• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt. Perkebunan Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt. Perkebunan Sumatera Utara)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA

BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)

TESIS

OLEH

DARWIN NASUTION

107005036/HK

[

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA

BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

DARWIN NASUTION

107005036/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM PENERAPAN TATA KELOLA

PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE

GOVERNANCE) PADA BADAN USAHA MILIK

DAERAH (STUDI PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA)

Nama Mahasiswa : Darwin Nasution Nomor Pokok : 107005036 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

K e t u a

)

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (

A n g g o t a A n g g o t a

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum)

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Hukum,

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(4)

Telah Diuji Pada Tanggal 10 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

3. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum

(5)

ABSTRAK

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) merupakan suatu sistem tata kelola di perusahaan yang memberikan perlindungan yang efektif pada pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahan mampu meyakinkan pemegang saham dan pemangku kepentingan akan kesinambungan perusahaan.

Penerapan GCG juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggung jawab dan pengawasan jalannya oprasional perusahaan, ada lima komponen utama yang perlu dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu kontributor pendapatan asli daerah yang dimiliki oleh provinsi maupun kabupaten/kota dalam membiayai pembangunan daerah, sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan usaha dan oprasional BUMD. Sebagai formulasi jaminan keberlangsungan usaha tersebut pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi bagian yang sangat strategis untuk di implementasikan dalam oprasional BUMD. Termasuk upaya untuk mengikuti laju gerak dunia usaha dan kemampuan untuk mengikuti momentum bisnis yang tidak membedakan-bedakan status perusahaan, BUMD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional maupun swasta asing, yang merupakan kompetiter dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sehingga semakin jelas bahwa perusahan dengan tata kelola yang baik dapat bersaing dengan para kompetiternya.

Sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan core bisnis perkebunan diharapkan untuk dapat bersaing dengan perusahaan dengan core bisnis sejenis, sehingga dalam operasionalnya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari untuk mencapai tujuan perusahaan salah satu sebagai kontributor bagi pemenuhan biaya pembangunan Provinsi Sumatera Utara.

(6)

ABSTRACT

Good Corporate Governance (GCG) is a governance system in a company which gives effective protection to stockholders and stakeholders so that the company can convince them of its sustainability.

The application of GCG can also help the management of the company be more focused and clearer on job description, responsibility, and control for the company’s operational system. Five principal components are needed in the implementation of good corporate governance – openness in information, accountability, responsibility, independency, and fairness.

BUMD (Regional Government-Owned Enterprise) is one of the contributors of the regional budget owned by the provincial and regional governments in funding regional development so that it is needed by local government to ensure the sustainability of the business and the operational system of BUMD. As the formulation of the insurance of the BUMD business sustainability, the principle of good corporate governance of BUMD should be strategically implemented. Besides that, it is also necessary to follow the business steps and to be capable of following the business momentum which does not distinguish the business status, BUMD, BUMN (State-Owned Enterprise), national private and foreign companies as business competitors, from one to another. It is obvious that good corporate governance is able to compete with other business competitors.

As one of the BUMDs owned by the government of North Sumatera, PT Perkebunan Sumatera Utara, with its core plantation business, is expected to be able to compete with the same core businesses so that in its operational system it can implement the principles of good corporative governance. This is the only alternative for PT Perkebunan Sumatera Utara in order to achieve its target as one of the contributors in funding the development of North Sumatera Province.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, pertama dan paling utama penulis mengucapkan puji syukur

kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmad dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini berjudul “Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang

Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt.

Perkebunan Sumatera Utara), penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan segala keterbatasan, Penulis

berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia.

Dalam penyelesaian tesis ini, mulai saat pengajuan judul sampai penyusunan

tesis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh

karena itu dalam kesempatan ini dan dengan kerendahan dan ketulusan hati,

diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Syahril Pasaribu., DTMH., MSc, (CTM), SpA(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara atas yang arahan dan bimbingan selama mahasiswa pada Program

Studi Magister Ilmu Hukum.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku pembimbing, atas

segala arahan dan dorongan yang diberikan selama menuntut ilmu di Program

Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Komisi pembimbing yang

(8)

5. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum selaku komisi pembimbing yang selalu

memberikan koreksi serta masukan yang sangat berarti nagi penulis.

6. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum dan Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum

atas segala saran dan perbaikan yang menjadi semangat buat penulis agar dapat

memperbaiki tesis ini kearah yang jauh lebih baik.

7. Seluruh Guru Besar dan para staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan

arahan selama penulis menimba ilmu

8. Teman seangkatan serta seluruh pegawai pada Program Studi Magister Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang senatiasa membatu

Penulis selama perkuliahan sampai dengan proses penyelesaian Tesis ini.

Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua

orang tua, yang telah melahirkan dan membesarkan dengan penuh kasih sayang,

pengorbanan dan segala doa yang tiada terputus dan tidak terbalaskan sampai

kapanpun.

Ucapan terima kasi juga dipersembahkan kepada keluarga tercinta, istri dan

anak-anak penulis yang memberikan dorang kepada penulis untuk menyeslesaikan

pendidikan pasca sarjana. Terima kasih juga disampaikan kepada Dewan Komisaris,

Direksi dan Pegawai PT. Perkebunan Sumatera Utara, rekan-rekan seangkatan di

Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, segala yang telah diberikan kepada penulis akan memperoleh

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat bermanfaat

bagi semuanya.

Medan, Juli 2012

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Darwin Nasution

Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Masihul, 10 November 1961 ,

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Direktur Utama PT. Perkebunan Sumatera Utara

Alamat : Jalan Jermal 17 No.17 Medan Denai

Pendidikan : - SD Negeri Dolok Masihul Tamat Tahun 1972.

- SMP Alwasliyah Dolok Masihul Tamat Tahun 1975.

- SMA Negeri Lubuk Pakam Tamat Tahun 1979.

- Strata Satu (S1) Universitas STKIP Riama Tamat

Tahun 1991.

- Strata Satu (S1) Universitas Amir Hamzah Tamat

(10)

DAFTAR ISI

2. Perkembangan Pengaturan BUMD ... 28

(11)

4. Pengawas BUMD ... 41

5. Kedudukan Pegawai BUMD ... 42

6. Pembubaran BUMD ... 42

C. Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMD ... 43

1. Dasar Perubahan Bentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas 43 2. Akibat hukum Perubahan Bentuk Badan Hukum ... 45

a. Akibat hukum Terhadap Saham BUMD ... 45

b. Akibat Hukum Terhadap Tata Kelola ... 47

(1) Hak dan tanggung Jawab Pemegang Saham ... 49

(2) Tanggung Jawab Direksi ... 51

(3) Tanggung Jawab Dewan Komisaris ... 56

BAB III : PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK PADA BUMD ... 59

A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GOOD Corporate Governance/GCG) ... 59

1. Pengertian dan latar belakang GCG ... 59

2. Tujuan dan manfaat GCG ... 62

3. Prinsip-prinsip GCG ... 65

B. Pengaturan GCG Di Indonesia ... 71

1. GCG Perusahaan Terbuka di Pasar Modal ... 71

2. GCG Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 74

C. Prinsip GCG Pada BUMD ... 78

1. Pelaksanaan GCG Pada BUMD ... 78

(12)

BAB IV : PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA

PT.PERKEBUNAN SUMATERA UTARA ... 83

A. Profil Perusahaan ... 83

1. Sejarah PT.Perkebunan Sumatera Utara ... 83

2. Maksud, Tujuan dan Kegiatan Usaha ... 85

3. Profil Bisnis Perusahaan ... 87

B. Penerapan Prinsip-Prinsip GCG Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 90

1. Peraturan Daerah Tentang Pendirian PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 91

2. Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 94

a. Transparansi ... 94

b. Akuntabilitas ... 98

c. Resposibilitas ... 108

d. Independensi ... 110

e. Kesetaraan Dan Kewajaran ... 113

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118

(13)

ABSTRAK

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) merupakan suatu sistem tata kelola di perusahaan yang memberikan perlindungan yang efektif pada pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahan mampu meyakinkan pemegang saham dan pemangku kepentingan akan kesinambungan perusahaan.

Penerapan GCG juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggung jawab dan pengawasan jalannya oprasional perusahaan, ada lima komponen utama yang perlu dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu kontributor pendapatan asli daerah yang dimiliki oleh provinsi maupun kabupaten/kota dalam membiayai pembangunan daerah, sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan usaha dan oprasional BUMD. Sebagai formulasi jaminan keberlangsungan usaha tersebut pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi bagian yang sangat strategis untuk di implementasikan dalam oprasional BUMD. Termasuk upaya untuk mengikuti laju gerak dunia usaha dan kemampuan untuk mengikuti momentum bisnis yang tidak membedakan-bedakan status perusahaan, BUMD, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional maupun swasta asing, yang merupakan kompetiter dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sehingga semakin jelas bahwa perusahan dengan tata kelola yang baik dapat bersaing dengan para kompetiternya.

Sebagai salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, PT. Perkebunan Sumatera Utara dengan core bisnis perkebunan diharapkan untuk dapat bersaing dengan perusahaan dengan core bisnis sejenis, sehingga dalam operasionalnya pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada PT. Perkebunan Sumatera Utara merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari untuk mencapai tujuan perusahaan salah satu sebagai kontributor bagi pemenuhan biaya pembangunan Provinsi Sumatera Utara.

(14)

ABSTRACT

Good Corporate Governance (GCG) is a governance system in a company which gives effective protection to stockholders and stakeholders so that the company can convince them of its sustainability.

The application of GCG can also help the management of the company be more focused and clearer on job description, responsibility, and control for the company’s operational system. Five principal components are needed in the implementation of good corporate governance – openness in information, accountability, responsibility, independency, and fairness.

BUMD (Regional Government-Owned Enterprise) is one of the contributors of the regional budget owned by the provincial and regional governments in funding regional development so that it is needed by local government to ensure the sustainability of the business and the operational system of BUMD. As the formulation of the insurance of the BUMD business sustainability, the principle of good corporate governance of BUMD should be strategically implemented. Besides that, it is also necessary to follow the business steps and to be capable of following the business momentum which does not distinguish the business status, BUMD, BUMN (State-Owned Enterprise), national private and foreign companies as business competitors, from one to another. It is obvious that good corporate governance is able to compete with other business competitors.

As one of the BUMDs owned by the government of North Sumatera, PT Perkebunan Sumatera Utara, with its core plantation business, is expected to be able to compete with the same core businesses so that in its operational system it can implement the principles of good corporative governance. This is the only alternative for PT Perkebunan Sumatera Utara in order to achieve its target as one of the contributors in funding the development of North Sumatera Province.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan mengenai isu sistem Corporate Governance semakin penting

dalam kegiatan usaha sekarang ini, apa lagi bila hal itu dikaitkan dengan hukum

perusahaan maka konsep tersebut menjadi isu yang fundamental.1

corporate governance arrangements influence the ability of firms to create new wealth through their effect on the risk, rewards, prerogatives, and claims of stakeholders in addition to stakeholders, and thehefore on the incentives and motivations facing these other stakeholders. Governance systems, broadly defined , set the ground rules that determine who has what control rights under what circumstances, who receives what share of the wealth created, and who bears what associated risks. Governance system thus help determine how priorites are set, how decesion are made about spending resources on building organizational capabilities, and how management and employees are evaluated and compensated. In industries and firms where human capital is critical, these factors are likely to affect wealth-creating behavior substantially afirm’s employees are much more likely to be motivated to find new ways to innovate or to cut costs, for example, if they have confidence that they will share in the wealth created by these activites-that it will not be expropriated from them by other participants in the enterprise-and if they believe that management will listen to them and devote resources to their ideas”

Karena Margaret

M. Blair menegaskan sebagai berikut :

2

Corporate Governance dapat pula dipahami sebagai perangkat peraturan

yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus atau pengelola

1

Alessio M. Pacces (ed), The Law and Economies of Corporate Governance Changing Prespectives, (Northampton:Edward Elgar,2010),hlm.12

2

(16)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan

interen maupun eksteren lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban

mereka, dengan kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan. Sehinga pada akhirnya Good Corporate Governance bertujuan untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. 3

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa struktur tata kelola perusahaan

menetapkan pembagian hak dan tanggung jawab diantara semua pihak dalam

perusahaan, seperti pemegang saham, Dewan Komisaris, Direksi, karyawan dan

pihak-pihak stakeholder lainnya, sehingga kata kunci yang dapat dipergunakan

untuk memaknai Good Corporate Governance adalah penetapan hak dan tanggung

jawab. Penegasan pembagian tanggung jawab pada konteks ini adalah untuk semua

pihak yang selalu dihubungkan dengan penetapan tujuan, sarana dan prasarana

yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan pengawasan yang terpadu sesuai tujuan

yang telah ditetapkan secara sistematis, dirumuskan sebagai perangkat aturan yang

mengarah dan mengontrol semua pihak dalam sebuah korporasi untuk mencapai

tujuannya.4

Bertolak dari pemahaman diatas, Good Corporate Governance selalu

berujung pada dua hal, yakni pembagian dan pelaksanaan tugas. Pembagian tugas

tentu saja harus didasarkan pada kriteria yang memadai, kriteria yang selalu didasari

3

Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: PT. Citra Adity Bakti, 2006), hlm 78

4

(17)

pada kompetensi individu, pengalaman, kemauan untuk mengubah dan

pengembangkan diri serta kesiapan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan.

Sementara itu, satu-satunya kriteria dalam pelasksanaan tugas hanyalah

tanggung jawab. Semua pihak wajib melaksanakan tugas-tugas yang telah

dipercayakan secara bertanggung jawab dan selalu siap untuk mempertanggung

jawabkan. Hal itu menjadi tuntutan dari prinsip Good Corporate Governance,

sekaligus menjadi sesuatu yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar, sebab

ketika perusahaan berada dalam posisi sulit yang disebabkan karena kinerja semua

pihak buruk atau karena secara keseluruhan perusahan gagal menerapkan Good

Corporate Governance. Dengan perkataan lain tidak berjalannya Good Corporate

Governance dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain kegagalan perusahaan

menunaikan kewajibannya, penyimpangan pemakaian dana, pengalihan saham, yang

terjadi karena semua pihak tidak menjalankan peran dan tugas-tugasnya secara

bertanggung jawab. Kegagalan semua pihak dalam menjalankan tugasnya

masing-masing merupakan awal dari keruntuhan korporasi tersebut. Kondisi pengelolaan

perusahaan yang demikian dapat membuat perusahaan menjadi tidak efisien dan

mungkin perusahaan akan menjadi rugi bahkan dapat berada dalam kondisi pailit.

Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance disadari

berbagai pihak. Misalnya kewajiban penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan

Menteri Negara BUMN Nomor. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola

(18)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan

usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki

karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan BUMN, belum mempunyai regulasi

pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal secara

legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara

(berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak dapat

dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh ketinggalan

dibanding BUMN.

Salah satu penyebab, karena stakeholders BUMD terlihat kurang responsif

dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya dinamika pengelolaan (governance)

di BUMD. Padahal, jika dicermati, banyak hal yang berlaku di BUMN dapat

menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD, khususnya berkenaan

dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Dari aspek governance, misalnya, institusi BUMD masih diperlakukan sama

dengan institusi pemerintah. Padahal, BUMD bukanlah institusi pemerintah.

Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat pula pada

BUMD. Sebagai contoh, di beberapa BUMD masih harus mengikuti ketentuan

pengadaan barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya tidak perlu

karena BUMD adalah perusahaan yang senantiasa terikat pada momentum bisnis

yang mengharapkan respon yang cepat dari manejemen BUMD tersebut.

BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas laporan keuangan oleh

(19)

suatu perusahaan Perseroan Terbatas (PT), BUMD juga diperiksa Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang independen. Tidak adanya equal treatment bagi BUMD yang

dituntut harus memiliki laba, menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara

seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti BUMN dan swasta yang lebih

lentur dalam menjalankan gerak bisnis yang senantiasa dipengaruhi oleh

kepentingan pasar global.

Dari sudut permodalan BUMD juga menghadapi kendala legalistik dimana

pemenuhan modal Pemerintah Daerah harus mengikuti mekanisme Peraturan

Daerah yang dirumuskan bersama sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan

Perwakilan Daerah masing-masing, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 58 tentang 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Sebagai salah satu perusahan, sudah seharusnya Good Corporate

Governance juga wajib diterapkan dalam pengelolaan BUMD, jika nilai BUMD

tersebut lebih optimal, memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun

internasional. Namun sampai dengan saat sekarang ini tidak ada peraturan

perundang-undangan yang dengan tegas mewajibkan BUMD baik yang berbentuk

Perusahaan Daerah (PD) maupun yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan

BUMD.

Perintah untuk melaksanakan Good Corporate Governance saat ini baru

terbatas pada perusahan terbuka dan perusahaan publik berdasarkan peraturan

(20)

Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedang untuk Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) perintah untuk menjalankan Good Corporate Governance

berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

117/MBU/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance) pada BUMN yang terakhir dirubah dengan

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Pelaksanaan

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN

serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum.

Tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaksanaan

Good Corporate Governance pada BUMD ini mengakibatkan kebanyakan BUMD

dikelola dengan tradisonal, berbeda dengan BUMD yang bergerak dalam usaha

sektor perbankan yang dalam pengololanannya wajib menerapkan Good Corporate

Governance sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sektor perbankan

misalnya, didasari dengan adanya perkembangan industri perbankan yang sangat

pesat umumnya disertai dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang

mengakibatkan peningkatan eksposur risiko bank. Sehingga pelaksanaan Good

(21)

tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan akan semakin meningkat. Dalam

rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai

etika (code of conduct) yang berlaku secara umum pada industri perbankan, bank

wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip

Good Corporate Governance. 5

BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5

tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang-undang Nomor 6

tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Lahirnya Undang-undang Nomor

6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan peninjauan

kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan dalam

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966

tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

Nomor. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 6

5

Penjelasan umum Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan

Good Corporate Governance Bagi Bank Umum

. Hasilnya

direkomendasikanlah pencabutan beberapa peraturan perundang-undangan,

termasuk di antaranya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan

Daerah.

6

(22)

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969

tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962

tetang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan disahkannya undang-undang

penggantinya. Namun sampai saat ini belum ada undang-undang penggantinya,

sedangkan dari sudut materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang.

Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma pembangunan

ekonominya, sehingga dalam implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak

relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan BUMD serta tidak

dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang menyangkut berbagi aspek

antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban fungsi dan

peranya dalam mendukung fungsi perusahaan sebagai kontributor PAD.7

Sejalan dengan upaya pemberdayaan daerah, pemerintah pusat juga

melakukan penyerahan berbagai sumber-sumber pembiayaan untuk dipergunakan

oleh daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tersebut. Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah merinci sumber-sumber

pembiayaan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pada

dasarnya menurut ketentuan yang ada tersebut, sumber-sumber keuangan Pemerintah

Daerah yang terdiri atas:

7

(23)

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan, yang terdiri atas: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil (Pajak).

3. Pinjaman daerah.

Isyarat bahwa PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi

pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa PAD merupakan tolak ukur

terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan

otonomi daerah, sehingga PAD mencerminkan kemandirian suatu daerah. Oleh

karena PAD merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, merupakan

modal bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah,

namun porsi PAD terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat

kemandirian keuangan suatu Pemda. Otonomi daerah telah memberikan nuansa baru

dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, antara lain : Pertama, berusaha

menarik investor untuk menanamkan investasinya. Kedua, menyusun Peraturan

Daerah sebagai dasar legitimasi untuk menarik berbagai pungutan (retribusi) sehingga

PAD meningkat. Ketiga, membentuk BUMD. Semangat otonomi daerah memberikan

ruang kepada Pemerintah Daerah untuk mendirikan BUMD yang disesuaikan dengan

ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah tersebut.

Salah satu BUMD yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah

Sumatera Utara adalah PT. Perkebunan Sumatera Utara, juga mengemban fungsi

(24)

Utara didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Pada

mulanya BUMD tersebut berbentuk Perusahaan Daerah, berubah menjadi Perseroan

sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2004

tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusaha Daerah Perkebunan menjadi

Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.

Sebagai perusahaan yang berorientasi pada pencapaiaan keuntungan, PT.

Perkebunan Sumatera Utara harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan

yang memiliki core bisnis yang sama, baik dengan perusahaan perkebunan BUMN

maupun perusahan perkebunan swasta dalam negeri maupun swasta asing. Sehingga

dalam perjalannya PT. Perkebunan Sumatera Utara harus dapat menerapkan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance, meski penerapan Good Corporate Governance

pada BUMD belum diatur didalam ketentuan khusus tentang BUMD.

Atas pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan

Sumatera Utara karena secara substansi pasar tidak pernah membedakan perusahaan

BUMD, BUMN, Swasta Nasional maupun Swasta Asing. Namun dalam

pelaksanannya perusahaan-perusahaan tersebut akan dibatasi dengan peraturan

perundang-undangan yang melingkupinya.

B. Perumusan Masalah

Modal BUMD sebahagian atau seluruhnya milik Pemda, karena Pemda tunduk

(25)

dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. BUMD baik

yang berbentuk Perusahaan Daerah maupun Perseroan Terbatas, harus dikelola

berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance karena sebenarnya BUMD

itu adalah amanat rakyat di daerah, dari uraian diatas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah?

2. Bagaimana prinsip-prinsip Good Corporate Governance diterapkan pada

aturan-aturan pengelolaan BUMD?

3. Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk

diterapkan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperjelas pemahaman

terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan, dengan tujuan ini diharapkan

akan didapatkan data dan informasi yang akurat terkait penerapan tata kelola

perusahaan yang baik bagi perusahaan yang statusnya sebagai Badan Usaha Milik

Daerah.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ditetapkan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan tata kelola perusahaan yang

(26)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis prinsip-prinsip tata kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance) diterapkan aturan-aturan

pengelolaan pada BUMD.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada PT. Perkebunan

Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan normatif, khususnya terkait dengan kaidah

hukum, teori dan doktrin ilmu hukum yang relevan dengan tema

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada BUMD.

b. Mendapatkan informasi tentang perkembangan kaidah hukum, teori dan

doktrin ilmu hukum terkait dengan penerapan Good Corporate

Governance pada BUMD.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah maupun manajemen

perusahaan dalam menjalankan perusahaan.

b. Memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

(27)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, diketahui bahwa penelitian mengenai

Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi pada PT. Perkebunan

Sumatera Utara) belum pernah dilakukan dengan pendekatan dan perumusan

masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang BUMD yang

dilakukan mengenai BUMD,diantaranya penelitian dengan judul Analisis Terhadap

Kepemilikan BUMD Studi Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara oleh Rinto

Purwana Harahap, NIM 067005040, namun permasalahan yang diangkat dalam

penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa

penelitian ini asli dan belum pernah diteliti baik dari segi materi maupun lokasi

penelitian, dengan demikian keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan

secara terbuka.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Setidaknya terdapat dua teori utama yang terkait dengan corporate

governance adalah stewardship theory dan agencytheory. Stewardship theory

dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada

(28)

memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam

hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain,

stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk

bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.

Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,

memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang

saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan

sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.8

Teori agensi memberikan pemahaman yang paling dekat untuk memahami

Good corporate governance, teori ini memberikan kajian mengenai dampak dari

hubungan agent dengan principal atau principal dengan principal, berbeda dengan

teori perusahan klasik yang menggambarkan pemilik perusahaan yang berjiwa

wiraswasta mengendalikan sendiri perusahaannya sehingga maksimum profit

menjadi harga mati bagi perusahaan untuk bisa hidup dan berkembang. Teori

perusahaan klasik juga mengurai bahwa kebutuhan modal dan keterampilan

manejerial perusahaan dengan sekala otomistik dipasok oleh satu sumber saja, yakni

pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta. Namun dalam teori agensi kebutuhan

perusahaan yang bersekala besar serta keterampilan manejerial dipasok oleh tenaga

8

Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. .

Makalah .

(29)

kerja manejerial, kebutuhan modal dipasok oleh pemegang saham (shareholder) dan

pemberi pinjaman (debt holder). 9

Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas

karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran

mengenai Goodcorporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency

theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai

peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Teori Agensi menjawab dan memberikan gambaran hal-hal apa saja yang

berpeluang akan terjadi baik antara pengelola dengan pemegang saham. Pengertian

pemegang saham dalam agency teory adalah pihak-pihak yang menyerahkan

sebahagian kekayaan atau wealth-nya untuk dikembangan oleh pihak lain. Good

corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk

semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama,

pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan

tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua

informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Amin wijaya memberikan defenisi mengenai Good corporate governance

sebagai tata kelola perusahaan yang merupakan sistem untuk mengatur kearah mana

kegiatan usaha perusahaan akan dilaksanakan, dalam konteks ini merupakan

9

(30)

bahagian dari pembuatan sasaran yang akan dicapai perusahaan, untuk apa sasaran

tersebut dicapai serta parameter apa yang akan dipakai dalam menentukan

pencapaian sasaran tersebut.10

Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan

kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber

perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka

panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat

sekitar secara keseluruhan.

Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan: 11

a. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran organ

perusahaan dan para stakeholder lainnya.

b. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang

salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

c. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,

berikut pengukuran kinerjanya.

Ada beberapa prinsip dasar yang harus di perhatikan dalam corporate

governance, yaitu:12

10

Amin Wijaya Tunggal, Audit committee, (Jakarta. Harvasindo, 2003), hlm 9. 11

Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

Diakses tanggal 28 Nopember

2011 12

(31)

a. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam

mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

b. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

c. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku.

d. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan

dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan

dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan

perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di

dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian

serta peraturan perundangan yang berlaku.

Esensi dari Good Corporate Governance adalah peningkatan kinerja

perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya

akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan

kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

Besarnya mandat yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun

(32)

fungsinya sebagai pemasok pendapat asli daerah menjadikan pengurusan BUMD

harus dilakukan dengan perencanaan staregi jangka panjang yang memperhatikan

kepentingan berbagai pihak, sehingga pengurusannya harus dilakukan dengan tata

kelola perusahaan yang baik, memperhatikan prinsip-prinsip hukum perusahaan

yang menuntut adanya pemisahan manajemen dan pengelola perusahaan dari

pemegang saham.13sehingga penyerahan pengelolaan perusahan dari pemilik

perusahaan kepada tenaga-tenaga yang profesional menjadi sangatlah penting,

dimana tenaga-tenaga profesional tersebut bertugas untuk melindungi kepentingan

perusahaan dengan keleluasaan yang dimiliknya dalam mengelola manajemen

perusahaan, hal ini sejalan dengan teori agensi yang memberikan pemahaman

bahwa pemilik perusahaan atau pemegang saham dalam suatu perusahaan hanya

bertugas mengawasi dan melakukan monitoring terhadap jalannya perusahaan yang

dikelola oleh pengurus perusahaan dan mengembangkan sistem insentif bagi

pengurus untuk memastikan bahwa pengurus dan tenaga-tenaga profesional tersebut

hanya bekerja untuk kepentingan pemilik perusahaan.14 Sehingga penerapan

pinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BUMD menjadi sesuatu yang sangat penting

untuk dilaksanakan .

13

Ibrahim Johanes, Hukum Oraganisasi Perusahaan, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm.71

14

(33)

2. Kerangka Konsepsi.

Untuk memberikan pemahaman yang sama atas istilah-istilah yang dipakai

dalam penelitian ini, peneliti meberikan pengertian-pengertian operasional terhadap

istilah-istilah tersebut antara lain:

a. Badan Usaha Milik Daerah atau Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang

seluruh atau sebahagian modalnya merupakan kekayaan Daerah yang

dipisahkan.15

b. Tata Kelola Perusahan yang baik (Good Corporate Governance) adalah

sistem yang mengatur kearah mana kegiatan usaha akan dilaksanakan,

termasuk membuat sasaran yang akan dicapai, untuk apa sasaran tersebut

perlu dicapai dan ukuran keberhasilannya.

c. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas serta peraturan pelaksanaannya

d. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance adalah keterbukaan

(transparancy), akuntabilitas (accontability), pertanggungjawaban

(responsibility), independent (independency) dan kewajaran (fairness).

15

(34)

e. Pemda adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.16

f. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara.

G. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan untuk menjawab tujuan

penelitian maka dalam metode penelitian ini langkah-langkah yang dipergunakan

diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif (yuridis

normatif), penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji tentang peraturan hukum mengenai BUMD, peraturan mengenai perseroan

terbatas, Peraturan Daerah, Anggaran Dasar PT. Perkebunan Sumatera Utara .

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis17 karena penelitian ini ditujukan

untuk mendeskripsikan secara utuh, menyeluruh dan dianalisis secara mendalam

permasalahan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola yang baik pada BUMD,

mencari tahu tentang tata kelola BUMD, kemudian akan dianalisis bagimana prinsip

tata kelola BUMD serta bagaimana penerapan prinsip tersebut pada BUMD .

16

Pasal 1 huru “b” Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara nomor 4 tahun 2004 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Perkebunan menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan Sumatera Utara.

17

(35)

2. Sumber Data

Di dalam penelitian hukum normatif, maka data yang digunakan adalah data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Di dalam penelitian

hukum, data sekunder mencakup ;

a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-undang yang berkaitan dengan

pengaturan bentuk badan hukum BUMD, antara lain. Undang-undang Nomor

5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Undang-undang Nomor 6 tahun

1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang Undang Dan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang, Undang Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan

perundang-undangan lainnya yang relevan dengan penelitian ini, Anggaran dasar PT.

Perkebunan Sumatera Utara, Pedoman Prilaku PT. Perkebunan Sumatera

Utara.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar, pertemuan ilmiah

atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek

penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan penunjang yang memberi petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum,

kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, surat kabar, dan internet juga

menjadi tambahan bagi penulisan penelitian ini sepanjang memuat informasi

(36)

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui penelitian

kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsep teori atau doktrin,

pendapat atau pemikiran konseptual yang berhubungan dengan penelitian ini berupa

peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya lainya.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan studi dokumen. Studi dokumen adalah dengan cara

mempelajari peraturan-peraturan, teori, buku-buku, hasil penelitan, buletin dan

dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, studi dokumen dilakukan

di PT. Perkebunan Sumatera Utara.

5. Analisis Data.

Data yang ada sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan

menguraikan secara deskriptif dan prospektif, agar penelitian ini tidak hanya

menggambarkan data-data semata, tetapi juga mengungkapkan realita mengenai

penerapan tata kelola yang baik pada BUMD sebagai suatu analisis.

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif

dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian

konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal kedalam

(37)

yang diperoleh melalui studi dokumen, studi kepustakaan dan peraturan

perundang-undangan dianalisis berdasrkan metode kualitatif :18

a. Menentukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum

(konseptualisasi) yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi

terhadap bahan-bahan hukum tersebut.

b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau

berkaitan.

c. Menentukan hubungan diantara berbagai katagori atau peraturan yang

kemudian diolah.

d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara berbagai katagori atau

peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif

kualitatif, sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan sebagai

kesimpulan atas permasalahan.

18

(38)

BAB II

PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

A. Perkembangan Pengaturan BUMD.

1. Dasar hukum dan bentuk BUMD.

Istilah BUMD terdapat di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa

Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah.

Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD.

Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum

memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada pasal 177

undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang

pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya

ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan

perUndang-undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun

batasan yang jelas tentang BUMD.

Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang

(39)

” bahwa Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang modalnya untuk

seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,

kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang”

Oleh karena BUMD merupakan perusahaan yang modalnya seluruhnya atau

sebahagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga Perusahaan

Daerah juga merupakan BUMD. Ketentuan didalam Pasal 2 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1962 tersebut memberikan batasan tentang BUMD atau Perusahaan Daerah,

dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari

kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan

sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semula

pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah

dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan tersendiri.19

19

Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Senada dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan modal BUMN merupakan dan berasal

dari kekayaan negara yang dipisahkan, pengertian kekayaan negara yang dipisahkan

dijelaskan dalam penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BUMN sebagai pemisahan kekayaaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) pada BUMN untuk selanjutnya di bina dan dikelola tidak lagi

(40)

pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.20

Kemudian Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau

sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya Menteri Dalam

Negeri melalui keputusannya Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Daerah Yang Dipisahkan pada konsideran huruf “b” menyatakan bahwa

Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau

sebahagian modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan

Jika di perhatikan dengan

seksama bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian kekayaan

yang dipisahkan antara kedua undang-undang tersebut, namun Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN lebih jelas memberikan arahan tentang

pembinaan dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dengan didasarkan

pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.

Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

menjelaskan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan suatu kesatuan

produksi yang sifatnya memberi jasa dengan menyelenggarakan usaha yang

memberikan kemanfaatan bagi masyarakat banyak serta memupuk pendapatan.

Dalam penjelasan pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu adalah kesatuan

produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti yang luas, yang meliputi

perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum yang bersifat

20

(41)

nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak termasuk dalam bidang usaha

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Perusahaan Daerah dalam menunaikan

tugasnya selalu memperhatikan daya guna yang sebesar-besarnya dengan tidak

melupakan tujuan perusahaan untuk ikut serta dalam pembangunan daerah khususnya

dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin

untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan

ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil

dan makmur materiil dan spiritual.

Sangat sulit untuk merinci dengan tegas tentang urusan rumah tangga daerah

dan urusan rumah tangga pemerintah pusat, karena perincian yang mungkin dibuat

tidak akan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat baik di daerah

maupun di pusat. Urusan-urusan yang tadinya termasuk lingkungan daerah karena

perkembangan keadaan dapat dirasakan tidak sesuai lagi apabila masih diurus oleh

daerah itu karena urusan tersebut sudah meliputi kepentingan yang lebih luas dari

pada daerah itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, Pasal 5 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menetapkan bahwa Perusahaan yang dapat

didirikan oleh daerah ialah: perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam lapangan

yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut kemampuan/kekuatan

masing-masing Daerah. Demikian pula tidaklah mungkin memberi perincian secara tegas dari

cabang-cabang produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup

di Daerah oleh karena segala sesuatu erat hubungannya dengan perkembangan dan

(42)

Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah

dapat disebutkan Perusahaan Air Minum. Perusahaan Tanah untuk Pembangunan

Perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat.21

Dari penjelasan pasal 5 diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis atau

pola BUMD, yaitu :

a. BUMD yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (public service),

bertujuan untuk sebesar besarnya memberikan pelayaan yang memadai

kepada masyarakat, sehinga untuk jenis ini didirikanlah BUMD yang core

bisnisya berhubungan dengan penyaluran kebutuhan yang mempengaruhi

hajat hidup masyarakat banya.

b. BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba (provit

orientied) didirikan hanya semata-mata untuk memberikan kontribusi kepada

Pemerintah Daerah, biasanya BUMD ini memiliki core bisnis yang lebih

kompetitif, seperti BUMD yang bergerak dalam bidang perbankan maupun

perkebunan.

2. Perkembangan Pengaturan BUMD.

Keberadaan BUMD tidak terlepas dari perkembangan kebijakan terkait

dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . Pada awalnya, BUMN merupakan

perusahaan-perusahaan negara baik yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum

perdata maupun yang berbentuk badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain

yang berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia diatur dengan Staatsblad

21

(43)

Tahun 1927 Nomor 419. Dalam rangka mensingkronkan segala kegiatan ekonomi

pada saat itu, Pemerintah mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang

Perusahaan Negara. Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk

Perusahaan Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk

Perusahaan Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1

Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Dalam Perpu ini, ditetapkan

bahwa usaha-usaha negara berbentuk perusahaan dibedakan dalam Perusahaan

Jawatan (Perjan) yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam

Indonesische Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum

(Perum) yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 19

Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan penyertaan

negara pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847

Nomor 23).22

Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin kepastian

dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada Perseroan

Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)

dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische

Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah menerbitkan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagai penganti

Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab

22

(44)

Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847: 23)

yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir

dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Ordonansi Maskapai Andil

Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad

1939: 569 jo.717).

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah

menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu

Nomor 1 Tahun 1969 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 12 Tahun 1998

tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

1998 tentang Perusahaan Umum.Namun demikian, mengingat bahwa Perpu 1 Tahun

1969 dan kedua Peraturan Pemerintah tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi

dengan perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Pemerintah menerbitkan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang hanya

mengatur dua bentuk hukum badan usaha negara yaitu Perum dan Persero. Sementara

Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini, harus dirubah bentuk hukumnya

menjadi Perum atau Persero.

Berbeda dengan BUMN yang definisinya telah ditetapkan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, istilah BUMD baru dikenal dalam Peraturan

Mendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD, tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang

(45)

karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah walaupun

undang-undang ini telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969,

namun karena ditegaskan bahwa Undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah tidak berlaku sejak diterbitkannya undang-undang pengganti, dan

sampai sekarang belum ada undang-undang penggantinya, maka Undang-undang

Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai sekarang.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan

undang-undang yang penyusunannya diilhami dari terbitnya Perpu Nomor 17 Tahun

1960 tentang Perusahaan Negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang seluruh atau

sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Mengingat

bahwa pembinaan Pemerintahan Daerah berada di bawah tanggung jawab Menteri

Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah diterbitkan oleh Mendagri baik berupa Peraturan menteri

Dalam Negeri seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 1984 tentang Tata

Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah, Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah.

(46)

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

BUMD, maka sebagian BUMD ada yang berbentuk Perseroan Terbatas. 23

Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa

Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas atau PT, kemudian dalam

oprasionalnya setiap BUMD tunduk pada masing masing ketentuan yang mengatur

tentang badan hukum masing-masing, dengan kata lain bagi Perusahaan Daerah

berlaku ketentuan tentang Perusahaan Daerah sebagaimana yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sedangkan untuk

BUMD yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas berlaku undang-undang

yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang untuk saat ini diatur dalam

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3. Tujuan dan Manfaat BUMD

Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan

Daerah menegaskan tujuan pendirian Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta

melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional

umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil

dan makmur.

Tidak berbeda dengan otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas

luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan

pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, sehingga

23

(47)

Pemerintah Daerah mendirikan BUMD yang berbasis pada sumber daya alam yang

dimiliknya. Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk

memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk

menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf “a” angka 4

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ada beberapa hal yang

mendasari pendirian suatu BUMD antara lain :

a. Alasan ekonomis, yaitu sebagai langkah mengoptimalisasikan potensi ekonomi di daerah dalam upaya menggali dan mengembangkan sumber daya daerah, memberikan pelayanan masyarakat (public services) dan mencari keuntungan (provit motive).

b. Alasan strategis, yaitu mendirikan lembaga usaha yang melayani kepentingan publik, yang mana masyarakat atau pihak swasta lainnya tidak (belum) mampu melakukannya, baik karena investasi yang sangat besar, risiko usaha yang sangat besar, maupun eksternalitasnya sangat besar dan luas.

c. Alasan budget, yaitu sebagai upaya dalam mencari sumber pendapatan lain di luar pajak, retribusi dan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah. 24

Selanjutnya didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah, menegaskan bahwa selain Pemerintah Daerah pihak

swasta juga dapat menyertakan sahamnya dalam suatu BUMD yang didirikan

Pemerintah Daerah, masuknya pemegang saham lain selain Pemerintah Daerah dapat

memberikan modal yang lebih banyal lagi, yang kemudian akan digunakan untuk

pengembangan usaha BUMD, sehingga masuknya pihak diluar Pemerintah Daerah

dalam suatu BUMD memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan asli daerah.

24

Chairil Furkan “Badan Usaha Milik daerah Sudah Rawan

(48)

B. Tata kelola BUMD sesuai UU No. 5/1962 tentang Perusahaan Daerah.

1. Modal dan Kekayaan BUMD

Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan, Pasal

7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur

modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :

a. bahwa modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan.

b. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.

c. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah, maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

d. Modal BUMD yang sebagian dimiliki oleh kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan dan kekayaan pihak lain yang bukan Pemerintahan Daerah maka modal BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

e. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan.

Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas

modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari

saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat

dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh

Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi

pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam

penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut:

(49)

termaksud diatas merupakan kekayaan beberapa Daerah maka modal perusahaan itu perlu terdiri atas saham-saham. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengerahkan funds and forces dari masyarakat di Daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan Perusahaan Daerah. Berhubung dengan itu dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham-saham-saham biasa. Saham-saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang saham prioritet.”

Hak dan wewenang pemegang saham prioritas dalam hal ini di wakili oleh

Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Wali Kota) Pada suatu BUMD menurut

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 adalah :

a. Menunjuk bank untuk menyimpan semua alat liquide berdasarkan

petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan yang diatur pada pasal 7 ayat (4).

b. Menjalankan Hak, wewenang dan kekuasaan sebagai pemegang saham

prioritet yang diatur pada pasal 9 ayat (3).

c. Mengangkat dan memberhentikan Direksi untuk sementara atau untuk

selamanya diatur pada pasal 11 ayat (2) dan pasal 12 ayat (2) dan (4).

d. Pada prinsipnya antara anggota Direksi tidak boleh memiliki rangkap jabatan

ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus

maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar, kecuali jika untuk

Referensi

Dokumen terkait

kinerja sesuai dengan Job Description, fungsi dan tanggung jawab masing – masing pegawai pada Bagian Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan diharapkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan CGPI berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan ukuran dewan komisaris

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program rightsizing yang dilakukan oleh Kementrian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan

Doktrin atau aturan dalam pembangunan lembaga sebagai penggambaran terhadap apa yang diharapkan oleh suatu organisasi. Doktrin atau aturan erat kaitannya

Sampai akhir tahun 1997, diantara 160 BUMN yang berada dibawah pengawasan Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN mengindikasikan terdapat 74 perusahaan atau

Komisaris Independen dan Pihak Independen merupakan anggota Komite yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan

Direksi mempunyai tanggungjawab dalam pelaksanaan tata kelola bpr yang sehat serta memastikan bahwa prinsip dasar GCG telah berjalan dengan baik sesuai dengan

Direksi mempunyai tanggungjawab dalam pelaksanaan tata kelola bpr yang sehat serta memastikan bahwa prinsip dasar GCG telah berjalan dengan baik sesuai dengan