INTEGRATED SAFEGUARDS SEBAGAI ELEMEN POKOK
PENANGKAL PROLIFERASI
Oleh : Endang Susilowati, PRSGBATAN
ABSTRAK
INTEGRATED SAFEGUARDS SEBAGAI ELEMEN POKOK PENANGKAL PROLIFERASI. Pengembangan sistem safeguards International Atomic Energy agency (IAEA) mengalami kemajuan yang sangat berarti. Integrated safeguards hasil integrasi additional protocol ke sistem comprehensive safeguards memberikan IAEA akses fisik dan akses informasi yang sangat luas untuk melakukan verifikasi dan evaluasi terhadap program nuklir negara anggota. Verifikasi dilaksanakan dengan melaksanakan inspeksi normal dan inspeksi mendadak, complementary access, konfirmasi informasi desain fasilitas kesemua fasilitas dan location outside facility (LOF) dan juga ke lokasi lain yang dipandang dapat memberikan informasi berharga dalam mengevaluasi sistem safeguards. Evaluasi terhadap program nuklir negara dilaksanakan secara komprehensif dan terus menerus terhadap keberadaan siklus bahan nuklir, kemampuan industri strategis dan program penelitian dan pengembangan (R&D) yang sedang dilaksanakan. Acquisition path yang diadopsi ke model fisik siklus bahan nuklir telah diidentifikasi dan dikembangkan untuk menangkal proliferasi bahan senjata nuklir yang kemungkinan direncanakan suatu negara. Tulisan ini mengintroduksikan pendekatan integrated safeguards yang apabila dilaksanakan secara efektif, efisien dan komprehensif dapat menangkal proliferasi bahan senjata nuklir yang kemungkinan dikembangkan oleh suatu negara. Sehingga dapat dijamin bahwa bahan dan fasilitas nuklir di negara anggota hanya digunakan untuk maksud damai.
ABSTRACT
INTEGRATED SAFEGUARDS ACT AS A MAIN TOOL FOR PROLIFERATION RESISTANCE. The International Atomic Energy Agency (IAEA) safeguards system has significantly evolved from traditional safeguards to integrated safeguards. The later having both broader physical access and broader access to information is an integration of the additional protocol to the comprehensive safeguards system. Integrated safeguards approaches to nuclear facilities and loacation outside facilities (LOFs) implemented by doing verification and evaluation to a State nuclear programmes including normal inspection and short notice inspection, complementary access and confirmation of facility design information. Access are also required to any location at the State which the IAEA deems nessecary to gain effectiveness and efficiency. Evaluation to a State’s nuclear programmes is carried out by assessing State’s nuclear fuel cycle including its industrial capability and R&D programmed implemented. Acquisition path adopted to the nuclear fuel cycle physical model have been identified and developed to deter weaponusable nuclera material proliferation. This paper is to introduce integrated safeguards approaches developed and implemented effectively, efficiently and comprehensively able to deter proliferation of nuclear material and facilities planned by member States. Then nuclear material and facilities at member States are assured exclusively just for peaceful purposes.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Integrated safeguards adalah suatu pengembangan sistem safeguards tradisional yang diterapkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam merespon tantangan baru yang muncul mengancam kerja dan keberhasilan nonproliferasi senjata nuklir. Integrated safeguards hanya dapat diterapkan di negara yang menandatangani Comprehensive Safeguards Agreement, CSA (INFCIRC/ 153) dan Additional Protocol, AP (INFCIRC/ 540).
Pemikiran dan lahirnya integrated safeguards dipicu oleh terungkapnya pengembangan senjata nuklir yang dilaksanakan di Irak dan penyimpangan atas deklarasi awal bahan nuklir oleh Korea Utara pada periode 1991 1992. Ketidakpatuhan kedua negara tersebut merupakan wake up call ke IAEA untuk segera meninjau kembali dan merevisi sistem safeguards tradisional yang telah lama diterapkan. Sistem safeguards tradisional yang tertuang di dalam CSA ternyata tidak mampu mengatasi masalah proliferasi
yang semakin kompleks karena CSA hanya menitikberatkan pada keakuratan (correctness) bahan dan aktifitas nuklir yang dideklarasikan oleh operator. Bahan dan kegiatan nuklir tersembunyi tidak terjangkau oleh CSA. Peluang pihak operator fasilitas/ negara untuk menyembunyikan bahan dan aktifitas nuklirnya adalah sangat besar, karena bahan dan aktifitas nuklir yang diverifikasi hanyalah yang ada di fasilitas. Kegiatan nuklir diluar fasilitas tidak akan terdeteksi. Kelemahan kelemahan yang terdapat di sistem safeguards tradisional tersebut kemudian ditanggulangi dengan mengembangkan program Strengthening Safeguards yang merupakan cikal bakal perjanjian additional protocol.
Additional protocol memberikan IAEA akses yang lebih luas, tidak hanya ke fasilitas nuklir saja tetapi ke semua lokasi yang dianggap oleh IAEA akan memberikan informasi yang berharga. Verifikasi AP menitik beratkan kepada kemungkinan penyembunyian bahan dan aktifitas nuklir yang dilakukan oleh operator/ negara. Sifat verifikasinya adalah menyeluruh ke program nuklir yang
sedang dilaksanakan dan yang direncanakan negara.
Integrasi AP ke CSA akan menghasilkan verifikasi yang akurat (correctness) dan komprehensif (completeness), dalam artian bahwa IAEA akan mampu menyimpulkan ada tidaknya penyimpangan atas bahan nuklir yang dideklarasikan dan ada tidaknya penyembunyian bahan dan aktifitas nuklir yang tidak dideklarasikan. Kesimpulan positif dari kedua kegiatan verifikasi CSA dan AP memampukan IAEA untuk menerapkan integrated safeguards di negara terkait.
Apabila suatu negara bermaksud melakukan pengembangan/ proliferasi senjata nuklir maka negara tersebut harus mempunyai infrastruktur yang cukup guna mendukung keberhasilan rencana proliferasi. Proliferasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas nuklir yang sudah ada atau secara total independen dari fasilitas nuklir yang dideklarasikan. Kemampuan teknologi, program R&D, ketersedian industri strategis, keberadaan bahan nuklir dan nonnuklir dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi kegiatan nuklir yang sedang dikembangkan.
Integrated safeguards dengan akses fisik dan akses informasi yang lebih luas dirancang untuk menangkal kegiatan proliferasi suatu negara. Informasi yang berasal dari berbagai macam sumber dievaluasi dan dianalisis secara comprehensif dan terus menerus. Model fisik dengan beberapa tingkatan acquisition path dikembangkan untuk mengelompokkan secara sistimatis teknologi dan proses pengembangan siklus bahan nuklir, sehingga analisis dapat dilakukan dengan efektif dan affisien. Acquisition path yang dirancang dalam beberapa tingkatan dapat dijadikan template di dalam menganalisis informasi safeguards. Dimulai sejak bahan nuklir ditambang sampai bahan nuklir siap menjadi bahan senjata nuklir.
Tulisan ini mengenalkan kegiatan integrated safeguards yang apabila dilaksanakan secara menyeluruh mampu menghalangi program proliferasi senjata nuklir yang dirancang oleh suatu negara.
BAB II
PENDEKATAN
INTEGRATED SAFEGUARDS
Pendekatan integrated safeguards dikembangkan dengan memperhatikan beberapa faktor spesifik siklus bahan nuklir suatu negara, program nuklirnya meliputi kemampuan teknologi nuklir, jenis bahan nuklir yang dipunyai serta tindakan/ penggunaan teknologi safeguards modern yang dapat diterapkan untuk memverifikasi kegiatan nuklir.
Kesimpulan bahwa negara tidak menyimpangkan bahan nuklir yang telah dideklarasikan dan kesimpulan bahwa negara tidak sedang menyembunyikan bahan dan aktifitas nuklirnya mengawali pelaksanaan integrated safeguards. Ada perubahan kriteria verifikasi antara sistem safeguards traditional CSA dan integrated safeguards.
Verifikasi sistem safeguards tradisional CSA dilaksanakan dengan mengasumsikan bahwasanya negara mempunyai fasilitas olah ulang dan fasilitas pengkayaan uranium yang tidak dideklarasikan dan tidak terdeteksi. Kedua jenis fasilitas tersebut menjadi
perhatian utama IAEA karena fasilitas tersebut merupakan fasilitas strategis yang di dalam operasinya mampu menghasilkan weapon grade material. Untuk menghalangi dan untuk dapat mendeteksi adanya bahan nuklir yang kemungkinan akan di olah ulang, IAEA melakukan inspeksi ke reaktor nuklir setiap 3 bulan. Tiga bulan adalah jangka waktu yang diperkirakan dapat digunakan untuk mengkonversi plutonium yang ada di bahan bakar bekas menjadi bahan senjata nuklir.
Dengan didapatkannya kesimpulan positif hasil verifikasi CSA dan AP, waktu verifikasi bahan bakar bekas yang sebelumnya dilaksanakan setiap 3 bulan dikoreksi menjadi setiap tahun. Bahan bakar bekas menjadi perhatian karena di dalam bahan bakar bekas tertimbun plutonium hasil reaksi fisi selama bahan bakar digunakan untuk operasi reaktor. Plutonium adalah salah satu bahan yang dapat digunakan pengembangan senjata nuklir.
Bahwasanya IAEA tidak menemukan indikator kegiatan penyembunyian bahan dan aktifitas nuklir khususnya pengkayaan dan proses olah ulang , menambah keyakinan bahwa program nuklir negara hanya digunakan untuk maksud damai.
Integrated safeguards telah berhasil menaikkan kemampuan IAEA untuk mendeteksi ada/ tidaknya bahan dan aktifitas nuklir yang disembunyikan sehingga dapat menambah keyakinan positif kemajuan program nonproliferasi.
Untuk mempertahankan kesimpulan positif integrated safeguards, pendekatan safeguards yang dilakukan adalah mengevaluasi terus menerus program nuklir negara. Komponen utama verifikasi meliputi evaluasi dan analisis informasi, complementary access, inspeksi mendadak, pemasangan alat pemantau jarak jauh, meningkatkan kerja sama dengan organisasi SPPBN ( Sistem Pemantauan dan Pengendalian Bahan Nuklir) tingkat negara. Disamping kegiatan tersebut, akuntansi bahan nuklir tetap menjadi back bone dari integrated safeguards. Pengembangan teknologi maju yang telah berhasil mendukung sistem safeguards adalah pengambilan sampel lingkungan dan pemasangan sistem pemantau jarak jauh (remote monitoring) yang mampu mendeteksi secara online kegiatan operator di fasilitas nuklir.
Analisis Informasi
Pengumpulan dan analisis informasi yang luas merupakan salah satu faktor untuk dapat memahami kegiatan nuklir suatu negara secara menyeluruh dan jelas. Cakupan dan keluasan informasi dapat memberikan keyakinan bahwa negara sedang atau tidak sedang menyembunyikan bahan dan kegiatan nuklirnya.
Informasi berkaitan dengan program nuklir yang sedang dilaksanakan meliputi :
Kegiatan R&D yang tidak menggunakan bahan nuklir tetapi berkait dengan siklus bahan nuklir yaitu : konversi, pengkayaan, fabrikasi bahan bakar nuklir, reaktor daya dan reaktor riset, kekritisan, proses olah ulang, akselerator dan pengolahan limbah. Kegiatan R&D yang tidak menggunakan bahan nuklir sebagai contoh adalah pengembangan komponen yang berhubungan dengan siklus bahan nuklir yang mampu menghasilkan bahan nuklir (proses pengkayaan dan proses olah ulang). Gabungan informasi kegiatan R&D yang tidak menggunakan bahan nuklir dan yang menggunakan bahan nuklir serta informasi semua kegiatan di fasilitas nuklir akan menambah
kejelasan program nuklir yang dilaksanakan oleh negara.
Informasi spesifik pada kegiatan operasi di fasilitas yang diidentifikasi/ dibutuhkan oleh IAEA dengan alasan akan dapat memberikan informasi yang efektif di dalam melaksanakan verifikasi safeguards. Sebagai contoh adalah informasi dini tentang penerimaan, pengiriman bahan nuklir, informasi pemuatan bahan bakar bekas di transfer cask. Salah satu kegunaan informasi tersebut adalah untuk menjadualkan inspeksi mendadak ke fasiliats.
Informasi yang meliputi uraian, isi dan penggunaan setiap gedung yang ada di kawasan fasilitas atau LOF. Tujuan dari pengumpulan informasi ini adalah untuk menjamin bahwa kegiatan penyembunyian bahan dan aktifitas nuklir tidak di laksanakan di kawasan fasilitas atau LOF.
Informasi lokasi, deskripsi, status, kapasitas produksi tahunan dari fabrikasi, rakitan dan perawatan atas item khusus yang secara langsung berhubungan dengan operasi fasilitas nuklir, LOF dan fasilitas R&D.
Informasi lokasi, status operasi, kapasitas produksi tahunan penambangan uranium dan thorium.
Informasi dari jumlah inventori, jumlah bahan yang di eksport dan di import, yang mana bahan tersebut mengandung uranium atau thorium yang kualitasnya belum cukup untuk operasi siklus bahan nuklir. Informasi bahan nuklir yang dibebaskan dari verifikasi safeguards yang mana bahan nuklir tersebut belum sampai pada tahap penggunaan akhir.
Informasi eksport dan import peralatan nuklir dan bahan non nuklir
Informasi berkaitan dengan rencana program nuklir di masa mendatang, meliputi :
Rencana pengembangan siklus bahan nuklir dan kawasan pengembangan
Penjelasan perencanaan kegiatan dan kawasan R&D
Hasil evaluasi dan analisis informasi dijadikan acuan untuk memprioritaskan kegiatan complementary access. Evaluasi informasi dilaksanakan secara iteratif dan komprehensif dengan tujuan untuk mempertahankan kesimpulan positif integrated safeguards.
Complementary Access (CA)
Perluasan akses fisik complementary access digabung dengan akses fisik pada CSA merupakan komponen pokok dalam memperkuat sistem safeguards. Complementary access dilaksanakan untuk memverifikasi setiap lokasi yang tidak terjangkau oleh inspeksi rutin dan berperan dalam memberikan informasi berharga dalam memverifikasi bahan dan aktifitas nuklir yang disembunyikan
Akses fisik dan akses informasi yang luas akan memampukan IAEA untuk memahami program nuklir suatu negara secara komprehensif. Pemahaman ini sangat diperlukan untuk membentuk suatu keyakinan apakah negara sedang/ tidak sedang menyembunyikan bahan dan aktifitas nuklirnya. Perluasan akses juga harus cukup menjamin bahwa kegiatan penyembunyian tidak dilaksanakan di sekitar fasilitas yang dideklarasikan yang mana kegiatan ilegal tersebut
dapat dengan mudah menggunakan bahan, peralatan, teknologi, pekerja dan infrastruktur yang telah ada.
Jenis kegiatan CA bersifat acak, berbeda dengan kegiatan inspeksi rutin yang mempunyai kriteria tetap. Kegiatan CA tergantung kepada kebutuhan dan pada prinsipnya kegiatan CA meliputi pengamatan visual, pengambilan sampel usap lingkungan, deteksi tingkat radisi, recorder untuk merekam penjelasan dari operator fasilitas, pengambilan gambar dengan kamera digital, penyegelan, analisa tidak merusak dan penggunaan alat lain yang dipandang layak untuk digunakan.
Instalasi limbah nuklir, instalasi penelitian dan pengembangan (R&D), mining and milling, instalasi konversi dan industri merupakan perluasan lokasi yang dapat diverifikasi. Gambar 1 menunjukkan lokasi lokasi yang dapat diakses dengan CSA dan lokasi tambahan yang dapat diakses dengan AP. Gambar 1: Lokasi CSA dan AP Equipment manufacture
Akses ke kawasan fasilitas nuklir dan location outside facilities (LOFs) ditujukan untuk memverifikasi dan menjamin tidak adanya bahan dan aktifitas nuklir yang disembunyikan dan juga untuk mengkonfirmasi kegiatan di fasilitas dan LOF pada tahap closed down. Lokasi di fasilitas dan LOF yang sensitif karena alasan keselamatan dan kerahasiaan harus dideklarasikan oleh negara ke IAEA sehingga IAEA dapat mempertimbangkan cara lain untuk memverifikasi.
Akses ke fasilitas nuklir dan LOF serta complemtary access ke sembarang lokasi di kawasan fasilitas nuklir dan LOF secara jelas dipahami oleh penanggung jawab instalasi. Sebaliknya akses ke instalasi milik perusahaan swasta yang tidak menggunakan bahan nuklir tetapi kegiatannya berkaitan dengan bidang pengembangan teknologi nuklir biasanya sedikit sulit untuk dilaksanakan, diperlukan sosialisasi sejak dini ke perusahan swasta terkait guna mempermudah CA pada saat diperlukan.
Akses ke penambangan uranium dan thorium dimaksudkan untuk mengkonfirmasi kapasitas produksi dan penggunaannya. Tindakan verifikas
dilakukan dengan cara pengujian tidak merusak, pengamatan visual dan pengambilan sampel usap. Pengujian catatan hasil penambangan dimaksudkan untuk mengetahui jumlah material yang pada taraf signifikan telah digunakan atau telah dikirim keluar kawasan penambangan.
Akses ke lokasi penelitian dan pengembangan (R&D), yang dalam kegiatannya menggunakan peralatan khusus dan menggunakan bahan non nuklir yang secara langsung digunakan didalam operasi fasilitas nuklir, dimaksudkan untuk mengkonfirmasi bahwa kegiatan R&D adalah hanya untuk mendukung program nuklir nasional yang dideklarasikan. Ketidak cocokan antara kegiatan R&D dan program nuklir nasional akan diperlakukan sebagai anomali yang perlu tindak lanjut. Demikian juga keberadaan industri sebagai infrastruktur pendukung, peralatan yang dihasilkan harus ada kaitannya dengan program industri nasional atau peralatan diproduksi untuk keperluan eksport.
Akses ke lokasi lain, selain kawasan fasilitas dan LOF adalah kawasan penambangan U dan Th, instalasi limbah dan kawasan R&D,
dilaksanakan untuk pengambilan sampel usap lingkungan.
IAEA harus menjelaskan secara rinci ke pihak negara tujuan complementary access. Penjelasan tidak cukup bahwasanya CA dilaksanakan hanya untuk menjamin tidak adanya bahan dan aktifitas nuklir yang disembunyikan, penjelasan lokasi, kegiatan dan maksud pelaksanaan CA harus lebih spesifik. CA juga dilaksanakan untuk menyelesaikan apabila ada ketidak cocokan informasi dan kondisi fisik. Dalam hal CA dilaksanakan secara independen tidak bersamaan dengan pelaksanaan inspeksi rutin, paling lambat dalam rentang waktu 24 jam IAEA harus memberikan informasi ke pihak negara perihal pelaksanaan CA. Apabila pelaksanaan CA digabung dengan pelaksanaan inspeksi rutin, 2 jam sebelumnya IAEA harus menginformasikannya ke pihak negara/ fasilitas.
Short Notice Inspection/ Inspeksi Mendadak
Inspeksi mendadak sebenarnya telah dilaksanakan sejak CSA diterapkan. Sebagian dari beberapa inspeksi rutin yang dijadualkan, dilaksanakan secara mendadak dengan
tujuan untuk menghalangi dan bahkan menggagalkan kegiatan ilegal yang direncanakan oleh operator. Di dalam kerangka integrated safeguards, inspeksi mendadak akan menaikkan kemampuan IAEA untuk mendeteksi penyimpangan bahan dan fasilitas nuklir, karena kegiatan ilegal biasanya dikerjakan dengan terburuburu. Pelaksanaan inspeksi mendadak yang tidak dapat diprediksi pelaksanaannya mengakibatkan operator tidak mempunyai waktu yang cukup membenahi kegiatan ilegalnya. Tingkat kepentingan verifikasi harus seimbang dengan persyaratan praktis pelaksanaan inspeksi mendadak. Sebagai contoh adalah rencana verifikasi penerimaan bahan bakar segar di fasilitas reaktor nuklir. Jenis verifikasi ini tidak perlu dilaksanakan secara mendadak, selama bahan bakar belum segera digunakan untuk operasi teras reaktor. Lain halnya apabila verifikasi dimaksudkan untuk mendeteksi undeclared production of direct use material (Pu), inspeksi mendadak adalah sangat tepat untuk menggagalkan kegiatan ilegal tersebut.
Keberadaan operator dan personil badan pengawas yang diperlukan untuk mendampingi inspektur IAEA mutlak harus ada.
Persyaratan ini perlu dipahami dengan baik karena secara tibatiba inspektur IAEA akan memberitahu ke badan pengawas bahwasanya mereka telah sampai di bandara dan siap melakukan inspeksi mendadak ke suatu fasilitas nuklir. Akibat yang berdampak pada operator fasilitas adalah bahwa data akuntansi nuklir beserta data pendukungnya harus siap diverifikasi setiap saat.
Environmental Sampling ( Pengambilan Sampel Usap Lingkungan).
Pengambilan sampel usap lingkungan merupakan perangkat analisis yang sangat handal untuk mendeteksi kemungkinan adanya proses produksi dari fasilitas/ instalasi nuklir yang disembunyikan, khususnya proses produksi bahan nuklir. Kehilangan bahan nuklir yang sedang diproses ke lingkungan sekitar akan terjadi juga meskipun tindakan pencegahan telah dilakukan dengan sangat hatihati. Bahan nuklir yang hilang dapat berbentuk gas, partikel atau aerosol ataupun bentuk padat dan cair. Lebih lanjut bahan nuklir mempunyai sifat sifat yang spesifik, misal sifat keradioaktifannya. Sifat ini
memungkinkan bahwa bahan nuklir yang hilang ( U atau Pu) dapat dideteksi meskipun dalam tataran yang sangat kecil (1012 gram). Biasanya
pengambilan sampel dilakukan pada daerah permukaan dari peralatan dan struktur gedung. Untuk menghindari cross contamination, penerapkan persyaratan jaminan kualitas yang ketat dilaksanakan pada beberapa tahapan kegiatan dimulai dari perencanaan yang matang, pelaksanaan pengambilan sampel, penanganan dan analisis sampel serta evaluasi data.
BAB III
SKENARIO PENANGKALAN
PROLIFERASI
Bahan senjata nuklir harus diproduksi melalui beberapa tahapan yang terpisah. Masingmasing tahapan dapat dilakukan melalui proses yang berbedabeda. Cara/ jalan yang ditempuh dimulai dari bahan sumber sampai menjadi bahan senjata nuklir biasa disebut acquisition path. Proses yang dilaksanakan di setiap tahapan dapat diidentifikasi dengan mengembangkan model fisik siklus bahan nuklir.
Dengan mengkaji siklus bahan nuklir suatu negara beserta pengalaman tenaga ahlinya, mengkaji infrastruktur industri dan program R&D yang dijalankan. IAEA dapat memperkirakan acquisition path yang sekiranya akan dipilih oleh negara tersebut jika memang negara bermaksud akan mengembangkan senjata nuklir. Karena kemauan/ niat dan kemampuan merupakan modal utama dalam merealisasikan suatu rencana.
Acquisition path diadopsi ke dalam model fisik siklus bahan nuklir dengan tujuan untuk membantu agar berbagai macam informasi yang tersedia dapat dikelompokkan dan dicatat secara sistematis sehingga informasi dapat dianalisis dengan efektif dan effisien. Karena dengan mengevaluasi berbagai macam informasi yang tersedia secara komprehensif dan terus menerus dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang utuh perihal kemampuan teknologi, scientific dan industri strategis suatu negara di dalam mengoperasikan siklus bahan nuklirnya. Informasi yang disyaratkan di dalam AP termasuk informasi kegiatan R&D dapat dijadikan acuan untuk
memprediksi rencana program nuklir di masa mendatang.
Evaluasi informasi merupakan cornerstone dari pelaksanaan integrated safeguards. Konsistensi informasi yang diserahkan oleh negara ke IAEA dikonfirmasi dengan informasi yang diperoleh selama inspektur melakukan verifikasi. Demikian juga informasi dari open sources perlu dicek kebenarannya. Informasi pada tingkat fasilitas dan kegiatan R&D selayaknya harus mendukung program nuklir tingkat negara.
Analisis Acquisition Path
Acquisition path dianalisis dengan menghipotesakan apa yang akan dilakukan terhadap bahan, fasilitas dan teknologi nuklir yang dideklarasikan jika negara berencana mengembangkan senjata nuklir. Kirakira bahan, fasilitas dan teknologi nuklir yang mana yang perlu diadakan/ diciptakan. Dari hasil pemantauan dan verifikasi apakah ada indikasi adanya bahan/ fasilitas yang disembunyikan berkait dengan bahan dan fasilitas nuklir yang sedang dicari dan jika ada indikasi sejauh mana progresnya.
Acquisition path diidentifikasi berdasar kepada keberadaan siklus bahan nuklir dan kemampuan tambahan
yang perlu dimiliki suatu negara. Kedua faktor tersebut merupakan tumpuan yang dapat digunakan untuk mengakses proliferasi dan sekaligus menjadi dasar teknis IAEA untuk mengkaji tindakan safeguards yang dibutuhkan untuk menangkalnya. Acquisition path yang dirancang dalam beberapa tingkatan dapat dijadikan template di dalam menganalisis informasi safeguards. Dimulai sejak bahan nuklir ditambang sampai bahan nuklir siap menjadi bahan senjata nuklir, diidentifikasi dengan
tujuan untuk menjelaskan dan mencirikan teknologi, proses dan komponen yang digunakan untuk melaksanakan rencana proliferasi.
Identifikasi Acquisition Path
Acquisition path dikembangkan dalam beberapa tahapan proses. Masingmasing proses dihubungkan satu sama lain dengan aliran bahan nuklir seperti ditunjukkan pada Gambar 2. yang juga merupakan acquisition path tingkat tertinggi atau tingkat negara.
Gambar 2. : Acquisition path tingkat negara
Seperti terlihat pada gambar 2 bahwa proses pengkayaan uranium dan proses bahan bakar teriradiasi (proses olah ulang) adalah dua buah proses
hampir final untuk mencapai proses pengembangan senjata nuklir.
Apabila ditemukan adanya komponen, bahan, aktifitas yang merupakan indikator kuat adanya proses pengkayaan uranium atau proses olah
R&D Pengembangan
senjata nuklir
Managemen limbah Pengkayaan U Konversi 2 Proses bahan
bakar teriradiasi Reaktor nuklir Managemen bahan bakar bekas Fabrikasi bahan bakar Konversi 1 Mining/milling Produksi air berat
ulang bahan bakar bekas yang tidak dideklarasikan, IAEA akan segera menanyakan temuannya tersebut ke pihak negara.
Identifikasi lebih dini adanya kecenderungan negara untuk mengembangkan senjata nuklir dapat diidentifikasi dari kegiatan R&D yang sedang dijalankan
Aquisition path tingkat negara kemudian dipecah lagi menjadi
beberapa jalur atau proses (aquisition path tingkat fasilitas) Semakin kebawah, proses dan teknologi yang digunakan akan lebih spesifik. Keberadaan essential equipment, bahan nuklir dan bahan non nuklir menjadi indikator akan adanya proses yang telah dan sedang dilaksanakan. Sebagai contoh adalah teknologi pengkayaan uranium seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dibawah
Gambar 3 : Acquisition path tingkat fasiliatas pengkayaan uranium
Setiap tingkatan acquisition path (tingkat fasilitas) tersusun atas 8 elemen dasar meliputi : peralatan yang didesain khusus, peralatan yang mempunyai fungsi ganda, bahan nuklir, bahan non nuklir, teknologi/ training/
R&D, produk akhir, other observable dan environmental signature. Gambar 4 menunjukkan 8 elemen dasar acquisition path tingkat fasilitas yang tersusun atas delapan elemen dasar tersebut diatas
Gambar 4 : Elemen Dasar Acquisition Path
Dengan menggunakan komponen yang ada di dalam integrated safeguards yaitu bahwasanya semua unsur siklus bahan nuklir diverifikasi, keberadaan essential equipment dan bahan nuklir yang sedang digunakan mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk dapat terdeteksi. Verifikasi dimulai sejak penambangan uranium sampai limbah nuklir, masih di tambah lagi dengan pemeriksaan pada R&D yang menggunakan bahan nuklir dan R&D yang tidak menggunakan bahan nuklir. Tak ketinggalan juga pemeriksaan pada kemampuan sektor industri strategis meliputi fabrikasi, eksport dan import. Keberadaan essential equipment dan bahan nuklir yang sedang digunakan mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk dapat terdeteksi. Ceceran bahan
nuklir dapat dideteksi dengan pengambilan sampel usap lingkungan.
Dengan bantuan model fisik yang mengadopsi acquisition path, mempermudah penialain informasi karena informasi dikelompokkan sesuai dengan tahapan siklus bahan nuklir sehingga indikator proliferasi mudah teridentifikasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Pelaksanaan integrated safeguards yang efektif dan effisien sangat berkontribusi terhadap keberhasilan penangkalan tindakan proliferasi. Pendekatan integrated safeguards yang mempunyai cakupan informasi dan cakupan akses fisik yang
sangat luas ditambah dengan penggunaan teknologi verifikasi yang canggih menambah keyakinan dan kemampuan IAEA untuk mendeteksi adanya penyimpangan bahan dan aktifitas nuklir baik yang dideklarasikan maupun yang disembunyikan.
Fokus utama integrated safeguards yaitu evaluasi program nuklir negara secara menyeluruh dan terus menerus memberikan gambaran yang jelas terhadap kemampuan dan kecenderungan suatu negara dalam mengembangkan siklus bahan nuklirnya.
Dengan menganalisis dan mengidentifikasi acquisition path yang diadopsi ke dalam model fisik siklus bahan nuklir, tindakan proliferasi yang sedang dikembangkan suatu negara mempunyai kemungkinan terdeteksi kemudian digagalkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Liu and S.Morsy „Development of the Physical Model“ International Atomic Energy Agency“ ViennaAustria 2. Eckhard Haas
„Proliferation Resistance and
International Safeguards International Atomic Energy Agency“ ViennaAustria
3. ZJ.Carlson, V.Bragin and Rleslie „Integrated SafeguardsAustralian View and Experience“ Australian safeguards and NonProliferation Office
4. Jill N Cooley „Integrated SafeguardsCurrent Status of Development and Plan for Implementation“ International Atomic Energy Agency, Vienna Austria
Tanya Jawab dan Diskusi
1. Nama Penanya : Gede Sutresna Wijaya (PTAPB BATAN)
Pertanyaan:
Ada kesan safeguards membatasi pengembangan kemajuan teknologi suatu negara terhadap bahanbahan yang disafeguard. Komentar anda? Jawaban:
Kegiatan safeguards (SG) sama sekali tidak membatasi kemajuan teknologi suatu negara jika teknologi tersebut untuk kepentingan damai. Sebagai contoh dalam melakukan inspeksi, IAEA
tidak mengintervensi kegiatan Operator.
2. Nama Penanya : Zuhair (PTRKN BATAN)
Pertanyaan:
Jenis makalah apa saja dari Indonesia yang dicurigai IAEA berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir.
Jawaban:
Pengembangan fasilitas pengkayaan uranium dan olah ulang (reprocessing).