 1,780 5400,000 9613,636 4,606 Kacang Panjang 1,973 4857,965 9587,121 4,593 Sawi 0,879 3948,276 3469,697 1,662 Pare 1,083 3951,049 4280,303 2,051 Jumlah 208.715,909 100,000

Responden di Desa Piyaman memanfaatkan lahan pekarangan mereka dengan membudidayakan macam-macam tanaman sayuran yaitu tanaman: cabai, terong, pisang, tomat, kacang panjang, sawi dan pare. Budidaya yang dilakukan responden di lahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, ada yang dilakukan dengan menggunakan polybag, dan ada juga yang menanam langsung pada lahan

(15)

pekarangan mereka. Rata-rata penerimaan total Responden di Desa piyaman sebesar Rp. 208.715,909 dari rata-rata luasan lahan pekarangan sebesar 422,5 Meter.

Penerimaan terbesar dari lahan pekarangan di dapat dari tanaman pisang, yaitu sebesar 53,869% dari total pendapatan lahan pekarangan atau sebesar Rp. 112.424,242 hal itu dikarenakan tanaman pisang merupakan komoditi unggulan di Desa tersebut dan warga di Desa Piyaman juga mendapatkan bantuan bibit pisang dari pemerintah sehingga kemudian diharapkan hasil dari tanaman pisang tersebut digunakan untuk pembuatan keripik pisang oleh kelompok wanita tani di Desa Piyaman. Penerimaan terbesar kedua setelah pisang yaitu berasal dari tanaman cabai sebesar 24,588% dari total penerimaan total. Dengan mayoritas Responden di Desa Piyaman hamper keseluruhan membudidayakan tanaman cabai, hal itu merupakan capaian yang positif karena harga cabai di pasar yang sangat fluktuatif sehingga dengan responden membudidayakan sendiri tanaman tersebut maka responden tidak perlu direpotkan apabila sewaktu-waktu komoditas pertanian mengalami kenaikan harga.

Biaya Usahatani Pekarangan, responden mengeluarkan biaya dan

memperoleh pendapatan. Menurut Soekartawi (2011), biaya usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga responden. Dalam usahatani fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan dengan tingkat produksi, selain itu biaya juga dapat dibedakan menjadi biaya

(16)

tetap, yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi biaya produksi, dan biaya variabel yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi biaya produksi (Suratiyah 2015). Pada kegiatan usahatani di Desa Piyaman terdapat 3 komponen biaya yaitu biaya bibit, pupuk, dan penyusutan, dan persentase jumlah biaya terbesar terdapat pada biaya bibit (Tabel 22). Biaya tenaga kerja tidak dihitung dalam kegiatan budidaya di lahan pekarangan dikarenakan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan usahatani lahan pekarangan seluruhnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.

Tabel 16. Biaya Usahatani Lahan Pekarangan.

Uraian Total (Rp) Persentase (%)

Biaya Bibit 26.046,97 45,678

Biaya Pupuk 22.454,73 39,378

Biaya Penyusutan 8.521,52 14,944

Jumlah 57.023,22 100

Biaya merupakan suatu kompenen yang selalu dikeluarkan apabila ingin mendapatkan pendapatan. Pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Piyaman Responden di Desa Piyaman dalam mengusahakan pekarangan mengeluarkan biaya-biaya yaitu biaya bibit, pupuk dan penyusutan. Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan yaitu biaya bibit sebesar Rp. 26.046,97 atau sama dengan 45,678% dari semua total biaya yang dikeluarkan. hal itu dikarenakan bibit tanaman pekarangan disediakan oleh kelompok wanita tani dan kemudian setiap anggota kelompok wanita tani yang ingin mendapatkan bibit tersebut harus menganti ongkos atau biaya untuk penyemaian dari bibit tersebut kepada kelompok. Pupuk yang dipakai dalam budidaya lahan pekarangan di Desa Piyaman yaitu mayoritas menggunakan pupuk

(17)

kandang, urea dan phoska, hal itu dikarenakan pupuk tersebut sama dengan pupuk yang digunakan dalam kegiatan budidaya padi. Menurut Fauzan (2014), penggunaan pupuk merupakan usaha petani untuk meningkatkan produktivitas lahan, yaitu dengan cara menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Pemupukan sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman, yaitu dengan menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah. Dengan demikian diharapkan kebutuhan tanaman akan unsur hara akan dapat terpenuhi secara optimal.

Pendapatan rumah tangga masyarakat di pedesaan berasal dari

pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani, menurut Soekartawi (2006) yang menjelaskan tentang teori pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses usahatani. Rata-rata total biaya yang dikeluarkan responden dalam usahatani lahan pekarangan sebesar Rp. 57.023 (Tabel 17).

Tabel 17. Pendapatan usahatani pekarangan.

Uraian Total (Rp)

Penerimaan 208.715,91

Total Biaya 57.023,22

Pendapatan 151.692,69

Dalam kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan responden akan mendapatkan manfaat tunai dan tidak tunai dari kegiatan tersebut yang artinya hasil panen dari usahatani lahan pekarangan tidak hanya berupa uang dan jika diuangkan akan sejumlah nominal yang diuraikan pada Tabel 17. Manfaat tidak tunai tersebut adalah hasil usahatani lahan pekarangan lebih besar dimanfaatkan responden untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari rumah tangga sehingga dapat menekan pengeluaran belanja, dan apabila dinominalkan dalam rupiah pendapatan

(18)

rata-rata rumah tangga responden dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebesar Rp.151.692,69 Artinya dari hasil panen usahatani pekarangan, responden tidak lagi membeli sayuran untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari untuk beberapa hari kedepan dan pengeluaran yang seharusnya digunakan untuk belanja kebutuhan dapat ditabung responden untuk keperluan lainnya seperti kebutuhan sekolah anak dan belanja lainnya.

Manfaat lain dari adanya kegiatan Pemanfaatan Lahan Pekarangan ini adalah kegiatan ini bukan hanya untuk menambah pendapatan semata atau bersifat komersil namun untuk mengisi kegiatan yang positif dengan berusahatani, menciptakan keterampilan baru dalam bercocok tanam bagi responden serta dapat memperindah pekarangan rumah dan memenuhi gizi keluarga

2) Usahatani Padi

Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Produksi padi yang dihasilkan oleh responden Desa Piyaman merupakan padi lahan tegalan yang dimana dalam 1 tahun lahan tegalan hanya dapat menghasilkan padi hanya dalam satu kali musim tanam. Produksi rata-rata responden di Desa Piyaman sebesar 431,11 Kg per satu kali musim tanam (Tabel 18).

Tabel 18. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi.

Komoditi Produksi Rata-Rata (Kg) Harga (Rp) Penerimaan(Rp/Kg)

Padi 431,10678 5272,70156 2.273.097,40

Total Biaya 786.834,03

Pendapatan 1.486.263,38

Total penerimaan responden padi lahan kering di Desa Piyaman sebesar Rp. 2.273.097,40 dalam satu kali musim tanam dengan produksi rata-rata per 1500 meter sebesar 431,11 Kg. varietas benih tanaman padi yang digunakan

(19)

responden di Desa Piyaman adalah varietas Cihera dimana penggunaan jenis varietas tersebut di dapat dari informasi penyuluh pertanian yang ada pada Kecamatan Wonosari. Pemilihan varietas benih padi ciherang pada lahan kering bukanlah hal yang mengherankan, karena pada daerah dengan kondisi serupa yaitu lahan kering di Banyumas dan Lampung responden juga menggunakan varietas Cihera (Bariot 2016 ).

Pada kegiatan budidaya padi lahan kering responden harus mengeluarkan biaya usahatani untuk bisa mendapatkan pendapatan. Pada kegiatan usahatani padi di Desa Piyaman pengeluaran biaya terbesar terdapat pada biaya tenaga kerja. Total biaya yang dikeluarkan usahatani padi di lahan kering dengan rata-rata luas lahan 1500 Meter sebesar Rp. 786.834,03. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani padi di lahan kering terdapat pada biaya tenaga kerja sebesar Rp. 420.028,41. Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi di lahan tegalan yaitu pupuk urea, TSP, organik cair, kandang dan Pupuk NPK. Adhi (2016) menjelaskan bahwa dosis pupuk pada pertanaman padi Gogo harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.

Jenis pupuk anorganik yang diberikan berupa 150-200 Kg/ha Urea, 75 Kg/ha TSP dan 50 Kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl sebaiknya diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Sedangkan dalam biaya penyusutan alat, alat yang dimiliki responden antara lain yaitu sabit, cangkul, dan Sprayer, untuk sprayer tidak semua responden memiliki, hal itu dikarenakan biaya pembelian yang mahal sehingga hanya beberapa responden saja yang memiliki alat tersebut. Biaya pestisida yang dikeluarkan responden dalam

(20)

satu kali musim tanam rata-rata Rp. 5.787,48 hal itu di karenakan budidaya pada lahan tegalan penggunaan pestisida tidak sebanyak pada lahan sawah, pada lahan tegalan sangat jarang terjadi serangan hama. Pada lahan tegalan yang terjadi hanya tumbuh gulma berupa tanaman rerumputan sehingga penanganan yang dilakukan hanya dengan cara dibersihkan secara manual.

Kegiatan proses budidaya padi dilakukan oleh masyarakat Desa Piyaman pada lahan tegalan yang dimana lahan tegalan untuk proses budidaya padi sangat bergantung pada intensitas curah hujan yang turun. Pendapatan yang diterima responden lahan tegalan di Desa Piyaman dalam satu kali musim tanam sebesar Rp. 1.486.263,38. Pendapatan tersebut diperoleh dari Rata-rata luasan lahan masyarakat Desa sebesar 1506,26 m². dari kegiatan pertanian tersebut hasil panen padi yang diperoleh kebanyakan dari masyarakat Desa dikonsumsi sendiri. Kegiatan budidaya padi di Desa tersebut dilakukan secara tumpangsari dengan tanaman ketela pohon sehingga pendapatan yang diperoleh dapat lebih banyak. Setelah menanam padi apabila dimungkinkan responden di Desa tersebut juga menanam tanaman kacang tanah.

b. Off farm

Pendapatan selain On farm juga didapat malalui kegiatan Off farm. Kegiatan Off farm yaitu kegiatan diluar usahatani yang dilakukan oleh responden tanpa meninggalkan kegiatan usahatani sendiri. Pada responden di Desa Piyaman kegiatan Off farm yang dilakukan yaitu kegiatan buruh tanam dan panen. Kegiatan buruh tanam berkontribusi lebih besar dari pada kegiatan buruh panen (Tabel 19 ).

(21)

Tabel 19

.

Pendapatan Responden dari Kegiatan Off farm.

Kegiatan Off farm Rata-rata (Rp)

Buruh Tanam 112.727,27

Buruh Panen 31.363,64

Total Pendapatan 144.090,91

Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan Off farm responden di Desa Piyaman sebesar Rp. 144.090,91. Pendapatan tersebut lebih kecil dari pendapatan yang diperoleh responden dari kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Selain itu budaya gotong royong dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga juga menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan responden dari kegiatan Off farm c. Non farm

Sektor Non farm merupakan sektor penopong dari pendapatan rumah tangga. Adapun sektor usaha pada kegiatan selain kegiatan pertanian masyarakat responden Desa Piyaman yaitu dari kegiatan buruh, pegawai, dan pedagang, dimana pendapatan dari pedagang merupakan pendapatan yang paling besar bagi responden di Desa Piyaman (Tabel 20 ).

Tabel 20. Pendapatan Usahatani dari Off farm.

Kegiatan Non farm Rata-rata (Rp) Persentase (%)

Pedagang 1.837.121,21 37,53

Pegawai 1.345.454,55 27,48

Buruh 1.712.727,27 34,99

Total 4.895.303,03 100

Pendapatan terbesar Responden di Desa Piyaman didapat dari usaha dagang sebesar 37,53%. Dari kegiatan perdagangan dapat menyumbang Rata-rata pendapatan sebesar Rp. 1.837.121,21. Hal tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat Desa Piyaman yang kebanyakan berjualan kuliner Bakmi Jawa. Selain itu karena sektor pertanian sudah tidak dapat menopang perekonomian

(22)

sehingga harus mencari alternatif lain yaitu sebagai buruh, baik buruh bangunan ataupun juga buruh pabrik

Penerimaan Responden di Desa Piyaman terdiri dari penerimaan Non farm, Off farm dan On farm, dimana penerimaan dari kegiatan Non farm lebih besar dari kegiatan On farm dan Off farm. Penerimaan terbesar didapat dari sektor pedagang (Tabel 21).

Tabel 21.Range Total Penerimaan Responden.

Penerimaan Range Penerimaan (Rp) Rata-rata (Rp) Non Farm Pedagang 0-4.000.000 1.837.121,21 Pegawai 0-6.000.000 1.345.454,55 Buruh 0-5.700.000 1.785.454,55 Off Farm Buruh Tanam 0-900.000 112.727,27 Buruh Panen 0-333.333 31.363,64 On Farm Pekarangan 0-1.042.000 208.715,91 Padi 0-7.000.0000 2.273.097,40 Total Penerimaan 7.593.934,52

Penopang kebuhan keluarga responden terbesar dari kegiatan non farm hal tersebut dikarenakan apabila responden hanya mengandalkan kegiatan usahatani sedangkan lahan di Desa Piyaman tidak produktif maka responden tidak bisa mencukupi pengeluaran rumah tangga. Penerimaan responden yang diperoleh dari kegiatan budidaya terdapat sebagian responden yang mengalami gagal panen sehingga pendapatan yang mereka peroleh minus bahkan mereka harus berhutang untuk menutup kekurangan biaya dalam kegiatan budidaya.

(23)

3. Total Pengeluaran

Pengeluran Responden di Desa Piyaman sangat beragam yaitu, pengeluran untuk usahatani pekarangan, pengeluaran usahatani padi, pengeluaran pangan dan pengeluran non pangan. Adapun pengeluran terbesar Responden di Desa Piyaman berada pada pengeluaran non pangan sebesar 48,23% dari total pengeluaran rumah tangga (Tabel 22).

Tabel 22

.

Pengeluaran Total Rumah Tangga.

Pengeluaran Rata-Rata (Rp) Persentase (%)

Biaya Usahatani Padi 786.834,03 12,03

Biaya Usahatani Pekarangan 57.023,22 0,87

Pengeluaran Pangan 2.536.871,21 38,78

Pengeluaran Non Pangan 3.161.475,38 48,32

Total 6.542.203,84 100

Pengeluaran terbesar terdapat pada pengeluaran non pangan sebesar 48,32% dari total pengeluran rumah tangga. Pengeluaran non pangan yang dikeluarkan oleh Responden di Desa Piyaman yaitu pengeluaran untuk bensin, listrik, air, pajak, komunikasi, pendidikan, keperluan sehari-hari semisal sabun, deterjen, pasta gigi, dan lain-lain serta pengeluran untuk kegiatan sosial, kesehatan dan keperluan lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan keluarga.

Sedangkan untuk pengeluaran pangan, pengeluaran yang dikeluarkan sebesar 38,78% dari total pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran untuk pangan antara lain untuk membeli beras, lauk, sayur, bumbu, buah, minuman (kopi, teh, gula), membeli makanan diluar dan membeli rokok. Pengeluaran responden terbesar terdapat untuk pengeluaran konsumsi yang mana masyarakat yang lebih banyak pengeluaran untuk konsumsi cenderung tidak sejahtera.

(24)

C. Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan (NTPRP)

Menurut undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang kesejahteraan masyaratakat, kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

1. Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan

Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan dapat digunakan untuk mengetahui penanda tingkat kesejahteraan dari seorang responden. Sugiarto (2008) menjelaskan bahwa NTPRP merupakan ukuran kemampuan rumah tangga responden di dalam memenuhi kebutujan subsistennya. Tingkat kesejahteraan responden ditentukan dengan cara menghitung Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Responden (NTPRP).

Selain itu NTPRP juga dapat didefinisikan sebagai pembagian dari pendapatan total rumah tangga dengan pengeluaran total rumah tangga. Pendapatan total merupakan pendapatan dari usaha pertanian dan non pertanian, sedangkan pengeluaran total berasal dari penjumlahan dari pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk biaya produksi usaha pertanian maupun non pertanian.

Tabel 23. NTPRP Rumah Tangga Responden Desa Piyaman.

Per 3 Bulan Per Bulan

Total Pendapatan 6.750.077,28 2.250.025,76 Total Pengeluaran 5.698.346,59 1.899.448,86

NTPRP 1,18

Total pendapatan merupakan pendapatan yang diperoleh dairi kegiatan usaha yang dilakukan oleh responden sedangkan total pengeluaran merupakan

(25)

pengeluaran dari pangan dan non pangan yang dikonsumsi oleh respondden. Pengukuran dengan menggunakan NTPRP apabila nilai NTPRP kurang dari 1 maka responden belum sejahtera dan apabila kurang dari sama dengan 1 maka responden dapat dikatakan sejahtera. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Responden Pedesaan di Desa Piyaman sebesar 1,18 sehingga dapat diartikan bahwa Responden di Desa tersebut tergolong dalam responden sejahtera.

Sunarti (2016) dalam bukunya menyatakan bahwa pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama. Keluarga yang dapat memenuhi keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga. Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah yang khusuk dengan terpenuhinya kebutuhan pokok.

Kondisi responden di daerah penelitian untuk tingkat kesejahteraan tiap rumah tangga responden berbeda-beda antara rumah tangga responden satu dengan rumah tangga responden lainnya juga berbeda. Terjadi persamaan persentase antara responden yang sudah sejahtera dengan responden yang belum sejahtera (Tabel 24).

Tabel 24. NTPRP Berdasarkan Jumlah Responden.

NTPRP Responden Kategori Persentase (%)

< 1 33 Belum sejahtera 50,00

≥ 1 33 Sejahtera 50,00

(26)

Jumlah antara responden yang belum sejahtera dengan responden yang sudah sejahtera di Desa Piyaman mempunyai jumlah yang sama. Responden yang kurang sejahtera dikarenakan perbandingan antara total pengeluaran lebih besar dari total pendapatan. Selain itu tingkat kesejahteraan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu faktor yang paling berpengaruh yaitu sumber pendapatan. Responden yang hanya mengandalkan sumber pendapatan dari kegiatan On farm saja pendapatan yang diperoleh sangat kecil dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan saja.

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan responden di Desa Piyaman yaitu pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, apabila pendapatan lebih besar daripada pengeluaran maka responden tersebut sejahtera dan begitupun sebaliknya apabila pengeluaran lebih besar daripada pendapatan maka responden tersebut belum sejahtera. Klasifikasi kesejahteraan responden dapat diketahui pada tabel 25.

Tabel 25. Klasifikasi Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan Responden Desa Piyaman.

Total Sejahtera ≥1 Persen (%) Belum Sejahtera <1 (%) On farm Pekarangan 544.282,97 2,18 401.297,62 4,80

Padi 7.561.988,14 30,24 3.039.648,90 36,33 Off farm Buruh tanam 79.368,13 0,32 209.404,76 2,50 Buruh Panen 78.269,23 0,31 1.666,67 0,02 Non farm Pedagang 4.851.098,90 19,40 1.338.095,24 15,99 Pegawai 6.527.472,53 26,10 1.003.571,43 12,00 Buruh 5.365.384,62 21,45 2.372.142,86 28,36 Total Penerimaan 25.007.864,51 100,00 8.365.827,48 100,00 Pengeluaran On farm Pekarangan 141.252,49 1,04 105.520,79 0,79 Padi 2.239.809,15 16,56 1.363.216,99 10,18 Konsumsi Pangan 5.056.005,49 37,39 5.443.136,90 40,63 Non Pangan 6.084.285,03 45,00 6.485.553,57 48,41 Total Pengeluaran 13.521.352,16 100,00 13.397.428,25 100,00 NTPRP 1,85 0,62 Responden 33 33

(27)

Terjadi perbedaan pada penerimaan dari kegiatan usahatani padi antara responden yang sudah sejahtera dengan responden yang belum sejahtera, perbedaan yang cukup jauh tersebut dipengaruhi oleh pemahaman yang berbeda- beda dalam penagkapan informasi dari penyuluh pertanian tentang usaha budidaya padi di lahan Tegalan sehingga dari hal tersebut membuat terjadi perbedaan dalam penerimaan.

Responden yang sudah sejahtera dengan responden yang belum sejahtera penerimaan dari usahatani padi besar akan tetapi biaya yang dikeluarkan juga besar sehingga persentase pendapatan dari usahtani padi cukup rendah. Responden yang sudah sejahtera dan yuang belum sejahtera pendapatan dari kegiatan non farm berkontribusi paling besar. Selain itu dengan kondisi lahan tegalan yang kurang subur membuat produksi hasil pertanian yang didapat rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kegiatan usahatani sudah tidak bisa menopang perekonomian di Desa Piyaman sehingga responden yang ada di Desa Piyaman harus bisa mencari sumber pendapatan dari luar kegiatan usahatani.

Responden yang sudah sejahtera penerimaan dari kegiatan usaha dagang dan pegawai lebih besar daripada responden yang belum sejahtera, hal tersebut dikarenakan jumlah responden yang sudah sejahtera lebih banyak bekerja pada pegawai dan dagang.

Kegiatan non farm dari pekerjaan buruh juga berpengaruh terhadap kesejahteraan responden, responden yang sudah sejahtera bekerja pada buruh pabrik yang mana upah yang diberikan merupakan upah minimum dari kabupatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan responden yang belum

(28)

sejahtera pekerjaan buruh yang dilakukan merupakan buruh pabrik yang bekerja apabila ada proyek yang dikerjakan.

Total pengeluaran pangan dan non pangan antara responden yang sudah sejahtera dengan yang belum sejahtera lebih besar responden yang belum sejahtera hal tersebut dikarenakan responden yang belum sejahtera lebih banyak bekerja pada buruh bangunan dan sering menghabiskan uang mereka untuk mengkonsumsi rokok. Hal tersebut membuktikan bahwa perilaku konsumtif akan membuat seseorang cenderung tidak sejahtera.

Berdasarkan hasil penelitian Widodo dan Retno yang berjudul Analisis pola konsumsi dan tingkat kerawanan pangan petani lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk Desa Giritirto masuk dalam kategori sangat rawan pangan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor tingkat pendapatan dan luas lahan tidak memiliki hubungan pada pemenuhan gizi keluarga yang akan berdampak pada tingkat kerawanan pangan sehingga responden yang tidak sejahtera juga akan cendurung berada pada kerawanan pangan.

Sedangkan untuk pendapatan dan pengeluaran berdasarkan tingkat Dusun yaitu Pakel Jaluk dan Pakel Rejo terdapat perbedaan yang cukup signifikan berdasarkan tingkat kesejahteraan sedangkan pada tingkatan distribusi pendapatan mereka relatif sama dan seimbang (Tabel 26).

Letak geografis Dusun Pakel Rejo yang dekat dengan pusat kota kecamatan Wonosari membuat perilaku responden lebih konsumtif sehingga

(29)

pengeluaran konsumsi responden di Dusun tersebut lebih besar daripada pengeluaran di Dusun Pakel Jaluk.

Pembentukan NTPRP terdiri dari pendapatan, pengeluaran konsumsi, dan pengeluaran biaya usaha tani. Dusun Pakel Rejo memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi dari pada Dusun Pekel jaluk hal itu dikarenakan jumlah responden yang sudah sejahtera di Dusun Pakel Rejo hanya berjumlah 7 orang warga yang kebutuhannya lebih banyak ditopang dari kegiatan non farm sedangkan responden yang belum sejahtera berjumlah 21 responden.

(30)

Tabel 26. Klasifikasi Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan Responden Per Dusun.

Pakel Jaluk ≥1 (Sejahtera) Persen (%) <1 (Belum sejahtera) Persen (%) On farm Pekarangan 172.961,54 1,73 194.250,00 4,241

Padi 2.685.230,77 26,78 1.973.500,00 43,087 Off farm Buruh tanam 73.653,85 0,73 12.500,00 0,273 Buruh Panen 78.269,23 0,78 - - Non farm Pedagang 3.565.384,62 35,56 950.000,00 20,741 Pegawai 1.384.615,38 13,81 475.000,00 10,371 Buruh 2.065.384,62 20,60 975.000,00 21,287 Total Penerimaan 10.025.500,00 100,00 4.580.250,00 100,000 Pengeluaran On farm Pekarangan 55.494,07 0,93 55.062,10 0,852 Padi 800.347,27 13,35 842.419,25 13,037 Konsumsi Pangan 2.212.576,92 36,89 2.700.375,00 41,791 Non Pangan 2.928.677,88 48,83 2.863.791,67 44,320 Total Pengeluaran 5.997.096,15 100,00 6.461.648,02 100,000 NTPRP 1,672 0,709 Responden 26 12 Pakel Rejo On farm Pekarangan 371.321,43 2,48 207.047,62 5,469 Padi 4.876.757,37 32,55 1.066.148,90 28,163 Off farm Buruh tanam 5.714,29 0,04 196.904,76 5,201 Buruh Panen - - 1.666,67 0,044 Non farm Pedagang 1.285.714,29 8,58 388.095,24 10,252 Pegawai 5.142.857,14 34,33 528.571,43 13,963 Buruh 3.300.000,00 22,03 1.397.142,86 36,907 Total Penerimaan 14.982.364,51 100,00 3.785.577,48 100,000 Pengeluaran On farm Pekarangan 85.758,42 1,14 50.458,69 0,728 Padi 1.439.461,88 19,13 520.797,74 7,509 Konsumsi Pangan 2.843.428,57 37,79 2.742.761,90 39,545 Non Pangan 3.155.607,14 41,94 3.621.761,90 52,219 Total Pengeluaran 7.524.256,01 100,00 6.935.780,24 100,000 NTPRP 1,991 0,546 Responden 7 21

Dusun Pakel Jaluk jumlah responden yang sudah sejahtera berjumlah 26 responden yang mayoritas pendapatannya juga ditopang dari kegiatan non farm sebagai pedagang sedangkan yang belum sejahtera berjumlah 12 responden. Secara keseluruhan tingkat kesejahteraan lebih baik berada pada Dusun Pakel Jaluk. Responden yang sudah sejahtera di Dusun Pakel Jaluk berjumlah 26

(31)

responden dari 38 responden, sedangkan untuk di Dusun Pakel Rejo jumlah responden yang sudah sejahtera hanya berjumlah 7 responden dari 28 responden. Untuk tingkat kesejahteraan lebih baik di Dusun Pakel Rejo akan tetapi untuk distribusi kesejahteraan Dusun Pakel jaluk yang lebih baik.

Dusun Pakel Jaluk responden yang sudah sejahtera penerimaan terbesar berasal dari kegaitan dagang sebesar 35,56% sedangkan di Dusun Pakel Rejo penerimaan terbesar ditopang dari kegiatan Pegawai sebesar 34,30%. Sedangkan untuk responden yang belum sejahtera untuk di Dusun Pakel Jaluk penerimaan terbesar didapat dari sektor on farm yaitu kegiatan budidaya padi sebesar 43,09% dan untuk di Pakel Rejo responden yang belum sejahtera penerimaan terbesar berasal dari kegiatan non farm Buruh sebesar 36,9%.

2. Kesejahteraan Berdasarkan Sumber Daya Responden

Pakel Jaluk merupakan Dusun yang pertama kali memperkasai adanya kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Piyaman. Pada Dusun Pakel Jaluk juga terdapat kelompok wanita tani yang sudah memiliki badan hukum yang sah dan mempunyai kegiatan yang mendukung jalannya kelompok tersebut salah satunya yaitu pemanfaatan lahan pekarangan. Sedangkan untuk di Dusun Pakel Rejo pemanfaatan dimulai secara mandiri sejak tahun 2011.

Tingakatan umur responden untuk yang berusia muda lebih dominan yang belum sejahtera hal tersebut dikarenakan responden yang berusia muda belum sepenuhnya stabil dalam hal pendapatan namun sebaliknya untuk responden yang berusia tua mereka cenderung lebih banyak yang sejahtera hal tersebut dikarenakan kematangan dalam hal perekonomian.

(32)

Tingkat pendidikan responden untuk tingkat sekolah dasar banyak yang belum sejahtera dikarenakan responden banyak yang bekerja pada buruh bangunan sedangkan untuk sekolah menegah terdapat lebih banyak yang sejahtera hal tersebut dikarenakan banyak responden pada tingkat pendidikan menegah yang melakukan kegiatan dagang berjualan Bakmi Jawa sehingga mereka bisa sejahtera.

Pengalaman usahatani responden juga berpengaruh terhadap kesejahteraan responden pengalaman usahatani dengan rentan 3 sampai 21 tahun lebih banyak yang sejahtera hal tersebut dikarenakan petani tersebut berusia muda yang mana mereka lebih mudah dalam meneriman informasi ataupun teknologi baru.

Berdasarkan luasan lahan yang dimiliki baik lahan tegalan ataupun pekarangan luasan lahan yang kecil banyak dimiliki oleh responden. Kondisi lahan kering karena letak geografis Kabupaten Gunungkidul mengakibatkan sektor pertanian tidak mampu menopang kebutuhan konsumsi sehingga responden harus mencari alternatif lain dari luar usahatani (Tabel 27)..

(33)

Tabel 27. Kesejahteraan Berdasarkan Sumber Daya Responden Di Desa Piyaman.

Total Sejahtera ≥1 Belum Sejahtera < 1

Umur Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

32-43 2 6,06 8 24,24 44-54 19 57,58 18 54,55 55-65 12 36,36 7 21,21 Total 33 100,00 33 100,00 Tingkat Pendidikan SD 19 57,58 22 66,67 SMP 10 30,30 4 12,12 SMA 4 12,12 7 21,21 Total 33 100,00 33 100,00 Anggota Keluarga 0-1 11 33,33 4 12,12 2-3 14 42,42 20 60,61 4-5 8 24,24 9 27,27 Total 33 100,00 33 100,00 Pengalaman Usahatani 3-21 30 90,91 15 45,45 22-35 3 9,09 15 45,45 36-45 0 - 3 9,09 Total 33 100,00 33 100,00

Luas Lahan Tegalan

0-1700 25 75,76 22 66,67

1701-3400 5 15,15 10 30,30

3401-5000 3 9,09 1 3,03

Total 33 100,00 33 100,00

Luas Lahan Pekarangan

50-370 13 39,39 15 45,45

371-690 17 51,52 13 39,39

691-1000 3 9,09 5 15,15

Total 33 100,00 33 100,00

Jumlah anggota yang tinggal dalam satu rumah akan berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, semakin banyak jumlah anggota yang berada pada usia produktif maka akan dapat menambah pendapatan rumah tangga akan tetapi apabila anggota keluarga yang berada dalam satu rumah berusia sudah

(34)

tidak produktif maka akan menjadi beban terhadap total pengeluaran rumah tangga.

D. Kontribusi Pendapatan

Kontribusi pendapatan dari setiap rumah tangga responden berbeda-beda tergantung pada luas lahan pertanian serta pendapatan lain dari kegiatan Non farm. Kontribusi adalah besarnya sumbangan yang diberikan dari suatu kegiatan atau pekerjaan terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan responden dari usahatani lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga, telah memberikan kontribusi yang cukup membantu pendapatan rumah tangga responden.

Kontribusi merupakan tambahan sumbangan pendapatan bagi rumah tangga, kontribusi dapat dicari dengan menghitung besarnya sumbangan pendapatan dari pemanfaatan lahan pekarangan yang dinyatakan dalam persen (%). Liana (2011) menjelaskan bahwa Kontribusi Untuk menentukan besarnya kontribusi pendapatan usahatani pekarangan terhadap pendapatan total digunakan kriteria sebagai berikut.

a. Jika kontribusi pendapatan < 25%, kontribusinya kecil b. Jika kontribusi pendapatan 25 - 49%, kontribusinya sedang c. Jika kontribusi pendapatan 49 - 75%, kontribusinya besar

d. Jika kontribusi pendapatan > 75%, kontribusinya besar sekali. Kontribusi terbesar Responden terbesar didapat dari pendapatan non farm yaitu pedagang (Tabel 28).

(35)

Tabel 28. Kontribusi Pendapatan Responden Desa Piyaman.

Pendapatan Rata-rata (Rp) Jumlah (Rp) Kontribusi (%) Kategori

On farm Padi 1.486.263,38 1.637.956,07 22,26 24,53 Kecil Kecil Pekarangan 151.692,69 2,27 Kecil Off farm Buruh Tanam 112.727,27 144.090,91 1,69 2,16 Kecil Kecil

Buruh Panen 31.363,64 0,47 Kecil

Non farm Pegawai 1.345.454,55 4.895.303,03 20,15 73,31 Kecil Besar Pedagang 1.837.121,21 27,51 Sedang Buruh 1.712.727,27 25,65 Sedang

Kontribusi pendapatan tertinggi Responden di Desa Piyaman terbesar terdapat dari kegiatan luar dari usahatani yaitu pedagang sebesar 27,5% dari total pendapatan, hal tersebut sesuai dengan kondisi warga di Desa Piyaman, dimana Desa Piyaman merupakan Desa yang terkenal dengan kuliner Bakmi Jawa sehingga banyak warga Desa tersebut yang berjualan Bakmi Jawa untuk menunjang ekonomi rumah tangga. Sedangkan untuk kegiatan usahatani padi responden mendapatkan penghasilan sebesar 22,26% dari total pendapatan, responden di Desa Piyaman tidak sepenuhnya menggantungkan pendapatan rumah tangga pada kegiatan usahatani, hal tersebut di karenakan lahan yang ada pada Desa Piyaman merupakan lahan tegalan sehingga hasil yang didapat dari kegiatan usahatani lahan tegalan tidak dapat maksimal.

Apabila dilihat dari masing-masing kontribusi yang telah diberikan kegiatan Pemanfaatan Lahan Pekarangan, menujukkan rata-rata kontribusi yang telah disumbangkan terhadap ekonomi rumah tangga responden adalah sebesar 2,27%. Walaupun kontribusinya tidak besar, namun kegiatan usahatani lahan pekarangan dirasakan responden berperan cukup penting dalam menambah pendapatan rumah tangga dan telah memberi manfaat baik secara ekonomi

(36)

maupun sosial. Secara ekonomi kebutuhan yang diperoleh dari pemanfaatan lahan pekarangan yaitu terpenuhinya kebutuhan dapur dari keluarga responden sehingga dapat menghemat pengeluaran untuk konsumsi.

Kontribusi lahan pekarangan termasuk dalam kontribusi pendapatan kecil karena kontribusi yang didapat dari pemanfaatan lahan pekarangan kurang dari 25%. Sedangkan dari pekerjaan non farm seperti berdagang dan buruh tergolong dalam kontribusi pendapatan sedang karena lebih dari 25%.

Peran pemanfaatan lahan pekarangan bukan hanya berfungsi sebagai sumber ekonomi melainkan juga memberi sumbangan sosial di masyarakat. Sampai saat ini, komoditas pekarangan juga menjadi sarana sosialisasi dengan tetangga sekitar. Ketika responden memanen hasil pekarangannya, mereka berbagi antar tetangga dan saling bersilaturahmi bahkan tidak jarang responden saling bertukar informasi tentang usahatani yang mereka lakukan (Roza 2016).

Pemanfaatan lahan pekarangan juga dapat berperan dalam meningkatkan esteika dari tampilan rumah itu sendiri. Pekarangan dapat juga berfungsi sebagai taman yang akan memberikan kenyamanan dan keindahan serta dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani terutama anggota keluarga maupun siapa saja yang lewat disekitar rumah (Suharti 2012).

Selain itu apabila lahan pekarangan dimanfaatkan secara maksimal akan bisa menambah pendapatan rumah tangga responden. Pada Tabel 29 dapat diketahui perbedaan antara pendapatan usahatani lahan pekarangan responden yang belum sejahtera dengan responden yang sudah sejahtera.

(37)

Tabel 29.Klasifikasi Pendapatan Usahatani Lahan Pekarangan Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Responden.

Usahatani Pekarangan ≥ 1 (Sejahtera) Persentase (%) < 1 (Belum Sejahtera) Persentase (%) Penerimaan 215.037,88 50,00 202.393,94 50,00 Biaya 61.913,78 14,40 52.132,66 12,88 Pendapatan 153.124,10 35,60 150.261,28 37,12 Total 430.075,76 100,00 404.787,88 100,00 Responden 33 100 33

Tidak terjadi perbedaan yang jauh antara responden yang belum sejahtera dengan responden yang sudah sejahtera terhadap pendapatan dari kegiatan usahatani lahan pekarangan, hal tersebut dikarenakan usahatani lahan pekarangan tidak berpengaruh besar terhadap kesejahteraan responden.

Pendapatan dari usahatani padi juga dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan responden sehingga apabila usahatani padi dapat diusahakan secara maksimal maka kesejahteraan responden juga dapat meningkat untuk tingkat kesejahteraan responden yang menanam padi dapat diketahui pada Tabel 30. Tabel 30. Klasifikasi Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat

Kesejahteraan Responden.

Usahatani Padi ≥ 1 (Sejahtera) Persentase (%) < 1 (Belum Sejahtera) Persentase (%)

Penerimaan 7.561.988,14 50,00 3.039.648,90 50,00

Biaya 2.239.809,15 14,81 1.363.216,99 22,42

Pendapatan 5.322.178,99 35,19 1.676.431,92 27,58

Total 15.123.976,28 100 6.079.297,81 100

Responden 33 33

Dapat diketahui bahwa pendapatan yang diterima antara responden yang sudah sejahtera dengan responden yang belum sejahtera pada kegiatan usahatani padi terjadi perbedaan yang cukup jauh hal tersebut dapat terjadi karena responden di Desa Piyaman bergantung pada sektor kegiatan on farm akan tetapi

(38)

pada kegiatan budidaya padi terjadi gagal panen sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal.

Selain dari kegiatan on farm, kegiatan off farm juga berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga responden sehingga kontribusi dari kegiatan off farm juga perlu untuk diperhatikan Tabel 31.

Tabel 31. Klasifikasi Pendapatan Off Farm Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Responden.

Off farm ≥ 1 (Sejahtera) Persentase (%) < 1 (Belum Sejahtera) Persentase (%) Buruh Tanam 152.500 46,92 100.727,27 74,21 Buruh Panen 172.500 53,08 35.000,64 25,79 Total Pendapatan 325.000 100 135.728 100

Responden 12 6

Jumlah responden sejahtera yang bekerja pada kegiatan Off Farm jumlahnya lebih banyak daripada yang belum sejahtera, hal tersebut dikarenakan selain mereka bekerja sebagai buruh tanam dan panen mereka juga bekerja pada kegiatan dagang sehingga pendapatan yang mereka dapatkan jauh lebih banyak. Suami bertugas untuk berdagang makanan Bakmi Jawa di tempat perantauan sedangkan istri yang bekerja di rumah sebagai buruh tanam dan panen apabila musim tanam padi. Pada tingkat kesejahteraan dari kegiatan non farm berpengaruh besar terhadap responden sehingga hal tersebut dapat diketahui dari Tabel 32.

(39)

Tabel 32. Klasifikasi Pendapatan Non Farm Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Responden

Non farm ≥ 1 (Sejahtera) Persentase (%)

< 1 (Belum Sejahtera) Persentase (%) Pedagang 4.851.098,90 28,97 1.338.095,24 28,39 Pegawai 6.527.472,53 38,98 1.003.571,43 21,29 Buruh 5.365.384,62 32,04 2.372.142,86 50,32 Total 16.743.956,04 100 4.713.809,52 100 Responde n 33,00 33,00

Kegiatan non farm berpengaruh besar terhadap pendapatan responden di Desa Piyaman hal tersebut dikarenakan lahan pertanian di Desa Piyaman yang berada pada lahan kering sehingga kegiatan usahatani tidak bisa digunakan untuk menopang kebutuhan rumah tangga responden sehingga responden harus mencari alternatif kegiatan usaha selain dari sektor pertanian. Pada responden yang sudah sejahtera kegiatan non farm dari pedagang terjadi perbedaan yang cukup jauh hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah responden yang bekerja sebagai pedagang.

Responden yamg sudah sejahtera yang bekerja sebganai pegawai mempunyai persentase pendapatan yang besar hal tersebut dikarenakan letak Desa Piyaman yang dekat dengan pusat kota Wonosari sehingga banyak yang berprofesi sebagai pegawai kecamatan.

Adapun untuk responden yang belum sejahtera persentase tertinggi berada pada buruh, dari hasil wawancara di lapangan banyak responden yang berprofesi sebagai buruh bangunan yang hanya bekerja apabila ada proyek saja sehingga

(40)

dapat diketahui bahwa responden yang berprofesi sebagai buruh mayoritas belum sejahtera.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa: (a) bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkombinasikan antara Mind Mapping dengan variabel lain seperti model

Secara lengkap bunyi ketentuan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan : Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah

Lebih lanjut Otsu (1998:53) mengemukakan bahwa pada saat “studi sosial (social studies)” dimulai sebagai mata pelajaran inti pada tahun 1948, Kementerian Pendididikan menjelaskan

Berdasarkan survey awal pada 10 orang guru, diperoleh informasi bahwa, 20% karena merasa memiliki kewajiban moral untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dari fakta ini

Penelitian komposit tembaga-poliamida(nylon) 6 (Cu-PA 6) untuk aplikasi proyektil amunisi frangible dilakukan dengan menganalisis sifat mekanik berupa kekuatan tekan,

Sehingga didapat kesimpulan dan rekomendasi upaya perbaikan peningkatan kualitas pelayanan dari kriteria-kriteria yang diprioritaskan untuk ditingkatkan

Berdasarkan hasil analisa data dan perhitungan yang telah dilakukan, kesimpulan dari perencanaan perlindungan Pantai Tanjung Nipah yaitu:. Pantai Tanjung Nipah telah

Uji Pupuk Organik Cair dari Limbah Pasar Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada ( Lactuca sativa L.) dengan Media Hidroponik.. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi