ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA
BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)
TESIS
OLEH
DARWIN NASUTION
107005036/HK
[
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA
BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
DARWIN NASUTION
107005036/HK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE
GOVERNANCE) PADA BADAN USAHA MILIK
DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)
Nama Mahasiswa : Darwin Nasution Nomor Pokok : 107005036 Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
K e t u a
)
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (
A n g g o t a A n g g o t a
Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum)
Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Hukum,
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)
Telah Diuji Pada Tanggal 10 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum
3. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum
ABSTRAK
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) merupakan suatu sistem tata kelola di perusahaan yang memberikan perlindungan yang efektif pada pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahan mampu meyakinkan pemegang saham dan pemangku kepentingan akan kesinambungan perusahaan.
Penerapan GCG juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggung jawab dan pengawasan jalannya oprasional perusahaan, ada lima komponen utama yang perlu dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu kontributor pendapatan asli daerah yang dimiliki oleh provinsi maupun kabupaten/kota dalam membiayai pembangunan daerah, sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan usaha dan oprasional BUMD. Sebagai formulasi jaminan keberlangsungan usaha tersebut pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi bagian yang sangat strategis untuk di implementasikan dalam oprasional BUMD. Termasuk upaya untuk mengikuti laju gerak dunia usaha dan kemampuan untuk mengikuti momentum bisnis yang tidak membedakan-bedakan status perusahaan, BUMD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional maupun swasta asing, yang merupakan kompetiter dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sehingga semakin jelas bahwa perusahan dengan tata kelola yang baik dapat bersaing dengan para kompetiternya.
Sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan core bisnis perkebunan diharapkan untuk dapat bersaing dengan perusahaan dengan core bisnis sejenis, sehingga dalam operasionalnya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari untuk mencapai tujuan perusahaan salah satu sebagai kontributor bagi pemenuhan biaya pembangunan Provinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
Good Corporate Governance (GCG) is a governance system in a company which gives effective protection to stockholders and stakeholders so that the company can convince them of its sustainability.
The application of GCG can also help the management of the company be more focused and clearer on job description, responsibility, and control for the company’s operational system. Five principal components are needed in the implementation of good corporate governance – openness in information, accountability, responsibility, independency, and fairness.
BUMD (Regional Government-Owned Enterprise) is one of the contributors of the regional budget owned by the provincial and regional governments in funding regional development so that it is needed by local government to ensure the sustainability of the business and the operational system of BUMD. As the formulation of the insurance of the BUMD business sustainability, the principle of good corporate governance of BUMD should be strategically implemented. Besides that, it is also necessary to follow the business steps and to be capable of following the business momentum which does not distinguish the business status, BUMD, BUMN (State-Owned Enterprise), national private and foreign companies as business competitors, from one to another. It is obvious that good corporate governance is able to compete with other business competitors.
As one of the BUMDs owned by the government of North Sumatera, PT Perkebunan Sumatera Utara, with its core plantation business, is expected to be able to compete with the same core businesses so that in its operational system it can implement the principles of good corporative governance. This is the only alternative for PT Perkebunan Sumatera Utara in order to achieve its target as one of the contributors in funding the development of North Sumatera Province.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, pertama dan paling utama penulis mengucapkan puji syukur
kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmad dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini berjudul “Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt.
Perkebunan Sumatera Utara), penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan segala keterbatasan, Penulis
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.
Dalam penyelesaian tesis ini, mulai saat pengajuan judul sampai penyusunan
tesis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini dan dengan kerendahan dan ketulusan hati,
diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Syahril Pasaribu., DTMH., MSc, (CTM), SpA(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara atas yang arahan dan bimbingan selama mahasiswa pada Program
Studi Magister Ilmu Hukum.
3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku pembimbing, atas
segala arahan dan dorongan yang diberikan selama menuntut ilmu di Program
Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Komisi pembimbing yang
5. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum selaku komisi pembimbing yang selalu
memberikan koreksi serta masukan yang sangat berarti nagi penulis.
6. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum dan Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum
atas segala saran dan perbaikan yang menjadi semangat buat penulis agar dapat
memperbaiki tesis ini kearah yang jauh lebih baik.
7. Seluruh Guru Besar dan para staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan
arahan selama penulis menimba ilmu
8. Teman seangkatan serta seluruh pegawai pada Program Studi Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang senatiasa membatu
Penulis selama perkuliahan sampai dengan proses penyelesaian Tesis ini.
Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua
orang tua, yang telah melahirkan dan membesarkan dengan penuh kasih sayang,
pengorbanan dan segala doa yang tiada terputus dan tidak terbalaskan sampai
kapanpun.
Ucapan terima kasi juga dipersembahkan kepada keluarga tercinta, istri dan
anak-anak penulis yang memberikan dorang kepada penulis untuk menyeslesaikan
pendidikan pasca sarjana. Terima kasih juga disampaikan kepada Dewan Komisaris,
Direksi dan Pegawai PT. Perkebunan Sumatera Utara, rekan-rekan seangkatan di
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, segala yang telah diberikan kepada penulis akan memperoleh
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi semuanya.
Medan, Juli 2012
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Darwin Nasution
Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Masihul, 10 November 1961 ,
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Direktur Utama PT. Perkebunan Sumatera Utara
Alamat : Jalan Jermal 17 No.17 Medan Denai
Pendidikan : - SD Negeri Dolok Masihul Tamat Tahun 1972.
- SMP Alwasliyah Dolok Masihul Tamat Tahun 1975.
- SMA Negeri Lubuk Pakam Tamat Tahun 1979.
- Strata Satu (S1) Universitas STKIP Riama Tamat
Tahun 1991.
- Strata Satu (S1) Universitas Amir Hamzah Tamat
DAFTAR ISI
2. Perkembangan Pengaturan BUMD ... 28
4. Pengawas BUMD ... 41
5. Kedudukan Pegawai BUMD ... 42
6. Pembubaran BUMD ... 42
C. Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMD ... 43
1. Dasar Perubahan Bentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas 43 2. Akibat hukum Perubahan Bentuk Badan Hukum ... 45
a. Akibat hukum Terhadap Saham BUMD ... 45
b. Akibat Hukum Terhadap Tata Kelola ... 47
(1) Hak dan tanggung Jawab Pemegang Saham ... 49
(2) Tanggung Jawab Direksi ... 51
(3) Tanggung Jawab Dewan Komisaris ... 56
BAB III : PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK PADA BUMD ... 59
A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GOOD Corporate Governance/GCG) ... 59
1. Pengertian dan latar belakang GCG ... 59
2. Tujuan dan manfaat GCG ... 62
3. Prinsip-prinsip GCG ... 65
B. Pengaturan GCG Di Indonesia ... 71
1. GCG Perusahaan Terbuka di Pasar Modal ... 71
2. GCG Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 74
C. Prinsip GCG Pada BUMD ... 78
1. Pelaksanaan GCG Pada BUMD ... 78
BAB IV : PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA
PT.PERKEBUNAN SUMATERA UTARA ... 83
A. Profil Perusahaan ... 83
1. Sejarah PT.Perkebunan Sumatera Utara ... 83
2. Maksud, Tujuan dan Kegiatan Usaha ... 85
3. Profil Bisnis Perusahaan ... 87
B. Penerapan Prinsip-Prinsip GCG Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 90
1. Peraturan Daerah Tentang Pendirian PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 91
2. Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 94
a. Transparansi ... 94
b. Akuntabilitas ... 98
c. Resposibilitas ... 108
d. Independensi ... 110
e. Kesetaraan Dan Kewajaran ... 113
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
A. Kesimpulan ... 116
B. Saran ... 118
ABSTRAK
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) merupakan suatu sistem tata kelola di perusahaan yang memberikan perlindungan yang efektif pada pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahan mampu meyakinkan pemegang saham dan pemangku kepentingan akan kesinambungan perusahaan.
Penerapan GCG juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggung jawab dan pengawasan jalannya oprasional perusahaan, ada lima komponen utama yang perlu dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu kontributor pendapatan asli daerah yang dimiliki oleh provinsi maupun kabupaten/kota dalam membiayai pembangunan daerah, sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan usaha dan oprasional BUMD. Sebagai formulasi jaminan keberlangsungan usaha tersebut pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi bagian yang sangat strategis untuk di implementasikan dalam oprasional BUMD. Termasuk upaya untuk mengikuti laju gerak dunia usaha dan kemampuan untuk mengikuti momentum bisnis yang tidak membedakan-bedakan status perusahaan, BUMD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional maupun swasta asing, yang merupakan kompetiter dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sehingga semakin jelas bahwa perusahan dengan tata kelola yang baik dapat bersaing dengan para kompetiternya.
Sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan core bisnis perkebunan diharapkan untuk dapat bersaing dengan perusahaan dengan core bisnis sejenis, sehingga dalam operasionalnya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari untuk mencapai tujuan perusahaan salah satu sebagai kontributor bagi pemenuhan biaya pembangunan Provinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
Good Corporate Governance (GCG) is a governance system in a company which gives effective protection to stockholders and stakeholders so that the company can convince them of its sustainability.
The application of GCG can also help the management of the company be more focused and clearer on job description, responsibility, and control for the company’s operational system. Five principal components are needed in the implementation of good corporate governance – openness in information, accountability, responsibility, independency, and fairness.
BUMD (Regional Government-Owned Enterprise) is one of the contributors of the regional budget owned by the provincial and regional governments in funding regional development so that it is needed by local government to ensure the sustainability of the business and the operational system of BUMD. As the formulation of the insurance of the BUMD business sustainability, the principle of good corporate governance of BUMD should be strategically implemented. Besides that, it is also necessary to follow the business steps and to be capable of following the business momentum which does not distinguish the business status, BUMD, BUMN (State-Owned Enterprise), national private and foreign companies as business competitors, from one to another. It is obvious that good corporate governance is able to compete with other business competitors.
As one of the BUMDs owned by the government of North Sumatera, PT Perkebunan Sumatera Utara, with its core plantation business, is expected to be able to compete with the same core businesses so that in its operational system it can implement the principles of good corporative governance. This is the only alternative for PT Perkebunan Sumatera Utara in order to achieve its target as one of the contributors in funding the development of North Sumatera Province.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan mengenai isu sistem Corporate Governance semakin penting
dalam kegiatan usaha sekarang ini, apa lagi bila hal itu dikaitkan dengan hukum
perusahaan maka konsep tersebut menjadi isu yang fundamental.1
“corporate governance arrangements influence the ability of firms to create new wealth through their effect on the risk, rewards, prerogatives, and claims of stakeholders in addition to stakeholders, and thehefore on the incentives and motivations facing these other stakeholders. Governance systems, broadly defined , set the ground rules that determine who has what control rights under what circumstances, who receives what share of the wealth created, and who bears what associated risks. Governance system thus help determine how priorites are set, how decesion are made about spending resources on building organizational capabilities, and how management and employees are evaluated and compensated. In industries and firms where human capital is critical, these factors are likely to affect wealth-creating behavior substantially afirm’s employees are much more likely to be motivated to find new ways to innovate or to cut costs, for example, if they have confidence that they will share in the wealth created by these activites-that it will not be expropriated from them by other participants in the enterprise-and if they believe that management will listen to them and devote resources to their ideas”
Karena Margaret
M. Blair menegaskan sebagai berikut :
2
Corporate Governance dapat pula dipahami sebagai perangkat peraturan
yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus atau pengelola
1
Alessio M. Pacces (ed), The Law and Economies of Corporate Governance Changing Prespectives, (Northampton:Edward Elgar,2010),hlm.12
2
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan
interen maupun eksteren lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, dengan kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan. Sehinga pada akhirnya Good Corporate Governance bertujuan untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. 3
Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa struktur tata kelola perusahaan
menetapkan pembagian hak dan tanggung jawab diantara semua pihak dalam
perusahaan, seperti pemegang saham, Dewan Komisaris, Direksi, karyawan dan
pihak-pihak stakeholder lainnya, sehingga kata kunci yang dapat dipergunakan
untuk memaknai Good Corporate Governance adalah penetapan hak dan tanggung
jawab. Penegasan pembagian tanggung jawab pada konteks ini adalah untuk semua
pihak yang selalu dihubungkan dengan penetapan tujuan, sarana dan prasarana
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan pengawasan yang terpadu sesuai tujuan
yang telah ditetapkan secara sistematis, dirumuskan sebagai perangkat aturan yang
mengarah dan mengontrol semua pihak dalam sebuah korporasi untuk mencapai
tujuannya.4
Bertolak dari pemahaman diatas, Good Corporate Governance selalu
berujung pada dua hal, yakni pembagian dan pelaksanaan tugas. Pembagian tugas
tentu saja harus didasarkan pada kriteria yang memadai, kriteria yang selalu didasari
3
Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: PT. Citra Adity Bakti, 2006), hlm 78
4
pada kompetensi individu, pengalaman, kemauan untuk mengubah dan
pengembangkan diri serta kesiapan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan.
Sementara itu, satu-satunya kriteria dalam pelasksanaan tugas hanyalah
tanggung jawab. Semua pihak wajib melaksanakan tugas-tugas yang telah
dipercayakan secara bertanggung jawab dan selalu siap untuk mempertanggung
jawabkan. Hal itu menjadi tuntutan dari prinsip Good Corporate Governance,
sekaligus menjadi sesuatu yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar, sebab
ketika perusahaan berada dalam posisi sulit yang disebabkan karena kinerja semua
pihak buruk atau karena secara keseluruhan perusahan gagal menerapkan Good
Corporate Governance. Dengan perkataan lain tidak berjalannya Good Corporate
Governance dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain kegagalan perusahaan
menunaikan kewajibannya, penyimpangan pemakaian dana, pengalihan saham, yang
terjadi karena semua pihak tidak menjalankan peran dan tugas-tugasnya secara
bertanggung jawab. Kegagalan semua pihak dalam menjalankan tugasnya
masing-masing merupakan awal dari keruntuhan korporasi tersebut. Kondisi pengelolaan
perusahaan yang demikian dapat membuat perusahaan menjadi tidak efisien dan
mungkin perusahaan akan menjadi rugi bahkan dapat berada dalam kondisi pailit.
Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance disadari
berbagai pihak. Misalnya kewajiban penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan
usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki
karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan BUMN, belum mempunyai regulasi
pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal secara
legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara
(berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak dapat
dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh ketinggalan
dibanding BUMN.
Salah satu penyebab, karena stakeholders BUMD terlihat kurang responsif
dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya dinamika pengelolaan (governance)
di BUMD. Padahal, jika dicermati, banyak hal yang berlaku di BUMN dapat
menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD, khususnya berkenaan
dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Dari aspek governance, misalnya, institusi BUMD masih diperlakukan sama
dengan institusi pemerintah. Padahal, BUMD bukanlah institusi pemerintah.
Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat pula pada
BUMD. Sebagai contoh, di beberapa BUMD masih harus mengikuti ketentuan
pengadaan barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya tidak perlu
karena BUMD adalah perusahaan yang senantiasa terikat pada momentum bisnis
yang mengharapkan respon yang cepat dari manejemen BUMD tersebut.
BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas laporan keuangan oleh
suatu perusahaan Perseroan Terbatas (PT), BUMD juga diperiksa Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang independen. Tidak adanya equal treatment bagi BUMD yang
dituntut harus memiliki laba, menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara
seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti BUMN dan swasta yang lebih
lentur dalam menjalankan gerak bisnis yang senantiasa dipengaruhi oleh
kepentingan pasar global.
Dari sudut permodalan BUMD juga menghadapi kendala legalistik dimana
pemenuhan modal Pemerintah Daerah harus mengikuti mekanisme Peraturan
Daerah yang dirumuskan bersama sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan
Perwakilan Daerah masing-masing, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 58 tentang 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sebagai salah satu perusahan, sudah seharusnya Good Corporate
Governance juga wajib diterapkan dalam pengelolaan BUMD, jika nilai BUMD
tersebut lebih optimal, memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun
internasional. Namun sampai dengan saat sekarang ini tidak ada peraturan
perundang-undangan yang dengan tegas mewajibkan BUMD baik yang berbentuk
Perusahaan Daerah (PD) maupun yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan
BUMD.
Perintah untuk melaksanakan Good Corporate Governance saat ini baru
terbatas pada perusahan terbuka dan perusahaan publik berdasarkan peraturan
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedang untuk Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) perintah untuk menjalankan Good Corporate Governance
berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
117/MBU/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada BUMN yang terakhir dirubah dengan
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Pelaksanaan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN
serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum.
Tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaksanaan
Good Corporate Governance pada BUMD ini mengakibatkan kebanyakan BUMD
dikelola dengan tradisonal, berbeda dengan BUMD yang bergerak dalam usaha
sektor perbankan yang dalam pengololanannya wajib menerapkan Good Corporate
Governance sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sektor perbankan
misalnya, didasari dengan adanya perkembangan industri perbankan yang sangat
pesat umumnya disertai dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang
mengakibatkan peningkatan eksposur risiko bank. Sehingga pelaksanaan Good
tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan akan semakin meningkat. Dalam
rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai
etika (code of conduct) yang berlaku secara umum pada industri perbankan, bank
wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
Good Corporate Governance. 5
BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5
tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang-undang Nomor 6
tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Lahirnya Undang-undang Nomor
6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan peninjauan
kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan dalam
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966
tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Nomor. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 6
5
Penjelasan umum Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum
. Hasilnya
direkomendasikanlah pencabutan beberapa peraturan perundang-undangan,
termasuk di antaranya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan
Daerah.
6
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969
tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962
tetang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan disahkannya undang-undang
penggantinya. Namun sampai saat ini belum ada undang-undang penggantinya,
sedangkan dari sudut materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang.
Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma pembangunan
ekonominya, sehingga dalam implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak
relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan BUMD serta tidak
dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang menyangkut berbagi aspek
antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban fungsi dan
peranya dalam mendukung fungsi perusahaan sebagai kontributor PAD.7
Sejalan dengan upaya pemberdayaan daerah, pemerintah pusat juga
melakukan penyerahan berbagai sumber-sumber pembiayaan untuk dipergunakan
oleh daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tersebut. Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah merinci sumber-sumber
pembiayaan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pada
dasarnya menurut ketentuan yang ada tersebut, sumber-sumber keuangan Pemerintah
Daerah yang terdiri atas:
7
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan, yang terdiri atas: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil (Pajak).
3. Pinjaman daerah.
Isyarat bahwa PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi
pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa PAD merupakan tolak ukur
terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan
otonomi daerah, sehingga PAD mencerminkan kemandirian suatu daerah. Oleh
karena PAD merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, merupakan
modal bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah,
namun porsi PAD terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat
kemandirian keuangan suatu Pemda. Otonomi daerah telah memberikan nuansa baru
dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, antara lain : Pertama, berusaha
menarik investor untuk menanamkan investasinya. Kedua, menyusun Peraturan
Daerah sebagai dasar legitimasi untuk menarik berbagai pungutan (retribusi) sehingga
PAD meningkat. Ketiga, membentuk BUMD. Semangat otonomi daerah memberikan
ruang kepada Pemerintah Daerah untuk mendirikan BUMD yang disesuaikan dengan
ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah tersebut.
Salah satu BUMD yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah
Sumatera Utara adalah PT. Perkebunan Sumatera Utara, juga mengemban fungsi
Utara didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Pada
mulanya BUMD tersebut berbentuk Perusahaan Daerah, berubah menjadi Perseroan
sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2004
tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusaha Daerah Perkebunan menjadi
Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.
Sebagai perusahaan yang berorientasi pada pencapaiaan keuntungan, PT.
Perkebunan Sumatera Utara harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
yang memiliki core bisnis yang sama, baik dengan perusahaan perkebunan BUMN
maupun perusahan perkebunan swasta dalam negeri maupun swasta asing. Sehingga
dalam perjalannya PT. Perkebunan Sumatera Utara harus dapat menerapkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance, meski penerapan Good Corporate Governance
pada BUMD belum diatur didalam ketentuan khusus tentang BUMD.
Atas pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan
Sumatera Utara karena secara substansi pasar tidak pernah membedakan perusahaan
BUMD, BUMN, Swasta Nasional maupun Swasta Asing. Namun dalam
pelaksanannya perusahaan-perusahaan tersebut akan dibatasi dengan peraturan
perundang-undangan yang melingkupinya.
B. Perumusan Masalah
Modal BUMD sebahagian atau seluruhnya milik Pemda, karena Pemda tunduk
dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. BUMD baik
yang berbentuk Perusahaan Daerah maupun Perseroan Terbatas, harus dikelola
berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance karena sebenarnya BUMD
itu adalah amanat rakyat di daerah, dari uraian diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Good Corporate Governance diterapkan pada
aturan-aturan pengelolaan BUMD?
3. Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk
diterapkan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperjelas pemahaman
terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan, dengan tujuan ini diharapkan
akan didapatkan data dan informasi yang akurat terkait penerapan tata kelola
perusahaan yang baik bagi perusahaan yang statusnya sebagai Badan Usaha Milik
Daerah.
Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ditetapkan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan tata kelola perusahaan yang
2. Untuk mengetahui dan menganalisis prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) diterapkan aturan-aturan
pengelolaan pada BUMD.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada PT. Perkebunan
Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan normatif, khususnya terkait dengan kaidah
hukum, teori dan doktrin ilmu hukum yang relevan dengan tema
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada BUMD.
b. Mendapatkan informasi tentang perkembangan kaidah hukum, teori dan
doktrin ilmu hukum terkait dengan penerapan Good Corporate
Governance pada BUMD.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah maupun manajemen
perusahaan dalam menjalankan perusahaan.
b. Memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, diketahui bahwa penelitian mengenai
Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi pada PT. Perkebunan
Sumatera Utara) belum pernah dilakukan dengan pendekatan dan perumusan
masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang BUMD yang
dilakukan mengenai BUMD,diantaranya penelitian dengan judul Analisis Terhadap
Kepemilikan BUMD Studi Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara oleh Rinto
Purwana Harahap, NIM 067005040, namun permasalahan yang diangkat dalam
penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penelitian ini asli dan belum pernah diteliti baik dari segi materi maupun lokasi
penelitian, dengan demikian keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan
secara terbuka.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Setidaknya terdapat dua teori utama yang terkait dengan corporate
governance adalah stewardship theory dan agencytheory. Stewardship theory
dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada
memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam
hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain,
stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk
bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.
Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,
memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang
saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan
sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.8
Teori agensi memberikan pemahaman yang paling dekat untuk memahami
Good corporate governance, teori ini memberikan kajian mengenai dampak dari
hubungan agent dengan principal atau principal dengan principal, berbeda dengan
teori perusahan klasik yang menggambarkan pemilik perusahaan yang berjiwa
wiraswasta mengendalikan sendiri perusahaannya sehingga maksimum profit
menjadi harga mati bagi perusahaan untuk bisa hidup dan berkembang. Teori
perusahaan klasik juga mengurai bahwa kebutuhan modal dan keterampilan
manejerial perusahaan dengan sekala otomistik dipasok oleh satu sumber saja, yakni
pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta. Namun dalam teori agensi kebutuhan
perusahaan yang bersekala besar serta keterampilan manejerial dipasok oleh tenaga
8
Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. .
Makalah .
kerja manejerial, kebutuhan modal dipasok oleh pemegang saham (shareholder) dan
pemberi pinjaman (debt holder). 9
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas
karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran
mengenai Goodcorporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency
theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Teori Agensi menjawab dan memberikan gambaran hal-hal apa saja yang
berpeluang akan terjadi baik antara pengelola dengan pemegang saham. Pengertian
pemegang saham dalam agency teory adalah pihak-pihak yang menyerahkan
sebahagian kekayaan atau wealth-nya untuk dikembangan oleh pihak lain. Good
corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama,
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan
pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Amin wijaya memberikan defenisi mengenai Good corporate governance
sebagai tata kelola perusahaan yang merupakan sistem untuk mengatur kearah mana
kegiatan usaha perusahaan akan dilaksanakan, dalam konteks ini merupakan
9
bahagian dari pembuatan sasaran yang akan dicapai perusahaan, untuk apa sasaran
tersebut dicapai serta parameter apa yang akan dipakai dalam menentukan
pencapaian sasaran tersebut.10
Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber
perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan.
Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan: 11
a. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran organ
perusahaan dan para stakeholder lainnya.
b. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang
salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
c. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,
berikut pengukuran kinerjanya.
Ada beberapa prinsip dasar yang harus di perhatikan dalam corporate
governance, yaitu:12
10
Amin Wijaya Tunggal, Audit committee, (Jakarta. Harvasindo, 2003), hlm 9. 11
Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
Diakses tanggal 28 Nopember
2011 12
a. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
c. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku.
d. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan
dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan
perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku.
Esensi dari Good Corporate Governance adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan
kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
Besarnya mandat yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun
fungsinya sebagai pemasok pendapat asli daerah menjadikan pengurusan BUMD
harus dilakukan dengan perencanaan staregi jangka panjang yang memperhatikan
kepentingan berbagai pihak, sehingga pengurusannya harus dilakukan dengan tata
kelola perusahaan yang baik, memperhatikan prinsip-prinsip hukum perusahaan
yang menuntut adanya pemisahan manajemen dan pengelola perusahaan dari
pemegang saham.13sehingga penyerahan pengelolaan perusahan dari pemilik
perusahaan kepada tenaga-tenaga yang profesional menjadi sangatlah penting,
dimana tenaga-tenaga profesional tersebut bertugas untuk melindungi kepentingan
perusahaan dengan keleluasaan yang dimiliknya dalam mengelola manajemen
perusahaan, hal ini sejalan dengan teori agensi yang memberikan pemahaman
bahwa pemilik perusahaan atau pemegang saham dalam suatu perusahaan hanya
bertugas mengawasi dan melakukan monitoring terhadap jalannya perusahaan yang
dikelola oleh pengurus perusahaan dan mengembangkan sistem insentif bagi
pengurus untuk memastikan bahwa pengurus dan tenaga-tenaga profesional tersebut
hanya bekerja untuk kepentingan pemilik perusahaan.14 Sehingga penerapan
pinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi sesuatu yang sangat penting
untuk dilaksanakan .
13
Ibrahim Johanes, Hukum Oraganisasi Perusahaan, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm.71
14
2. Kerangka Konsepsi.
Untuk memberikan pemahaman yang sama atas istilah-istilah yang dipakai
dalam penelitian ini, peneliti meberikan pengertian-pengertian operasional terhadap
istilah-istilah tersebut antara lain:
a. Badan Usaha Milik Daerah atau Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang
seluruh atau sebahagian modalnya merupakan kekayaan Daerah yang
dipisahkan.15
b. Tata Kelola Perusahan yang baik (Good Corporate Governance) adalah
sistem yang mengatur kearah mana kegiatan usaha akan dilaksanakan,
termasuk membuat sasaran yang akan dicapai, untuk apa sasaran tersebut
perlu dicapai dan ukuran keberhasilannya.
c. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas serta peraturan pelaksanaannya
d. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance adalah keterbukaan
(transparancy), akuntabilitas (accontability), pertanggungjawaban
(responsibility), independent (independency) dan kewajaran (fairness).
15
e. Pemda adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.16
f. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara.
G. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan untuk menjawab tujuan
penelitian maka dalam metode penelitian ini langkah-langkah yang dipergunakan
diuraikan sebagai berikut :
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif (yuridis
normatif), penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengkaji tentang peraturan hukum mengenai BUMD, peraturan mengenai perseroan
terbatas, Peraturan Daerah, Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara .
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis17 karena penelitian ini ditujukan
untuk mendeskripsikan secara utuh, menyeluruh dan dianalisis secara mendalam
permasalahan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola yang baik pada BUMD,
mencari tahu tentang tata kelola BUMD, kemudian akan dianalisis bagimana prinsip
tata kelola BUMD serta bagaimana penerapan prinsip tersebut pada BUMD .
16
Pasal 1 huru “b” Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara nomor 4 tahun 2004 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Perkebunan menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.
17
2. Sumber Data
Di dalam penelitian hukum normatif, maka data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Di dalam penelitian
hukum, data sekunder mencakup ;
a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-undang yang berkaitan dengan
pengaturan bentuk badan hukum BUMD, antara lain. Undang-undang Nomor
5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Undang-undang Nomor 6 tahun
1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang Undang Dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang, Undang Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang relevan dengan penelitian ini, Anggaran dasar PT.
Perkebunan Sumatera Utara, Pedoman Prilaku PT. Perkebunan Sumatera
Utara.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar, pertemuan ilmiah
atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek
penelitian ini.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan penunjang yang memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum,
kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, surat kabar, dan internet juga
menjadi tambahan bagi penulisan penelitian ini sepanjang memuat informasi
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui penelitian
kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsep teori atau doktrin,
pendapat atau pemikiran konseptual yang berhubungan dengan penelitian ini berupa
peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya lainya.
4. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan studi dokumen. Studi dokumen adalah dengan cara
mempelajari peraturan-peraturan, teori, buku-buku, hasil penelitan, buletin dan
dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, studi dokumen dilakukan
di PT. Perkebunan Sumatera Utara.
5. Analisis Data.
Data yang ada sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan
menguraikan secara deskriptif dan prospektif, agar penelitian ini tidak hanya
menggambarkan data-data semata, tetapi juga mengungkapkan realita mengenai
penerapan tata kelola yang baik pada BUMD sebagai suatu analisis.
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif
dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian
konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal kedalam
yang diperoleh melalui studi dokumen, studi kepustakaan dan peraturan
perundang-undangan dianalisis berdasrkan metode kualitatif :18
a. Menentukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum
(konseptualisasi) yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi
terhadap bahan-bahan hukum tersebut.
b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau
berkaitan.
c. Menentukan hubungan diantara berbagai katagori atau peraturan yang
kemudian diolah.
d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara berbagai katagori atau
peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif, sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan sebagai
kesimpulan atas permasalahan.
18
BAB II
PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
A. Perkembangan Pengaturan BUMD.
1. Dasar hukum dan bentuk BUMD.
Istilah BUMD terdapat di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah.
Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD.
Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum
memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada pasal 177
undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan
perUndang-undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun
batasan yang jelas tentang BUMD.
Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang
” bahwa Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang modalnya untuk
seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,
kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang”
Oleh karena BUMD merupakan perusahaan yang modalnya seluruhnya atau
sebahagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga Perusahaan
Daerah juga merupakan BUMD. Ketentuan didalam Pasal 2 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1962 tersebut memberikan batasan tentang BUMD atau Perusahaan Daerah,
dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari
kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan
sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semula
pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah
dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan tersendiri.19
19
Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Senada dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan modal BUMN merupakan dan berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan, pengertian kekayaan negara yang dipisahkan
dijelaskan dalam penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN sebagai pemisahan kekayaaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada BUMN untuk selanjutnya di bina dan dikelola tidak lagi
pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.20
Kemudian Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau
sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya Menteri Dalam
Negeri melalui keputusannya Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Daerah Yang Dipisahkan pada konsideran huruf “b” menyatakan bahwa
Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebahagian modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan
Jika di perhatikan dengan
seksama bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian kekayaan
yang dipisahkan antara kedua undang-undang tersebut, namun Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN lebih jelas memberikan arahan tentang
pembinaan dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dengan didasarkan
pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.
Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
menjelaskan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan suatu kesatuan
produksi yang sifatnya memberi jasa dengan menyelenggarakan usaha yang
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat banyak serta memupuk pendapatan.
Dalam penjelasan pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu adalah kesatuan
produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti yang luas, yang meliputi
perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum yang bersifat
20
nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak termasuk dalam bidang usaha
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Perusahaan Daerah dalam menunaikan
tugasnya selalu memperhatikan daya guna yang sebesar-besarnya dengan tidak
melupakan tujuan perusahaan untuk ikut serta dalam pembangunan daerah khususnya
dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin
untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan
ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil
dan makmur materiil dan spiritual.
Sangat sulit untuk merinci dengan tegas tentang urusan rumah tangga daerah
dan urusan rumah tangga pemerintah pusat, karena perincian yang mungkin dibuat
tidak akan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat baik di daerah
maupun di pusat. Urusan-urusan yang tadinya termasuk lingkungan daerah karena
perkembangan keadaan dapat dirasakan tidak sesuai lagi apabila masih diurus oleh
daerah itu karena urusan tersebut sudah meliputi kepentingan yang lebih luas dari
pada daerah itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, Pasal 5 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menetapkan bahwa Perusahaan yang dapat
didirikan oleh daerah ialah: perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam lapangan
yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut kemampuan/kekuatan
masing-masing Daerah. Demikian pula tidaklah mungkin memberi perincian secara tegas dari
cabang-cabang produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup
di Daerah oleh karena segala sesuatu erat hubungannya dengan perkembangan dan
Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah
dapat disebutkan Perusahaan Air Minum. Perusahaan Tanah untuk Pembangunan
Perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat.21
Dari penjelasan pasal 5 diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis atau
pola BUMD, yaitu :
a. BUMD yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (public service),
bertujuan untuk sebesar besarnya memberikan pelayaan yang memadai
kepada masyarakat, sehinga untuk jenis ini didirikanlah BUMD yang core
bisnisya berhubungan dengan penyaluran kebutuhan yang mempengaruhi
hajat hidup masyarakat banya.
b. BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba (provit
orientied) didirikan hanya semata-mata untuk memberikan kontribusi kepada
Pemerintah Daerah, biasanya BUMD ini memiliki core bisnis yang lebih
kompetitif, seperti BUMD yang bergerak dalam bidang perbankan maupun
perkebunan.
2. Perkembangan Pengaturan BUMD.
Keberadaan BUMD tidak terlepas dari perkembangan kebijakan terkait
dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . Pada awalnya, BUMN merupakan
perusahaan-perusahaan negara baik yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum
perdata maupun yang berbentuk badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain
yang berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia diatur dengan Staatsblad
21
Tahun 1927 Nomor 419. Dalam rangka mensingkronkan segala kegiatan ekonomi
pada saat itu, Pemerintah mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara. Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk
Perusahaan Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk
Perusahaan Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1
Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Dalam Perpu ini, ditetapkan
bahwa usaha-usaha negara berbentuk perusahaan dibedakan dalam Perusahaan
Jawatan (Perjan) yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam
Indonesische Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum
(Perum) yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 19
Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan penyertaan
negara pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847
Nomor 23).22
Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin kepastian
dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada Perseroan
Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)
dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische
Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagai penganti
Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab
22
Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847: 23)
yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Ordonansi Maskapai Andil
Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad
1939: 569 jo.717).
Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah
menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu
Nomor 1 Tahun 1969 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 12 Tahun 1998
tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
1998 tentang Perusahaan Umum.Namun demikian, mengingat bahwa Perpu 1 Tahun
1969 dan kedua Peraturan Pemerintah tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang hanya
mengatur dua bentuk hukum badan usaha negara yaitu Perum dan Persero. Sementara
Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini, harus dirubah bentuk hukumnya
menjadi Perum atau Persero.
Berbeda dengan BUMN yang definisinya telah ditetapkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, istilah BUMD baru dikenal dalam Peraturan
Mendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD, tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang
karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah walaupun
undang-undang ini telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969,
namun karena ditegaskan bahwa Undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah tidak berlaku sejak diterbitkannya undang-undang pengganti, dan
sampai sekarang belum ada undang-undang penggantinya, maka Undang-undang
Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai sekarang.
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan
undang-undang yang penyusunannya diilhami dari terbitnya Perpu Nomor 17 Tahun
1960 tentang Perusahaan Negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang seluruh atau
sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Mengingat
bahwa pembinaan Pemerintahan Daerah berada di bawah tanggung jawab Menteri
Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah diterbitkan oleh Mendagri baik berupa Peraturan menteri
Dalam Negeri seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 1984 tentang Tata
Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah.
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum
BUMD, maka sebagian BUMD ada yang berbentuk Perseroan Terbatas. 23
Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa
Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas atau PT, kemudian dalam
oprasionalnya setiap BUMD tunduk pada masing masing ketentuan yang mengatur
tentang badan hukum masing-masing, dengan kata lain bagi Perusahaan Daerah
berlaku ketentuan tentang Perusahaan Daerah sebagaimana yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sedangkan untuk
BUMD yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas berlaku undang-undang
yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang untuk saat ini diatur dalam
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
3. Tujuan dan Manfaat BUMD
Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah menegaskan tujuan pendirian Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta
melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional
umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil
dan makmur.
Tidak berbeda dengan otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas
luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan
pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, sehingga
23
Pemerintah Daerah mendirikan BUMD yang berbasis pada sumber daya alam yang
dimiliknya. Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk
memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk
menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf “a” angka 4
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ada beberapa hal yang
mendasari pendirian suatu BUMD antara lain :
a. Alasan ekonomis, yaitu sebagai langkah mengoptimalisasikan potensi ekonomi di daerah dalam upaya menggali dan mengembangkan sumber daya daerah, memberikan pelayanan masyarakat (public services) dan mencari keuntungan (provit motive).
b. Alasan strategis, yaitu mendirikan lembaga usaha yang melayani kepentingan publik, yang mana masyarakat atau pihak swasta lainnya tidak (belum) mampu melakukannya, baik karena investasi yang sangat besar, risiko usaha yang sangat besar, maupun eksternalitasnya sangat besar dan luas.
c. Alasan budget, yaitu sebagai upaya dalam mencari sumber pendapatan lain di luar pajak, retribusi dan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah. 24
Selanjutnya didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah, menegaskan bahwa selain Pemerintah Daerah pihak
swasta juga dapat menyertakan sahamnya dalam suatu BUMD yang didirikan
Pemerintah Daerah, masuknya pemegang saham lain selain Pemerintah Daerah dapat
memberikan modal yang lebih banyal lagi, yang kemudian akan digunakan untuk
pengembangan usaha BUMD, sehingga masuknya pihak diluar Pemerintah Daerah
dalam suatu BUMD memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan asli daerah.
24
Chairil Furkan “Badan Usaha Milik daerah Sudah Rawan”
B. Tata kelola BUMD sesuai UU No. 5/1962 tentang Perusahaan Daerah.
1. Modal dan Kekayaan BUMD
Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan, Pasal
7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur
modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :
a. bahwa modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan.
b. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.
c. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah, maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.
d. Modal BUMD yang sebagian dimiliki oleh kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan dan kekayaan pihak lain yang bukan Pemerintahan Daerah maka modal BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.
e. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan.
Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas
modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari
saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat
dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh
Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi
pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam
penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut:
termaksud diatas merupakan kekayaan beberapa Daerah maka modal perusahaan itu perlu terdiri atas saham-saham. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengerahkan funds and forces dari masyarakat di Daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan Perusahaan Daerah. Berhubung dengan itu dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham-saham-saham biasa. Saham-saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang saham prioritet.”
Hak dan wewenang pemegang saham prioritas dalam hal ini di wakili oleh
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Wali Kota) Pada suatu BUMD menurut
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 adalah :
a. Menunjuk bank untuk menyimpan semua alat liquide berdasarkan
petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan yang diatur pada pasal 7 ayat (4).
b. Menjalankan Hak, wewenang dan kekuasaan sebagai pemegang saham
prioritet yang diatur pada pasal 9 ayat (3).
c. Mengangkat dan memberhentikan Direksi untuk sementara atau untuk
selamanya diatur pada pasal 11 ayat (2) dan pasal 12 ayat (2) dan (4).
d. Pada prinsipnya antara anggota Direksi tidak boleh memiliki rangkap jabatan
ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus
maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar, kecuali jika untuk